BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap serta infeksi. Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina. Ekosistem ini dipengaruhi dua faktor utama, yaitu hormon estrogen dan bakteri laktobacillus (flora normal). Jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobacillus akan mati dan bakteri patogen akan tumbuh sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi (Wijayanti, 2009, p.37). Keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina, karena keputihan bisa terjadi akibat ph vagina tidak seimbang. Kadar keasaman vagina di pengaruhi oleh dua hal yaitu, faktor intern dan ekstern. Faktor intern antara lain di sebabkan oleh pil kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen, IUD yang bisa menyebabkan bakteri, trauma akibat pembedahan, terlalu lama menggunakan kortikoseroid dan obat imunosupresan pada penderita asma, kanker atau HIV positif. Sedangkan faktor ekstern antara lain kurangnya vulva hygiene, kehamilan dan diabetes melitus, pakaian dalam yang ketat, hubungan seks dengan pria yang membawa bakteri Neisseria Gonorhoea 1
2 dan menggunakan WC umum yang tercemar bakteri Chlamydia (Prasetyowati, 2009, p.46). Organ intim wanita, seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi lingkungan. Karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan suasana kering. Kondisi lembab akan mengundang berkembangbiaknya jamur dan patogen. Ini adalah salah satu penyebab keputihan (Wijayanti, 2009. p.54). Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%. Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Kondisi seperti ini bisa dicegah dengan melakukan kebiasaan vulva hygiene yang baik, sedangkan kebiasaan ini sendiri merupakan perilaku yang harus dibiasakan oleh setiap individu dan disertai dengan pengetahuan, untuk itu tenaga kesehatan mempunyai peranan penting untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya hygiene yang baik untuk mencegah keputihan melalui penyuluhan (Maghfiroh, 2010, p.2). Berdasarkan data statistik Indonesia tahun 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat, ini merupakan salah satu penyebab dari keputihan (Maghfiroh, 2010, p.2). Berdasarkan data statistik Jawa Tengah tahun 2009 jumlah remaja putri Jawa Tengah yaitu 2,9 juta jiwa berusia 15-24 tahun 45% pernah mengalami keputihan. Data RSUP dr Kariadi tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah penderita kanker mulut rahim (servik) adalah 1.619 jiwa. Penderita yang sakit
3 dalam keadaan stadium lanjut, kanker mulut rahim ini diawali dengan keputihan yang lama yang tidak diobati (Dinas Kesehatan Semarang, 2010). Survei kesehatan remaja tahun 2007-2008 yang di lakukan oleh Badan Pusat Statistik Jepara menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5% dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8%. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 63% dan yang berusia 15-19 tahun pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 42,3%, ini merupakan salah satu penyebab dari keputihan (Danniati, 2009, p.2). Berdasarkan hasil penelitian Farah (2009) tentang hubungan pengetahuan dan perilaku vulva hygiene terhadap kejadian keputihan pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Jepara didapatkan dari 80 responden terdapat 44 (62,5%) mengalami keputihan. Sebanyak 36 (52,5%) yang mengalami keputihan karena tidak tahu cara vulva hygiene dengan baik dan benar. Desa Pendosawalan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara terdiri dari 16 Dukuh dengan jumlah penduduk 4.685 jiwa dan remaja putri 312 jiwa (Badan Pusat Statistik Jepara, 2010). Berdasarkan data pra survei yang penulis lakukan pada tanggal 11 April 2011 di desa tersebut dengan melakukan wawancara pada 10 remaja putri berusia 14-17 tahun terdapat 7 remaja putri yang mengalami keputihan, setelah ditanyakan tentang vulva hygiene 4 orang (40%) selalu menjaga vulva hygiene,
4 3 orang (30%) yang membersihkan vagina dengan sabun sirih dan 3 orang (30%) lainnya tidak pernah menjaga vulva hygiene dengan baik. Banyaknya remaja yang belum mengetahui cara vulva hygiene yang baik dan beranggapan bahwa keputihan yang gatal dan berbau adalah normal, menyebabkan penulis tergerak untuk mengusulkan suatu penelitian lebih lanjut mengenai hubungan tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri usia 14-17 tahun di Desa Pendosawalan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka disusun rumusan masalah sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri usia 14-17 tahun di Desa Pendosawalan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri usia 14-17 tahun di Desa Pendosawalan Kecamatann Kalinyamatan Kabupaten Jepara.
5 2. Tujuan khusus a. Untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan remaja putri usia 14-17 tahun di Desa Pendosawalan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara mengenai vulva hygiene. b. Untuk mendeskripsikan kejadian keputihan D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pembuat kebijakan Menurunkan kejadian keputihan pada remaja putri di Jepara dengan meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi di sertai cara pencegahannya. 2. Bagi institusi Memberikan masukan dalam pendidikan terutama untuk memberikan materi perkuliahan sehingga mahasiswa mempunyai gambaran mengenai vulva hygiene dan keputihan. 3. Bagi peneliti Meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman tentang kesehatan reproduksi khususnya keputihan dan sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya 4. Bagi masyarakat Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan untuk mencegah timbulnya penyakit Keaslian Penelitian
6 1. Penelitian Sebelumnya Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul Nama Tahun Sasaran Variabel Metode Hasil Hubungan pengetahuan tentang keputihan dengan penanganan keputihan pada Siswi Pondok Pesantren Darul Hasanah Kalikondang Demak, MAGHFIROH, 2010 Hubungan, pengetahuan, sikap dan praktek vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi kelas VII SMP Negeri 1 Ungaran, Semarang, Anggita, 2010. Hubungan pengetahuan dan perilaku vulva hygiene terhadap keputihan pada siswi SMA Negeri 1 Jepara, Farah, 2009. - 30 Siswi Pondok Pesantren. - Pengetahuan Keputihan (bebas) dan Penanganan Keputihan (terikat). - Explanatory Research, Cross Sectional, Random Sampling. - 60 siswi SMP Negeri 1 Ungaran. - Penegetahuan, sikap dan praktek vulva hygiene (bebas) dan kejadian keputihan pada siswi kelas VII (terikat). - Explanatory Research, Cross Sectional - 80 sisiwi SMU Muhammadiyah 1 Metro. - Vulva hygiene (bebas) dan kejadian keputihan (terikat). - Kuantitatif, Cross Sectional - pengetahuan baik 29 (58%) - menangani keputihan dengan baik 31 (62%) - ada hubungan bermakna antara pengetahuan keputihan dengan penanganan keputihan. - Pengetahuan cukup dan baik (40%) - Sikap baik untuk pencegahan keputihan (94,3%). - Praktek vulva hygiene (42,9%). - Hasil uji che square hubungan. pengetahuan dengan kejadian keputihan p=0,615, hubungan sikap dengan kejadian keputihan p=0,428, praktek dengan kejadian keputihan p=0,521. - Tidak ada hubungan yang bermakna sikap dan praktek dengan derajat keputihan.. - Ada hubungan antara vulva hygiene daerah kewanitaan dengan kejadian keputihan ( -Value= 0,033 dan nilai OR= 3.500). - Tidak ada hubungan antara pemilihan pakaian dalam ( -Value= 0,429). - Pemakaian antiseptik ( - Value= 0,482) - Menjaga kebersihan saat menstruasi ( -Value= 0,134) dengan kejadian keputihan.. - Ada hubungan antara vulva hygiene dengan keputihan.
7 2. Penelitian Sekarang Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu tempat penelitian dan variabel penelitian. Penelitian sekarang variabelnya yaitu hubungan tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri usia 14-17 tahun.