BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. bidang transportasi dalam penyediaan sarana transportasi. Pemerintah juga melakukan. peningkatan pembangunan di bidang perhubungan.

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan serta semakin pesatnya persaingan bisnis. Indonesia dalam

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. (komprehensif) dan abadi ( universal) bagi seluruh umat manusia. Al Quran

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari bidang kegiatan transportasi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

PENGANGKUTAN ORANG (Studi tentang perlindungan hukum terhadap barang bawaan penumpang di PO. Rosalia Indah)

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari alat tarnsportasi merupakan hal yang

PERTANGGUNGJAWABAN PT. POS INDONESIA ATAS KLAIM TERHADAP PENGIRIMAN PAKET BARANG DI KANTOR POS KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan

geografis antar pulau satu dan pulau lainnya berjauhan, kadangkala laut Namun demikian, secara politis semua yang ada di sisi bagian dalam garis

BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Syarat-syarat dan Prosedur Pengiriman Barang di Aditama Surya

TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Hukum Pengangkutan. A.1. Pengertian Pengangkutan Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. didirikan dengan berbagai layanan, mulai dari pengiriman barang secara

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau di dunia. Seperti diketahui bahwa Negara Indonesia merupakan tentang Wawasan Nusantara yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

Wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku Legal Staff di JNE Cabang Medan. 1. Bagaimana proses pengiriman barang yang dilakukan JNE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/atau barang

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

ABSTRAK. Keywords: Tanggung Jawab, Pengangkutan Barang LATAR BELAKANG

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1998 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANGGUNG JAWAB PT. ROYAL EKSPRESS INDONESIA ATAS KERUSAKAN BARANG BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN AIR PADA KM DORRI PUTRA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan tekhnologi dan peningkatan taraf hidup manusia yang. semakin lama semakin berkembang. Manusia cenderung untuk memenuhi

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/ atau barang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan sarana transportasi saat ini sangat penting. Mobilitas yang tinggi tidak hanya berlaku pada manusia tetapi juga pada benda/barang. Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang menunjangnya. Pengangkutan sebagai alat transportasi atau alat angkut adalah sarana penunjang tersebut dan juga sebagai alat yang memperlancar segala aktivitas manusia. Kebutuhan sarana transportasi tersebut yang menyebabkan timbulnya berbagai macam alat pengangkutan, yang masing-masing mempunyai ciri khas pelayanan, kelemahan serta kelebihan yang berbeda-beda. Termasuk pengangkutan darat yang menggunakan system highway yaitu pengangkutan dengan kendaraan bermotor umum, dimana biasanya pengangkutan bermotor pada umumnya beroperasi dijalan raya yang sudah disediakan sebagai sarana untuk transportasi, angkutan ini biasanya berupa mobil, sepeda motor dan lain sebagainya. Pengangkutan darat dengan kendaraan umum diatur dengan UU No 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Lembaran Negara No 49 Tahun 1992 Kendaraan umum adalah Setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, UU No 13 Tahun 1965 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya dinyatakan tidak berlaku lagi. UU ini mulai berlaku pada tanggal 17 seftember 1992. selain itu, pengangkutan darat dengan kendaraan umum juga 1

2 diatur dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Indonesia. Ketentuan pasal-pasal KUHD Indonesia tersebut bersifat lex Generalis, artinya berlaku umum untuk semua jenis pengangkutan darat dengan kendaraan umum. 1 Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat vital dalam dunia perniagaan. Dalam dunia perniagaan pengangkutan tidak hanya berpengaruh pada sirkulasi barang, tetapi juga berpengaruh pada tinggi rendahnya harga barang tersebut. Oleh karena itu kebutuhan jasa alat angkut tersebut menimbulkan suatu usaha bagi perusahaan pengangkutan untuk menyediakan sarana dan prasarana pengangkutan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan yang lebih menguntungkan. Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan barang (commodity of goods) dan penumpang dari suatu tempat (origin atau port of call) ke tempat lain atau (part of destination), maka dengan demikian pengangkutan menghasilkan jasa angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan, yaitu sangat bermanfaat bagi pemindahan atau pengiriman barangbarang. Dengan adanya jasa produksi yang diperlukan oleh masyarakat dalam memindahkan atau mengirimkan barang-barang ke tempat lain. Pemenuhan kepentingan pokok yang menimbulkan plase utility atau menimbulkan nilai dari suatu barang dan time utility atau menimbulkan suatu sebab yang sangat bermanfaat bagi masyarakat karena barang tersebut dapat dikirim atau diangkut dari satu tempat ke tempat yang lainnya, berupa benda atau barang tersebut sangat dibutuhkan menurut keadaan, waktu, dan kebutuhan masyarakat. 1 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hlm. 9-10

3 Menurut Muctarudin Siregar, pengangkutan dilakukan karena nilai barang ditempat tujuan lebih tinggi dari pada ditempat asalnya, karena itu pengangkut memberikan nilai terhadap barang yang diangkut. 2 Baik itu pengangkutan orang atau penumpang maupun pengangkutan barang terdiri atas, pengangkutan darat, pengangkutan udara dan juga pengangkutan laut termasuk di dalamnya pengangkutan pedalaman atau pengangkutan lewat sungai. Pengangkutan tersebut dilakukan untuk meningkatkan nilai barang ke daerahdaerah terpencil. Menurut Muhammad Abdul Kadir pengangkutan juga dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengangkutan reguler dan pengangkutan carter. Dalam pengangkutan reguler, pengangkut bebas menyediakan alat pengangkutannya kepada yang berkepentingan, untuk menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu menurut trayek yang telah di tetapkan. Sedangkan dalam pengangkutan carter, pengangkut hanya menyediakan alat pengangkutannya kepada pihak tertentu saja, untuk menyelenggarakan pengangkutan menurut perjalanan atau menurut waktu. 3 Di dalam pengangkutan, khususnya pengangkutan barang terjadi suatu perjanjian yang sifatnya consensual (timbal balik), dengan cara pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dari dan ke tempat tujuan tertentu, dan pengirim barang (pemberi order) membayar biaya atau 2 Muctarudin Siregar, Beberapa Masalah Ekonomi dan Manajemen Pengangkutan, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, 1981, hlm 5-6 3 Abdul Kadir. Muh, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm 117

4 ongkos angkutan sebagaimana yang disetujui bersama. Dan hal tersebut merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh kedua belah pihak. Pengangkut sebagai pihak dalam perjanjian berhak meminta bukti dokumen barang yang diangkut, karena pengangkut tidak berhak membuka pembungkus (packing) barang yg diangkut untuk mengetahui isi di dalamnya, hal tersebut sesuai dengan pasal 90 ayat 1 dan ayat 6 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), yaitu bahwa pengirim barang dalam hal ini harus memenuhi kewajibannya dengan memberikan keterangan barang yang diangkut dalam dokumen-dokumen, salah satunya adalah weight-measurement list dan packing list. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tanggung jawab atas muatan barang itu tidak selalu berpindah-pindah tangan, sehingga apabila terjadi kerusakan pada barang muatan tersebut pihak penerima atau pengirim barang dapat mengajukan tuntutan kepada perusahaan pengangkutan. Penyelenggaraan proses pengangkutan tersebut juga tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pengirim ataupun penerima barang. Kerugian tersebut dapat disebabkan karena kelalaian atau kesalahan pengangkut. Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa kerusakan barang baik seluruh atau sebagian, juga dapat menyebabkan hilangnya barang, serta waktu penyerahan barang yang terlambat sampai ditempat tujuan. Dalam hal kerugian karena kesalahan atau kelalaian pengangkut, maka pihak penerima atau pengirim barang sebagai pihak yang dirugikan berhak untuk menuntut haknya. Dalam hal kerusakan atau kelalaian yang terjadi diluar

5 kesalahan atau kelalaian pengangkut, maka pengangkut dapat dibebaskan dari tanggung jawab. Pengangkut biasanya bekerjasama dengan perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya ganti rugi yang akan dibayarkan kepada pemilik barang, adakalanya penerima barang merasa kurang pas dengan besarnya ganti rugi yang diberikan oleh pengangkut sehingga dia mengajukan klaim ganti rugi yang lebih besar kepada pengangkut. Dalam praktek, pengangkut mewajibkan pengirim untuk mengisi kertas formulir surat pengiriman barang yang telah disediakan oleh pengangkut, dengan demikian timbul kesan bahwa semua syarat pengangkutan ditentukan oleh pengangkut. Dan jelas menguntungkan pihak pengangkut. Pada pengangkutan barang melalui darat ketentuan seperti tanggungjawab pengangkut, ganti rugi dan sebagainya dibuat oleh pengangkut secara sepihak, dengan ditutupnya perjanjian pengangkutan maka pengirim barang dianggap telah menyetujui ketentuanketentuan tersebut. Begitu pula ketentuan yang ada di PT. Gunung Harta yang mana ketentuan tersebut telah di tentukan secara sepihak yang mana konsumen harus menerima ketentuan yang telah dibuat tersebut. Berikut adalah bentuk ketentuan atau syarat pengiriman pada PT. Gunung Harta cabang Bantul : 1. Isi barang alamat pengirim dan penerima pembungkusan/pengepakan yang kuat sampai ditujuan menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh pengirim 2. Kiriman tidak boleh berisi barang yang mudah meledak mudah terbakar sejenis psikotropika(ganja, sabu-sabu, extasy,morphin,dsb) barang berharga (perhiasan, emas, uang tunai dsb) atau barang yang dapat membahayakan kiriman lain. 3. Kehilangan/kerusakan kiriman sebagai akibat diluar kemampuan kami seperti bencana alam, kebakaran, kecelakaan, perampokan dsb, tidak menjadi tanggung jawab kami. 4. Khusus ongkos kirim paket BAYAR TUJUAN, apabila penerima tidak bersedia membayar menjadi tanggung jawab pengirim.

6 5. Barang yang tidak diambil dalam 1 (satu) bulan sejak diterima dikantor Gunung Harta tujuan tidak menjadi tanggung jawab kami lagi dan pengirim menyatakan melepaskan haknya. 6. Ongkos kirim paket adalah untuk jarak satu arah dari pengirim kepada penerima apabila kiriman tsb, dikembalikan kepada pengirim (ditolak/tidak mau diterima, tidak diambil dsb) maka ongkos pengiriman kembali dibayar lagi oleh pengirim semula. 7. Kehilangan/kerusakan seluruh isi kiriman diganti sebanyak 10x ongkos kirim. 8. Kiriman barang dari / ke SINGARAJA diteruskan melalui SPBU No. 540933 (Bp. Ketut Sutarka). 9. Kalau anda merasa puas terhadap layanan kami, beritahukan semua relasi anda kalu Anda merasa tidak puas beritahukan kami melalui telepon atau SMS HP No. 0811392265 Pada ketentuan peraturan diatas tersebut tidak Semua ketentuanketentuan bisa dilaksanakan oleh pihak pengangkut yaitu PT. Gunung Harta dimana pada point 7 dalam peraturan tersebut mengenai kehilangan/kerusakan seluruh isi kiriman diganti sebanyak 10x ongkos kirim, pada kenyataannya banyak kasus yang terjadi salah satunya yang dialami penulis sendiri pada saat mengirim barang berupa sepeda motor dari Bali ke Jogjakarta, pada saat mengirim barang penulis tau pasti keadaan/kondisi barang yang dikirim yaitu dalam keadaan baik tidak ada cacat dan sebagainya sesampainya dijogja penulis menerima barang tersebut dalam keadaam lecet atau terdapat baretan pada barang tersebut, penulis mempertanyakan hal tersebut pihak pengangkut hanya bilang kami tidak tahu mengenai cacat tersebut dimungkinkan memang sudah ada cacat tersebut sebelum barang dikirimkan, seharusnya pihak pengangkut memeriksa barang yang akan dikirim sehingga tidak akan ada komplain dari pihak pengirim mengenai kerusakan barang dan sebagainya, kerusakan disini memang tidak parah tetapi seharusnya menjadi perhatian khusus bagi pihak pengangkut agar lebih menjaga lagi barang yang dikirim, penulis juga sempat mempertanyakan tentang ganti

7 kerugian tetapi pihak pengangkut tidak bisa mengganti kerugian seperti itu, dengan alasan pengangkut akan mengganti kerugian apabila kerusakannya parah dan sebagainya. Sedangkan dalam pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengatakan perusahaan pengangkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim, atau pihak ketiga karena kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan pengangkutan, selama pelaksanaan pengangkutan, keselamatan penumpang atau barang yang diangkut pada dasarnya berada dalam tanggung jawab perusaan pengangkutan umum. Oleh karena itu, sudah sepatutnya apabila kepada setiap kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim, yang timbul pengangkutan yang dilakukan. Dengan beban tanggung jawab ini, pengangkut didorong supaya berhati-hati dalam melaksanakan pengangkutan. Untuk mengantisipasi tanggung jawab yang mungkin timbul, perusahaan pengangkutan umum wajib mengansurasikan tanggung jawabnya Besarnya ganti kerugian adalah sebesar kerugian yang secara nyata diderita oleh penumpang, pengirim barang, atau pihak ketiga, kerugian secara nyata ini adalah ketentuan undang undang yang tidak boleh disimpangi oleh pengangkut melalui ketentuan perjabjian yang menguntungkannya karena ketentuan ini bersifat memaksa (dwingend recht). 4 Dari hal-hal tersebut menunjukkan bahwa penyelenggaraan pengangkutan adalah masalah yang perlu diperhatikan secara serius dan menyeluruh agar tercipta keamanan dan kelancaran untuk sampai ke tempat 4 Adbul Kadir Muh, op.cit., hal. 178

8 tujuan, serta sebagai usaha perlindungan guna menjamin kerugian-kerugian yang timbul akibat terjadinya kecacatan, kerusakan, atau kemusnahan yang disebabkan bahaya yang mengancam. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tanggung jawab suatu perusahan pengangkutan dalam hal ini PT. Gunung Harta cabang Bantul pada proses pengangkutan pengiriman paket barang. Adapun judul yang penulis angkat untuk penulisan skipsi ini adalah: TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGIRIMAN PAKET BARANG PADA PT. GUNUNG HARTA CABANG BANTUL. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tanggung jawab pengangkut dalam pengangkutan pengiriman paket barang pada PT. Gunung Harta cabang Bantul? 2. Bagaimana penyelesaian terhadap kerugian yang timbul akibat wanprestasi terhadap pengangkutan paket barang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tanggung jawab pengangkut dalam pengangkutan pengiriman paket barang pada PT. Gunung Harta cabang Bantul. 2. Untuk mengetahui penyelesaian terhadap kerugian yang timbul bila terjadi wanprestasi terhadap pengangkutan paket barang.

9 D. Tinjauan Pustaka Pengangkutan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pengangkutan pada pokoknya bersifat perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun mengenai orang-orang karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meningkatkan manfaat serta efisiensi. 5 Keuntungan yang disebabkan oleh adanya pengangkutan atau jasa angkutan bagi masyarakat, yang selalu menggunakan jasa angkutan barang baik melalui darat, laut maupun angkutan udara, bahwa barang-barang yang dikirim: 1. Dapat mempertahankan stabilitas ekonomi terutama terhadap harga barang dipasaran. Kepincangan stok barang di suatu daerah penghasil dan daerah yang membutuhkan akan banyak berbeda ditempat lain. 2. Naiknya nilai tanah disekitarnya sehingga fasilitas angkutan tersedia dengan baik. 3. Adanya jasa produksi angkutan, persediaan barang akan lebih merata. 4. Dengan adanya pengangkutan memungkinkan tersebarnya tenaga kerja yang lebih ekonomis. 5. Produksi dengan istilah lerge scale production, dapat dicapai karena adanya transportasi, dapat ditekan pada tingkat yang paling ekonomis. 6. Monopoli akan terhapus dengan adanya transportasi, dan dengan tarif yang wajar dapat dicapai kemungkinan memperluas kebutuhan nasional dipasaran 5 Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Cetakan Ketiga, Rajawali, Jakarta, 1986, hlm. 2

10 dunia yang membutuhkan produk nasional serta mendorong GNP nasional meningkat. 6 Hukum pengangkutan merupakan hukum yang mengatur mengenai hubungan hukum antara pengirim barang atau penumpang dengan pengangkut termasuk yang diciptakan berdasarkan perjanjian untuk melaksanakan jasa pengangkutan hingga sampai ke tujuan. Menurut ketentuan HMN Purwosutjipto pengangkutan pada umumnya adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. HMN Purwosutjipto juga mengartikan keadaan tidak selamat dalam 2 (dua) arti, yaitu barang tidak ada, lenyap atau musnah, dan barangnya ada tetapi rusak sebagian atau seluruhnya. 7 Pengangkutan baik itu pengangkutan barang maupun pengangkutan penumpang terdiri atas beberapa pihak yang saling berhubungan, dan disatukan dalam sebuah perjanjian pelayanan jasa. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pengangkutan barang, yaitu: 1. Pengirim barang 2. Pengangkut 3. Penerima Barang Selain itu menurut Purwosutjipto dalam bukunya juga mengatakan, dengan telah terjadinya perjanjian pengangkutan antara pengangkut dengan 6 Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm 2 7 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jilid 3, Djambatan, Jakarta, 1984, hlm. 2

11 pengirim barang, maka lahirlah hak dan kewajiban para pihak, yang mana kewajiban pengangkut menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pengirim adalah membayar uang atau ongkos angkutan. 8 Ketentuan mengenai tanggung jawab dalam pengangkutan dapat kita jumpai di dalam pasal 468 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), yang berbunyi: Persetujuan pengangkutan mewajibkan si pengangkut untuk menjaga akan keselamatan barang yang harus diangkutnya, mulai saat diterimanya hingga saat diserahkannya barang tersebut. Si pengangkut diwajibkan mengganti segala kerugian, yang disebabkan karena barang tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat diserahkannya, atau karena terjadi kerusakan pada barang itu, kecuali apabila dibuktikannya bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan tadi. Disebabkan oleh suatu malapetaka yang selayaknya tidak dapat dicegah maupun dihindarkannya, atau cacat dari pada barang tersebut, atau oleh kesalahan dari si yang mengirimkannya. Ia bertanggung jawab untuk perbuatan dari segala mereka, yang dipekerjakannya, dan untuk segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut. Oleh karena itu dapat ditafsirkan tanggung jawab pengangkut adalah pada saat barang dibawah penguasaan pengangkut sampai pada saat barangbarang itu sampai ketempat tujuan. Bagi pengangkutan-pengangkutan yang bersifat khusus, pengangkutan diberi kebebasan untuk melepaskan seluruh atau sebagian hak serta kekebalan atau kebebasannya, ataupun menambah suatu kewajiban maupun tanggung jawab diluar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam konvensi The Haque Rules 1924, yaitu dengan cara pengangkut menyatakan dalam surat perjanjian pengangkutan, 8 Ibid,

12 bahwa pengangkut menyetujui untuk mengurus penyerahan barang sampai gudang muatan dipelabuhan tujuan. Usaha persiapan dan juga perencanaan maupun sikap intropeksi dalam berbagai aspek, baik itu mnegenai pengkemasan, bongkar muat, pembayaran biaya-biaya, asuransi dan sebagainya, menunjukkan bahwa penyelenggaraan pengangkutan adalah masalah yang perlu untuk diperhatikan secara serius dan menyeluruh. Hal ini menjaga kemungkinan akibat-akibat yang tidak diinginkan, yang bisa menyebabkan kerugian-kerugian dalam pengangkutan, bahkan mengakibatkan kemunduran perusahaan dalam proses produksi. Oleh karena itu, memprioritaskan hal yang positif yakni intropeksi terhadap proses kegiatan pengangkuatan barang, kiranya dapat memberi keuntungan baik moral maupun materiil, terutama menuju ke arah perkembangan dan pembangunan perekonomian perusahaan. E. Metodologi Penelitian 1. Obyek Penelitian a. Tanggung jawab PT. Gunung Harta cabang Bantul pada pengangkutan pengiriman barang b. Penyelesaian terhadap kerugian yang timbul jika terjadi wanprestasi terhadap pengangkutan paket barang pada PT. Gunung Harta cabang Bantul

13 2. Subyek penelitian a. Pimpinan PT.Gunung Harta cabang Bantul selaku pihak pengangkut b. Petugas atau karyawan PT.Gunung Harta cabang Bantul c. Pengirim Barang 3. Sumber Data a. Data primer, berupa data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian tentang pengangkutan pada PT. Gunung Harta cabang Bantul. b. Data sekunder, berupa data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) yang terdiri dari : 1) Bahan Hukum Primer, berupa : a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang b. UU No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan 2) Bahan Hukum Sekunder, berupa literature, jurnal, internet, yurisprudensi dan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalah penelitian 3) Bahan Hukum Tersier, berupa Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia 4. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer, dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dengan cara Tanya jawab dengan petugas atau karyawan PT.

14 Gunung Hara cabang Bantul Pengirim dan Penerima barang. Wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya sebagai pedoman agar menimbulkan pertanyaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. b. Data Sekunder, dilakukan dengan cara melalui studi kepustakaan, pengumpulan data dengan mengkaji berbagai peraturan perundangundangan atau literatur yang berhubungan dengan permasalahan penelitian atau obyek penelitian. 5. Metode Pendekatan Dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara ddeskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Data penelitian diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan penelitian b. Hasil klasifikasi data selanjutnya disistematisasikan c. Data yang telah disistematisasikan kemudian dianalisis untuk dijadikan dasar dalam mengambil kesimpulan Selanjutnya disajikan secara deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normative yaitu metode pendekatan yang menitik beratkan pada aspek yuridis yang menganalisis permasalahan dari sudut pandang/menurut ketentuan hokum atau perundang-undangan yang berlaku.

15 F. Sistematika Penulisan Kerangka skripsi dalam penelitian ini diuraikan dalam bentuk bab-bab sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada Bab ini berisikan uraian tentang permasalahan yang melatar belakangi tema pokok penelitian sehingga sehingga dapat membuat suatu rumusan masalah dan tujuan penelitian. Di samping itu, diuraikan tinjauan pustaka menurut beberapa teori dan landasan hukum yang sesuai dengan masalah penelitian. BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN Pada Bab ini berisikan tentang tinjauan teoritis dan yuridis mengenai aspek-aspek pokok dalam mengkaji obyek penelitian. Menguraikan tentang pengertian perjanjian, hak dan kewajiban dalam suatu perjanjian maupun kesepakatan dalam perjanjian pengangkutan. BAB III : TANGGUNG JAWAB PT PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN PENGIRIMAN PAKET BARANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM HIGHWAY PADA PT. GUNUNG HARTA CABANG BANTUL Pada Bab ini akan disajikan hasil-hasil penelitian yang berisikan tentang tanggung jawab serta perlindungan hukum bagi konsumen yang diakibatkan oleh perlakuan wanprestasi para pihak pada

16 perjanjian pengangkutan dan penyelesaian hukum yang dilakukan konsumen apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak dalam perjanjian pengangkutan. BAB IV : PENUTUP Pada Bab ini akan disajikan pandangan dari hasil-hasil penelitian sebagai kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian. Di samping itu pula akan di berikan beberapa saran bagi pihak-pihak terkait sebagai bagian dari konstribusi peneliti dalam meningkatkan penegakan hukum di Indonesia.