BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

dimainkan oleh laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Di yang cukup menggembirakan, namun dalam kancah sepak bola internasional

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi olahraga Indonesia mengalami keadaan pasang dan surut. Pada

BAB I PENDAHULUAN. atlet. Prestasi yang diraih ditandai dengan keberhasilan atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut. sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

1. PENDAHULUAN. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang. dioper harus diterima dan dikontrol oleh rekan seregu.

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, semua orang mengenalnya, baik anak-anak, remaja, tua -muda, pria

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi telah menembus setiap aspek kehidupan. Olahraga tidak

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam permainan sepakbola banyak faktor-faktor yang dibutuhkan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kebugaran seseorang, semakin kuat juga fisik seseorang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. gerak adalah mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah. kesegaran jasmani, dan prestasi (Nala, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia yang tidak dapat di pisahkan dari usaha-usaha pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar bersumber dari atlet, meskipun faktor-faktor yang lain sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola adalah permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat dan sekarang ini banyak pemain yang berlomba-lomba

I. PENDAHULUAN. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang banyak

I. PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, baik di kota-kota maupun di desa-desa. Bahkan sekarang

SOMATOTYPE PEMANAH KATEGORI PEMULA DI KLUB PANAHAN GENDEWO YUDHO ARCHERY KABUPATEN KULON PROGO

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu dan teknologi serta bidang lainnya, termasuk olahraga. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

BAB I PENDAHULUAN. banyak perubahan, dari permainan yang primitive dan sederhana sampai menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN. memasyarakat dan digemari hampir semua orang. Orang bukan saja gemar

I. PENDAHULUAN. telah cukup tumbuh dan berkembang. Hal ini ditandai dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sepakbola ini maka dibentuklah organisasi sepakbola dunia yaitu FIFA (Federation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga populer di dunia

BAB I PENDAHULUAN. khususnya olahraga prestasi. Olahraga prestasi yang dimaksud dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk menjaga kondisi fisik agar tetap fit dan bisa bekerja lebih baik.

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola adalah suatu olahraga yang tidak asing lagi ditelinga kita.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan menjadi kebutuhan manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah passing, dribbling, controlling, dan shooting. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. demikian itu berolahraga dapat dilakukan dimana saja. Salah satu olahraga yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Permainan sepak bola sangat membutuhkan kemampuan fisik dan taktik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Dwi Riyan Susanto dan Fatkurahman Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan olahraga yang merakyat dan telah dikenal ditanah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uji Validitas Dan Reabilitas Tes Keterampilan Teknik Sepakbola Usia Remaja

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Permainan sepakbola yang searah dengan filosofi kehidupan

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

Fitri Magfirah 1, Agus Wijanarka 2, Novita Intan Arovah 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. olahraga. Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan berbagai alasan, yaitu untuk

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. 1. Deskripsi Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan untuk mendapatkan pemain melalui jaringan orang tua dan

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah

BAB I PENDAHULUAN. terukur, teratur, dan terprogram di pusat-pusat kebugaran (fitness center).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT VO 2 MAX PEMAIN SEPAK BOLA STKIP BBG. Didi Yudha Pranata 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meliputi: ketahanan (endurance), kekuatan (strength) dan kecepatan (speed).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah suatu cabang olahraga permainan yang populer dan. sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik tua

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2015 ANALISIS KEBUTUHAN LATIHAN TEKNIK PEMAIN SEPAKBOLA DALAM LIGA SUPER INDONESIA

Survai Kemampuan Motorik Pemain Sekolah Sepakbola Selabora FIK UNY Oleh:

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dijelaskan dalam UU RI NO 3 Tahun 2005 tentang Sistim Keolahragaan

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang diminati semua golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan beregu yang berisi dari 11 pemain, dimana setiap pemain harus memiliki teknik dasar yang baik dan tepat agar dapat mengendalikan dan menciptakan permainan yang menarik. Adapun teknik dasar yang perlu diperhatikan oleh pemain sepakbola ialah menendang bola, menerima bola, menyundul bola, menggiring bola, gerak tipu dengan bola, merampas bola, melempar bola, teknik pejaga gawang, sedangkan teknik tanpa bola ialah lari, lompat, takling dan teknik penjaga gawang (Daniel, 2007). Prestasi Indonesia dalam dunia sepak bola masih memprihatinkan. Hal ini dibuktikan dari hasil ranking terbaru FIFA, Indonesia berada pada posisi ke-173 (FIFA, 2017). Selain itu, sampai saat ini Indonesia belum dapat menembus pertandingan internasional tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sepak bola di Indonesia masih cukup tertinggal dari pencapaian prestasi. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi atlet, yaitu dapat melalui proses pembibitan atlet yang baik dan pengkajian terhadap performa atlet. Performa atlet dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor genetik, motivasi, latihan, nutrisi, status kesehatan, somatotipe dan kebugaran (Sport Medicine Manual, 2000; Carter, 2002; Dorfman, 2008). Pemenuhan asupan atau nutrisi dapat mempengaruhi performa atlet, dimana pembatasan asupan energi akan berdampak pada kekuatan otot, 1

ketahanan otot juga kebugaran kardiovaskular. Pemenuhan kebutuhan energi setiap atlet berbeda tergantung cabang olahraga yang ditekuni. Latihan berat terus menerus tanpa disertai pemenuhan kebutuhan energi yang sesuai akan sia sia. (Genton, 2010). Secara umum, seorang pemain sepak bola memerlukan energi sekitar 4500 kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi dari orang dewasa normal dengan tubuh yang relatif sama (Depkes RI, 2002). Menurut Penggalih (2007), hasil dari survei yang dilakukan di beberapa negara Eropa menyatakan bahwa para pemain sepak bola masih memperoleh rekomendasi gizi yang kurang tepat, dimana hal ini dipengaruhi oleh adanya asupan zat gizi tambahan lainnya (suplemen yang berlebihan). Sehingga diperlukan adanya pengaturan diet yang sesuai dengan kebutuhan atlet. Mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat, cukup protein, rendah lemak dan cukup vitamin, mineral serta cairan sangat diperlukan untuk menjaga stamina dan ketahanan tubuh. Pemilihan pemain dalam sebuah olahraga tidak hanya ditentukan dari prestasi semata atau kemampuan seseorang dalam bertanding. Namun dipengaruhi juga dengan kemampuan fisik, teknik, taktik yang baik serta didukung oleh kondisi somatotipe yang baik juga memiliki peranan dalam memperoleh prestasi yang maksimal. Somatotipe adalah bentuk tubuh dari seseorang yang sangat menentukan aktivitas fisik terhadap suatu cabang olahraga tertentu (Heath, 2005). Adapun somatotipe atlet sepak bola umumnya didominasi oleh somatotipe jenis mesomorf (Hazir, 2010). Namun begitu, jenis dari somatotipe ini dapat diklasifikasikan secara spesifik sesuai dengan posisi pemain di lapangan.

Di sisi lain, kebugaran juga memiliki peranan penting dalam peningkatan performa atlet. Kebugaran adalah salah satu indikator penentu derajat kesehatan individu juga (Fatmah, 2011). Kebugaran terbagi menjadi dua yaitu health related fitness dan skill related fitness. Kelincahan adalah salah satu komponen biomotor skill related fitness yang mempengaruhi performa seorang atlet (Corbin, 2008). Karena dengan kelincahan, pemain dapat memberikan performa terbaik dalam permainan sepak bola seperti kelincahan dalam menggiring bola, kelincahan dalam menjaga gerak lawan dan kelincahan dalam mencari ruang kosong agar tercipta peluang gol (Udiyana, 2014). Kelincahan ini dapat dipengaruhi oleh postur tubuh yang dimiliki pemain. Pada tingkat perguruan tinggi juga ada suatu wadah pembinaan sepak bola untuk menyalurkan minat dan bakat potensi sepak bola yang dimiliki oleh mahasiswa. Wadah tersebut dikenal dengan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Kompetisi sepak bola pada tingkat perguruan tinggi juga bermacam macam, seperti POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional), POMDA (Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah), LPI (Liga Pelajar Indonesia), dan LIMA (Liga Mahasiswa). Beberapa universitas di DIY memiliki UKM sepak bola dan beberapa diantaranya memiliki prestasi yang cukup baik. Universitas ini juga memiliki UKM sepak bola untuk meningkatkan minat dan bakat pemain sepak bola dalam menghasilkan prestasi dibidang sepak bola. Penelitian dan publikasi mengenai pemenuhan asupan, somatotipe dan skill related fitness kerap kali berdiri sendiri. Publikasi yang sudah ada, meliputi: identifikasi somatotipe, status gizi dan dietary atlet remaja stop and go sports (Penggalih dkk, 2016); profil somatotipe dan tingkat kelainan pola makan (Wijatmoko, 2015); asupan lemak, persentase lemak, dengan kelincahan

(Narruti, 2013); berat badan dan tinggi badan dengan kelincahan (Dewi, 2015). Maka dari itu, penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro yaitu : karbohidrat; protein; lemak, dan somatotipe dengan kelincahan pada pemain sepak bola unit kegiatan mahasiswa (UKM). Penelitian tersebut dilakukan dengan harapan dapat menjadi suatu kajian terhadap keberhasilan atau prestasi atlet di tingkat unit kegiatan mahasiswa dan dapat dipertimbangkan untuk lomba tingkat nasional. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah profil asupan zat gizi makro, somatotipe dan kelincahan pemain sepak bola UKM? 2. Bagaimanakah hubungan antara asupan zat gizi makro dengan somatotipe pemain sepak bola UKM? 3. Bagaimanakah hubungan antara asupan zat gizi makro, somatotipe dengan kelincahan pemain sepak bola UKM? 4. Bagaimanakah hubungan antara jenis latihan dengan kelincahan pemain sepak bola UKM? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dan somatotipe dengan skill related fitness yaitu kelincahan pada pemain sepak bola Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi asupan zat gizi makro, somatotipe, dan kelincahan pemain sepak bola UKM. b. Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dengan somatotipe pemain sepak bola UKM. c. Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dan somatotipe dengan kelincahan pemain sepak bola UKM. d. Mengetahui hubungan antara jenis latihan dan kelincahan pemain sepak bola UKM. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Mendapatkan pendekatan standar somatotipe atlet pemain sepak bola UKM. b. Memberikan informasi mengenai status gizi dan performa atlet pemain sepak bola UKM. 2. Bagi Atlet Memberikan motivasi dalam pengaturan pola makan dan latihan agar memiliki somatotipe dan kelincahan yang optimal. 3. Bagi Pelatih a. Memberi acuan pada skrining awal dalam proses penyeleksian pemain. b. Memberi informasi mengenai pemilihan makanan yang tepat bagi pemain.

4. Bagi Masyarakat Memberikan informasi dalam memilih cabang olahraga yang akan ditekuni. 5. Bagi Institusi a. Memberi informasi mengenai salah satu acuan yang dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan guna pembibitan atlet junior. b. Memberi informasi mengenai penatalaksanaan dalam meningkatkan performa yang mendukung prestasi atlet. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini antara lain : 1. Penelitian Fery Lusviana Widiany (2007) Hubungan Antara Pola Konsumsi Karbohidrat, Protein, dan Lemak dengan Kesegaran Kardiorespirasi Atlet Sepakbola PERSIBA Bantul Tahun 2007 untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi karbohidrat, protein dan lemak dengan kesegaran kardiorespirasi atlet sepakbola PERSIBA Bantul. Metode yang digunakan adalah cross-sectional dengan rancangan observational. Hasil dari penelitian ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi karbohidrat dengan kesegaran kardiorespirasi, sedangkan pada pola konsumsi protein dan lemak tidak ada hubungan bermakna dengan kesegaran kardiorespirasi atlet. Persamaan dengan penelitian ini adalah adanya penilaian asupan zat gizi makro. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah: (1) kesegaran

kardiorespirasi tidak diukur; (2) sampel yang digunakan adalah atlet mahasiswa. 2. Penelitian Nadia Hanun Narruti (2013) Hubungan Asupan Lemak, Persentase Lemak Tubuh, Somatotipe Dengan Kelincahan Atlet Pencak Silat Kategori Tanding Pelatihan Daerah (PELATDA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mengetahui profil dan hubungan antara asupan lemak, persentase lemak tubuh, somatotipe, dengan kelincahan pada atlet. Sampel penelitian ini adalah 15 atlet pencak silat kategori tanding PELATDA DIY. Metode yang digunakan adalah cross-sectional dengan rancangan observational. Hasil penelitian adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan lemak dengan persentase lemak tubuh, somatotipe dan kelincahan. Namun semakin tinggi persentase lemak tubuh maka altet semakin endomorfi sedangkan semakin rendah lemak tubuh dan semakin mesomorfi maka atlet semakin lincah. Persamaan penelitian ini adalah pengukuran somatotipe dan kelincahan. Perbedaan penelitian sekarang adalah : (1) sampel yang berbeda, dimana pada penelitian ini adalah pemain sepak bola UKM; (2) tidak mengukur persentase lemak tubuh; (3) penelitian dilakukan bukan pada saat pertandingan tetapi saat latihan. 3. Penelitian Anies Setiowati (2014) Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Asupan Zat Gizi dengan Kekuatan Otot yang bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh, persen lemak tubuh dan asupan zat gizi dengan kekuatan otot. Sampel penelitian ini adalah 11 siswa atlet bola basket SMA Terang Bangsa Semarang. Metode yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil penelitian ini adalah

terdapat hubungan persen lemak tubuh dengan kekuatan otot dan hubungan asupan protein dengan kekuatan otot. Dimana, semakin kecil persen lemak tubuh maka semakin besar kekuatan otot dan semakin meningkat asupan protein maka kekuatan otot meningkat. Persamaan penelitian ini adalah mengamati asupan zat gizi makro. Perbedaan penelitian sekarang : (1) tidak mengukur kekuatan otot tetapi mengukur kelincahan; (2) sampel yang diteliti adalah pemain sepak bola tingkat mahasiswa. 4. Penelitian Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih dkk (2016) berjudul Identifikasi Somatotipe, Status Gizi, dan Dietary Atlet Remaja Stop and Go Sports somatotipe serta mengevaluasi asupan makanan dan minuman atlet remaja kategori stop and go sports. Metode yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil penelitian adalah seluruh atlet memiliki status gizi normal walaupun persentase asupan dari sebagian atlet masih inadekuat. Rerata somatotipe yang ditemukan bervariasi berdasarkan cabang olahraga, yaitu pada atlet basket tergolong mesomorfik endomorf, atlet sepak bola balans mesomorf dan atlet voli termasuk sentral. Persamaan penelitian adalah mengukur somatotipe dan asupan zat gizi makro. Perbedaan penelitian sekarang adalah mengukur skill related fitness yaitu kelincahan pemain sepak bola UKM. 5. Physical Characteristics and Somatotype. Tujuan penelitian ini untuk menilai karakteristik fisik dari pemain sepak bola berdasarkan tingkat kompetisi dan posisi pemain. Sampel penelitian

adalah pemain sepak bola professional (liga super dan utama) Turki. Metode yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil yang diperoleh adalah : (1) pemain liga super berusia lebih tua dan memiliki berat badan yang lebih besar dibandingkan pemain liga utama, namun tinggi badan dari kedua divisi tersebut hampir sama; (2) terdapat perbedaan yang signifikan pada berat badan dan tinggi badan berdasarkan posisi; (3) rerata somatotipe dari kedua divisi tersebut adalah mesomorfik. Persamaan penelitian ini adalah mengukur somatotipe pada pemain sepak bola. Perbedaan penelitian sekarang : (1) level kompetisi atlet adalah pemain sepak bola mahasiswa; (2) mengukur asupan zat gizi makro dan kelincahan; (3) populasi penelitian berada di Indonesia.