BAB I PENDAHULUAN. menganggap gagasan mereka mutlak benar atau sudah self evident.

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu 1. Kampanye seringkali dipersamakan dengan propaganda. Ini tidak sepenuhnya salah karena keduanya merupakan wujud tindakan komunikasi yang terencana dan sama-sama ditujukan untuk mempengaruhi khalayak dan menggunakan saluran komunikasi untuk menyampaikan pesannya 2. Tapi perbedaan keduanya juga sangat jelas 3, yaitu: 1. Sumber kampanye dapat diidentifikasikan dengan jelas, sedangkan propaganda cenderung samar. 2. Kampanye memiliki batasan waktu, sedangkan propaganda tidak terikat waktu. 3. Gagasan kampanye selalu terbuka untuk diperdebatkan sedangkan propaganda menganggap gagasan mereka mutlak benar atau sudah self evident. 1 Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2004), 7 2 Ibid., Ibid. 1

2 2 4. Tujuan kampanye selalu jelas dan spesifik, sementara propaganda tujuannya umum. 5. Dalam modus penerimaan pesan, kampanye sangat menekankan kesukarelaan dan menghindari pendekatan koersif sedangkan propaganda tidak mementingkan kesukarelaan dan menghalalkan cara paksaan. 6. Dalam kampanye, kepentingan kedua belah pihak perlu diperhatikan agar tujuan dapat dicapai, sementara propaganda hanya mementingkan kepentingan sepihak. Penyelenggara kampanye umumnya bukanlah individu, melainkan lembaga atau organisasi. Lembaga tersebut dapat berasal dari lingkungan pemerintahan, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat. Terlepas dari siapapun penyelenggaranya, kampanye pasti memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Apapun ragam dan tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioural). Ketiga aspek ini saling berkait dan merupakan sasaran pengaruh yang mesti dicapai secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta 4. Untuk mencapai tujuan kampanye tersebut, maka penyelenggara kampanye perlu membentuk dan mengelola pesan yang terkait dengan tujuan yang ingin dicapai. Seluruh aspek pengelolaan pesan ini secara spesifik dan pengelolaan kampanye secara luas, umumnya dipegang oleh public relations sebuah lembaga atau organisasi. 4 Antar Venus, op.cit., 9-10

3 3 Menurut Public Relations Institute of Australia 5, public relations adalah fungsi manajemen yang fokus dengan komunikasi. Fungsi ini termasuk memahami masalah dan menganalisa sikap publik yang mungkin memiliki pengaruh pada organisasi, dan perencanaan dan implementasi program komunikasi. Oleh karena itu, dalam menyampaikan pesannya kepada khalayak, public relations melakukan kampanye. Dalam kampanye tersebut, public relations merencanakan serangkaian tindakan komunikasi guna menyampaikan pesan dari penyelenggara kampanye kepada khalayaknya. Pesan tersebut dirancang untuk mencapai tujuan kampanye seperti yang telah direncanakan di awal. Kampanye yang dilakukan bermacam-macam tergantung pada tujuan dan tema kampanye yang dilaksanakan. Kampanye public relations biasanya berisi pesan dari organisasi dengan tujuan untuk mengedukasi khalayaknya. Salah satu jenis kampanye yang sedang digalakkan di berbagai tempat umum adalah kampanye bebas rokok oleh berbagai lapisan masyarakat. Beberapa di antaranya seperti Kampanye Kawasan Dilarang Merokok oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Yayasan Kanker Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 6, Kampanye Anti Rokok yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Komite Nasional Penanggulangan Masalah Merokok (Komnas PMM) 7, serta Kampanye Anti Rokok yang dilakukan oleh 5 Jim Macnamara, Public Relations Handbook, (Australia, Information Australia, 2000), k.di.angkutan 7

4 4 beberapa negara seperti Inggris dan Australia 8. Indonesia sendiri menjadi negara dengan konsumsi rokok nomor lima terbesar di dunia 9. Kampanye bebas rokok menjadi penting manakala berhubungan erat dengan kesehatan masyarakat. Dengan taraf kesehatan yang baik, masyarakat akan mampu melaksanakan aktivitas seharihari dengan maksimal. Selain itu, taraf kesehatan masyarakat yang tinggi merupakan salah satu dari Millenium Goal Development Indonesia. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Larangan Merokok, rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat baik selaku perokok aktif maupun perokok pasif, oleh sebab itu diperlukan perlindungan terhadap bahaya rokok bagi kesehatan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam Bab I Pasal 1 Ayat 22 disebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tobacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin, tar dan zat adiktif, dengan atau tanpa bahan tambahan. Salah satu alasan pentingnya kawasan dilarang merokok juga disebutkan dalam peraturan tersebut, yaitu bahwa untuk udara yang sehat dan bersih hak bagi setiap orang, maka diperlukan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk mencegah dampak penggunaan rokok baik langsung maupun tidak Ibid

5 5 langsung terhadap kesehatan, guna terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pada Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Larangan Merokok Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa sasaran kawasan dilarang merokok adalah tempat umum, tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, tempat pelayanan kesehatan, arena kegiatan anak-anak, tempat ibadah dan angkutan umum. Pada Bab I Pasal 1 Ayat 30, tempat proses belajar mengajar adalah tempat proses belajar-mengajar atau pendidikan dan pelatihan, termasuk perpustakaan, ruang praktik atau laboratorium, musium, dan sejenisnya. Kawasan larangan merokok ini diperbolehkan untuk menyediakan tempat khusus atau kawasan merokok sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Larangan Merokok Bab V Pasal 18. Tempat khusus atau kawasan merokok tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Tempatnya terpisah secara fisik atau tidak bercampur dengan kawasan dilarang merokok. 2. Dilengkapi alat penghisap udara atau memiliki sistem sirkulasi udara. 3. Dilengkapi asbak atau tempat pembuangan puntung rokok. 4. Dapat dilengkapi dengan data dan informasi bahaya merokok bagi kesehatan. Sementara pada Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 88 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur No. 75 Tahun 2005 tentang

6 6 Kawasan Dilarang Merokok Bab V Pasal 18 mengenai tempat khusus atau kawasan merokok diperbaharui menjadi: 1. Terpisah secara fisik dan terletak di luar gedung. 2. Tidak berdekatan dengan pintu keluar masuk gedung. Perguruan tinggi atau universitas merupakan salah satu tempat proses belajar mengajar, yang disebutkan dalam peraturan Gubernur di atas sebagai salah satu kawasan dilarang merokok. Dalam rangka mendukung peraturan ini, maka diperlukan kampanye public relations untuk mensosialisasikan informasi tersebut. Diperlukan public relations perguruan tinggi yang baik untuk menyelenggarakan kampanye ini. Apalagi dengan adanya Bab IV Bagian Ketiga Pasal 8 mengenai Tempat Proses Belajar Mengajar, yang menyebutkan bahwa: 1. Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar, wajib melarang kepada peserta didik, mendidik dan tenaga kependidikan serta unsur sekolah lainnya untuk tidak merokok di tempat proses belajar mengajar. 2. Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar, wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan kepada peserta didik, mendidik dan tenaga kependidikan serta unsur sekolah lainnya apabila terbukti merokok di tempat belajar mengajar. 3. Peserta didik, mendidik dan tenaga kependidikan serta unsur sekolah lainnya dapat memberikan teguran atau melaporkan kepada pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar, apabila terbukti ada yang merokok di proses belajar mengajar.

7 7 4. Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar, wajib mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh peserta didik, mendidik dan tenaga kependidikan serta unsur sekolah lainnya yang sebagaimana dimaksud dalam ayat 3. Jika penanggung jawab tempat umum, termasuk di dalamnya tempat proses belajar mengajar tidak melaksanakan peraturan ini, maka akan dikenakan sanksi seperti yang tercantum dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Larangan Merokok Bab VIII Pasal 27 yang akan mengenakan sanksi administrasi kepada pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat kawasan dilarang merokok berupa: 1. Peringatan tertulis. 2. Penghentian sementara kegiatan atau usaha. 3. Pencabutan izin. Yang kemudian diperbaharui kembali pada Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 88 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur No. 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok menjadi: 1. Peringatan tertulis. 2. Penyebutan nama tempat kegiatan atau usaha secara terbuka kepada publik melalui media massa. 3. Penghentian sementara kegiatan atau usaha. 4. Pencabutan izin.

8 8 Public relations perguruan tinggi perlu mengkampanyekan pesan kawasan bebas rokok kepada seluruh stakeholder terkait. Seluruh stakeholder perlu diedukasi sehingga mendapatkan informasi yang memadai bahwa di lingkungan perguruan tinggi tidak diperbolehkan adanya aktivitas merokok. Universitas Mercu Buana adalah salah satu tempat proses belajar mengajar yang juga menerapkan kampanye Kampus Bebas Rokok. Meskipun telah menerapkan jenis kampanye ini, banyak dari civitas akademik Universitas Mercu Buana, terutama mahasiswa yang masih belum mengindahkan peraturan ini. Di beberapa tempat di lingkungan kampus, masih terlihat beberapa mahasiswa yang merokok. Beberapa mahasiswa tersebut biasanya terlihat merokok jika mereka sedang bergabung dengan komunitas mereka. Sementara, beberapa mahasiswa lain, sudah merokok pada tempat yang telah disediakan. Kampanye Kampus Bebas Rokok ini diselenggarakan oleh Universitas Mercu Buana dengan Kepala Biro Humas & Customer Care yang membantu mempublikasikan dan mensosialisasikan kampanye ini. Kampanye ini dilakukan sebagai salah satu program dalam mendukung peraturan Gubernur mengenai Kawasan Dilarang Merokok. Kampanye Kampus Bebas Rokok ini juga merupakan salah satu bagian dari Kampanye Kampus Hijau yang diselenggarakan juga oleh Biro Humas & Customer Care Universitas Mercu Buana. Dengan kampanye Kampus Hijau tersebut, Universitas Mercu Buana menjadi satu-satunya universitas yang memenangkan penghargaan ini dan menduduki peringkat ketiga Jakarta Green Office

9 untuk Kategori Owned Office 10. Sehingga Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana menjadi lebih menarik untuk diteliti. Selain itu, Universitas Mercu Buana merupakan salah satu universitas di wilayah Jakarta Barat yang menerapkan Kampanye Kampus Bebas Rokok setelah peraturan tersebut dikeluarkan Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana pengelolaan program kampanye public relations Kampus Bebas Rokok Periode Mei 2009 Desember 2010 Universitas Mercu Buana? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengelolaan kampanye public relations Kampus Bebas Rokok Periode Mei 2009 Desember 2010 Universitas Mercu Buana Signifikansi Penelitian Signifikansi penelitian ini adalah: 1. Signifikansi akademis. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan bagi bidang keilmuan public relations dengan meneliti proses pengelolaan kampanye yang dilakukan oleh public relations. Sehingga dapat ditemukan berbagai konsep 10

10 10 ataupun teori baru mengenai prinsip pengelolaan kampanye public relations yang baik. 2. Signifikansi praktis. Penelitian ini berguna sebagai saran dan masukan bagi perbaikan kinerja organisasi. Sehingga akan mencapai sasaran seperti yang diinginkan. Selain itu, dapat juga menjadi referensi untuk dipraktekkan bagi praktisi public relations lain yang juga ingin menggunakan program kampanye public relations untuk berkomunikasi dengan khalayaknya.