Distr.: Terbatas 15 Oktober Asli: Bahasa Inggris

dokumen-dokumen yang mirip
SEKILAS UNI EROPA SWEDIA FINLANDIA ESTONIA LATVIA LITHUANIA DENMARK INGGRIS BELANDA IRLANDIA POLANDIA JERMAN BELGIA REPUBLIK CEKO SLOWAKIA HONGARIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL

Statuta. Komisariat Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG


MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PROKLAMASI TEHERAN. Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968

Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme

PROGRAM KEPENDUDUKAN TETAP UNI EROPA

KOMENTAR UMUM 7 (1997) Hak atas Tempat Tinggal yang Layak: Pengusiran Paksa (Pasal 11 [1]

KETENTUAN INTERNASIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 2. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

PROSEDUR KOMUNIKASI. Lembar Fakta No. 7. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

PERANGKAT HAK ASASI MANUSIA LEMBAR FAKTA NO. 1. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

2015, No c. bahwa dengan beralihnya status Bandar Udara Polonia ke Bandar Udara Internasional Kualanamu dan Bandar Udara Selaparang ke Bandar Ud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

KOMENTAR UMUM NO. 2 TINDAKAN-TINDAKAN BANTUAN TEKNIS INTERNASIONAL Komite Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya PBB HRI/GEN/1/Rev.

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

II. URAIAN PROYEK Para Pihak sepakat bahwa perdagang,an manusia adalah satu problem yang berat di

BAB V KESIMPULAN. European Coal and Steel Community (ECSC), European Economic. Community (EEC), dan European Atomic Community (Euratom), kemudian

DOKUMENTASI PENELITIAN BEBERAPA GAMBAR SATWA, SEBAHAGIAN KAWASAN WISATA BUKIT LAWANG DAN BANGUNAN YANG ADA INDIKASI PEMILIKAN ORANG ASING

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam

LAMPIRAN. Penentuan negara-negara yang dijadikan sample tersebut didasarkan atas tiga kategori, yaitu:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PT.PRESSTI ASIA INDONESIA

Prinsip Dasar Peran Pengacara

PROTOKOL OPSIONAL PERTAMA PADA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

Institute for Criminal Justice Reform

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

PERADILAN PIDANA ANAK DI INDONESIA DAN INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN ANAK SERTA PENERAPANNYA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN II DAN JANUARI JUNI TAHUN 2016

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perjalanan ke UE dari Indonesia dan Brunei. Visa untuk Warga Indonesia dan Brunei yang bepergian ke Eropa

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

SALINAN. c.bahwa... melaksanakan hubungan dan kerja sama internasional untuk mencegah dan memberantas tindak pidana

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

LAYANAN PENASIHAT DAN KERJA SAMA TEKNIS DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 3. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

Deklarasi Penghapusan Semua Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi berdasarkan Agama...

PEDOMAN OECD UNTUK PERUSAHAAN MULTINASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PRINSIP-PRINSIP LIMBURG BAGI IMPLEMENTASI PERJANJIAN INTERNASIONAL MENGENAI HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA (HAK EKOSOB) Maastricht, 2-6 juni 1986.

Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG. Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) By Dewi Triwahyuni

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

Kerja layak bagi pekerja rumah tangga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

Transkripsi:

Perserikatan Bangsa-bangsa Majelis Umum Distr.: Terbatas 15 Oktober 2004 A/C.3/59/L.25 Asli: Bahasa Inggris Sidang kelimapuluhsembilan Komisi Ketiga Agenda urutan 98 Pemajuan wanita Australia, Austria, Azerbaijan, Belgia, Brazil, Kanada, Kolombia, Kroasia, Siprus, Republik Cekoslowakia, Denmark, El Salvador, Estonia, Finlandia, Jerman, Yunani, Hongaria, Irlandia, Israel, Italia, Jepang, Latvia, Luxembourg, Belanda, Nigeria, Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Macedonia bekas Republik Yugoslavia, Turki, Uganda, Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara, Persatuan Republik Tanzania, Uruguay dan Vanuatu: rancangan resolusi Bekerja untuk memberantas kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan atas nama kehormatan Majelis Umum, Menyatakan kembali kewajiban semua Negara untuk mendukung dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan fundamental, termasuk hak hidup, kebebasan dan keselamatan orang, sebagaimana dinyatakan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, 1 dan menyatakan kembali pula kewajiban Negaranegara dibawah instrumen-instrumen hak asasi manusia, khususnya Perjanjian Internasional mengenai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, 2 Perjanjian Internasional mengenai Hak Sipil dan Politik, 2 Konvensi mengenai Pemberantasan Segala Jenis Diskriminasi terhadap Wanita 3 dan Konvensi mengenai Hak Anak, 4 Menyatakan kembali pula Deklarasi Wina dan Program Tindakan 5 dan Deklarasi mengenai Pemberantasan Tindak Kekerasaan terhadap Wanita, 6 dan juga tujuan dan komitmen yang termuat dalam Deklarasi dan Platform Tindakan Beijing yang disetujui dalam Konperensi Dunia Wanita Keempat, 7 dan dokumen hasil sidang khusus Majelis Umum yang berjudul Wanita 2000: kesetaraan jender, pembangunan dan perdamaian untuk abad keduapuluhsatu, 8 Mengingat resolusi Majelis Umum 57/179 tanggal 18 Desember 2002 dan 58/147 tanggal 22 Desember 2003 dan juga resolusi Komisi Hak Asasi Manusia 2004/46 tanggal 20 April 2004, 9 Mengingat pula resolusi Majelis Umum 58/185 tanggal 22 Desember 2003, yang menyerukan pengkajian mendalam tentang tindak kekerasan terhadap wanita,

termasuk kejahatan yang dilakukan atas nama kehormatan, dan juga resolusi Majelis Umum 57/190 tanggal 18 Desember 2002, yang menyerukan pengkajian mendalam mengenai tindak kekerasan terhadap anak, Menimbang bahwa Negara-negara mempunyai kewajiban untuk bersikap waspada dalam mencegah, menyelidiki dan menghukum para pelaku kejahatan yang dilakukan terhadap wanita dan anak perempuan atas nama kehormatan dan untuk memberikan perlindungan kepada para korban, dan bahwa kalau tidak bersikap demikian maka merupakan pelanggaran yang merugikan atau meniadakan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental mereka, Menekankan perlunya memperlakukan segala bentuk tindak kekerasan terhadap wanita dan anak perempuan, termasuk kejahatan yang dilakukan atas nama kehormatan, sebagai suatu kejahatan kriminal, yang dapat dihukum berdasarkan hukum, Menekankan pula perlunya mengidentifikasikan dan menangani dengan efektif penyebab dasar dari tindak kekerasan terhadap wanita, khususnya kejahatan yang dilakukan atas nama kehormatan, yang mengambil berbagai wujud, Menyadari bahwa kurangnya data mengenai tindak kekerasan terhadap wanita, termasuk kejahatan yang dilakukan atas nama kehormatan, menghambat polisi dalam menganalisa informasi, baik pada tingkat dalam negri maupun internasional, dan menghambat usaha untuk meniadakan tindak kekerasan sedemikian, Sangat prihatin bahwa wanita dan anak perempuan terus merupakan korban kejahatan sedemikian, sebagaimana dilukiskan dalam bagian-bagian yang relevan dari laporan-laporan Komisi Hak Asasi Manusia, Komisi Pemberantasan Diskriminasi terhadap Wanita, Komisi Hak Anak dan Komisi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, dan memperhatikan sehubungan dengan hal ini laporan berikutnya dari Rapporteur Khusus Komisi Hak Asasi Manusia mengenai tindak kekerasan terhadap wanita, penyebabnya dan akibatnya, 10 Menegaskan bahwa kejahatan sedemikian adalah bertentangan dengan semua nilai agama dan budaya, Menegaskan pula bahwa pemberantasan kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan atas nama kehormatan memerlukan upaya dan komitmen yang lebih besar dari Pemerintahan-pemerintahan dan masyarakat internasional, antara lain, melalui usaha kerjasama internasional, dan organisasi sipil, termasuk organisasi-organisasi non pemerintah, dan bahwa diperlukan perubahan mendasar dalam sikap masyarakat, Menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan wanita dan partisipasi mereka yang efektif dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan sebagai salah satu alat terpenting dalam mencegah dan memberantas kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan atas nama kehormatan, 1. Menyambut baik:

(a) Laporan Sekertaris Jendral mengenai pemberantasan tindak kekerasan terhadap wanita; 11 (b) Kegiatan dan prakarsa Negara-negara yang ditujukan untuk memberantas kejahatan terhadap wanita yang dilakukan atas nama kehormatan, termasuk penyetujuan amandemen-amandemen undang-undang nasional yang relevan yang berkaitan dengan kejahatan sedemikian, penerapan efektif atas undang-undang tersebut dan langkah-langkah pendidikan, social dan lainnya, termasuk kampanye informasi nasional dan peningkatan kesadaran, dan juga kegiatan dan prakarsa Negara-negara yang ditujukan untuk memberantas segala bentuk lain tindak kekerasan terhadap wanita; (c) Upaya-upaya, seperti proyek-proyek, yang dilaksanakan oleh badanbadan Perserikatan Bangsa-bangsa, dana-dana dan program-program, termasuk Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-bangsa, Dana Anakanak Perserikatan Bangsa-bangsa dan Dana Pembangunan Wanita Perserikatan Bangsa-bangsa, untuk menangani masalah kejahatan terhadap wanita yang dilakukan atas nama kehormatan, dan mendorong mereka untuk mengkoordinasikan upaya-upaya mereka; (d) Usaha yang dilakukan oleh organisasi sipil, termasuk organisasi non pemerintah, seperti organisasi wanita, gerakan masyarakat bawah dan orang perorangan, untuk meningkatkan kesadaran mengenai kejahatan sedemikian dan akibat-akibatnya yang merugikan; 2. Mengutarakan keprihatinannya bahwa wanita terus merupakan korban kejahatan yang dilakukan atas nama kehormatan, dan atas berkelanjutannya kejahatan sedemikian di seluruh kawasan dunia, yang mengambil berbagai wujud, dan atas kegagalan untuk menuntut di pengadilan dan menghukum para pelaku kejahatan ini; 3. Menyerukan kepada semua Negara: (a) Untuk memenuhi kewajiban mereka dibawah instrumen hak asasi manusia internasional yang relevan dan untuk menerapkan Deklarasi dan Platform Tindakan Beijing 7 dan dokumen hasil sidang khusus Majelis Umum; 8 (b) Untuk terus meningkatkan upaya untuk mencegah dan memberantas kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan atas nama kehormatan, yang mengambil berbagai wujud, dengan menggunakan langkah-langkah legislatif, administratif dan programatik; (c) Untuk menyelidiki dengan segera dan tuntas, menuntut di pengadilan dengan efektif dan mendokumentasikan kasus-kasus kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan atas nama kehormatan dan menghukum para pelakunya;

(d) Untuk berusaha lebih kuat meningkatkan kesadaran akan perlunya mencegah dan memberantas kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan dan direstui atas nama kehormatan, dengan tujuan mengubah sikap dan perilaku yang memungkinkan terjadinya kejahatan sedemikian dengan mengikutsertakan, antara lain, para pemimpin masyarakat; (e) Untuk berusaha lebih kuat meningkatkan kesadaran mengenai tanggung jawab kaum pria untuk mendukung kesetaraan jender dan menimbulkan perubahan dalam sikap untuk memberantas stereotip jender, termasuk, khususnya, peranan mereka dalam mencegah kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan atas nama kehormatan; (f) Untuk mendorong upaya media melakukan kampanye-kampanye peningkatan kesadaran; (g) Untuk mendorong, mendukung dan menerapkan langkah-langkah dan program-program yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sebab-sebab dan akibat-akibat dari kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan atas nama kehormatan, termasuk memberikan pelatihan untuk orang-orang yang bertanggung jawab bagi penegakan hukum seperti personel polisi dan personel hukum, dan meningkatkan kapasitas mereka untuk menanggapi keluhan kejahatan sedemikian dengan cara yang tidak memihak dan efektif dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin perlindungan bagi korban-korban yang sebenarnya dan orang-orang yang berkemungkinan menjadi korban; (h) Untuk terus mendukung kegiatan organisasi sipil, termasuk organisasiorganisasi non pemerintah, dalam menangani masalah ini dan untuk menguatkan kerjasama dengan organisasi-organisasi antar pemerintah dan non-pemerintah; (i) (j) Untuk mendirikan, menguatkan atau memudahkan, dimana mungkin, jasa-jasa pelayanan pendukung untuk menanggapi kebutuhan dari korban-korban yang sebenarnya atau orang-orang yang berkemungkinan menjadi korban dengan cara, antara lain, memberikan mereka perlindungan yang tepat, rumah penampungan aman, kaunseling, bantuan hukum, jasa pelayanan kesehatan, termasuk kesehatan bidang seksual dan reproduksi, kesehatan psikologis dan bidang-bidang lainnya yang relevan, rehabilitasi dan pembauran kembali kedalam masyarakat; Untuk menangani dengan efektif keluhan-keluhan akan kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan atas nama kehormatan, antara lain, dengan menciptakan, menguatkan atau memudahkan mekanisme kelembagaan sehingga korban dan lainnya dapat melaporkan kejahatan sedemikian dalam lingkungan yang sehat dan rahasia;

(k) Untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi statistik mengenai terjadinya kejahatan sedemikian, termasuk informasi yang dipilah-pilah berdasarkan jenis kelamin dan usia, dan untuk menyediakan informasi sedemikian untuk digunakan oleh Sekertariat dalam laporan terinci mengenai tindak kekerasan terhadap wanita, sesuai dengan resolusi 58/185, dan laporan terinci mengenai tindak kekerasan terhadap anakanak, sesuai dengan resolusi 57/190; (l) Untuk memasukkan, dimana layak, dalam laporan mereka kepada badanbadan perjanjian hak asasi manusia, informasi mengenai langkah-langkah hukum dan kebijakan yang disetujui dan diterapkan dalam usaha mereka mencegah dan memberantas kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan atas nama kehormatan; 4. Mengundang: (a) Masyarakat internasional, termasuk badan-badan Perserikatan Bangsabangsa yang relevan, dana-dana dan program-program, antara lain, melalui bantuan teknis dan program-program jasa pelayanan penasehat, untuk mendukung upaya semua Negara, atas permintaan mereka, yang ditujukan untuk menguatkan kapasitas kelembagaan untuk mencegah kejahatan terhadap wanita dan anak perempuan yang dilakukan atas nama kehormatan dan untuk menangani penyebab dasar dari kejahatan sedemikian; (b) Badan-badan perjanjian hak asasi manusia, dimana tepat, dan Rapporteur Khusus mengenai tindak kekerasan terhadap wanita dan sebab-sebab dan akibat-akibatnya untuk terus menangani masalah ini; 5. Memohon Sekertaris Jendral untuk memberikan laporan mengenai penerapan resolusi saat ini dalam laporannya mengenai masalah tindak kekerasan terhadap wanita kepada Majelis Umum pada sidangnya yang keenampuluh. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Resolution 217 A(III0. See resolution 2200 A(XXI), annex. Resolution 34/180, annex. Resolution 44/25, annex. A/CONF.157/24 (Part I), chap.iii. See resolution 48/104. Report of the Fourth World Conference on Women, Beijing, 4-15 September 1995 (United Nations publication, Sales No. E.96.IV.13), chap. I, resolution 1, annexed I and II. Resolution S-23/3, annex. See Official Records of the Economic and Social Council, 2004, Supplement no. 3 (E/2004/23), chap. II, sect. A. E/CN.4/2002/83. [ARAS/ 21-37. A/59/281.