PERKEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM PENGAJARAN STOIKIOMETRI THE DEVELOPMENT OF INTERACTIVE LEARNING MODULE BY USING PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMNET IN TEACHING STOICHIOMETRY TOPIC Descey Natalia Simbolon* Chemistry Department of FMIPA State University of Medan *E-mail: nataliadescey@gmail.com ABSTRACT The development of interactive learning module by using PBL to increase students achievement in teaching of stoichiometry is explained in this paper. The purpose of this research is to fulfill the knowledge of the students through interactive learning module with using Problem Based Learning model. This research was conducted on Senior High School in Medan through the teaching of students with Interactive Learning Module by using PBL to experimental class and compared the result with those control class that taught by conventional teaching. The Interactive Learning Module with PBL can increase the students achievement in teaching Stoichiometry. The result showed of compare that students achievement with Interactive Learning Module by using Problem Based Learning (M= 70±7.94) is higher than the students that taught by conventional teaching (M= 52±7.67), and both of the class are significantly different (t test 2.773 > t table 1.33). It can be concluded that teaching of Stoichiometry with Interactive Learning Module using Problem Based Learning can improve students motivation and achievement in learning. Furthermore, using Interactive Learning Module with PBL in the class is more effectively than using conventional method that is shown from the different of value that is gotten from the experimental class and control class. Keywords: Interactive Learning, Learning Module, Problem Based Learning, Stoichiometry ABSTRAK Perkembangan modul pembelajaran interaktif dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan prestasi siswa pada pengajaran stoikiometri akan dijelaskan dalam tulisan ini. Tujuan penelitian ini adalah memenuhi pengetahuan siswa melalui modul pembelajaran interaktif dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini dilakukan pada SMA di Medan melalui pengajaran siswa dengan modul pembelajaran interaktif dan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk kelas eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelas control yang diajarkan dengan metode pengajaran konvensional. Modul pembelajaran interaktif dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pengajaran stoikiometri. Hasil penelitian yang menunjukkan perbandingan prestasi siswa dengan modul pembelajaran interaktif dengan model pembelajaran berbasis masalah (M= 70±7,94) lebih tinggi dari prestasi siswa yang menggunakan metode konvensional (M= 52±7,67), dan kedua kelas berbeda secara signifikan (t test 2,773 > t table 1,33). Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pengajaran Stoikiometri dengan modul pembelajaran interaktif dengan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi dalam belajar. Selanjutnya, dengan 411
menggunakan modul pembelajaran interaktif dengan model pembelajaran berbasis masalah di kelas lebih efektif daripada menggunakan metode konvensional dan dapat ditunjukkan dari berbagai perbedaan nilai rata-rata yang didapat dari kelas eksperimen dan kelas control, juga besarnya nilai dari t test dibandingkan dengan nilai dari t table. Kata Kunci : Pembelajaran Interaktif, Modul Pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Masalah, Stoikiometri I. PENDAHULUAN Dalam sekolah, terutama dalam ilmu pengetahuan, kimia adalah topik yang wajib untuk dipelajari oleh siswa. Kimia juga merupakan area belajar siswa di sekolah. Guru memilki tanggung jawab untuk mengubah cara berpikir siswa, memilki metode yang baik yang berhubungan dengan topic dalam proses pengajaran, jadi siswa akan tertarik dalam proses pembelajaran. Belajar adalah proses dimana pelajar menerima sesuatu yang baru sebagai peningkatan pengetahuan. Pembelajaran adalah inovasi yang dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa [1]. Ada empat pilar dalam pendidikan universal yang diformulasikan oleh UNESCO (1996), yaitu : (1) Belajar untuk mengetahui, (2) Belajar untuk melakukan, (3) Belajar untuk menjadi, dan (4) Belajar untuk tinggal bersama. Belajar untuk mengetahui pada dasarnya belajar tidak hanya berpusat pada hasil belajar, tetapi juga harus berpusat pada proses pembelajaran. Belajar untuk melakukan pada dasarnya belajar tidak hanya mendengar dan melihat, tetapi juga bertujuan dalam menguasai kompetensi yang dibutuhkan dalam era kompetisi global. Belajar untuk menjadi pada dasarnya bahwa belajar adalah bentuk personal yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Belajar untuk tinggal bersama artinya belajar untuk bekerja sama. Pembelajaran artinya kegiatan yang dilakukan seseorang dimana ada sebuah proses pengubahan kepribadian manusia dan perubahan yang relevan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas dari tingkah laku seperti peningkatan keterampilan, pengetahuan, karakter, kebiasaan, pemahaman, dan intelektualitas. Dalam proses pembelajaran terdapat perubahan dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik [2]. Media adalah alat untuk menginterferensi dalam dua bagian. Penggunaan media pembelajaran akan meningkatkan keefektifan proses belajar [4]. Modul adalah strategi untuk siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran. Modul juga sebagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan oleh siswa. Modul akan membantu siswa belajar dan memahami materi. Modul Pembelajaran Interaktif adalah proses pembelajaran dalam memberikan materi yang tersusun secara sistematik dan langsung untuk digunakan oleh siswa, sepanjang dalam bimbingan guru. 412
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah metode pembelajarn yang mendukung konstruksi social [3]. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan pendekatan pendidikan dimana masalah adalah hal utama dalam proses pembelajaran. Ciri utama Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah pembelajaran dalam kelompok kecil, guru sebagai fasilitator atau pembimbing, dan sebagai alat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah untuk mengatasi masalah. Konsep dalam stoikiometri adalah konsep yang sulit untuk dimengerti oleh siswa, karena mereka harus mengingat banyak rumus dari konsep mol, molaritas, persamaan reaksi kimia dan penentuan pereaksi pembatas. Siswa harus menguasai konsep dasar, menulis rumus dan menghitung mol larutan. Oleh karena itu, pentingnya kondisi pembelajaran yang berarti dalam kelas yang membuat siswa dapat memahami konsep mol dalam stoikiometri. Kurikulum SMA, materi kimia merupakan materi untuk siswa kelas X, XI, dan XII IPA. Dalam kenyataannya, seringkali siswa menganggap kimia adalah materi yang sulit dipelajari dan sering merasa bahwa tidak mampu untuk mempelajarinya [5]. Pelajaran kimia diperkenalkan dalam bentuk yang sedikit atraktif, jadi kelihatan sulit dan mengintimidasi. Seringkali siswa tidak dapat menguasai konsep dasar dari kimia yang sangat penting yang menyebabkan tidak berhasil dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, modul pembelajaran interaktif adalah proses belajar memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan mereka dan meningkatkan prestasi dalam aspek kognitif dan afektif. II. METODOLOGI PENELITIAN Sebagai sampel adalah SMA Negeri 14 Medan, Sumatera Utara, Indonesia dalam kelas X-5 yang memiliki jumlah siswa 20 orang dan merupakan sampel yang digunakan sebagai sampel kelas eksperiment. Dan X-6 yang memiliki jumlah siswa 20 orang dan digunakan sebagai sampel kelas kontrol. Instrumen penelitian adalah modul pembelajaran interaktif dengan menggunakan pemecahan berbasis masalah (PBL). Pengumpulan data adalah alat untuk mengevaluasi pembelajaran (pertanyaan tentang stiokiometri dalam pillihan berganda) yang terdiri dari pretest dan post test. Prosedur meliputi persiapan instrument penelitian, pengajaran dan evaluasi. Persiapan instrumen kimia dalam materi stoikiometri, yang kemudian menginovasi, sehingga siswa dapat lebih midah dalam belajar stoikiometri. Sebelum mengajar, aka nada pretest untuk kelas eksperiment dan kelas control, yang memiliki tujuan mengukur kemampuan siswa dan mengetahui materi yang akan diajarkan, dan setelah itu dilanjutkan dengan mengajarkan materi dengan modul pembelajaran interaktif dengan 413
menggunakan pemebelajaran berbasis masalah (PBL) untuk mengetahui materi. Kemudian akan ada post test di akhir pengajaran. Kemudian data yang didapat dari hasil siswa akan dianalisis. Prosedur penelitian digambarkan seperti Gambar 1 di bawah ini : Populasi Sampel Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pretest Motivasi Kelas Kontrol (Instruksi Langsung dan Buku) dengan Konvensional Kelas Eksperimen (Modul Pembelajaran Interaktif dengan PBL) Post test Evaluasi akhir Analisis Data Kesimpulan Gambar 1. Prosedur Penelitian Teknik menganalisis data digunakan untuk mendeskripsikan analisis statistic dimana menghitung rata-rata dan standard deviasi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Prosedur Umum dari Hasil Penelitian Penelitian telah dilakukan di kelas untuk materi pengajaran stoikiometri. Untuk kelas eksperimen telah diajarkan memakai modul pembelajaran interaktif dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL). Sebagai perbandingannya, kelas control juga mempelajari materi yang diajarkan yaitu stoikiometri, tetapi dengan metode konvensional. 3.2 Prestasi Siswa Sebelum Pengajaran dengan Metode Untuk mengukur kemampuan dasar siswa untuk materi stoikiometri yanga akan diajarkan, peneliti menggunakan pretest. Hasil dari pretest berdasarkan jumlah soal yang dijawab siswa dengan benar dari 10 pertanyaan topic stoikiometri. Berdasarkan hasil 414
pretest dapat diketahui siswa yang belum mengerti stoikiometri. Pencapaian siswa dalam pretest di kelas control adalah M=38.5±6.708 dan kelas eksperiment adalah M=43.5±10.894. Tabel 1. Prestasi siswa di pretest di kelas control dan kelas eksperimen dalam pengajaran Stoikiometri. Nama Sekolah Kelas Pretest Kontrol M=38.5±6.708 SMA Negeri 14 Medan Eksperimen M=43.5±10.894 Angka di dalam tabel adalah rata-rata dan standar deviasi 3.3 Prestasi Siswa Setelah Pengajaran dengan Metode Tabel 2. Prestasi siswa di post test dalam perkembangan modul pembelajaran interaktif menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL) dalam pengajaran Stoikiometri. Nama Sekolah Kelas Post test Kontrol M=52±7.67 SMA Negeri 14 Medan Eksperimen M= 70±7.94 Angka di dalam tabel adalah rata-rata dan standar deviasi. Telah diketahui bahwa pencapaian siswa dalam pengajaran dengan modul pembelajaran interaktif menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah (M= 70±7.94) lebih tinggi dari kelas control (M=52±7.67) dimana kedua metode tersebut memiliki perbedaan signifikan (t test 2.773 > t table 1.33). Pengembangan modul pembelajaran interaktif menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat dilihat setelah pengajaran selesai. Evaluasi dalam post test telah dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penyelesaian masalah tentang stoikiometri. Data menunjukkan bahwa ada peningkatan progres pencapaian siswa setelah diajarkan dengan modul pembelajaran interaktif menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL). Prestasi siswa dalam kelas eksperiment juga berbeda dengan prestasi siswa di kelas control. Hasil post test kelas eksperimen lebih tinggi (M= 70±7.94) daripada hasil post test di kelas control (M= 52±7.67). Analisis menunjukkan nilai rata-rata dari kedua kelas terdapat perbedaan signifikan dari prestasi siswa. Hasilnya mempengaruhi bahwa modul pembelajaran interaktif menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL) membantu siswa agar lebih mudah mengingat materi yang diajarkan. Hasil dari analisis data di kedua kelas menunjukkan peningkatan 415
Jumlah siswa Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat prestasi siswa setelah diajarkan dengan modul pembelajaran interaktif menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL) dalam pengajaran stoikiometri. Dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran interaktif menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat meningkatkan prestasi siswa. Perbandingan Nilai Pretest dan Post test di kelas ekperimen 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0-10 11 20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 Jangka Nilai Pre Test Post Test Gambar 2. Perbandingan Nilai Pretest dan Post test di kelas ekperimen IV. KESIMPULAN DAN PROSPEK Dari analisis dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran interaktif menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pengajaran stoikiometri. Dapat dilihat dalam point peningkatan pretest dan post test. Sehingga dengan Modul pembelajaran interaktif menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat digunakan dalam mengajar dan belajar sebagai model pembelajaran dan strategi pembelajaran dalam meningkatkan prestasi siswa dan dapat digunakan oleh guru di sekolah sebagai model yang menarik untuk siswa. V. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih untuk Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc, Ph.D, yang telah membantu saya dalam melakukan dan melengkapi penelitian ini dengan baik. Terima kasih kepada Prof. Motlan Sirait, Ph.D dan Prof.rer.nat. Binary Manurung,Ph.D sebagai Dekan FMIPA dan Koordinator Kelas Bilingual yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian. Dan kepada kepala sekolah SMAN 14 Medan, Bapak Sofyan,S.Pd dan guru kimia Ibu PM Siregar yang memberi izin kami melakukan penelitian. 416
VI. DAFTAR PUSTAKA [1]. Ferawaty,M. The Influence of Problem Based Learning Model with Worksheet Toward Student Achievement. Medan : FMIPA UNIMED; 2013. [2]. Frans. D. The Effectiveness of Interactive Learning Module by Using Problem Based Learning (PBL) to Increase Students Achievement as Cognitive Aspect in Teaching Stoichiometry. Medan : FMIPA UNIMED; 2009. [3]. Graaf, E. D. Characteristic of Problem Based Learning : International Journal of Engineering Education. 2013; 1(1) : 1-6. [4]. Heinrich, M.R. Instructional Media and The New Technologies of Instruction 2 nd edition. Canada : John Wiley and Sons Company; 1982. [5]. Shakashiri, B. Z. Chemical Demonstration A Handbook for Teacher of Chemistry. USA : The University of Win Comsin Press; 1991. 417