BAB III METODE PENELITIAN. dalam pelaksanaan penelitian (Juliansyah Noor, 2011: 108). menggunakan metode penelitian sampling. Berdasarkan keterkaitan

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Risiko Bencana-... (Akhmad Ganang H.)

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS RISIKO BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI SUNDORO DI KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BAB I PENDAHULUAN I-1

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 Lokasi penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengembangan Peta Rencana Kontijensi Bencana Gunung Api Studi Kasus: Gunung Api Lokon

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MITIGASI BENCANA LAHAR HUJAN GUNUNGAPI MERAPI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH DI SUB DAS KALI PUTIH KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Penentuan Aliran Hidrologi Metode Steepest Slope dan Lowest Height dengan Aster GDEMV2 dan Alos Palsar (Studi Kasus: Gunung Kelud, Jawa Timur)

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

Rapid Assessment Terhadap Kerusakan Bangunan Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Selama periode telah terjadi 850

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan penggambaran tentang hubungan antarvariabel, pengumpulan data, dan analisis data, sehingga dengan adanya desain yang baik peneliti mempunyai gambaran yang jelas tentang keterkaitan antar variabel dan apa yang hendak dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian (Juliansyah Noor, 2011: 108). Penelitian ini berdasarkan keterkaitan dengan populasi menggunakan metode penelitian sampling. Berdasarkan keterkaitan dengan karakteristik objek penelitian, penelitian ini menggunakan metode survei. Menurut Hadi Sabari Yunus (2012: 311) pada praktiknya metode survei juga dapat dipraktikan untuk gejala fisikal alami dan budayawi yang merupakan objek yang tidak dapat diwawancarai, namun atribut terkait dari objek dapat diketahui melalui pengukuran-pengukuran langsung (observasi) terhadap objek yang bersangkutan. Berdasarkan keterkaitan dengan analisis datanya penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan geografi yang meliputi pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan. Pendekatan keruangan ditujukan oleh cara pandang terhadap lokasi penelitian dimana wilayah Kecamatan Ngadirejo yang terdiri dari berbagai variasi kondisi lahan dipandang suatu kesatuan ruang yang memiliki pola, interaksi, dan asosiasi. Pendekatan kelingkungan ditunjukan oleh keterkaitan antara tingkat bahaya sebagai hasil proses alam dengan tingkat kerentanan dan 38

39 kapasitas yang melibatkan menusia serta unsur sosial budaya didalamnya. Pendekatan kewilayahan terutama digunakan dalam analisis hasil risiko pada setiap desa. Hasil analisis tersebut selanjutnya disusun untuk menggambarkan tingkat dan sebaran risiko di wilayah Kecamatan Ngadirejo. Konsep geografi yang digunakan antara lain meliputi lokasi, jarak, aksesibilitas, interaksi, pola, interaksi, keterkaitan keruangan, dan diferensiasi area dalam ruang. Prinsip geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsib lokasi dan persebaran, interelasi, deskripsi, dan korologi. B. Variabel dan Definisi Oprasional Variabel Variabel penelitian adalah objek penelitian apa yang menjadi titik perhatian atau penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 161). Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel (Masri Singarimbun, 2006: 49). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu variabel bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Berikut ialah definisi oprasional dari masing-masing variabel. 1. Bahaya, meliputi variabel sebagai berikut: a. Kawasan Rawan Bencana (KRB) I KRB I adalah kawasan yang terletak dalam radius 8 km dari kepundan atau yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan.

40 b. Kawasan Rawan Bencana (KRB) II KRB II adalah kawasan yang terletak dalam radius 5 km dari kepundan atau yang berpotensi terlenda aliran lava, lahar hujan, dan awan panas. c. Kawasan Rawan Bencana (KRB) III KRB III adalah kawasan yang terletak dalam radius 2 km dari kepundan atau yang selalu terancam aliran lava, gas beracun, dan awan panas. 2. Kerentanan a. Kerentanan Sosial, meliputi variabel sebagai berikut: 1) Jumlah Penduduk Jumlah penduduk adalah banyaknya penduduk yang tinggal atau mendiami suatu tempat. Jumlah penduduk mempengaruhi mudah atau tidaknya penanganan terhadap bencana yang terjadi. 2) Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah tingkat perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk mempengaruhi mudah atau tidaknya penanganan terhadap bencana yang terjadi. 3) Rasio Kelompok Rentan Rasio kelompok rentan adalah rasio kelompok dalam masyarakat yang lebih rentan terkena dampak dari bencana dihitung dari rasio jumlahnya dengan jumlah seluruh

41 penduduk di suatu wilayah. Rasio kelompok ini dibagi menjadi beberapa kategori yaitu: a) Rasio Jenis Kelamin Rasio jenis kelamin adalah perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan jumlah seluruh penduduk di suatu wilayah. Penduduk perempuan dianggap lebih rentan terkena dampak bencana. b) Rasio Kelompok Umur Rasio kelompok umur adalah perbandingan jumlah penduduk usia muda dan usia tua dengan jumlah seluruh penduduk di suatu wilayah. Penduduk usia muda dengan umur 0-14 tahun dan penduduk usia tua dengan umur >64 tahun dianggap lebih rentan terkena dampak bencana. c) Rasio Kemiskinan Rasio kemiskinan adalah perbandingan jumlah rumah tangga miskin dengan jumlah seluruh rumah tangga di suatu wilayah. Rumah tangga miskin memiliki kategori SM (sangat miskin), M (miskin), HM (hampir miskin), dan RML (rentan miskin lainnya). b. Kerentanan Ekonomi, meliputi variabel sebagai berikut: 1) Luas Lahan Produktif Luas lahan produktif adalah luasan lahan yang dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan yang bersifat produktif seperti sawah, tegalan, dan perkebunan.

42 2) Jumlah Ternak Jumlah ternak adalah banyaknya ternak yang dipelihara oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis ternak dibedakan menjadi ternak besar dan ternak kecil. c. Kerentanan Fisik, meliputi variabel sebagai berikut: 1) Jumlah Rumah Jumlah rumah adalah banyaknya tempat tinggal penduduk pada di suatu wilayah. Rumah menjadi tempat yang dapat menarik orang-orang untuk tinggal di dalamnya sehingga menjadi salah satu faktor dalam kerentanan bencana. 2) Jumlah Fasilitas Umum Jumlah fasilitas umum adalah banyaknya fasilitas yang diadakan atau diperuntukan untuk kepentingan umum seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, dan pemerintah yang berfungsi sebagai pusat pelayanan untuk masyarakat. Fasilitas umum menjadi tempat yang dapat menarik orangorang untuk datang ke lokasi tersebut sehingga menjadi salah satu faktor dalam kerentanan bencana. d. Kerentanan Lingkungan (Jenis Penggunaan Lahan) Jenis penggunaan lahan adalah variasi bentuk perwujudan yang dilakukan oleh manusia terhadap lahan. Setiap penggunaan lahan memiliki respon berbeda terhadap suatu

43 bencana. Jenis-jenis penggunaan lahan dapat mempengaruhi cepat atau tidaknya laju aliran material letusan. 3. Variabel Kapasitas a. Kapasitas Sosial, meliputi variabel sebagai berikut: 1) Jenis Organisasi Penaggulangan Bencana Jenis organisasi penanggulangan bencana adalah jenis organisasi yang dibentuk oleh pemerintah daerah dan atau desa untuk penanggulangan bencana. Keberadaan organisasi daerah dan atau desa akan meningkatkan kesiapsiagaan suatu wilayah dalam menghadapi bencana. 2) Keberadaan Kearifan Lokal Keberadaan kearifan lokal adalah ada atau tidaknya adat istiadat pada suatu daerah yang dapat mengurangi potensi terjadinya bencana di suatu daerah. b. Kapasitas Sistem Menejemen Kebencanaan, meliputi variabel sebagai berikut: 1) Jenis Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) Jenis sistem peringatan dini adalah variasi bentuk sistem yang berfungsi untuk melakukan peringatan sedini mungkin terhadap sebuah bencana yang terjadi. 2) Jenis Jalur Evakuasi Jenis jalur evakuasi adalah variasi bentuk jalur yang difungsikan untuk mengevakuasi korban bencana pada suatu daerah.

44 3) Jenis Petunjuk Evakuasi Jenis petunjuk evakuasi adalah variasi bentuk petunjuk khusus yang difungsikan untuk menunjukan arah melakukan kegiatan evakuasi korban bencana di suatu daerah. 4) Jenis Lokasi Evakuasi Jenis lokasi evakuasi adalah variasi bentuk lokasi yang difungsikan untuk tempat evakuasi korban bencana di suatu daerah. C. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada Kawasan Rawan Bencana Gunung Sundoro. Wilayah Kecamatan Ngadirejo merupakan wilayah yang terkena dampak akibat dari aktivitas kedua Gunung tersebut. Waktu penelitian ini antara Bulan Mei sampai Juli 2014. D. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen atau anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian (Juliansyah Noor, 2011: 147). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh desa atau kelurahan di wilayah Kecamatan Ngadirejo yang terbagi menjadi KRB I, KRB, II, dan KRB III. Perbedaan KRB akan berpengaruh pada tingkat bahaya dan kerentanan yang dialami oleh setiap desa atau kelurahan di Kecamatan Ngadirejo.

45 Pada tingkat kapasitas dilakukan pengambilan sampel untuk memperolah data kapasitas bencana. Pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya dapat digunakan untuk menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi (Juliansyah Noor, 2011: 148). Pengambilan Sampel dilakukan dengan teknik purposif. Menurut Hadi Sabari Yunus (2012: 302) penekanan pada teknik purposif adalah pada karakter anggota sampel yang karena pertimbangan mendalam dianggap atau diyakini oleh peneliti akan benar-benar mewakili karakter populasi. Pada tingkat kapasitas bencana populasinya ialah seluruh desa atau kelurahan yang terbagi pada masing-masing KRB. Penentuan sampel dalam untuk memperoleh data kapasitas bencana dilakukan dengan teknik purposif berdasarkan tingkat KRB tertinggi luas wilayah terancam. KRB III diwakili oleh Desa Katekan dan Giripurno. KRB II diwakili oleh Desa Tegalrejo dan Purbosari. KRB I diwakili oleh Kelurahan Manggong dan Desa Ngadirejo. Masing-masing desa atau kelurahan akan diwakilkan oleh penduduknya yang dianggap berkompeten yaitu perengkat desa atau kelurahan setempat. lokasi desa atau kelurahan yang disampel untuk memperoleh data kapasitas dapat dilihat pada gambar 3. E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian

46 392000 396000 PETA LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL PENELITIAN DAERAH PENELITIAN 9200000 ±U 0 0,35 0,7 1,4 2,1 Km Campursari Mangunsari Kec. Jumo Ngaren Gondangwinangun Ngadirejo Gandu Wetan Manggong Dlimoyo 9200000 Gejagan Petirejo Kec. Candiroto Purbosari Pringapus Kataan Karanggedong Tegalrejo Munggangsari Banjarsari Medari 9196000 Giripurno Katekan Kec. Bansari 9216000 400000 420000 Kab. Temanggung 9192000 9196000 9192000 9216000 400000 420000 392000 396000 Batas Adminstratif Batas Desa Batas Kecamatan Hidrografi Sungai Legenda Jalan Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Lain Keterangan KRB III KRB II KRB I Sumber: Administratif Kabupaten Temanggung Tahun 2013 Sistem Koordinat: WGS 1984 UTM Zone 49S Disalin oleh: Akhmad Ganang Hasib NIM: 10405241040 Gambar 3. Lokasi Pengambilan Sampel Penelitian

47 (Juliansyah Noor, 2011: 138). Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain: 1. Wawancara Menurut Hadi Sabari Yunus (2010: 357) wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara menanyakan secara langsung pada sumber informasi. Instrumen yang digunakan ialah pedoman wawancara. Suatu pedoman wawancara sangat diperlukan agar peneliti tidak kehilangan orientasi dalam proses wawancara. Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data kapasitas suatu wilayah dalam menghadapi bencana yaitu jenis organisasi penanggulangan bencana dan keberadaan kearifan lokal. 2. Observasi Menurut Juliansyah Noor (2011: 140) teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Penelitian ini menggunakan observasi dengan objek kajian bukan manusia. Objek kajian yang dimaksud ialah objek kajian bukan makhluk hidup yang bersifat artifisial (kota, desa, rumah, jaringan jalan, dan sebagainya). (Hadi Sabari Yunus, 2010: 381). Instrumen penelitiannya antara lain: a. Buku Catatan Buku ini memuat hal-hal pokok yang dialami peneliti selama melaksanakan penelitian. Buku ini digunakan untuk melengkapi data kapasitas bencana di suatu daerah.

48 b. Kamera Kamera digunakan untuk mengabadikan sebuah kenampakan yang hasilnya berupa foto. Foto sangat bermanfaat dalam membangkitkan memori mengenai hal-hal tertentu karena memori manusia sangat terbatas. Kamera digunakan untuk melengkapi data kapasitas bencana di suatu daerah. 3. Dokumentasi dan Interpretasi Kedua teknik pengumpulan data ini saling terkait satu sama lain, sehingga penggunaannya tidak dapat dipisahkan. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data sekunder dari berbagai sumber. Interpretasi dilakukan untuk memberikan makna pada sebuah data pada data-data sekunder yang telah terkumpul. Macammacam data yang didokumentasikan dan diinterpretasi antaralain: a. Citra Satelit Citra satelit merupakan rekaman gambar permukaan bumi yang diperoleh dari media satelit. Perkembangan teknologi saat ini membuat citra satelit memiliki resolusi yang tinggi, sehingga data yang terekam dapat diidentifikasi lebih detail. Citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Citra Satelit Landsat Citra satelit lansat digunakan untuk memperoleh data bentuk lahan. Ciri-ciri dari kenampakan muka bumi diidentifikasi kemudian digolongkan kedalam bentuklahan tertentu.

49 2) Citra Satelit Quickbird Citra ini memiliki resolusi spasial tinggi, sehingga dapat digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan lahan yang lebih akurat di wilayah penelitian. Citra ini digunakan untuk melengkapi data jenis penggunaan lahan yang diperolah dari Rupa Bumi Indonesia (RBI). Informasi dari citra satelit terbaru sangat penting keberadaanya, karena perubahan penggunaan lahan sangat dinamis. 3) Citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) Citra SRTM digunakan untuk membuat peta ketinggian daerah penelitian. Citra ini juga digunakan untuk membatu membuat peta kemiringan lereng dan peta bentuklahan wilayah penelitian. Citra SRTM diperoleh dari website United States Geological Survey (USGS). b. Menurut Hadi Sabari Yunus (2010: 397) sebuah peta tidak lain merupakan model bagian permukaan bumi yang digambarkan pada sebuah bidang datar. Sebuah peta yang dikeluarkan institusi resmi (Bakosurtanal sekarang Badan Informasi Geospasial) dapat digunakan sebagai data dasar penelitian. Beberapa jenis peta yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) Geologi geologi digunakan untuk menyusun deskripsi geologi daerah penelitian. geologi diperoleh dari

50 koleksi peta geologi perpustakaan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada yang diterbitkan oleh Badan Geologi. geologi yang digunakan ialah peta geologi lembar Magelang-Semarang dengan skala 1:100.000. 2) Rupa Bumi Indonesia (RBI) RBI juga digunakan untuk menyusun deskripsi daerah penelitian, antara lain wilayah administrasi, jalan, sungai, lereng, dan penggunaan lahan. RBI yang digunakan ialah peta RBI lembar Ngadireja dan Parakan dengan skala 1:25.000 yang diterbitkan oleh Bakosurtanal (sekarang Badan Informasi Geospasial). 3) Adminstratif Kabupaten Temanggung Tahun 2013 administratif ini digunakan untuk menyusun batas-batas adminstratif Kecamatan Ngadirejo. Penggunaan data pada peta ini akan saling melengkapi dengan peta RBI. ini diperoleh dari bappeda Kabupaten Temanggung. 4) Jenis Tanah Kabupaten Temanggung Tahun 2013 jenis tanah digunakan untuk menyusun deskripsi jenis tanah di wilayah Kecamatan Ngadirejo. ini diperoleh dari bappeda Kabupaten Temanggung.

51 5) Kemiringan Lereng Kabupaten Temanggung Tahun 2013 kemiringan lereng digunakan untuk menyusun deskripsi tingkat kemiringan lereng di Kecamatan Ngadirejo. ini diperoleh dari bappeda Kabupaten Temanggung. 6) Penggunaan Lahan Kabupaten Temanggung Tahun 2013 penggunaan lahan digunakan untuk melengkapi data deskripsi jenis penggunaan lahan, luas lahan produktif, dan jenis penggunaan lahan yang masuk dalam kerentanan lingkungan. ini diperoleh dari bappeda Kabupaten Temanggung. c. Tabel, Grafik, dan Diagram Keberadaan tabel yang yang dibuat oleh seorang peneliti dan kemudian dicantumkan dalam laporan ilmiah yang diakui dapat dimanfaatkan sebagai sumber data (Hadi Sabari Yunus, 2010: 357). Data tabel, grafik, maupun diagram yang diperoleh dari berbagai sumber kemudian diinterpretasi untuk diperoleh maknanya. Beberapa jenis tabel, diagram atau grafik yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) Data Intensitas Curah Hujan selama 10 tahun (2004-2013) di Kecamatan Ngadirejo. Data ini diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Temanggung. Data intensitas curah hujan

52 digunakan untuk menyusun deskripsi curah hujan wilayah penelitian. 2) Data Monografi Kecamatan Ngadirejo Tahun 2013 Data ini digunakan untuk membatu melengkapi data jumlah penduduk dan jumlah ternak. Data monografi diperoleh dari Kantor Kecamatan Ngadirejo. 3) Data Jumlah Rumah Tangga berdasarkan Kriteria Kemiskinan di Kabupaten Temanggung Tahun 2011 Data ini digunakan untuk menyusun data rasio kemiskinan dalam variabel kerentanan sosial. Data kemiskinan diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Temanggung. 4) Data Jumlah Penduduk berdasarkan Kriteria Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kecamatan Ngadirejo Tahun 2013 Data ini digunakan untuk menyusun data rasio jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur dalam variabel kerentanan sosial. Data ini diperoleh dari BPS Kabupaten Temanggung. 5) Data Jumlah Ternak di Kecamatan Ngadirejo Tahun 2013 Data ini digunakan untuk menyusun data jumlah ternak dalam variabel kerentanan ekonomi. Data ini diperoleh dari BPS Kabupaten Temanggung.

53 6) Data Luas Lahan di Kecamatan Ngadirejo Tahun 2013 Data ini digunakan untuk menyusun data luas lahan produktif dalam variabel kerentanan ekonomi. Data ini diperoleh dari BPS Kabupaten Temanggung. 7) Data Jumlah Rumah di Kecamatan Ngadirejo Tahun 2013 Data ini digunakan untuk menyusun data jumlah rumah dalam variabel kerentanan fisik. Data ini diperoleh dari BPS Kabupaten Temanggung. 8) Data Jumlah Fasilitas Umum di Kecamatan Ngadirejo Tahun 2013 Data ini digunakan untuk menyusun data jumlah fasilitas umum dalam variabel kerentanan fisik. Data ini diperoleh dari BPS Kabupaten Temanggung. 9) Data Jumlah Penduduk Terancam Bencana Kabupaten Temanggung Tahun 2013 Data ini digunakan sebagai pelengkap data jumlah penduduk yang terancam bahaya erupsi Gunung Sundoro. Data ini diperoleh dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Temanggung. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah cara-cara yang digunakan untuk memberikan makna pada data-data yang telah didapat. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis data yaitu:

54 1. Analisis Pengharkatan (scoring) Pengharkatan dilakukan pada masing-masing variabel bahaya, kerentanan, dan kapasitas untuk mengetahui tingkat risiko bencana. Analisis pengharkatan dilakukan dengan bantuan software ArcGIS 10.1. Variabel yang akan diharkat adalah sebagai berikut: a. Bahaya Penentuan tingkat bahaya erupsi gunungapi di Kecamatan Ngadirejo dilakukan berdasarkan KRB Gunung Sundoro yang diterbitkan oleh Badan Geologi. Kriteria dan interval skor tingkat bahaya erupsi gunungapi di Kecamatan Ngadirejo ditunjukan oleh tabel. Tabel 3. Pengharkatan Variabel Bahaya Erupsi Gunungapi Kriteria Tingkat Bahaya Kelas Skor KRB III Tingkat Bahaya Tinggi I 30 KRB II Tingkat Bahaya Sedang II 20 KRB I Tingkat Bahaya Rendah III 10 Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 b. Kerentanan 1) Kerentanan Sosial, meliputi variabel sebagai berikut: a) Tingkat Jumlah Penduduk Tabel 4. Pengharkatan Variabel Jumlah Penduduk No. Kriteria (jiwa) Skor Tingkat 1 Jumlah penduduk (>2.500) 30 Tinggi 2 Jumlah penduduk (1.000-2.500) 20 Sedang 3 Jumlah penduduk (<1.000) 10 Rendah Sumber: M. Nursa ban, dkk (2012: 23) dengan modifikasi b) Tingkat Kepadatan Penduduk Tabel 5. Pengharkatan Variabel Tingkat Kepadatan Penduduk No. Kriteria (jiwa/km 2 ) Skor Tingkat 1 Kepadatan penduduk (>1.000 30 Tinggi 2 Kepadatan penduduk (500-20 Sedang 1.000) 3 Jumlah penduduk (<500) 10 Rendah Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012

55 c) Rasio Kelompok Rawan (1) Rasio Jenis Kelamin Tabel 6. Pengharkatan Variabel Rasio Jenis Kelamin No. Kriteria (%) Skor Tingkat 1 >40 30 Tinggi 2 20-40 20 Sedang 3 <20 10 Rendah Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi (2) Rasio Kelompok Umur Tabel 7. Pengharkatan Variabel Rasio Kelompok Umur No. Kriteria (%) Skor Tingkat 1 >40 30 Tinggi 2 20-40 20 Sedang 3 <20 10 Rendah Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi (3) Rasio Kemiskinan Tabel 8. Pengharkatan Variabel Rasio Kemiskinan No. Kriteria (%) Skor Tingkat 1 >40 30 Tinggi 2 20-40 20 Sedang 3 <20 10 Rendah Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi Kerentanan sosial dipengaruhi oleh semua variabel yang telah disebutkan. Masing-masing variabel memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat kerentanan sosial total. Berikut ialah persentase pembobotan masing-masing variabel kerentanan sosial. Tabel 9. Pembobotan Variabel Kerentanan Sosial No. Variabel Bobot (%) 1 Jumlah Penduduk 30 2 Tingkat Kepadatan Penduduk 30 3 Rasio Kelompok Rentan Rasio Jenis Kelamin 10 Rasio Kelompok Umur 10 Rasio Kemiskinan 20 Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi

56 Penentuan tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Ngadirejo dilakukan sebagai berikut: jumlah skor tertinggi jumlah skor terendah Interval = jumlah kelas 30 10 Interval = = 7 3 Kriteria dan interval skor tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Ngadirejo ditunjukan oleh tabel berikut. Tabel 10. Penentuan Tingkat Kerentanan Sosial Interval Kriteria Kelas Skor 24-30 Tingkat Kerentanan Tinggi I 30 17-23 Tingkat Kerentanan Sedang II 20 10-16 Tingkat Kerentanan Rendah III 10 Sumber: Analisis Data, 2014 2) Kerentanan Ekonomi, meliputi variabel sebagai berikut: (1) Luas Lahan Produktif Tabel 11. Pengharkatan Variabel Luas Lahan Produktif No. Kriteria (ha) Skor Tingkat 1 >200 30 Tinggi 2 100-200 20 Sedang 3 <100 10 Rendah Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi (2) Jumlah Ternak Tabel 12. Pengharkatan Variabel Jumlah Ternak No. Kriteria (ekor) Skor Tingkat 1 >8.000 30 Tinggi 2 4.000-8.000 20 Sedang 3 <4.000 10 Rendah Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi Kerentanan ekonomi dipengaruhi oleh semua variabel yang telah disebutkan. Masing-masing variabel memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat kerentanan ekonomi total. Berikut ialah persentase pembobotan masing-masing variabel kerentanan ekonomi.

57 Tabel 13. Pembobotan Variabel Kerentanan Ekonomi No. Variabel Bobot (%) 1 Luas Lahan Produktif 40 2 Jumlah Ternak 60 Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi Penentuan tingkat kerentanan ekonomi di Kecamatan Ngadirejo dilakukan sebagai berikut: jumlah skor tertinggi jumlah skor terendah Interval = jumlah kelas 30 10 Interval = = 7 3 Kriteria dan interval skor tingkat kerentanan ekonomi di Kecamatan Ngadirejo ditunjukan oleh tabel berikut. Tabel 14. Penentuan Tingkat Kerentanan Ekonomi Interval Kriteria Kelas Skor 24-30 Tingkat Kerentanan Tinggi I 30 17-23 Tingkat Kerentanan Sedang II 20 10-16 Tingkat Kerentanan Rendah III 10 Sumber: Analisis Data, 2014 3) Kerentanan Fisik, meliputi variabel sebagai berikut: (1) Jumlah Rumah Tabel 15. Pengharkatan Variabel Jumlah Rumah No. Kriteria (buah) Skor Tingkat 1 >1.000 30 Tinggi 2 500-1.000 20 Sedang 3 <500 10 Rendah Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi (2) Jumlah Fasilitas Umum Tabel 16. Pengharkatan Variabel Jumlah Fasilitas Umum No. Kriteria (buah) Skor Tingkat 1 >30 30 Tinggi 2 10-30 20 Sedang 3 <10 10 Rendah Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi Kerentanan fisik dipengaruhi oleh semua variabel yang telah disebutkan. Masing-masing variabel memiliki

58 pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat kerentanan fisik total. Berikut ialah persentase pembobotan masingmasing variabel kerentanan fisik. Tabel 17. Pembobotan Variabel Kerentanan Fisik No. Variabel Bobot (%) 1 Jumlah Rumah 70 2 Jumlah Fasilitas Umum 30 Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi Penentuan tingkat kerentanan fisik di Kecamatan Ngadirejo dilakukan sebagai berikut: jumlah skor tertinggi jumlah skor terendah Interval = jumlah kelas 30 10 Interval = = 7 3 Kriteria dan interval skor tingkat kerentanan fisik di Kecamatan Ngadirejo ditunjukan oleh tabel berikut. Tabel 18. Penentuan Tingkat Kerentanan Fisik Interval Kriteria Kelas Skor 24-30 Tingkat Kerentanan Tinggi I 30 17-23 Tingkat Kerentanan Sedang II 20 10-16 Tingkat Kerentanan Rendah III 10 Sumber: Analisis Data, 2014 4) Kerentanan Lingkungan (Jenis Penggunaan Lahan) Tabel 19. Pengharkatan Variabel Penggunaan Lahan No. Kriteria Skor Tingkat 1 Permukiman, lahan kosong 30 Tinggi 2 Sawah, Kebun campuran, 20 Sedang Tegalan 3 Hutan terganggu, hutan alami 10 Rendah Sumber: M. Nursa ban, dkk (2012) Kerentanan total dipengaruhi oleh semua variabel Kerentanan. Masing-masing variabel kerentanan mempunyai bobot yang berbeda-beda pada terhadap tingkat kerentanan total. Berikut ialah persentase bobot pada setiap variabel kerentanan.

59 Tabel 20. Pembobotan Variabel Kerentanan No. Variabel Bobot (%) 1 Kerentanan Sosial 30 2 Kerentanan Ekonomi 25 3 Kerentanan Fisik 20 4 Kerentanan Lingkungan 25 Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan modifikasi Penentuan tingkat kerentanan bencana di Kecamatan Ngadirejo dilakukan sebagai berikut: jumlah skor tertinggi jumlah skor terendah Interval = jumlah kelas 30 10 Interval = = 4 5 Kriteria dan interval skor tingkat kerentanan bencana di Kecamatan Ngadirejo ditunjukan oleh tabel berikut. Tabel 21. Penentuan Kelas Kerentanan Total Interval Kriteria Kelas Skor 26-30 Tingkat Kerentanan Sangat Tinggi I 50 22-25 Tingkat Kerentanan Tinggi II 40 18-21 Tingkat Kerentanan Sedang III 30 14-17 Tingkat Kerentanan Rendah IV 20 10-13 Tingkat Kerentanan Sangat Rendah V 10 Sumber: Analisis Data, 2014 c. Kapasitas a) Kapasitas Sosial, meliputi variabel sebagai berikut: (1) Jenis Organisasi Penaggulangan Bencana Tabel 22. Pengharkatan Variabel Jenis Organisasi Penanggulangan Bencana No. Kriteria Skor Tingkat 1 Organisasi Penanggulangan 3 Tinggi Bencana Daerah dan Organisasi Penanggulangan Bencana Lokal 2 Organisasi Penanggulangan 2 Sedang Bencana Daerah 3 Tidak ada 1 Rendah Sumber: IGM Agung Nandaka, dkk (2010: 19)

60 (2) Keberadaan Kearifan lokal Tabe 23. Pengharkatan Variabel Keberadaan Kearifan Lokal No. Kriteria Skor Tingkat 1 Ada dan dilestarikan 3 Tinggi 2 Ada 2 Sedang 3 Tidak ada 1 Rendah Sumber: M. Nursa ban, dkk (2012: 25) b) Kapasitas Sistem Menejemen Kebencanaan, meliputi variabel sebagai berikut: (1) Jenis Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) Tabel 24. Pengharkatan Variabel Jenis EWS No. Kriteria Skor Tingkat 1 Modern 3 Tinggi 2 Sederhana 2 Sedang 3 Tidak ada 1 Rendah Sumber: IGM Agung Nandaka, dkk (2010: 19) (2) Jenis Jalur Evakuasi Tabel 25. Pengharkatan Variabel Jenis Jalur Evakuasi No. Kriteria Skor Tingkat 1 Modern 3 Tinggi 2 Sederhana 2 Sedang 3 Tidak ada 1 Rendah Sumber: M. Nursa ban, dkk (2012: 25) (3) Jenis Petunjuk Evakuasi Tabel 26. Pengharkatan Variabel Jenis Petunjuk Evakuasi No. Kriteria Skor Tingkat 1 Modern 3 Tinggi 2 Sederhana 2 Sedang 3 Tidak ada 1 Rendah Sumber: M. Nursa ban, dkk (2012: 25) (4) Jenis Lokasi evakuasi Tabel 27. Pengharkatan Variabel Jenis Lokasi Evakuasi No. Kriteria Skor Tingkat 1 Modern 3 Tinggi 2 Sederhana 2 Sedang 3 Tidak ada 1 Rendah Sumber: M. Nursa ban, dkk (2012: 25) Masing-masing variabel kapasitas bencana memiliki pengaruh yang sama, sehingga tidak perlu dilakukan

61 pembobotan. Penentuan tingkat kapasitas bencana di Kecamatan Ngadirejo dilakukan sebagai berikut: jumlah skor tertinggi jumlah skor terendah Interval = jumlah kelas Interval = 18 6 = 2,4 (dibulatkan menjadi 2) 5 Kriteria dan interval skor tingkat kapasitas bencana di Kecamatan Ngadirejo ditunjukan oleh tabel berikut. Tabel 28. Penentuan Tingat Kapasitas Interval Kriteria Kelas Skor 17-18 Tingkat Kapasitas Sangat Tinggi V 50 14-16 Tingkat Kapasitas Tinggi IV 40 11-13 Tingkat Kapasitas Sedang III 30 8-10 Tingkat Kapasitas Rendah II 20 6-7 Tingkat Kapasitas Sangat Rendah I 10 Sumber: Analsis Data, 2014 Penentuan tingkat risiko bencana dipengaruhi oleh bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Bahaya merupakan faktor yang berasal dari alam sifatnya tidak dapat dikurangi, sedangkan kerentanan dan kapasitas merupakan faktor yang berasal dari manusia sifatnya dapat dirubah. Semakin besar kerentanan maka risiko bencana akan semakin besar, sedangkan semakin besar besar kapasitas maka risiko bencana akan semakin kecil. Berikut ialah rumus perhitungan risiko bencana: Risiko Bencana = Bahaya Kerentanan Kapasitas Kriteria dan interval skor tingkat risiko di Kecamatan Ngadirejo ditunjukan oleh perhitungan dan tabel berikut. jumlah skor tertinggi jumlah skor terendah Interval = jumlah kelas Interval = 150 2 = 29 5

62 Tabel 29. Penentuan Tingkat Risiko Bencana Interval Kriteria Kelas 119-150 Tingkat Risiko Sangat Tinggi I 90-118 Tingkat Risiko Tinggi II 61-89 Tingkat Risiko Sedang III 32-60 Tingkat Risiko Rendah IV 2-31 Tingkat Risiko Sangat Rendah V Sumber: Analisis Data, 2014 2. Analisis Tumpang-susun (Overlay) dalam Sistem Informasi Geografi (SIG) Analisis overlay dilakukan dengan melakukan tumpang susun peta pada masing-masing variabel bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Ketiga variabel tersebut akan menghasilkan tiga buah peta baru yaitu peta bahaya, peta kerentanan, dan peta kapasitas. risiko bencana dihasilkan dengan melakukan tumpang susun peta bahaya, peta kerentanan, dan peta kapasitas. Analisis overlay dilakukan dengan bantuan software ArcGIS 10.1. 3. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan sebaran tingkat risiko bencana Erurupsi Gunung Sundoro. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan peta tingkat risiko bencana erupsi Gunung Sundoro. Deskripsi sebaran meliputi luas wilayah sebaran maisng-masing tingkat risiko dan lokasi keberadaan masing-masing tingkat risiko di setiap desa atau kelurahan di Kecamatan Ngadirejo.

Kawasan Rawan Bencana (KRB) Jumlah Pend. Kepada tan Pend. Rasio Kel. Rawan Jumlah Rumah Jumlah Fas. Umum Jumlah Ternak Luas Lahan Pro. Peng. Lahan Jenis Organisasi Keberadaan Kearifan Lokal Jenis EWS Jenis Jalur Evakuasi Jenis Petunjuk Evakuasi Jenis Lokasi Evakuasi Overlay & Scoring Overlay & Scoring Overlay & Scoring Scoring Scoring Kerentanan Sosial Kerentanan Fisik Kerentanan Ekonomi Kerentanan Lingkungan Overlay & Scoring Overlay & Scoring Tingkat dan Sebaran Bahaya Tingkat dan Sebaran Kerentanan Tingkat dan Sebaran Kapasitas Overlay & Scoring Tingkat dan Sebaran Risiko Bencana Gambar 4. Diagram Alir Penelitian 63