BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : NARTI A

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang tinggi untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah

: Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting, yang dapat dialami

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara dan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan. semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di semua bidang, salah satunya membangun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan wadah kegiatan sebagai pencetak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA. Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk siap menjadi tenaga terampil dan pandai matematika melalui penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak pernah dipisahkan dari aspek kehidupan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok, serta belajar berinteraksi dan berkomunikasi. dapat dilakukan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam rangka menyongsong era persaingan bebas antar bangsa yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikannya. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:7) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI TERBIMBING BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SLTP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, serta masyarakat, bangsa dan negara. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Kamlasi, 2010). Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah Pertama menjadi program Wajar (wajib belajar) 9 Tahun yaitu Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (depdiknas, 2011). Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang disediakan bagi para siswa untuk menuntut ilmu. Selama belajar di sekolah, para siswa diwajibkan untuk mengikuti 1

semua mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Salah satu mata pelajaran yang diberikan di semua sekolah, baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah, adalah matematika. Damayanti (2008), mengatakan matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Kegunaan matematika tidak hanya dalam bidang keilmuwan saja, tetapi matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari hari. Banyak persoalan yang dapat diselesaikan dengan matematika. Liebeck (dalam Fatimah, 2005) mengungkapkan matematika berguna untuk kehidupan sehari-hari seperti perdagangan, perindustrian dan ilmu pengetahuan. Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan diberikannya pelajaran matematika mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang. Akan tetapi Karakteristik matematika yang abstrak dan sistematis menjadi salah satu alasan sulitnya siswa mempelajari matematika serta menjadikan kurang berminat dalam mempelajarinya. Nawangsari (2007) menyatakan bahwa matematika sejak dulu memang dianggap oleh siswa sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Misalnya kecenderungan siswa untuk menghafal rumus matematika; sebagian besar siswa menganggap bahwa matematika itu penuh dengan rumus yang membuat mereka pusing tujuh keliling, sehingga mereka 2

berusaha untuk menghapal semua rumus yang telah dipelajari. Hal inilah yang membuat matematika sulit, jika matematika harus dihafal, maka akan sulit sekali penerapannya untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan masing-masing konsep (Andini, 2010). Pentingnya penguasaan dan manfaat di bidang matematika, menaruh perhatian terhadap proses penguasaan matematika dalam konteks pendidikan. Semua pihak berupaya agar siswa dapat menguasai matematika. Usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan mengajar guru dalam bidang studi matematika telah banyak dilakukan, antara lain penyediaan buku paket, penataran guru bidang studi matematika dan kelengkapan alat-alat peraga matematika. Ternyata yang terjadi di lapangan (sekolah) terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan dari prestasi belajar matematika yang ditunjukan siswa, masih belum memuaskan. Umar (dalam Fatimah, 2005) mengakui kemampuan anak Indonesia pada mata pelajaran matematika dan IPA memang relative rendah. Rendahnya prestasi belajar matematika di Indonesia juga diperkuat oleh hasil survey pengukuran dan penilaian pendidikan oleh The Third International match and Science study Report (TIMSS-R) pada tahun 1999. Dari 38 negara peserta yang dinilai, Indonesia berada pada peringkat 34 untuk mata pelajaran matematika (www.depdiknas.go.id). Salah satu lembaga pendidikan menengah yang populer di kalangan masyarakat Kota So e adalah Sekolah Menengah 3

Pertama Negeri 1 So e. Dengan salah satu visi mereka yakni Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi terutama dibidang sains dan matematika. Hal tersebut yang membuat peneliti ingin meneliti apakah prestasi matematika sejalan dengan salah satu visi tersebut, sehingga dari sekian banyak SMP di kota So e peneliti memilih SMP Negeri 1 So e untuk dijadikan tempat penelitian. Dan kelas VIII/2 di pilih oleh penulis untuk dijadikan sampel penelitian. Kelas VIII di pilih oleh penulis untuk dijadikan sampel penelitian adalah agar siswa mulai diyakinkan bahwa pelajaran matematika juga merupakan pelajaran yang penting dari pelajaranpelajaran yang lain yang akan di ujikan pada Ujian Nasional (UN) ketika mereka melangkah ke jenjang kelas IX/3 nantinya, penelitian ini menekankan khususnya kepada siswa/i agar mempersiapkan diri sedini mungkin agar mereka tidak kaget pada saat menerima pelajaran matematika yang lebih kompleks/susah di jenjang kelas IX/3. Gambaran umum proses belajar mengajar di sekolah adalah siswa diwajibkan mengikuti proses belajar sesuai dengan jadual yang telah diatur oleh sekolah baik pada jam pelajaran wajib maupun pada les tambah diluar jam pelajaran sekolah. Guru diharuskan melaksanakan KBM (kegiatan belajar mengajar) sesuai jadwal dengan memperhatikan waktu mengajar sesuai jam mengajar dalam hal ini tepat waktu dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Hasil prestasi belajar dilihat dari nilai raport siswa dikategorikan bahwa prestasi belajar matematika adalah 4

cukup; dilihat dari presentasi nilai raport yang baik: 62,077 % dan yang buruk : 37, 923 %. Hasil Ujian Nasional matematika 2011 sebesar 9,40. Fenomena pada prestasi belajar matematika menurut pengamatan seorang guru Matematika SMPN 1 So E adalah guru sering menghadapi kendala ketika memberikan tugas PR maupun tugas langsung pada siswa di kelas. Tetapi yang menjadi perhatiannya adalah kenapa pada saat pelajaran matematika berlangsung di kelas banyak siswa yang menunjukan sikap negatif, misalnya malas, ragu-ragu/ takut dalam memberikan jawaban, bolos, melamun dan sebagainya. Hal lain yang menjadi sorotan penulis adalah ketika ikut terlibat dalam proses kegiatan belajar matematika yang berlangsung di dalam kelas pada beberapa kelas pada saat guru memberikan penjelasan tentang matematika, beberapa siswa tidak mengikuti penjelasan dari guru dan mereka sedang melakukan aktifitas lain seperti melamun, bercerita dengan teman sebangku mereka, disamping itu juga ada sebagian yang memperhatikan dan mencatat penjelasan dari guru walaupun semuanya sudah dibeberkan dan tersedia di buku cetak, ditambah ketika diberikan latihan soal matematika rata-rata nilai yang di dapat adalah sedang. Dari hasil wawancara pada beberapa siswa pada SMP Negeri 1 Soe, mengatakan bahwa mereka merasa bosan dan malas untuk mengikuti pelajaran matematika. Alasannya adalah proses belajar matematika berada pada akhir jam pelajaran sekolah. Dan hal-hal yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung adalah banyak siswa yang tidur-tiduran di dalam kelas ketika 5

guru sedang melangsungkan pembelajaran. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa ada siswa yang sering bolos ketika pelajaran matematika berlangsung dikarenakan dari mereka merasa takut tidak mengerjakan PR. Hal yang membuat mereka malas dalam menerima pelajaran matematika adalah banyak rumus-rumus matematika yang menurut mereka susah untuk dihafalkan, dan juga ketika mereka belajar mengenai bangun ruang. Pengakuan dari mereka adalah mereka takut dan malu/ragu-ragu ketika guru meminta mereka untuk mengerjakan soal-soal matematika di dalam kelas. Hal ini terlihat ketika guru meminta mereka untuk maju ke depan dan menyelesaikan pekerjaannya di papan tulis. Menurut guru yang mengampu pelajaran matematika mengatakan bahwa, siswa yang tidak memiliki keyakinan diri dan niat dalam mengikuti pelajaran matematika di kelas. Lanjutnya mereka katakan bahwa mereka memberikan kebebasan penggunaan fasilitas baik berupa buku cetak, internet, perpustakaan, untuk mencari dan belajar sesuatu hal yang bersangkutan dengan matematika tetapi hal tersebut siasia. Dikatakan oleh Spears dan Jordan (dalam Prakoso,1996), siswa di sekolah dapat mencapai keberhasilannya jika siswa merasa mampu untuk berhasil, dan arti keberhasilan itu dianggap penting. Dampak yang ada yang dikatakan oleh guru matematika adalah hasil pra-ujian nasional matematika untuk kelas IX/3 pada pelajaran matematika masih tergolong rendah, karena didapati ada peserta didik yang tidak bisa 6

mencapai hasil yang baik dari standar yang diberikan oleh guru. Bagi siswa yang mendapat hasil yang rendah akan dilakukan tes ulang dengan soal yang sama tetapi hasilnya tetap sama. Penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas IX/3 menyangkut dengan hasil pra-ujian nasional matematika. Mereka mengatakan bahwa mereka merasa takut ketika dihadapi dengan soal-soal bangun ruang seperti menghitung sisi segitiga sama kaki, trapesium, menghitung jari-jari sebuah lingkaran dan juga soal-soal cerita. Mereka mengatakan lebih lanjut bahwa mereka sudah belajar tetapi ketika dihadapkan dengan soal-soal tersebut mereka tidak bisa mengerjakannya. Hal ini yang menjadi dasar penulis untuk memilih kelas VIII/2 untuk dijadikan sampel penelitian. Tujuannya agar siswa/i siap pada saat melaksanakan UN ketika naik ke jenjang kelas IX/3. Berdasarkan dengan adanya masalah yang berkaitan dengan matematika tersebut pada siswa/i SMP N 1 So e dan fenomena yang terjadi, maka langkah-langkah yang harus diambil adalah mencari solusi atau cara untuk memerangi kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, dilihat dari faktor-faktor yang berpengaruh kuat pada prestasi belajar matematika. Ada beberapa faktor yang memengaruhi prestasi belajar antara lain yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Winkel, (dalam Fatimah, 2005) proses belajar mengajar matematika ini dipengaruhi oleh keadaan awal yang mencakup faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa 7

(faktor internal) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor internal antara lainnya mencakup intelegensi, motivasi, sikap, efikasi diri, minat dan kondisi fisik. Sedangkan faktor eksternal meliputi guru, keluarga, sekolah dan peer group. yang menjadi sorotan berdasarkan fenomena di lingkungan sekolah tersebut adalah pada diri siswa yang bersangkutan karena untuk memiliki nilai hasil belajar yang baik harus memiliki keyakinan dan juga motivasi dari dalam dirinya. Menurut Suryabrata, 1993 (dalam Fatimah, 2005), prestasi belajar itu dipengaruhi oleh dua faktor. Salah satunya adalah faktor internal seperti efikasi diri. Di dunia pendidikan efikasi diri mempunyai peranan penting dalam mencapai prestasi belajar, karena tanpa efikasi diri yang tinggi siswa tidak dapat berprestasi secara optimal. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi akan memperlihatkan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki self efficacy rendah, Zimmerman (dalam Fatimah, 2005). Hal ini dilihat dari sumber sumber efikasi diri yang antara lainnya menurut Bandura (dalam Gerrits, 2008) adalah pencapaian prestasi, meniru, persuasi sosial dan kondisi fisik. Keempat hal tersebut berpengaruh pada tinggi rendahnya efikasi diri pada diri individu dalam pencapaian prestasi belajar. Prakoso (1996) dalam jurnalnya mengatakan efikasi diri yaitu keyakinan seseorang bahwa dirinya akan mampu melaksanakan tingkah laku yang dibutuhkan dalam suatu tugas. (Bandura, 1995) dalam teori belajar kognitif sosialnya 8

mengungkapkan efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya untuk mengatur dan melakukan suatu tindakan. Begitu pula dalam pelajaran matematika, bila ia merasa yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugas-tugas matematika dengan baik, maka ia akan menunjukan usaha dan bekerja lebih keras untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapainya. Sebaliknya ia merasa kurang yakin akan kemampuan dirinya, maka ia akan mudah menyerah dan tidak berusaha mencari jalan untuk pemecahan masalah. Selanjutnya efikasi diri terbentuk dari pengalamanpengalaman terdahulu yang diperoleh seseorang. Bila seorang siswa seringkali mendapat prestasi yang kurang baik dalam mata pelajaran matematika maka akan terbentuk efikasi diri yang rendah. Ia akan merasa kurang mampu dalam memecahkan masalah-masalah pada mata pelajaran matematika. Hal ini didukung oleh Feltz (dalam Gerrits, 2008) yang mengemukakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu secara tuntas. Semakin tinggi efikasi diri yang di miliki individu, maka akan semakin tinggi pula motivasi individu tersebut untuk memperbesar usahanya agar mencapai hasil yang lebih optimal. Tapi di Indonesia sendiri, banyak di antara para pendidik, khususnya dibidang matematika belum sadar bahkan belum mengetahui fakta bahwa salah satu aspek psikologi yang dinamakan efikasi diri ini dapat mempengaruhi pencapaian prestasi seorang siswa. 9

Semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki seorang siswa, maka akan semakin baik prestasi yang mampu dicapainya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah efikasi diri yang dimiliki seorang siswa, maka akan semakin rendah pula prestasi yang mampu dicapai siswa tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Retnaning (2008) mengenai hubungan antara self efficacy dengan prestasi belajar matematika siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang menunjukan ada hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan prestasi belajar matematika dengan r = 0,974, p = 0,000 < 0,05. Hasil penelitian oleh Fatimah (2005) mengatakan bahwa ada kontribusi yang positif antara efikasi diri dengan prestasi belajar matematika sebesar 23,4%. Hal ini dilihat dari hasil regresi antara efikasi diri dengan prestasi belajar matematika berpengaruh dengan R Square = 0,21 artinya variabel efikasi diri dapat menjelaskan variabel-variabel prestasi belajar matematika sebesar 2,1%. Hal-hal di atas menunjukan bagaimana self-efficacy dapat memengaruhi prestasi belajar siswa, tetapi ada juga faktor lain yang memengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu faktor motivasi belajar siswa itu. Adapun faktor-faktor lainnya yang turut mempengaruhi prestasi belajar, seperti dikemukakan oleh Ahmadi dan Supriyono (2004) mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar salah satunya adalah dari faktor internal yaitu motivasi. Motivasi merupakan perubahan 10

tenaga dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Winkel (1987) motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Seseorang yang memiki motivasi belajar yang tinggi cenderung ingin mendapatkan prestasi yang tinggi pula dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki motivasi. Mc Donald (dalam Setyowati, 2007) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tetapi menurut Alderfer (dalam Setyowati, 2007), motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif. selanjutnya Clayton Alderfer (dalam Setyowati, 2007) mengatakan motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Siskandar (2008) mengenai sikap dan motivasi siswa dalam kaitannya dengan hasil belajar matematika di SD menunjukan hubungan yang signifikan antara motivasi dengan hasil belajar dimana r = 11

0.1928 ; α < 0.05. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2007) berdasarkan perhitungan pada lampiran 5 diperoleh F hitung sebesar 29,766 dengan taraf signifikansi 0,000. Perhitungan uji hipotesis secara simultan membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar. Kemudian penelitian oleh Istiqomah (2009) mengatakan bahwa hubungan antara motivasi siswa dengan hasil belajar matematika adalah positif. Dengan korelasi parsial ry21 sebesar 0,293. Kemudian Cleopatra (2011) dalam penelitian tesis mengenai gaya hidup dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika, menunjukkan tingkat sangat signifikan, karena nilai sig. = 0.000 < 0.01. Artinya hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika dapat diterima. Berdasarkan uraian di atas, hasil-hasil penelitian yang ada menunjukan bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri dan motivasi belajar sebagai prediktor prestasi belajar matematika. Akan tetapi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya belum tentu dapat digeneralisasikan pada tempat lain dan subyek penelitian yang berbeda, karena melihat dari latar belakang budaya dan lingkungan tempat penelitian yang berbeda. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah efikasi 12

diri dan motivasi belajar sebagai prediktor yang berpengaruh secara simultan terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMP N 1 So e kelas VIII? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian yang akan dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri dan motivasi belajar secara simultan terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMP N 1 So e kelas VIII. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Merunjuk pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat teoritis Dapat memberikan suatu sumbangan pengetahuan teori mengenai pengaruh efikasi diri (self-efficacy) dan motivasi belajar terhadap pada prestasi belajar matematika. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi sekolah dalam hal ini guru matematika dapat memberikan informasi tentang pentingnya selfefficacy dan juga motivasi belajar kepada siswa/i dalam kehidupan di dalam lingkungan sekolah dalam hal ini yang berkaitan dengan pelajaran matematika. 2. Bagi keluarga, diharapkan orang tua dapat mendorong dan mendidik anak agar mau berusaha 13

dengan giat untuk meluangkan waktu belajar di rumah sehingga anak akhirnya mempunyai keyakinan dan dorongan dalam belajar bidang studi matematika. Dan juga orang tua mau memberikan sebuah pengertian bahwa matematika itu adalah suatu ilmu yang bukan saja diterapkan dalam lingkungan sekolah saja melainkan ilmu yang diterapkan selama dia hidup. 3. Bagi siswa sendiri diharapkan dapat mengembangkan kognitif mereka dalam pelajaran matematika, yakin akan kemampuan mereka dalam mengerjakan tugas matematika, sehingga ada dorongan atau keinginan belajar yang tinggi agar nantinya berpengaruh pada hasil belajarnya. 4. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan topik yang serupa, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan dan melakukan penelitian-penelitian lanjutan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti di sini. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, penulis menyusun tulisan ini ke dalam beberapa bab, antara lain: 14

Bab I, dalam bab ini penulis menguraikan pendahuluan yang di dalamnya membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II, dalam bab ini penulis menguraikan tentang landasan teoritis yang terdiri dari pengertian masing-masing variabel (XI, X2, dan Y), teori masing-masing variabel, aspekaspek, faktor pengaruh, hasil-hasil penelitian sebelumnya, model penelitian, serta hipotesis penelitian. Bab III, dalam bab ini penulis menguraikan tentang variabel penelitian, defenisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, populasi dan sampel penelitian, serta teknik analisis data. Bab IV, dalam bab ini penulis menguraikan tentang deskripsi tempat penelitian, karakteristik responden, hasil uji validitas dan reliabelitas alat ukur, hasil pengukuran variabel, hasil uji statistik, serta diskusi. Bab V, dalam bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian. 15