BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. non migas sebagian besar merupakan penerimaan dari pajak. Oleh karena itu,

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

# masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. Hal tersebut ditegaskan dalam UU No.

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 dari 4 11/07/ :43

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

PPN DAN PPn BM PRINSIP DASAR PENGKREDITAN PPN, DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN, TATA CARA RESTITUSI, TATA CARA PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PPN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/KMK.04/2000 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 of 5 21/12/ :45

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. 11 April 2005 SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 246/PJ.

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

2015, No Tidak Sesuai Dengan Tujuan Semula atau Dipindahtangankan kepada Pihak Lain Baik Sebagian atau Seluruhnya Serta Pengenaan Sanksi Atas

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171/PMK.03/2017

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

AKUNTANSI PPN & PPnBM

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU

Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak

BAB II LANDASAN TEORI

SE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE

2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.03/2012 TENTANG

TAX INFO PENGEMBALIAN KELEBIHAN PPN PKP BERESIKO RENDAH I NSIDE T HIS I SSUE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORITIS

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai Pelindo IV sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang jasa kepelabuhanan memiliki kewajiban untuk menaati peraturan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 tentang penunjukkan Badan Usaha Milik Negara untuk memungut, menyetor dan melaporkan pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, serta tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporannya. Melalui kebijakan ini, pemerintah berharap BUMN sebagai perusahaan milik Negara secara langsung mempunyai peran dalam mencapai target pendapatan Negara melalui sektor pajak khususnya pertambahan nilai. Pelindo IV melakukan pemungutan pajak pertambahan nilai pada saat penyerahan jasa kena pajak (JKP) dan/atau saat penerimaan pembayaran. Selanjutnya, atas pemungutan PPN tersebut Pelindo IV wajib menyetorkan pungutan ke kas Negara selambat-lambatnya tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya saat berakhirnya masa pajak, dan setelah melakukan pembayaran wajib melaporkan SPT dan surat setoran pajak ke Kantor Pelayanan Pajak tempat BUMN terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak. Berdasarkan lingkup bisnis dibidang jasa kepelabuhanan, yang menjadi objek pajak pertambahan nilai dibagi dalam 3 (tiga) kategori yang terdiri dari : 69

70 1) Penyerahan Jasa Kepelabuhanan yang Dibebaskan Dari Pengenaan PPN; Berdasarkan PP No. 38 Tahun 2003 jo. KMK-370/KMK.03/2003 tentang pelaksanaan pajak pertambahan nilai yang dibebaskan atas impor dan/atau penyerahan BKP tertentu dan/atau penyerahan jasa kena pajak (JKP) tertentu meliputi : a) Jasa persewaan kapal; b) Jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; c) Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal yang diterima oleh perusahaan angkutan laut nasional, perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa kepelabuhanan nasional, atau perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan nasional, dibebaskan dari pengenaan PPN. Tabel 5.1. Penyerahan Jasa Yang Dibebaskan Dari Pungutan PPN Sumber : Pelindo IV Pembebasan pengenaan pajak pertambahan nilai hanya berlaku bagi kapal berbendera Indonesia atau perusahaan pelayaran dalam negeri, namun untuk kapal asing yang tidak memiliki perjanjian sewa dengan perusahaan

71 pelayaran Indonesia dan tidak memiliki tax treaty dikenakan pajak pertambahan nilai. 2) Penyerahan Jasa Kepelabuhanan yang PPNnya Dipungut; Jasa dibidang kepelabuhanan yang merupakan obyek PPN karena tidak termasuk dalam daftar barang dan jasa tidak dikenakan PPN sebagaimana diatur dalam pasal 4A UU PPN j. o. Peraturan Pemerintah No. 144 tahun 2000 sebagai berikut : a) Jasa pelayanan alat-alat yang terdiri dari jasa kran darat, jasa kran apung, jasa forklift, jasa head truck, jasa chasis, jasa tongkang, jasa BKMP (kapal motor penggandeng tipe B), jasa towing tractor, jasa timbangan dan jasa pemadam kebakaran; b) Jasa pelayanan terminal yang terdiri dari stevedoring, cargodoring, receiving, delivery, dan overbrengen; c) Jasa pelayanan peti kemas yang terdiri dari jasa bongkar muat, jasa gerakan petikemas, jasa penumpukan dan jasa mekanis; d) Jasa pelayanan rupa-rupa yang terdiri dari pas pelabuhan, retribusi kendaraan dan telepon extension.

72 Tabel 5.2. Penyerahan Jasa Yang Dikenakan PPN Sumber : Pelindo IV

73 3) Pendapatan/Penghasilan Yang Tidak Terutang Pajak Pertambahan Nilai. Pendapatan/penghasilan perusahaan yang tidak terutang pajak pertambahan nilai dalam jasa kepelabuhanan sebagaimana dalam tabel sebagai berikut : Tabel 5.3. Pendapatan Yang Tidak Terutang PPN NO URAIAN KETERANGAN I. II. III. IV. Pendapatan Pelayanan B/M : - Pelayanan Terminal Lainnya/Jasa Supervisi Pengusahaan Tanah, Bangunan, Air, Listrik Rupa-rupa Usaha Lainnya Pendapatan Diluar Usaha : - Puskepel - Jasa Bank - Bunga Deposito - Bunga Obligasi - Denda/Klaim - Laba Selisih Kurs - Diluar Usaha Lainya Sumber : Pelindo IV Pendapatan Material Terutang Untuk Listrik >6.600 Watt - - - - - - - - Pelindo IV telah melaksanakan kewajibannya sebagai pengusaha kena pajak (PKP) untuk melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak pertambahan nilai atas pendapatan jasa kepelabuhanan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam pasal 4A UU PPN j. o. Peraturan Pemerintah No. 144 tahun 2000 dan dalam PP No. 38 Tahun 2003 jo. KMK-370/KMK.03/2003.

74 1. PPN Keluaran Aktivitas penyerahan jasa merupakan denyut nadi perusahaan untuk menentukan laba agar perusahaan dapat memperoleh hasil yang maksimal, oleh karena itu semua hal yang berkaitan dengan penyerahan jasa harus dilakukan secara benar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan diperlukan kebijakan dan strategi yang baik atas setiap aktivitas penyerahan jasa tersebut. PPN keluaran yang dipungut oleh perusahaan merupakan PPN yang dikenakan atas penyerahan jasa kena pajak terkait dengan kegiatan yang dilakukan perusahaan dibidang jasa kepelabuhanan. Dalam pemungutan pajak pertambahan nilai, nota tagihan jasa kepelabuhanan berfungsi juga sebagai faktur pajak dan hal tersebut telah sesuai dengan UU No. 42 Tahun 2009 yang mengharuskan membuat faktur pajak atas setiap penyerahan jasa kena pajak dengan mengenakan tarif 10% dari dasar pengenaan pajak. Tabel 5.4. PPN Penyerahan Jasa Kepelabuhanan MASA PAJAK PAJAK KELUARAN 2014 2013 2012 Januari 15,767,966,838 11,213,291,413 8,968,307,631 Februari 14,675,273,340 11,516,293,906 10,451,424,116 Maret 14,619,293,230 11,555,067,836 9,872,564,333 April 15,073,108,806 12,463,135,529 9,843,049,891 Mei 15,013,119,010 11,616,072,782 10,178,204,067 Juni 15,127,718,848 11,534,349,182 8,600,718,719 Juli 14,648,194,661 13,387,085,489 9,844,700,121 Agustus 15,574,109,926 10,101,137,316 9,329,511,996 September 17,038,114,063 13,111,185,750 9,480,397,687 Oktober 16,959,337,592 13,942,471,599 8,653,001,416 November 16,531,650,746 14,456,000,282 9,908,745,416 Desember 16,678,209,889 13,446,724,759 11,447,500,436 TOTAL 187,706,096,949 148,342,815,843 116,578,125,829 Sumber : Pelindo IV

75 Melalui tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah pajak keluaran yang harus dibayarkan oleh Pelindo IV (Persero) untuk tahun 2012 sebesar Rp. 116.578.125.829,00, dan terjadi peningkatan jumlah PPN Keluaran dari tahun ke tahun, hal ini menandakan bahwa terjadi peningkatan pendapatan jasa kepelabuhanan dan akan berakibat kepada meningkatnya jumlah pajak pertambahan nilai yang akan dipungut, disetor dan dilaporkan ke kas Negara. Melihat jumlah besaran PPN Keluaran yang dipungut dan dibayarkan setiap masa pajak PPN sejak tahun 2012 sampai dengan 2014, Pelindo IV harus mengantisipasi pembayaran PPN sesuai dengan besaran sebagaimana yang tercantum pada tabel tersebut di atas. Aktivitas penanggungan PPN Keluaran tersebut dapat mempengaruhi kondisi arus kas perusahaan khususnya dalam arus kas aktvitas operasi. Pelindo IV harus membuat kebijakan dan strategi untuk mengantisipasi pembayaran terlebih dahulu PPN keluaran tersebut oleh karena jika pengguna jasa tidak langsung melunasi hutang-hutangnya maka akan berdampak pada meningkatnya jumlah piutang perusahaan dan akan berakibat buruk pada kinerja perusahaan. Salah satu strategi yang ditetapkan oleh perusahaan bagi semua pengguna jasa yaitu dengan cara mengharuskan pengenaan uper (uang persekot) bagi semua pengguna jasa di lingkungan pelabuhan. Setiap kapal yang akan sandar dan melakukan ativitas bongkar muat di pelabuhan milik Pelindo IV harus memberitahukan rencana kedatangan kapalnya selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum kapal sandar, dan menginformasikan kegiatan apa saja yang dibutuhkan untuk bongkar muat berdasarkan manifest kapal tersebut. Selanjutnya, manajemen

76 akan menghitung berapa besar uper yang akan dikenakan atas seluruh aktivitas kegiatan kapal tersebut dengan penetapan uper minimal sebesar 120% dari rencana kegiatan bongkar muat. Pengenaan uper tersebut akan membantu manajemen dalam meminimalisasi penggunaan dana perusahaan sebagai akibat dari penerapan PMK No. 85 Tahun 2012, dengan adanya uper tersebut maka manajemen terlepas dari potensi ancaman kerugian (piutang dan PPN keluaran) atas kegiatan yang telah dilakukan oleh pengguna jasa di pelabuhan. 2. PPN Masukan Pajak masukan merupakan pajak pertambahan nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan/atau perolehan jasa kena pajak dan/atau pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean dan/atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean dan/atau impor barang kena pajak. Pajak masukan di Pelindo IV adalah pajak yang muncul akibat transaksi pembelian dengan suplier (rekanan) maupun pihak lain yang berhubungan dengan bisnis perusahaan dengan syarat harus sudah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP). Pajak masukan tersebut dapat dikreditkan untuk mengurangi jumlah PPN yang harus disetor ke kas Negara. Namun apabila pembelian barang kena pajak atau jasa kena pajak tersebut memiliki nominal diatas Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), maka berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 Pelindo IV sebagai PKP wajib melakungan pemungutan PPN

77 atas lawan transaksinya dan menyerahkan bukti setor pajak (SSP) kepada lawan transaksinya. Pelindo IV selaku Badan Usaha Milik Negara tidak melakukan pemungutan atas pajak pertambahan nilai dalam hal : 1) Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) termasuk jumlah pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah; 2) Pembayaran atas penyerahan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas pajak pertambahan nilai tidak dipungut atau dibebaskan pengenaan pajak pertambahan nilai; 3) Pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh PT. Pertamina (Persero); 4) Pembayaran atas rekening telepon. Jenis pembayaran yang tidak dilakukan pemungutan pajak pertambahan nilai oleh Pelindo IV salah satu contohnya berupa pembayaran atas jasa service kendaraan operasional kantor yang nominalnya dibawah Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembayaran bahan bakar minyak dan oli yang digunakan untuk peralatan bongkar muat di Pelabuhan, pembayaran tagihan rekening telepon, pembelian dan pengadaan alat perlengkapan kantor atau alat tulis kantor yang nominal pengadaannya dibawah Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), dan sebagainya.

78 Saat melakukan pungutan atas pajak pertambahan nilai, rekanan Pelindo IV wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85 Tahun 2012 sebagai berikut : 1) Rekanan telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP); 2) Rekanan wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak kepada Badan Usaha Milik Negara; 3) Faktur pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada saat : a) Penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak; b) Penerimaan penyerahan barang kena pajak dan/atau sebelum penyerahan jasa kena pajak; atau c) Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan. Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 9, mekanisme pengkreditan pajak masukan dijelaskan dalam ayat-ayat sebagai berikut : 1) Pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama. 2a) Bagi pengusaha kena pajak yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, pajak masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan. 2b) Pajak masukan yang dikreditkan harus menggunakan faktur pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (5) dan ayat (9).

79 6) Apabila dalam suatu masa pajak pengusaha kena pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan pajak masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. 9) Pajak masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan pajak keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. Pajak masukan dalam lingkungan kerja Pelindo IV dikenakan dengan syarat sebagai berikut : 1) Pekerjaan dalam lingkungan pelabuhan dilakukan oleh rekanan yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP); 2) Dalam hal telah dilakukan pekerjaan dan saat melakukan penagihan, rekanan wajib menyerahkan nota tagihan dan faktur pajak yang akan dipergunakan sebagai faktur pajak masukan. Syarat dilakukannya pembayaran terhadap suplier atau rekanan yang telah melaksanakan pekerjaan/pengadaan barang atau jasa di lingkungan Pelindo IV dapat dilakukan jika memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Melampirkan berita acara pelaksanaan/pengadaan barang atau jasa; 2) Melampirkan tagihan;

80 3) Melampirkan kwitansi pembayaran dengan materai 6000 serta dibubuhi tanda tangan dan cap perusahaan; 4) Melampirkan faktur pajak. 5) Melampirkan surat keterangan pemberitahuan nomor seri faktur pajak yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Berikut besaran pajak masukan yang menjadi pengurang pajak keluaran untuk menentukan besaranya pajak pertambahan nilai terhutang. Sumber : Diolah Penulis Tabel 5. 5. Pajak Masukan MASA PAJAK PAJAK MASUKAN 2014 2013 2012 Januari 5,109,727,895 5,773,797,220 4,705,164,816 Februari 6,148,201,495 3,456,026,906 4,941,786,207 Maret 6,230,609,753 3,649,456,164 4,716,969,107 April 4,344,639,943 5,621,399,994 6,613,213,918 Mei 6,057,294,831 2,308,482,621 6,581,062,948 Juni 4,731,786,989 3,840,673,992 5,485,153,207 Juli 8,689,693,480 4,391,615,518 7,243,789,199 Agustus 3,824,096,325 2,749,673,777 7,001,802,935 September 8,073,237,634 3,310,918,500 7,421,320,942 Oktober 9,565,228,888 7,395,045,530 5,240,133,471 November 8,430,607,352 9,055,154,211 6,510,143,811 Desember 10,875,197,147 8,935,268,065 7,543,209,742 TOTAL 82,080,321,732 60,487,512,498 74,003,750,303 Tabel di atas menunjukkan besaran beban pajak pertambahan nilai milik Pelindo IV yang wajib dibayar sebagai akibat dari aktivitas transaksi kepada pihak lain (pihak ketiga) untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. Besaran pajak masukan tersebut akan digunakan sebagai pengurang pajak keluaran

81 sehingga dapat diketahui besaran pajak pertambahan nilai terutang dalam suatu masa/tahun pajak. 3. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Pelindo IV dalam hal melakukan penyerahan JKP kepada pengguna jasa menerapkan pengenaan pajak pertambahan nilai dengan menghitung dasar pengenaan pajak (DPP) dikalikan tarif PPN sebesar 10%. Dalam melakukan penyerahan JKP kepada pengguna jasa, Pelindo IV menerbitkan nota tagihan jasa kepelabuhanan yang juga dapat dipergunakan sebagai faktur pajak standar yang berfungsi sebagai bukti pungutan pajak, dan selanjutnya akan digunakan untuk melaporkan PPN yang dilakukan setiap masa pajak bulanan menggunakan SPT Masa PPN. Hal ini sejalan dengan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 13 ayat (1) huruf b yang menyebutkan bahwa pengusaha kena pajak wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan jasa kena pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf c. Tabel 5.6. Perhitungan PPN Terutang TAHUN PAJAK 2014 TAHUN PAJAK 2013 TAHUN PAJAK 2012 MASA PAJAK PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN Januari 15,767,966,838 5,109,727,895 10,658,238,943 11,213,291,413 5,773,797,220 5,439,494,193 8,968,307,631 4,705,164,816 4,263,142,815 Februari 14,675,273,340 6,148,201,495 8,527,071,845 11,516,293,906 3,456,026,906 8,060,267,000 10,451,424,116 4,941,786,207 5,509,637,909 Maret 14,619,293,230 6,230,609,753 8,388,683,477 11,555,067,836 3,649,456,164 7,905,611,672 9,872,564,333 4,716,969,107 5,155,595,226 April 15,073,108,806 4,344,639,943 10,728,468,863 12,463,135,529 5,621,399,994 6,841,735,535 9,843,049,891 6,613,213,918 3,229,835,973 Mei 15,013,119,010 6,057,294,831 8,955,824,179 11,616,072,782 2,308,482,621 9,307,590,161 10,178,204,067 6,581,062,948 3,597,141,119 Juni 15,127,718,848 4,731,786,989 10,395,931,859 11,534,349,182 3,840,673,992 7,693,675,190 8,600,718,719 5,485,153,207 3,115,565,512 Juli 14,648,194,661 8,689,693,480 5,958,501,181 13,387,085,489 4,391,615,518 8,995,469,971 9,844,700,121 7,243,789,199 2,600,910,922 Agustus 15,574,109,926 3,824,096,325 11,750,013,601 10,101,137,316 2,749,673,777 7,351,463,539 9,329,511,996 7,001,802,935 2,327,709,061 September 17,038,114,063 8,073,237,634 8,964,876,429 13,111,185,750 3,310,918,500 9,800,267,250 9,480,397,687 7,421,320,942 2,059,076,745 Oktober 16,959,337,592 9,565,228,888 7,394,108,704 13,942,471,599 7,395,045,530 6,547,426,069 8,653,001,416 5,240,133,471 3,412,867,945 November 16,531,650,746 8,430,607,352 8,101,043,394 14,456,000,282 9,055,154,211 5,400,846,071 9,908,745,416 6,510,143,811 3,398,601,605 Desember 16,678,209,889 10,875,197,147 5,803,012,742 13,446,724,759 8,935,268,065 4,511,456,694 11,447,500,436 7,543,209,742 3,904,290,694 TOTAL 187,706,096,949 82,080,321,732 105,625,775,217 148,342,815,843 60,487,512,498 87,855,303,345 116,578,125,829 74,003,750,303 42,574,375,526 Sumber : Diolah Penulis

82 Untuk mengetahui besaran pajak pertambahan nilai yang terhutang dilakukan dengan cara melakukan pengurangan atas jumlah pajak keluaran terhadap jumlah pajak masukan dalam suatu masa pajak, sebagaimana dicantumkan dalam tabel tersebut di atas. Besaran pajak pertambahan nilai terhutang untuk tahun pajak 2012 sebesar Rp. 42.574.375.526,00, tahun 2013 sebesar Rp. 87.855.303.345,00, dan tahun 2014 sebesar Rp. 105.625.775.217,00. 4. Faktur Pajak Faktur pajak yang dibuat oleh Pelindo IV telah sesuai dengan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 13 ayat (1a) pada saat : a) Penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak; b) Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan barang kena pajak dan/atau sebelum penyerahan jasa kena pajak; c) Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau d) Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Pelindo IV selalu mewajibkan agar diterbitkan faktur pajak untuk semua jenis transaksi penyerahan jasa kena pajak, dan membuat faktur pajak untuk proses penagihan, pembayaran dan pembelian barang kena pajak maupun jasa kena pajak, sehingga melalui faktur pajak tersebut dapat diketahui dan dapat dihitung besaran pajak terutang dengan mengkreditkan PPN masukan terhadap

83 PPN keluaran, namun pembuatan faktur pajak tersebut harus berdasarkan ketentuan yang berlaku dan apabila faktur tersebut tidak lengkap maka dianggap cacat dan tidak dapat dikreditkan, oleh karena itu petugas administrasi yang menangani perpajakan dituntut harus teliti oleh karena akan berdampak pada tidak dapat dikreditkannya faktur pajak masukan jika faktur pajak tersebut cacat. Berdasarkan perubahan ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 yang diubah menjadi UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Pasal 13 menyatakan bahwa faktur pajak harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan, atau dengan kata lain faktur pajak harus dibuat pada saat tanggal penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak atau saat penerbitan tagihan oleh Pelindo IV. Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 pasal 3A menyatakan bahwa pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak dan wajib memungut, menyetor dan melaporkan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang. Saat setelah melakukan penyerahan jasa kepelabuhanan, Pelindo IV akan menerbitkan nota tagihan yang fungsinya dapat dipersamakan sebagai faktur pajak yang akan digunakan untuk menentukan besaran pajak keluaran. Hal ini sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 10/PJ/2010 tentang

84 Dokumen Tertentu yang Kedudukannya Dipersamakan Dengan Faktur Pajak, Pasal 1, dengan rincian dokumen sebagai berikut : a) Pemberitahunan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut; b) Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu; c) Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar Minyak; d) Tanda pembayaran atau kwitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi; e) Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri; f) Nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan; g) Tanda pembayaran atau kwitansi listrik; h) Pemberitahuan ekspor jasa pajak/barang kena pajak tidak berwujud yang dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan pemberitahuan ekspor jasa kena pajak/barang kena pajak tidak berwujud, untuk ekspor jasa kena pajak/barang kena pajak tidak berwujud;

85 i) Pemberitahuan impor barang (PIB) dan dilampiri dengan surat setoran pajak, surat setoran pabean, cukai dan pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor barang kena pajak; j) Surat setoran pajak untuk pembayaran pajak pertambahan nilai atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean. Penerbitan faktur pajak yang juga berfungsi sebagai tagihan jasa kepelabuhanan digambarkan dalam flow chart sebagai berikut : Penerbitan Nota Tagih Sumber : IPC Gambar 5.1. Penerbitan Nota Tagihan Jasa Kepelabuhanan (Faktur Pajak)

86 Gambar tersebut menjelaskan sistem yang harus dijalankan oleh manajemen dalam melakukan proses bisnisnya sebagai berikut : (1) Pengguna jasa mengajukan permintaan pelayanan jasa kepelabuhanan pada dokumen Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang (PPKB), dan dilakukan penghitungan uper, (2) berdasarkan PPKB pengguna jasa membayar uper atau menambah saldo rekening CMS via Bank, (3) Keuangan (kasir) melakukan entry data pelunasan uper/meneliti kecukupan dana CMS via sistem, (4) PPSA atas posting keuangan menetapkan PPKB, (5) PPSA atas PPKB menerbitkan SPK, (6) Petugas layanan atas SPK memberikan pelayanan jasa kepelabuhanan dan entry bukti pelayanan ke sistem, (7) Keuangan menerbitkan nota tagihan jasa kepelabuhanan yang juga berfungsi sebagai faktur pajak standar. na 5. Pelaporan Pelindo IV melaksanakan pelaporan pajak pertambahan nilai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu selambat-lambatnya pada akhir bulan setelah berakhirnya masa pajak. Laporan pajak pertambahan nilai tersebut dibuat dengan menggunakan aplikasi e-spt PPN yang akan menghasilkan Surat Pemberitahuan Masa (SPT) PPN yang disertai dengan surat setoran pajak lembar ke-5. B. Kaitan Pajak Pertambahan Nilai Atas Arus Kas Pajak keluaran dan pajak masukan merupakan komponen yang akan menentukan berapa jumlah PPN kurang bayar ataupun lebih bayar yang dilakukan

87 dalam suatu masa pajak. PPN merupakan pajak tak langsung, oleh karena itu PPN dikenakan kepada pengguna jasa dan harus dibayar oleh pengguna jasa. Namun dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 yang mengharuskan BUMN untuk memungut, menyetor, dan melaporkan PPN, maka Pelindo IV harus membayar terlebih dahulu (prepaid) pajak keluaran yang menjadi tanggung jawab pengguna jasa. Hal tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi Pelindo IV oleh karena jumlah PPN yang ditanggung harus dibayarkan terlebih dahulu dan merupakan bagian dari besaran piutang perusahaan, dengan pencatatan sebagai berikut : Saat pencatatan pajak masukan : Pembelian BKP/JKP... PPN Masukan... XXXX XXXX Kas... XXXX Saat pencatatan pajak keluaran : Piutang/Kas... XXXX Pendapatan Jasa Kepelabuhanan... PPN Keluaran... XXXX XXXX Saat pembayaran PPN terutang : PPN Keluaran... XXXX PPN Masukan... PPN Terutang... XXXX XXXX

88 PPN Terutang... XXXX Kas... XXXX Sebagaimana perusahaan akan membayar terlebih dahulu pajak pertambahan nilai atas jasa kepelabuhanan, Pelindo IV harus mengeluarkan sejumlah kas untuk membayar pajak pertambahan nilai yang terutang dalam satu masa pajak (Pajak Keluaran Pajak Masukan). Kondisi yang sering terjadi adalah ketika pajak pertambahan nilai dipungut dan disetorkan oleh Pelindo IV, pengguna jasa belum melakukan pembayaran atas kegiatan bongkar muat yang sudah dilakukan di Pelabuhan, sehingga hal tersebut berpotensi dapat menimbulkan resiko yang besar jika pengguna jasa tidak mampu melunasi kewajibannya. Tabel 5.7. Rekapitulasi PPN Terutang TAHUN PAJAK 2014 TAHUN PAJAK 2013 TAHUN PAJAK 2012 MASA PAJAK PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN Januari 15,767,966,838 5,109,727,895 10,658,238,943 11,213,291,413 5,773,797,220 5,439,494,193 8,968,307,631 4,705,164,816 4,263,142,815 Februari 14,675,273,340 6,148,201,495 8,527,071,845 11,516,293,906 3,456,026,906 8,060,267,000 10,451,424,116 4,941,786,207 5,509,637,909 Maret 14,619,293,230 6,230,609,753 8,388,683,477 11,555,067,836 3,649,456,164 7,905,611,672 9,872,564,333 4,716,969,107 5,155,595,226 April 15,073,108,806 4,344,639,943 10,728,468,863 12,463,135,529 5,621,399,994 6,841,735,535 9,843,049,891 6,613,213,918 3,229,835,973 Mei 15,013,119,010 6,057,294,831 8,955,824,179 11,616,072,782 2,308,482,621 9,307,590,161 10,178,204,067 6,581,062,948 3,597,141,119 Juni 15,127,718,848 4,731,786,989 10,395,931,859 11,534,349,182 3,840,673,992 7,693,675,190 8,600,718,719 5,485,153,207 3,115,565,512 Juli 14,648,194,661 8,689,693,480 5,958,501,181 13,387,085,489 4,391,615,518 8,995,469,971 9,844,700,121 7,243,789,199 2,600,910,922 Agustus 15,574,109,926 3,824,096,325 11,750,013,601 10,101,137,316 2,749,673,777 7,351,463,539 9,329,511,996 7,001,802,935 2,327,709,061 September 17,038,114,063 8,073,237,634 8,964,876,429 13,111,185,750 3,310,918,500 9,800,267,250 9,480,397,687 7,421,320,942 2,059,076,745 Oktober 16,959,337,592 9,565,228,888 7,394,108,704 13,942,471,599 7,395,045,530 6,547,426,069 8,653,001,416 5,240,133,471 3,412,867,945 November 16,531,650,746 8,430,607,352 8,101,043,394 14,456,000,282 9,055,154,211 5,400,846,071 9,908,745,416 6,510,143,811 3,398,601,605 Desember 16,678,209,889 10,875,197,147 5,803,012,742 13,446,724,759 8,935,268,065 4,511,456,694 11,447,500,436 7,543,209,742 3,904,290,694 TOTAL 187,706,096,949 82,080,321,732 105,625,775,217 148,342,815,843 60,487,512,498 87,855,303,345 116,578,125,829 74,003,750,303 42,574,375,526 Sumber : Diolah Penulis Besaran pajak pertambahan nilai terutang yang harus dibayarkan oleh Pelindo IV pada tahun 2012 sebesar Rp. 42.574.375.526,00, tahun 2013 sebesar Rp. 87,855,303,345,00, dan tahun 2014 sebesar Rp. 105.625.775.217,00, pembayaran pajak pertambahan nilai terutang tersebut menggunakan kas

89 perusahaan dan akan tercermin dalam posisi arus kas dari aktivitas operasi perusahaan sebagaimana digambarkan sebagai berikut : Tabel 5.8. Arus Kas Sumber : Diolah Penulis Besaran pembayaran pajak pertambahan nilai terutang tercermin dalam laporan arus kas khususnya dalam arus kas dari aktivitas operasi dalam akun pembayaran pajak. Akun pembayaran pajak dalam laporan arus kas merupakan gabungan dari setiap pembayaran pajak yang dilakukan oleh Pelindo IV meliputi PPN, PPh 21, PPh Badan, PPh Final, dan pajak lainnya. C. Dampak Penerapan Pajak Pertambahan Nilai Atas Arus Kas Laporan arus kas Pelindo IV menggambarkan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas perusahaan. Dengan adanya arus kas tersebut

90 manajemen dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan dalam hal kenaikan atau penurunan bersih kas dan setara kas. Arus kas dibagi dalam 3 (tiga) aktivitas klasifikasi yang terdiri dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Melalui masing-masing aktivitas tersebut perusahaan dapat menggunakan gambaran arus kas untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan secara nyata khususnya dalam kemampuan penggunaan dana. Aktivitas klasifikasi arus kas dijelaskan sebagai berikut : 1) Aktivitas operasi, merupakan aktivitas yang menentukan operasional perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi penetapan selisih aset bersih, yang terdiri dari : a) Penerimaan rutin dari piutang kas; b) Pengeluaran hutang kas; c) Penerimaan kas dari penjualan dan PPN Keluaran d) Pengeluaran kas atas pembelian dan PPN Masukan; e) Biaya operasional perusahaan. 2) Aktivitas investasi, merupakan aktivitas yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas yang memiliki fungsi untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan dan arus kas masa depan yang tercantum dalam aktiva tetap perusahaan.

91 3) Aktivitas pendanaan, merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk memprediksi klaim pada arus kas ke masa depan oleh para pemasok modal yang tercermin dalam penerimaan setoran modal. Pajak keluaran yang timbul dari jasa kepelabuhanan akan diperhitungkan dengan pajak masukan yang timbul dari pengunaan/pengadaan barang dan/atau jasa yang dilakukan dalam lingkungan Pelindo IV. Apabila pajak keluaran lebih besar pajak masukan maka Pelindo IV harus membayarkan kekurangan pajak pertambahan nilai terutang tersebut ke kas Negara. Sebaliknya apabila pajak keluaran lebih kecil pajak masukan, maka Pelindo IV dapat melakukan kompensasi kelebihan pajak pertambahan nilai tersebut pada masa pajak berikutnya atau dapat dilakukan restitusi pajak pertambahan nilai. Tabel 5.9. PPN Terutang Tahun Pajak 2012 TAHUN PAJAK 2012 MASA PAJAK PAJAK PAJAK PPN KELUARAN MASUKAN Januari 8,968,307,631 4,705,164,816 4,263,142,815 Februari 10,451,424,116 4,941,786,207 5,509,637,909 Maret 9,872,564,333 4,716,969,107 5,155,595,226 April 9,843,049,891 6,613,213,918 3,229,835,973 Mei 10,178,204,067 6,581,062,948 3,597,141,119 Juni 8,600,718,719 5,485,153,207 3,115,565,512 Juli 9,844,700,121 7,243,789,199 2,600,910,922 Agustus 9,329,511,996 7,001,802,935 2,327,709,061 September 9,480,397,687 7,421,320,942 2,059,076,745 Oktober 8,653,001,416 5,240,133,471 3,412,867,945 November 9,908,745,416 6,510,143,811 3,398,601,605 Desember 11,447,500,436 7,543,209,742 3,904,290,694 TOTAL 116,578,125,829 74,003,750,303 42,574,375,526 Sumber : Diolah Penulis

92 Berdasarkan data tersebut di atas, total besaran PPN terutang pada tahun pajak 2012 sebesar Rp. 42.574.375.526,00, berarti tahun 2012 Pelindo IV harus mengantisipasi pembayaran PPN terutang tersebut dengan cara menyiapkan dana sejumlah Rp. 42.574.375.526,00 yang akan digunakan untuk membayar (prefinancing) PPN terutang. Ketika pengguna jasa belum melakukan pembayaran atas hutang-hutangnya termasuk PPN keluaran, maka Pelindo IV selaku PKP harus menyetorkan terlebih dahulu PPN keluaran tersebut dan atas pembayaran yang dilakukan menggunakan kas perusahaan akan mempengaruhi arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Atas pembayaran tersebut, maka tercermin dalam arus kas perusahaan untuk tahun 2012 sebagai berikut : Tabel 5.10. Laporan Arus Kas Tahun 2012 Sumber : Diolah Penulis

93 Jika dibandingkan dengan besaran PPN terutang tahun 2012 sebesar Rp. 42.574.375.526,00, total pembayaran pajak yang dibayarkan oleh Pelindo IV selama tahun 2012 sebesar Rp. 166.037.712.403,00 sebagaimana tercantum dalam arus kas aktivitas operasi (pembayaran pajak). Apabila dibandingkan dengan jumlah kas dan setara kas pada awal tahun 2012 sebesar Rp. 429.097.829.262,00 dan dilihat dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp. 1.408.594.028.309,00, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan mampu untuk membayar terlebih dahulu pajak pertambahan nilai pada tahun 2012. Sumber : Diolah Penulis Tabel 5.11. PPN Terutang Tahun Pajak 2013 MASA PAJAK TAHUN PAJAK 2013 PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN Januari 11,213,291,413 5,773,797,220 5,439,494,193 Februari 11,516,293,906 3,456,026,906 8,060,267,000 Maret 11,555,067,836 3,649,456,164 7,905,611,672 April 12,463,135,529 5,621,399,994 6,841,735,535 Mei 11,616,072,782 2,308,482,621 9,307,590,161 Juni 11,534,349,182 3,840,673,992 7,693,675,190 Juli 13,387,085,489 4,391,615,518 8,995,469,971 Agustus 10,101,137,316 2,749,673,777 7,351,463,539 September 13,111,185,750 3,310,918,500 9,800,267,250 Oktober 13,942,471,599 7,395,045,530 6,547,426,069 November 14,456,000,282 9,055,154,211 5,400,846,071 Desember 13,446,724,759 8,935,268,065 4,511,456,694 TOTAL 148,342,815,843 60,487,512,498 87,855,303,345 Berdasarkan data tersebut di atas, total besaran PPN terutang pada tahun pajak 2013 sebesar Rp. 87.855.303.345,00, berarti tahun 2013 Pelindo IV harus mengantisipasi pembayaran PPN terutang tersebut dengan cara menyiapkan dana

94 sejumlah Rp. 87.855.303.345,00 yang akan digunakan untuk membayar (prefinancing) PPN terutang. Ketika pengguna jasa belum melakukan pembayaran atas hutang-hutangnya termasuk PPN keluaran, maka Pelindo IV selaku PKP harus menyetorkan terlebih dahulu PPN keluaran tersebut dan atas pembayaran yang dilakukan menggunakan kas perusahaan akan mempengaruhi arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Atas pembayaran tersebut, maka tercermin dalam arus kas perusahaan untuk tahun 2013 sebagai berikut : Tabel 5.12. Laporan Arus Kas Tahun 2013 Sumber : Diolah Penulis

95 Jika dibandingkan dengan besaran PPN terutang tahun 2013 sebesar Rp. 87.855.303.345.00, total pembayaran pajak yang dibayarkan oleh Pelindo IV selama tahun 2013 sebesar Rp. 200.732.968.000,00. Apabila dibandingkan dengan jumlah kas dan setara kas pada awal tahun 2013 sebesar Rp. 540.416.284.567,00, dan dilihat dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp. 1.747.619.087.741,00, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan mampu untuk membayar terlebih dahulu pajak pertambahan nilai pada tahun 2013. Tabel 5.13. PPN Terutang Tahun Pajak 2014 TAHUN PAJAK 2014 MASA PAJAK PAJAK PAJAK KELUARAN MASUKAN PPN Januari 15,767,966,838 5,109,727,895 10,658,238,943 Februari 14,675,273,340 6,148,201,495 8,527,071,845 Maret 14,619,293,230 6,230,609,753 8,388,683,477 April 15,073,108,806 4,344,639,943 10,728,468,863 Mei 15,013,119,010 6,057,294,831 8,955,824,179 Juni 15,127,718,848 4,731,786,989 10,395,931,859 Juli 14,648,194,661 8,689,693,480 5,958,501,181 Agustus 15,574,109,926 3,824,096,325 11,750,013,601 September 17,038,114,063 8,073,237,634 8,964,876,429 Oktober 16,959,337,592 9,565,228,888 7,394,108,704 November 16,531,650,746 8,430,607,352 8,101,043,394 Desember 16,678,209,889 10,875,197,147 5,803,012,742 TOTAL 187,706,096,949 82,080,321,732 105,625,775,217 Sumber : Diolah Penulis Berdasarkan data tersebut di atas, total besaran PPN terutang pada tahun pajak 2014 sebesar Rp. 105.625.775.217,00, berarti tahun 2014 Pelindo IV harus mengantisipasi pembayaran PPN terutang tersebut dengan cara menyiapkan dana

96 sejumlah Rp. 105.625.775.217,00 yang akan digunakan untuk membayar (prefinancing) PPN terutang. Ketika pengguna jasa belum melakukan pembayaran atas hutang-hutangnya termasuk PPN keluaran, maka Pelindo IV selaku PKP harus menyetorkan terlebih dahulu PPN keluaran tersebut dan atas pembayaran yang dilakukan menggunakan kas perusahaan akan mempengaruhi arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Atas pembayaran tersebut, maka tercermin dalam arus kas perusahaan untuk tahun 2014 sebagai berikut : Tabel 5.14. Laporan Arus Kas Tahun 2014 Sumber : Diolah Penulis

97 Jika dibandingkan dengan besaran PPN terutang tahun 2014 sebesar Rp. 105.625.775.217,00, total pembayaran pajak yang dibayarkan oleh Pelindo IV selama tahun 2014 sebesar Rp. 394.152.463.046,00. Apabila dibandingkan dengan jumlah kas dan setara kas pada awal tahun 2014 sebesar Rp. 790.829.058.261,00, dan dilihat dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp. 2.327.684.855.330,00, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan mampu untuk membayar terlebih dahulu pajak pertambahan nilai pada tahun 2014. Pajak pertambahan nilai hanya memiliki dampak langsung atas arus kas aktivitas operasi perusahaan, hal ini disebabkan oleh karena adanya prefinancing (pembayaran terlebih dahulu) atas PPN keluaran yang bukan menjadi tanggungan Pelindo IV. Atas prefinancing tersebut, tidak ada dampak terhadap profitabilitas keuangan perusahaan oleh karena pajak pertambahan nilai yang dibayarkan tersebut tidak tercantum/tidak berhubungan dengan laporan laba rugi perusahaan. Profitabilitas perusahaan digunakan hanya untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya dalam suatu periode tertentu. Total pembayaran pajak pertambahan nilai selama 3 (tiga) tahun sejak tahun 2012-2014 sebesar Rp. 236.055.454.088,00, jika dilihat dari kondisi keuangan tahun 2012-2014 perusahaan mampu melakukan prefinancing atas pembayaran pajak pertambahan nilai. Namun jika dilihat dari sisi time value of money perusahaan mengalami kerugian, jika total pajak pertambahan nilai sebesar Rp. 236.055.454.088,00 digunakan untuk membiayai investasi dalam rangka

98 pengembangan pelabuhan maka akan lebih berguna dan dapan berakibat pada peningkatan laba perusahaan, dan akan memberikan tambahan kontribusi ke kas Negara melalui kenaikan pajak pertambahan nilai. Berikut diilustrasikan dalam gambar jika total prefinancing pajak pertambahan nilai sejak tahun 2012-2014 sebesar Rp. 236.055.454.088 digunakan untuk investasi alat bongkar muat petikemas. Kapal Kontainer Container Crane Kapasitas : 1000 Teus Harga/Unit : Rp. 50 Miliar Kecepatan Bongkar Muat : 18 Box/Jam Biaya Bongkar Muat (B/M) Pendapatan Bongkar Muat (B/M) Persentase : 80% dari Pendapatan Tarif : Rp. 200.000/Box Jumlah : Rp. 160.000.000 Pendapatan : Rp. 200.000.000 Laba Laba : Pendapatan B/M - Biaya B/M : Rp. 40.000.000 Gambar 5. 2 Ilustrasi Penggunaan Dana Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa besaran prefinancing pajak pertambahan nilai dapat digunakan untuk membeli 4 (empat) unit alat bongkar muat berupa container crane dengan menghasilkan keuntungan sebesar

99 Rp. 40.000.000/unit/produksi, sehingga dari sisi time value of money dana tersebut dapat digunakan untuk memberikan tambahan manfaat dan pendapatan bagi perusahaan. Demikian sebaliknya, jika Pelindo IV tidak mampu untuk mengantisipasi hal tersebut, maka akan kehilangan kesempatan bisnis dan pengembangan perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik.