DUKUNGAN KAMPANYE MILITER TERHADAP DIPLOMASI INDONESIA DI PERBATASAN DARAT INDONESIA TIMOR LESTE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

APEK HUKUM WILAYAH NEGARA INDONESIA

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN)

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

BAB I PENDAHULUAN. Setelah selama dua puluh empat tahun menjadi bagian dari wilayah kedaulatan NKRI,

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP. diakibatkan dari Illegal Fishing yang dari tahun ketahun terus mengalami

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

DIREKTORAT JENDERAL STRATEGI PERTAHANAN

UPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari pembahasan yang telah di sampaikan dalam penulisan tesis ini, maka dapat

BAB V P E N U T U P. konservasi Suaka Margasatwa Kateri di Kabupaten Malaka, dimana lebih dari

BAB V PENUTUP. a. Pengawasan Pelaksanaan Special Arrangments 1993: untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah

Naskah Kebijakan Pengelolaan Perbatasan Secara Terapadu

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang optimal government terutama dibidang kerja sama dengan

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam

Perbatasan, Tertinggal Dan Diterlantarkan

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 Konvensi Montevideo 1993 mengenai hak-hak dan kewajibankewajiban

BAB III PENUTUP. Sebagai kesimpulan dapat dikemukkan sebagai berikut :

PERMASALAHAN LINTAS NEGARA PADA POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYAA AIR WILAYAH SUNGAI SESAYAP

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBANGUNAN PERTAHANAN DI PERBATASAN DARAT RI - RDTL BAB I PENDAHULUAN

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA KUNJUNGAN PASIS SESKOAU

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MASALAH PERBATASAN NKRI

PENGAMANAN WILAYAH PERBATASAN DARAT GUNA MENDUKUNG KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 1. Oleh: Yanyan Mochamad Yani 2

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

DAFTAR PUSTAKA. Security Studies in the Post Cold War Era. Hampstead: Harvester Wheatsheaf. Budiarjo, Miriam., Dasar-Dasar Ilmu Politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Survei Batas Negara, Butuh Lebih dari Sekedar Surveyor. Andriyana Lailissaum, ST Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial

Secara umum ketahanan nasional dapat diartikan sebagai kondisi dinamis suatu bangsa

FORMULASI KEBIJAKAN BORDER PASS DI PERBATASAN REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE DAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENCEGAHAN ILLEGAL BORDER CROSSING

BAB I PENDAHULUAN. dan gas yang terkandung di Laut Timor. tertentu berdasarkan pada prinsip Landas Kontinen.

MI STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Timor-Timur atau yang sekarang lebih dikenal dengan Republica. Democratica de Timor-Leste yang selanjutnya disebut RDTL sebelumnya

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

SEMINAR NASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

BAB I. PENDAHULUAN. melalui kontribusi nyata dalam pembentukan capital, penyediaan bahan pangan,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Komando Armada RI Kawasan Timur selaku Kotama Pembina dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

Arah Kebijakan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Diplomasi Pertahanan dalam Penyelesaian Unresolved Segment Rida Fauzia Qinvi 57

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

METODOLOGI PENELITIAN

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

Transkripsi:

DUKUNGAN KAMPANYE MILITER TERHADAP DIPLOMASI INDONESIA DI PERBATASAN DARAT INDONESIA TIMOR LESTE MILITARY CAMPAIGN SUPPORT TOWARDS INDONESIA S DIPLOMACY IN INDONESIA - TIMOR LESTE BORDER AREA Nugraha Gumilar 1 Universitas Pertahanan (gumilarwe@gmail.com) Abstrak - Sejak Timor Timur (sekarang Timor Leste) memisahkan diri dari Republik Indonesia membawa dampak permasalahan eksodus masyarakat Timor Leste ke Indonesia dan perbatasan tentang penetapan delimitasi wilayah perbatasan kedua negara yang disebut daerah Un-resolved segment dan Un-Surveyed, sehingga keberadaan Satgas pasukan penjaga perbatasan (Satgas Pamtas) sangat penting sebagai bentuk kampanye militer untuk mendukung diplomasi Indonesia dalam menyelesaikan isu isu tersebut. Postur, penempatan dan pelaksanaan tugas Satgas Pamtas dan Gelar pasukan di wilayah perbatasan menjadi hal yang penting untuk menjaga keamanan negara dan membangun saling percaya antara kedua negara. Dukungan alat peralatan yang memadai sangat dibutuhkan Satgas Pamtas, pada kegiatan sub meeting bidang keamanan joint border meeting peran Satgas pamtas menentukan regulasi pengawasan perbatasan bersama pihak Timor Leste dan menjamin daerah un-resolved dan un-surveyed bebas dari pengelolaan yang dapat menyebabkan timbulnya konflik. Dukungan kampanye militer dalam bentuk penjagaan dan penghentian pembangunan pada daerah konflik akan menjamin stabilitas wilayah sehingga penyelesaian secara diplomasi terkait sengketa perbatasan lebih mudah dilakukan Kata Kunci: Kampanye Militer, Diplomasi Abstract Since East Timor (now Timor Leste) secedes from Republik Indonesia, this brought the issues about Timor Leste people exodus to Indonesia and delimitation border area between the two countries, which called as unresolved segment and unsurveyed. Therefore, the existence of Border Guard Force (Satgas Pamtas) is very important as a form of military campaign to support Indonesia s diplomacy in resolving those issues. Posture, placement and execution of Satgas Pamtas and troops deploying in border area become important matters to maintain national security and build mutual trust between the two countries. Adequate equipment support is needed by the Satgas Pamtas. At the sub-meeting in security field, joint border meeting, Satgas Pamtas roles are to determine the regulation of joint supervision in the border area and to ensure the unresolved and unsurveyed areas free from the management that can lead to conflict. Military campaign support in the form of guarding and development termination in conflict areas will ensure the stability of the region. Thus, diplomatic settlement of border disputes is easier to do. Keywords: Military Campaign, Diplomacy 1 Penulis adalah Kepala Program Studi Diplomasi Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia Dukungan Kampanye Militer Terhadap Diplomasi Indonesia di Nugraha Gumilar 217

Pendahuluan P asca referendum, Timor Timur yang sebelumnya merupakan Provinsi Indonesia yang ke-27 resmi menjadi negara berdaulat dengan nama Republik Timor Leste pada 20 Mei 2002. Kemerdekaan Timor Leste pada akhirnya menimbulkan permasalahan baru bagi Indonesia. Masalah utama yang muncul dari kemerdekaan Timor Leste adalah penetapan delimitasi wilayah perbatasan antara kedua negara. Batas wilayah memiliki arti yang sangat penting karena menunjukkan batas kedaulatan wilayah negara. Masalah lainnya adalah eksodus masyarakat Timor Leste ke wilayah Indonesia, sehingga membutuhkan penanganan yang serius. Masyarakat Timor-Timur yang mengungsi ke Indonesia memiliki kesamaan kultur dengan masyarakat Timor Barat, sehingga mereka dapat berintegrasi dengan masyarakat lokal dengan mudah. Batas negara yang memisahkan mereka, menurut tokoh setempat bukan sebagai fenomena politik, namun cenderung ke perspektif sosial, budaya dan ekonomi. Permasalahan utama perbatasan antar kedua negara adalah terdapat daerah sengketa yang berada dalam kondisi un-resolved segment dan unsurveyed segment. Daerah un-resolved segment adalah daerah yang belum disepakati/belum diputuskan garis batasnya, yaitu daerah Noel Besi/Citrana Kabupaten Kupang dan Bijael Sunan-Oben Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). 2 Selain masalah Un-resolved segment, terdapat persoalan batas negara antara Indonesia-Timor Leste yang sudah disepakati/diputuskan namun tidak diakui oleh masyarakat setempat (un-surveyed segment) yaitu wilayah Nefo Numfo- Haumeniana, Pistana Baen, dan Tubu Banat-Nilulat. 3 Seluruh daerah sengketa berada pada perbatasan Distrik Oecusse, Timor Leste dengan Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Utara. Kedua masalah sengketa perbatasan ini dapat menimbulkan konflik komunal antar masyarakat kedua negara. Penanganan wilayah sengketa sama pentingnya dengan penanganan keamanan perbatasan. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah aktor utama yang bertugas menjaga wilayah perbatasan. 4 Pergelaran 2 3 4 Korem 161. 2015. Materi Paparan Danrem 161 Wira Sakti Tentang Kondisi Wilayah Korem 161 Wira Sakti. Disampaikan Pada Acara Penyambutan Peserta KKDN/Hanwil Pasis Dikreg XLII Sesko TNI, Kupang 3 Agustus 2015 Ibid., Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia. Pasal 7 Ayat 2. 218 Jurnal Pertahanan & Bela Negara Agustus 2017, Volume 7 Nomor 2

Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) merupakan bentuk strategi kampanye militer untuk menjaga kedaulatan negara dan menjadi deterrence terhadap kemungkinan eskalasi ancaman di perbatasan. Penempatan Satgas Pamtas merupakan bentuk pengerahan kekuatan TNI sebagai implementasi keputusan politik pemerintah untuk menjaga keamanan rakyat, kedaulatan teritorial dan stabilitas wilayah. Sengketa Perbatasan antara Indonesia Timor Leste Masalah utama pada perbatasan RI-RDTL adalah terdapat daerah berstatusunresolved segment dan un-surveyed segment. Pada daerah un-resolved segment, garis batas antara Indonesia dan Timor Leste belum disepakati/diputuskan.daerah ini menjadi persengketaan dan memicu konflik antara masyarakat RI-RDTL di perbatasan. Permasalahan un-resolved segment berada pada dua titik perbatasan Provinsi NTT dengan Distrik Oecusse, Timor Leste. Pertama, daerah Noel Besi/Citrana di wilayah Kabupaten Kupang. Daerah ini belum diukur sehingga statusnya merupakan daerah steril dan tidak dikelola oleh kedua negara. Masyarakat kedua negara tidak diperbolehkan beraktifitas pada daerah tersebut. Fakta di lapangan menunjukkan masyarakat Timor Leste membangun pemukiman dan bercocok tanam pada wilayah sengketa. Tindakan agresif dilakukan pula oleh pemerintah Timor Leste dengan membangun kantor imigrasi pada akhir tahun 2008 dan kantor Kementerian Pertanian pada pertengahan 2009. Beberapa bangunan permanen milik Timor Leste telah berdiri di Dusun Naktuka diantaranya kantor pertanian, balai pertemuan, gudang dolog dan tempat penggilingan padi. 5 Pemerintah Timor Leste juga membangun saluran irigasi dan jalan. Seluruh pembangunan berhasil dihentikan satgas pamtas TNI. Pemantauan hingga saat ini terus dilakukan melalui patroli Satgas Pamtas TNI untuk mengamati aktifitas di dusun Naktuka. Permasalahan perbatasan Indonesia Timor Leste berikutnya adalah daerah un-surveyed segment. Daerah ini memiliki Garis Batas Negara yang telah ditetapkan bersama. Masalah yang terjadi pada daerah ini adalah penolakan masyarakat Indonesia yang memiliki klaim batas berbeda dengan traktat 1904 sehingga survei demarkasi dan penegasan batas darat belum dilakukan. 5 Ibid., Dukungan Kampanye Militer Terhadap Diplomasi Indonesia di Nugraha Gumilar 219

Masyarakat tidak menerima penetapan garis batas karena ada wilayah adatnya yang masuk dalam wilayah Timor Leste.Raja-raja (kepala suku) masyarakat setempat berada pada wilayah Indonesia dan meyakini tidak ada yang berani mengambil tanah mereka. 6 Masyarakat adat menganggap wilayah adat tidak sama dengan wilayah negara, namun dalam penetapan batas negara pertimbangan mengenai wilayah adat tidak digunakan. Lokasi un-surveyed segment pada perbatasan Indonesia Timor Leste adalah: 7 1. Pada daerah Pitana, terdapat 104 warga desa Sunkaen 2. Pada daerah Haumeniana/Nefo Numfo terdapat 144 warga Desa Haumeniana yang mempermasalahkan tanah seluas 290 Ha 3. Pada daerah Ninulat/Tubu Banat terdapat 60 warga Desa Ninulat yang mempermasalahkan tanah seluas 183,7 Ha Postur Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Leste. 6 7 Hasil Wawancara dengan Komandan Korem 161 / Komandan Komando Pelaksana Operasi Satgas Pamtas, 30 Oktober 2015. Lapangan Tenis Korem 161, Kupang. Op cit., Pasi Operasi Mako Satgas Pamtas Sektor Barat. Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Leste memiliki jumlah personil yang cukup untuk menjaga total 268,8 km garis perbatasan negara. Penjagaan perbatasan dibagi atas dua wilayah yaitu sektor barat dan timur. Setiap sektor masing-masing diperkuat oleh 350 personil. Satgas Pamtas Sektor barat bertugas mengawasi 119,7 km perbatasan kabupaten Kupang dan Timur Tengah Utara dengan wilayah enclave, Distrik Oecusse, serta 26,3 km perbatasan di sisi timur antara Kabupaten Malaka dengan wilayah utama Timor Leste. Satgas Pamtas sektor barat terbagi atas tiga Kompi Tempur (Kipur) dan satu Markas Komando (Mako). Kompi Tempur I dan II terdiri atas tujuh unit pos penjagaan, sementara itu Kipur III terdiri atas lima pos. Satgas Pamtas sektor timur bertugas mengawasi 122,8 km perbatasan antara Kabupaten Belu dan wilayah utama Timor Leste. Daerah Mako Satgas sektor timur membawahi tiga Kipur. Kompi Tempur I terdiri atas enam pos, sedangkan Kipur II dan III terdiri atas tujuh unit pos penjagaan. Jumlah dan persebaran pos satgas pamtas dinilai tidak cukup untuk menjaga kawasan perbatasan terutama pada 220 Jurnal Pertahanan & Bela Negara Agustus 2017, Volume 7 Nomor 2

sektor barat yang berbatasan dengan Distrik Oecusse. Garis perbatasan sektor barat sepanjang 146 km dijaga oleh 19 pos yang berada langsung digaris perbatasan atau rata-rata setiap pos menjaga wilayah sepanjang 7,6 km. Komandan kolakops satgas pamtas menyatakan pergelaran 20 pos di sektor barat dan 21 di sektor timur dibandingkan dengan bentangan luas perbatasan masih kurang. 8 Akan tetapi, kondisi saat ini masih memungkinkan satgas pamtas menjangkau wilayah perbatasan untuk melakukan patroli. Satgas Pamtas memerlukan dukungan peralatan, persenjataan, dan sarana pendukung yang lengkap untuk menunjang efektifitas dan efisiensi kinerja pengamanan perbatasan. Kondisi sumber air dan listrik pada pos-pos satgas pamtas belum memadai.kedua sumber daya tersebut merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Akses jalan sepanjang wilayah perbatasan masih dalam kondisi yang memprihatinkan.jalan penghubung antar pos hanya 20-30% dalam keadaan beraspal, selebihnya adalah jalanan tanah 8 Hasil Wawancara dengan Komandan Korem 161 / Komandan Komando Pelaksana Operasi Satgas Pamtas, 30 Oktober 2015. Lapangan Tenis Korem 161, Kupang. Perhitungan termasuk Mako Satgas yang diperkeras. Kondisi jalan yang kurang baik mempengaruhi penggunaan kendaraan operasional Satgas Pamtas. Setiap pos dibekali oleh satu unit sepeda motor operasional berjenis Trail. Sebagian besar sepeda motor operasional rusak karena menempuh medan yang kurang baik Satgas Pamtas TNI memiliki kemampuan yang sangat baik dalam melaksanakan tugas di perbatasan. Markas besar TNI menetapkan satgas pamtas perbatasan merupakan satuan tempur yang memiliki kemampuan menangkal ancaman fisik secara tiba-tiba. Satgas Pamtas memiliki kemampuan beradapatasi dengan masyarakat perbatasan dengan baik. Berbagai kegiatan pembinaan teritorial yang dilaksanaan dapat mendekatkan satgas pamtas dengan masyarakat. Penyesuaian Postur sebagai Strategi Pengamanan Perbatasan Indonesia- Timor Leste Pergelaran pasukan satgas pamtas sepanjang perbatasana adalah strategi pengamanan wilayah sekaligus mampu mendukung upaya diplomasi penyelesaian masalah perbatasan. Analisis utama penelitian ini menggunakan model strategi yang Dukungan Kampanye Militer Terhadap Diplomasi Indonesia di Nugraha Gumilar 221

dirumuskan Arthur F. Lykke, strategy = ends + ways + means. Ends atau tujuan pergelaran pasukan adalah menjaga keamanan perbatasan dan secara tidak langsung mendukung diplomasi perbatasan. Ways atau konsep yang digunakan mencapai keamanan perbatasan adalah pergelaran pasukan satgas pamtas. Means atau sumber daya yang mendukung pergelaran adalah manusia, peralatan, persenjataan, dan sarana pendukung. Strategi akan efektif apabila ketiga unsur memiliki keseimbangan. Penyesuaian unsur-unsur diperlukan agar strategi berjalan dengan optimal. Satgas Pamtas menjalankan peran penjagaan patok, keamanan perbatasan, pos lintas batas, dan melaksanakan pembinaan teritorial untuk masyarakat perbatasan.akan tetapi, kelemahan dari pergelaran pasukan satgas pamtas adalah dukungan sumber daya (means/resources). Keterbatasan sumber daya merupakan kondisi yang harus mendapat penanganan agar strategi pengamanan perbatasan efektif. Berdasarkan temuan dilapangan, jumlah pos satgas pamtas yang ada saat ini dinilai masih kurang jika dibandingkan dengan luas bentangan wilayah dan konturnya. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian dengan menambah jumlah pos satgas pamtas untuk meningkatkan efektivitas strategi pengamanan. Pembangunan pos diharapkan berada pada posisi yang strategis yaitu berada pada titik ketinggian yang mampu memberikan penglihatan yang luas, dekat dengan jalur transportasi dan serta dekat dengan patok. Kebutuhan komunikasi, listrik, dan sumber air adalah kebutuhan primer yang harus terpenuhi. Sistem komunikasi yang handal adalah aspek yang penting dalam pengawasan karena menentukan koordinasi antar pos dengan pengambil kebijakan yaitu Mako atau Dankolakops.Saat ini satgas hanya mengandalkan radio yang sangat bergantung pada energi listrik dan kondisi cuaca. Penggunaan handphone mengalami keterbatasan sinyal dan roaming. Dukungan peralatan dan sistem komunikasi yang baik sangat penting karena jarak antar pos cukup jauh. Peralatan pendukung pengawasan dan pemeriksaan pada pos satgas pamtas sangat minim. Hanya sebagaian kecil pos yang memiliki menara pengintai setinggi empat meter, namun tidak dilengkapi oleh teropong. 222 Jurnal Pertahanan & Bela Negara Agustus 2017, Volume 7 Nomor 2

Dukungan Satgas Pamtas terhadap Diplomasi Perbatasan Indonesia Timor Leste. Arena diplomasi perbatasan antara Indoenesia dan Timor Leste diselenggarakan dalam beberapa forum pertemuan. Indonesia dan United Nations Transitional Administration in East Timor (UNTAET) adalah aktor yang pertama kali menginisiasi pembentukan work plan perbatasan Indonesia dan Timor Leste melalui pembentukan Joint Border Committee (JBC) dan Joint Ministerial Commission (JMC) pada tahun 2000 9. Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan TNI memainkan peran pada level JBC dan Technis Sub Commission (TSC) bidang keamanan. Berbagai aspek kehidupan perbatasan diketahui oleh satgas pamtas mulai dari sisi keamanan, ekonomi, hingga sosial budaya. Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan TNI Korem 161 lebih banyak berperan secara langsung pada level pertemuan teknis bidang keamanan. Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan memiliki agenda dalam pertemuan TSC diantaranya membahas mekanisme patroli, mekanisme operasional lapangan, sistem komunikasi, 9 Loc cit., Sri Handoyo dan aturan mengenai terjadinya pelanggaran.pengaruh dukungan satgas pamtas bagi diplomasi perbatasan tidak hanya berasal dari forum perundingan, namun juga dari pelaksanaan kampanye militer di wilayah perbatasan. Kampanye militer berupa pergelaran pasukan pada wilayah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste secara tidak langsung turut mendukung pelaksanaan diplomasi di perbatasan. Keberadaan Satgas Pamtas TNI yang melaksanaka tugas patroli patok perbatasan, patroli keamananan perbatasan, penjagaan pos lintas batas, serta pembinaan teritorial memberi jaminan terhadap keamanan dan stabilitas daerah perbatasan. Pencegahan konflik horizontal dapat dilakukan melalui langkah diplomasi dimana pihak yang berkonflik memahami norma dan aturan yang berlaku dan secara bersama-sama menentukan langkah yang pantas sehingga dapat dicegah penggunaan kekuatan kekerasan (use of force). Kondisi ini sesuai dengan pendapat Jonsson dan Hall dalam bukunya Essence of Diplomacy, diplomasi dilihat sebagai sebuah institusi sosial, dipahami secara umum sebagai kumpulan praktik sosial yang relatif stabil dan didasari oleh norma, aturan, maupun Dukungan Kampanye Militer Terhadap Diplomasi Indonesia di Nugraha Gumilar 223

konvensi yang mendefinisikan tindakantindakan yang pantas dilakukan serta mengatur tata kelola hubungan antar anggota institusi sosial tersebut. 10 Sederhananya, diplomasi sangat berkaitan dengan norma dan nilai dalam membangun hubungan dengan negara lain, bertolak belakang dengan pendekatan yang lebih menggunakan kekuatan kekerasan (use of force) untuk mencapai kepentingannya. Melalui diplomasi perbatasan, Satgas Pamtas dapat membangun hubungan dan membujuk pihak yang berkonflik tidak terlibat dalam pemusuhan dengan meminimalisir atau mecegah keterlibatan aktor asing. Kesimpulan Kinerja Satgas pamtas sedikit terganggu karena keterbatasan alat peralatan, sarana prasarana dan infrastruktur, namun tetap mampu mendukung diplomasi perbatasan khususnya yang berkaitan dengan penyelesaian unresolved dan un-surveyed segment. Kinerja satgas pamtas berperan besar mendukung diplomasi perbatasan Indonesia terhadap Timor Leste. Dankolakops Satgas Pamtas ikut serta 10 Christer Jonsson dan Martin Hall. Essence of Diplomacy. (New York: Palgrave Macmillan,2005). H.25 dalam forum Joint Border Meeting dan memberikan saran kepada pemerintah secara langsung. Pada sub-meeting bidang keamanan Joint Border Meeting, satgas pamtas terlibat langsung untuk menentukan regulasi-regulasi yang berkaitan dengan pengawasan keamanan perbatasan bersama pihak keamanan Timor Leste. Secara fisik, pengawasan perbatasan khususnya daerah un-resolved dan un-surveyed segment steril dari pengelolaan yang dapat menyebabkan timbulnya konflik. Satgas pamtas berperan mencegah pengelolaan lahan sengketa oleh masyarakat kedua negara dan pemerintah Timor Leste. Penjagaan dan penghentian pembangunan pada daerah konflik akan menjamin stabilitas wilayah sehingga penyelesaian sengketa perbatasan lebih mudah dilakukan Daftar Pustaka Buku Barston, R. P, (1997). Modern Diplomacy. London: Longman Bartholomees. J.B, (ed). (2010) The U.S. Army War College Guide to National Security Issues, Volume I: Theory of War and Strategy, 4th Ed., Carlisle, PA: Strategic Studies Institute, U.S. Army War College Blanchard, J.M.F, (2005). Linking Border Disputes and War: An Institution- Statist Theory. Geopolitics Vol.10, 224 Jurnal Pertahanan & Bela Negara Agustus 2017, Volume 7 Nomor 2

Buzan. B (1991). People, State, And Fear ; A Agenda For Internasional Security Studies In The Post Cold Era 2nd edition. London : Harvester Whatsheaf. Buzan. B., Weaver. O., dan Wilde. J.D. (1998). Security: A New Framwork for Analysis. London: Lynne Rienner. Cerami. J.R, dan Holcomb. J. F. (ed) (2001). U.S. Army War College Guide To Strategy. diakses melalui <http://www.au.af.mil/au/awc/awcg ate/ssi/00354.pdf> Cresswell, J.W. (2011). Educational Research Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson. Departemen Pertahanan Republik Indonesia. (2008). Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Pertahanan Republik Indonesia. Dinas Sejarah Angkatan Darat. (2012). Peranan TNI AD Dalam Pengamanan Perbatasan NKRI. Bandung: DISJARAHAD Ganewati, W. et all. (2009) Keamanan di Perbatasan Indonesia-Timor Leste. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. H.G. Brauch et al. (ed). (2011). Coping with Global Environmental Change, Disasters and Security. Berlin: Springer-Verlag Irawan, P (2006). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI Liebenberg, E. et all (ed) (2012). History of Cartography: International Symposium of the ICA 2012. Heidelberg: Springer Sarwono, J. (2014). Strategi Melakukan Riset Kuantitatif, Kualitatif Gabungan. Yogyakarta: Penerbit Andi Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta Sujarweni. V.W. (2014). Metodologi Penelitian Lengkap Praktis dan Mudah Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Jurnal Kolne, Y. Implementasi Perjanjian Perbatasan RI RDTL dalam Upaya Penyelesaian Masalah Perbatasan (Studi Kasus di Kabupaten TTU RI dengan Distrik Oecusse-RDTL). Jurnal POLITIKA, Vol. 5, No. 1, Oktober 2014 Rachmawati. I, dan Fauzan. Problem Diplomasi Perbatasan dalam Tata Kelola Perbatasan Indonesia- Malaysia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol.16, No. 2, November 2012 (95-186). ISSN 1410-4946. Sai, S.S. Aspek Geodetik Penegasan Batas Darat Indonesia dan Papua New Guinea: Status dan Permasalahannnya. Jurnal PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 37 A, No. 2, 2005, 131-154. Skripsi dan Tesis Hardianto, B.C. (2012). Strategi Operasi Keamanan Perbatasan Darat dalam Menjaga Kedaulatan Negara di Perbatasan Propinsi Kalimantan Barat (Kajian tentang Aspek Pengorganisasian Satgas Pamtas 2005-2010). Tesis. Jakarta: Universitas Pertahanan Indonesia. Leao, F.M. (2012). Pengaruh Kemerdekaan Republica Democratica Timor Leste Terhadap Pengelolaan Wilayah Perbatasan dengan Negara Kesatuan Dukungan Kampanye Militer Terhadap Diplomasi Indonesia di Nugraha Gumilar 225

Republik Indonesia. Tesis. Yogyakarta: Universitas Atmajaya. Lopes, D. (2013). Formulasi Kebijakan Border Pass di Perbatasan Republik Demokratik Timor Leste dan Republik Indonesia dalam Pencegahan Illegal Border Crossing. Tesis. Bandung: Universitas Padjajaran Matondang, S.G. (2013). Gelar Kekuatan Operasi Pengamanan Perbatasan Papua Sektor Utara (Studi Kasus pada Operasi Pengamanan Perbatasan yang Dilaksanakan oleh Detasemen Sandha Pengaman Perbatasan Papua Sektor Utara Kopassus Tahun 2009-2013. Tesis. Jakarta: Universitas Pertahanan Indonesia Puspitasari. Y. (2013). Upaya Indonesia dalam Menangani Masalah Keamanan Perbatasan dengan Timor Leste pada Periode 2002-2012. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Siswanto, B. (2013). Strategi Pertahanan di Wilayah Perbatasan Kesatuan Republik Indonesia dengan Republik Demokratik Timor Leste: Gelar Kekuatan TNI AD di Kabupaten Belu Tahun 2010-2012. Tesis. Jakarta: Universitas Pertahanan Indonesia Dokumen Resmi Korem 161. 2015. Materi Paparan Danrem 161 Wira Sakti Tentang Kondisi Wilayah Korem 161 Wira Sakti. Disampaikan Pada Acara Penyambutan Peserta KKDN/Hanwil Pasis Dikreg XLII Sesko TNI, Kupang 3 Agustus 2015 Satgas Pamtas RI-RDTL. Laporan Perkembangan Wilayah Sengketa Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Barat Ta. 2015. September 2015 Sekolah Staf dan Komando TNI. (2012). Naskah Departemen Tentang Kampanye Militer. Markas Besar Tentara Nasional Indonesia. Pasi Operasi Satgas Pamtas Sektor Barat (2015). Hal-hal yang Menonjol pada Daerah Sengketa. Dokumen Mako Satgas Pamtas Sektor Barat Majalah NN. (2011). Postur Pertahanan Indonesia di Wilayah Perbatasan Timor-Leste. Mahein Nia Hanoin no. 1, Edisi 11 Mei 2011. Utami, Y. (2011). Arsip Jaga Kedaulatan NKRI. Majalah Arsip. Edisi 56. Undang-Undang Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia. Makalah Antariksa. A.Y. (2014). Mengenal Pengkajian Strategik, Metodologi Penelitian Ilmiah Serta Pemanfaatannya Dalam Pengkajian Strategik Di Lemhannas RI. Makalah Portal Lemhannas RI 2014. H. diakses melalui <http://www.lemhannas.go.id/porta l/attachments/2254_mengenal%20 PENGKAJIAN%20STRATEGIK.pdf> 226 Jurnal Pertahanan & Bela Negara Agustus 2017, Volume 7 Nomor 2