al., 1995). Produk olahan restn1ctured meat

dokumen-dokumen yang mirip
BABI PENDAHULUAN. potongan daging yang relatifkecil dan tidak beraturan yang kemudian dilekatkan

BABI PENDAHULUAN. Sosis merupakan produk olahan hewani dengan nilai g1z1 yang tinggi

BABI PENDAHULUAN. restrukturisasi merupakan salah satu alternatif dalam proses pengolahan daging.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGOLAHAN DAGING. (Restructured/Reformed Meat)

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

BABI PENDAHULUAN. Nugget sudah banyak digemari dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan, baik

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING RESTRUKTURISASI (Restructured/Reformed Meat)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

PENGARUH GELATIN SEBAGAI BINDER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET BABI DENGAN METODE COLD-SET BINDING TECHNOLOGT SKRIPSI 0 L E H :

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

PENGARUH GELATIN SEBAGAI BINDER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET AYAM DENGAN METODE COLD-SET BINDING TECHNOLOGT SKRIPSI 0 L E H :

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

PENGARUH PERBEDAAN JENIS FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK NUGGET IKAN GABUS (Ophiocephalus striatus) PENULISAN DAN SEMINAR ILMIAH

BABVI KESIMPULAN DAN SARAN. adanya pengaruh yang signifikan terhadap kadar air, WHC (Water

KARAKTERISASI DAGING SINTETIS DARI PERLAKUAN KONSENTRAT KEDELAI, TEPUNG TERIGU DAN METODE PEMASAKAN

BAB I PENDAHULUAN. selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya.

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. adalahberasal dari jenis Coturnix-coturnix japonica. Adapun klasifikasi zoologi

Karakteristik mutu daging

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Dilihat dari karakter fisiknya, murbei merupakan buah yang berasa segar manis

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP KARAKTERISTIK DAN DAYA TERIMA CHICKEN NUGGET SKRIPSI. Oleh MARGI KUSUMANINGRUM

MATA PELAJARAN : PRAKARYA SEMESTER : II Tema : Pengolahan

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

PENGARUH PENGGUNAAN GELATIN SEBAGAI BINDER DAN LESITIN SEBAGAI EMULSIFIER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS BABI SKRIPSI

Meat Quality Of Raw Materials Nuggets Laying Chicken Rejects. Endah Subekti. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Semarang

EFFECT OF JACKFRUIT S SEED STARCH (Arthocarpus heterophyllus Lamk) ON PHYSICAL QUALITY OF CHICKEN NUGGET ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. dikelompokkan sebagai berikut:kingdomanimalia, FilumChordata, KelasAves,

Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Umbi-umbian dapat tumbuh dengan baik

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN Pengolahan dan Pegawetan Daging (Pembuatan Bakso)

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

) FLOUR AS A SUBSTITUTION OF TAPIOCA FLOUR ON WATER CONTENT, WATER HOLDING CAPACITY, ELASTICITY, AND SHEAR FORCE OF BEEF MEATBALL

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat setiap tahunnya. Konsumsi daging ayam pada tahun 2013

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak hanya menginginkan makanan yang enak dengan mouthfeel yang

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. (41%), kulit sapi (28,6%), dan tulang (30%). Data dari Badan Pusat Statistik

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Ikat Air Bakso Ayam

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TEPUNG BERAS B. TEPUNG BERAS KETAN

I. PENDAHULUAN. Perikanan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dan menghadapi. nasional (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. 21,97% (db) (Kramlich,1973). Daging dikenal mengandung kolesterol (50

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

ASPEK PRODUKSI A. BAHAN BAKU PRODUKSI. 1. Bahan Baku Utama. a. Daging sapi. 2. Bahan Baku Pembantu. a. Garam

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Malah,

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum

BABVI KESIMPULAN DAN SARAN

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

Magdalena Kristiana, Wendry S. Putranto, dan Lilis Suryaningsih Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

Transkripsi:

BAB PENDAHULUAN I

BABI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Restruk.t:urisasi daging merupakan salah satu alternatif dalam proses pengolahan daging, yaitu potongan daging yang berukuran relatif kecil dan tidak beraturan kemudian dilekatkan kembali sehingga berukuran relatif lebih besar dan menjadi suatu produk olahan dengan nilai jual yang relatiflebih tinggi (Raharjo et al., 1995). Produk olahan restn1ctured meat yang banyak dikenal oleh masyarakat antara lain adalah sosis, bakso, nugget. Nugget bisa dibuat dari daging ayam, sapi, kambing, domba, dan babi, ikan serta udang (Raharjo, 1996). Namun yang umum dikenal oleh masyarakat adalah nugget ayam. Dalam penelitian ini daging yang digunakan untuk pembuatan nugget adalah daging ayam. Daging ayam yang digunakan adalah a yam jenis broiler bagian dada yang tennasuk dajam white meat. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan produk nugget dititikberatkan pada kemampuan pengikatan antar partikel daging dan antara partikel daging dengan bahan-bahan lain yang ditambahkan karena. hal ini yang akan mempengaruhi tekstur nugget yang dihasilkan (Dutson dan Pearson, 1987). Kemampuan pengikatan ini dipengaruhi oleh teknik produksi nugget yang diterapkan, selain jenis bahan pengikat (biruler atau binding agent) yang digunakan. I

2 Nugget dapat diproduksi dengan dua cara yaitu hot-set binding teclmoiogy dan cold-set binding technology. Perbedaan diantara keduanya adalah pada suhu pembentukan gel dalam proses pembuatan nugget. Pada hot-set binding technology proses pembentukan gel membutuhkan panas sedangkan pada cold-set binding technology dibutuhkan suhu rendah (Khotimah dkk., 2000). Pada cold-set binding technology biasanya digunakan karagenan dan kombinasi Na-alginat dan Ca-lak"tat (Dutson dan Pearson, 1987). Hot-set binding technology mempunyai beberapa permasalahan, yaitu dapat menyebabkan diskolorisasi, ketengikan serta Warmed-Over Flavor (WOF). Agar dapat rnengatasi masalah tersebut maka dapat dilakukan metode cold-set binding technology. Dengan demikian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cold-set binding technology. Pada metode cold-set binding technology dibutuhkan bahan pengikat yang dapat bekelja pada suhu rendah untuk merekatkan cacahan daging pada saat didinginkan. Bahan pengikat yang akan digunakan adalah gelatin tipe B yang berasal dari sapi. Gelatin yang rnemiliki kemampuan dalam pembentukan gel dan bersitat termoreversibei juga dapat digunakan sebagai bahan pengikat partikel daging (meat binder), contohnya pada produk sosis dan frankfurter (Dutson dan Pearson, 1987). Berdasarkan penelitian skripsi Veronica (2005), gelatin juga dapat dimanfaatkan pada produksi nugget. Gelatin termasuk dalam golongan hidrokoloid dan pembentukan gelnya termasuk dalam thermally set gels karena gelasi dipengaruhi oleh suhu. Dalam industri makanan, gelatin digunakan sebagai bahan pembentuk gel, peningkat viskositas, pengemulsi, penstabil, dan perekat. Selama ini pemanfaatan gelatin digolongkan dalam cold-set binding technology.

3 Gelatin merupakan derivat dari kolagen yang dapat membentuk gel yang bersiffft sebagai binder pada suhu 0-5 C (Dutson dan Pearson, 1987). Dalam produksi nugget juga digwiakan sodium tripoliphosphat (STPP). Pada hot-set binding technology membutuhk.an panas sehingga fungsi sodium tripoliphosphat (STPP) dapat optimal (Sofos (1986) dalam Khotimah dkk., 2000), sedangkan pada cold-set binding technology dibutuhk.an. suhu rendah. Menurut FDA konsentrasi maksimum penggwiaan STPP dalam produk daging yaitu sebesar 0,5% (USDA, 1982 dalam Dutson dan Pearson, 1987). STPP yang ditambahkan dapat meningkatkan WHC. STPP juga memiliki fungsi sebagai pengembang flavor, pengontrol pi-!, dan menstabilkan protein schingga mencegah denaturasi (Tranggono, 1990). Faktor lain yang juga mempengaruhi keberhasilan produk nugget adalah }Iller (bahan pengisi). Filler adalah bahan yang mampu mengikat sejumlah air tapi mempunyai pengaruh kecil terhadap emulsifikasi. Bahan pengisi umumnya hanya terdiri dari karbohidrat (pati) yang mampu mengikat air (Koswara, 1995). Filler yang biasa digwiakan adalah tepwig terigu, tepwig jagwig atau tepung beras serta pati dari tepung-tepung tersebut (Soeparno, 1998). Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap tepung terigu tidak dapat dipenuhi oleh. produksi dalam negeri padahal kebutuhannya terus meningkat. Hampir seluruhnya tepung terigu yang ada merupakan hasil impor. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya penggunaan tepung dati bahan lokal, salah satu alternatifnya adalah penggunaan tepung yang berasal dari umbi ganyong. Tepung ganyong juga dapat digunakan sebagai filler dalam pembuatan nugget. Tepung ganyong memiliki sifat

4 fisikokimia yang mirip dengan tepwlg terigu, yaitu pada rasio antara amijosa dan amilopektin dan bentuk granula pati. Perbedaannya adalah tepung ganyong tidak memiliki gluten, meski demikian tepung ganyong dapat digwlakan sebagai substitusi dari tepung terigu atau kombinasi dari keduanya. Filler untuk pembuatan nugget ayam dalam penelitian ini adalah dengan menggwlakan proporsi tetap antara tepwlg terigu dan tepung ganyong. TepWlg ganyong memiliki kandungan pati yang cukup tinggi yaitu 49,98-53,41%. Kandungan pati ini berperan dalam pembentukan gel yang dapat mempengaruhi tekstur nugget. Filler ditambahkan pada produk nugget dengan tujuan untuk membentuk tekstur nugget yang kompak dan padat P.embeutukan. tekstur i.ni disebabkan oleh adanya proses gelatinisasi pati yang terjadi selama proses pembuatan nugget. Tepung terigu dan tepwlg ganyong memiliki kemampuan menyerap air dalam jumlah banyak dan mengalami gelatinisasi pada proses pemanasan sehingga dapat meningkatkan volume produk. Pati yang mengalami proses gelatinisasi dapat mempengaruhi tekstur produk dengan menyemp air, membentuk: gel, atau meningkatkan viskositas sol. Jumlah pati yang terlalu rendah menyebabkan kurang dapat mengikat potongan~ potongan da!,ring tersebut sehingga nugget yang dihasi!kan kurang kompak sedangkan pati yang terlalu tinggi menyebabkan keempukan nugget rendah (Gurayadan Toledo, 1993}. Biasanya penyimpanan beku dilakukan selama 24- jam sebelum proses penggorengan pada nugget. Akan tetapi di pasaran nugget dibiarkan lebih dari 24 jam pada suhu pembekuan. Penulis bemsaha mengetahui atau mengamati trend

5 (kecenderungan) dari lama penyimpanan beku tersebut terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik nugget a yam yang dihasilkan. 1.2 Rumusan Masalah Sejauh mana pengaruh konsentrasi penambahan gelatin yang berbeda terhadap sifat fisikok.imia dan organoleptik nugget ayam yang dihasilkan? Bagaimana trend (kecenderungan) organoleptik nugget ayam yang dihasilkan setelah lama penyimpanan beku selama 1 hari, 14 hari, 28 hari? 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh konsentrasi penambahan gelatin yang berbeda terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik nugget a yam yang dihasilkan. Mengetahui trend (kecenderungan) organoleptik nugget ayam yang dihasilkan setelah lama penyimpanan beku selama 1 hari, 14 hari, 28 hari. 1.4 Manfaat Penelitian Memberikan alternatif dalam hal metode pembuatan bagi produsen atau masyarakat umum untuk mcmbuat nugget ayam. Memberikan informasi tentang sifat fisikokimia dan organoleptik nugget a yam yang dihasilkan dalam penelitian ini.