Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+ untuk Menganalisa Kelembaban Hutan Berdasarkan Nilai Indeks Kekeringan (Studi Kasus : Hutan KPH Banyuwangi Utara)

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo)

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS SPASIAL TINGKAT KEKERINGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN

ix

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

STUDI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) EKSPLORASI GEOTHERMAL DI KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS KELEMBABAN TANAH PERMUKAAN MELALUI CITRA LANDSAT 7 ETM+ DI WILAYAH DATARAN KABUPATEN PURWOREJO

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Jun, 2013) ISSN:

Analisis Rona Awal Lingkungan dari Pengolahan Citra Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus :Daerah Eksplorasi Geothermal Kecamatan Sempol, Bondowoso)

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Juli 2017

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang mana secara geografis terletak pada Lintang Utara

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Pemanfaatan Analisa Spasial Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Jarak Pagar (Studi Kasus: Kabupaten Sumenep Daratan)

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN HASIL

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Meidi Nugroho Adi Sudaryatno

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

Pemetaan Potensi Kekeringan Lahan se-pulau Batam menggunakan Teknik Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

Abstrak PENDAHULUAN.

Pemetaan Distribusi Spasial Konsentrasi Klorofil-a dengan Landsat 8 di Danau Towuti dan Danau Matano, Sulawesi Selatan

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

ESTIMASI UNSUR-UNSUR CUACA UNTUK MENDUKUNG SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN HUTAN/LAHAN DENGAN DATA MODIS

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

& Kota TUGAS AKHIR. Oleh Wahyu Prabowo

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

ANALISA VARIASI HARMONIK PASANG SURUT DI PERAIRAN SURABAYA AKIBAT FENOMENA EL-NINO

BAB I PENDAHULUAN I-1

Perbandingan Pengaruh Koreksi Radiometrik Citra Landsat 8 Terhadap Indeks Vegetasi Pada Tanaman Padi

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+

ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KELEMBABAN HUTAN BERDASARKAN NILAI TVDI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 7 ETM+ (Studi Kasus : Hutan KPH Banyuwangi Utara)

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS

3. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS

ESTIMASI DISTRIBUSI SPASIAL KEKERINGAN LAHAN DI KABUPATEN TUBAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

Mirza Achmad Fathoni Sudaryatno Abstract

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Transkripsi:

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur) Diah Witarsih dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia email: bangunms@gmail.com C99 Abstrak Kekeringan merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Kekeringan erat hubungannya dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan air. Kekeringan datang secara berulang tiap tahunnya dan sulit dicegah. Kekeringan terjadi dengan intensitas dan luas yang berbeda-beda tiap tahunnya. Peningkatan intensitas dan luas bencana kekeringan berpengaruh besar terhadap berbagai sektor. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (2015), beberapa wilayah di Provinsi Jawa Timur mengalami tingkat kekeringan yang sangat tinggi dan luasnya wilayah terdampak. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan dan prediksi tingkat kekeringan di wilayah Provinsi Jawa Timur dengan monitoring secara berkala dalam kurun waktu tertentu serta diperlukan data yang dapat digunakan secara efisien dalam monitoring tersebut. Salah satu data citra satelit yang dapat digunakan dalam monitoring kekeringan adalah citra Satelit Landsat-8. Pemantauan kekeringan dilakukan pada wilayah Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu 3 tahun (2013-2015) berdasarkan parameter Temperature Vegetation Dryness Index. Perhitungan parameter indeks TVDI ini didasarkan pada hubungan linier antara nilai indeks vegetasi dengan suhu permukaan tanah dan dalam perhitungan nilai suhu permukaan tanahnya menggunakan metode Split Window Algorithm. Algoritma ini memperhitungkan nilai emisivitas dari tutupan lahan dan watervapour content dari study area. Nilai emisivitas yang digunakan dalam perhitungan Land Surface Temperature (LST) adalah nilai mean dan different dari nilai Land Surface Emissivity (LSE). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan perhitungan nilai TVDI yaitu adanya perbedaan nilai rata-rata kekeringan antara tahun 2013 dengan tahun 2014 yaitu mengalami penurunan sebesar 0,008. Sedangkan antara tahun 2014 dengan tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,015. Kata Kunci Kekeringan, Landsat-8, TVDI. K I. PENDAHULUAN EKERINGAN merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Kekeringan erat hubungannya dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan air. Bencana kekeringan datang secara berulang tiap tahunnya. Secara umum definisi kekeringan adalah kondisi ketersediaan air di suatu wilayah yang semakin berkurang dalam periode waktu yang cukup panjang akibat berkurangnya intensitas curah hujan di wilayah tersebut. Kekeringan terjadi dengan intensitas dan luas yang berbedabeda tiap tahunnya [1] Periode musim kemarau semakin meningkat dan terjadi lebih awal tiap tahunnya akibat pemanasan global yang semakin tinggi serta pengaruh fenomena El-Nino. Gejala-gejala tersebut pada akhirnya berdampak pada semakin panjangnya rentang waktu terjadinya bencana kekeringan, serta semakin luasnya area terdampak [2]. Ditambahkan lagi oleh [3], Peningkatan intensitas dan luas bencana kekeringan berpengaruh besar terhadap berbagai sektor. Dampak kekeringan, selain berkurangnya ketersediaan dan pasokan air, juga terjadi penurunan produksi pangan, dan kebakaran lahan/hutan. Oleh sebab itu, pemantauan dan prediksi kekeringan menjadi kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan, agar dampak kekeringan dapat diminimalkan. Pemantauan dan prediksi kekeringan telah dilakukan dengan berbagai metode. Parameter yang diperoleh dari algoritma yang digunakan harus mampu merepresentasikan tingkat kekeringan dari suatu wilayah dengan baik. Pada penelitian ini, digunakan data perhitungan tingkat kekeringan berdasarkan parameter indeks TVDI yang diperoleh dari hubungan segitiga antara nilai indeks vegetasi NDVI dengan nilai suhu permukaan dari citra satelit Landsat-8 secara multitemporal untuk wilayah kajian studi Provinsi Jawa Timur. Pemilihan wilayah kajian studi berdasarkan tingginya tingkat kekeringan dan luasnya wilayah terdampak dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah wilayah Provinsi Jawa Timur. Secara geografis terletak pada koordinat antara 7 0 12-8 0 48 Lintang Selatan dan 111 0 0-114 0 4 Bujur Timur. Luas wilayah sebesar 47.963 km 2 yang meliputi wilayah daratan Jawa Timur sebesar 88,7% atau 42.541 km 2 dan Kepulauan Madura dengan luas 11,30% atau sebesar 5.422 km 2 [4]. Batasan wilayah yang digunakan adalah data batas administrasi wilayah Provinsi Jawa Timur.

C100 Gambar 1. Lokasi Studi Penelitian Provinsi Jawa Timur [5] B. Data yang Digunakan Penelitian ini menggunakan data antara lain data citra satelit Landsat-8 Path/Row 117-119/65-66 dengan akuisisi data tahun 2013 hingga 2015, data batas administrasi Provinsi Jawa Timur 1:2.180.662 dari digitasi peta RBI 1:25.000, data kelembaban nisbi udara rata-rata tahun 2013-2015, serta data curah hujan rata-rata pada tahun 2013-2015. C. Pengolahan Data Pada band multispectral (band 4 dan 5) langkah pertama yang dilakukan adalah mengubah nilai DN dari citra menjadi nilai reflectance, serta koreksi atmosfer Dark Object Substraction (DOS). Sedangkan untuk band Thermal diubah dari nilai DN citra menjadi nilai radiance. 2) Perhitungan Algoritma NDVI 3) Perhitungan Brightness Temperature a) Perhitungan nilai Fractional Vegetation Cover (FVC) b) Perhitungan nilai Land Surface Emmissivity (LSE) c) Perhitungan nilai Land Surface Temperature (LST) 4) Hubungan regresi linier Nilai NDVI dan LST dari hasil scatterplot 5) Perhitungan TVDI III. HASIL DAN ANALISA A. Hasil Pengolahan Indeks Vegetasi NDVI Dalam penelitian ini digunakan 35 titik sample yang tersebar di seluruh Provinsi Jawa Timur untuk memperoleh nilai ekstraksi hasil pengolahan citra. Distribusi spasial titik sample tersebut seperti ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 1. Distribusi Spasial Titik Sample Penelitian Titik-titik sample tersebut tidak hanya digunakan untuk perhitungan nilai indeks vegetasi, tetapi juga digunakan untuk perhitungan nilai suhu permukaan tanah dan indeks kekeringan TVDI. Perhitungan nilai indeks vegetasi NDVI yang telah dilakukan menunjukkan perubahan nilai indeks vegetasi di wilayah Provinsi Jawa Timur seperti gambar berikut: Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data Penjelasan dari diagram alir di atas adalah sebagai berikut: 1) Koreksi Citra Koreksi pada data citra Landsat-8 hanya dilakukan koreksi radiometrik, karena data telah terkoreksi secara geometrik. Produk data citra yang digunakan adalah Landsat-8 OLI/TIRS Level 1T, dimana data ini merupakan Terrain Corrected Products (Precision Ortho-Corrected) [6]. Sehingga koreksi yang diperlukan hanyalah koreksi radiometrik. Gambar 2. Perubahan Nilai Indeks Vegetasi NDVI Provinsi Jawa Timur Pada tahun 2013, tingkat indeks vegetasi NDVI terendah adalah 0,127 dan nilai indeks vegetasi tertingi adalah 0,999. Pada tahun 2014, tingkat indeks vegetasi NDVI paling rendah adalah 0,088 dan nilai indeks vegetasi tertingi adalah 0,997. Sedangkan pada tahun 2015, tingkat indeks vegetasi NDVI paling rendah adalah 0,561 dan nilai indeks vegetasi tertingi adalah 0,982. Nilai indeks vegetasi rata-rata pada tahun 2013 sebesar 0,724, pada tahun 2014 sebesar 0,698, dan pada tahun

C101 2015 sebesar 0,846. Antara tahun 2013 hingga 2014 mengalami penurunan sebesar 0,026, sedangkan dari tahun 2014 hingga 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,148 seperti ditunjukkan Tabel 1. Hasil Perhitungan Nilai Indeks Vegetasi NDVI Tahun NDVI Terendah NDVI Tertinggi NDVI Rata-Rata 2013 0,127 0,999 0,724 2014 0,088 0,997 0,698 2015 0,561 0,982 0,846 B. Hasil Pengolahan Suhu Permukaan Tanah (LST) Perhitungan nilai suhu permukaan tanah yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perubahan nilai suhu permukaan tanah di wilayah Provinsi Jawa Timur seperti gambar berikut: Gambar 4. Scatterplot Nilai LST dan NDVI pada Tahun 2013 Hasil scatterplot diketahui bahwa antara nilai suhu permukaan tanah dengan nilai indeks vegetasi memiliki hubungan negatif, dimana semakin tinggi tingkat kerapatan indeks vegetasi maka nilai suhu permukaan tanahnya akan semakin rendah. Sebaliknya apabila tingkat kerapatan indeks vegetasi di suatu wilayah rendah maka nilai suhu permukaan tanah di wilayah tersebut semakin tinggi. Pada tahun 2013 nilai optimum berada pada nilai indeks vegetasi antara 0,6 hingga 1 dengan nilai suhu permukaan tanah antara 25 0 C hingga 40 0 C. Besarnya koefisien determinasi menunjukkan besar pengaruh nilai indeks vegetasi terhadap nilai suhu permukaan tanah pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,0109 atau 1,09%. Gambar 3. Perubahan Nilai Suhu Permukaan Tanah Provinsi Jawa Timur Nilai suhu permukaan tanah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013, paling rendah adalah 19,26 C dengan nilai suhu permukaan tertinggi sebesar 42,33 C. Pada tahun 2014, nilai suhu permukaan terendah sebesar 16,51 C dan nilai tertinggi adalah 35,6 C. Sedangkan pada tahun 2015, nilai terendah 23,78 C dengan nilai tertinggi yaitu 32,58 C. Nilai suhu permukaan rata-rata pada tahun 2013 sebesar 31,07 C, pada tahun 2014 sebesar 26,41 C, dan pada tahun 2015 sebesar 27,96 C. Pada tahun 2013 hingga 2014 mengalami penurunan sebesar 4,65 C, sedangkan dari tahun 2014 hingga 2015 mengalami peningkatan sebesar 1,55 C seperti ditunjukkan Tabel 2. Hasil Perhitungan Suhu Permukaan Tanah (LST) Tahun LST Tertinggi LST Terendah LST Rata-Rata 2013 42,33 19,26 31,07 2014 35,6 16,51 26,41 2015 32,58 23,78 27,96 C. Hubungan Regresi Linier antara Nilai NDVI dan LST Scatterplot antara nilai Suhu Permukaan Tanah (LST) dan nilai Indeks Vegetasi NDVI diperoleh persamaan nilai Indeks Kekeringan TVDI dengan masing-masing nilai koefisien determinasi dari masing-masing perhitungan seperti pada gambar berikut: Gambar 5. Scatterplot Nilai LST dan NDVI pada Tahun 2014 Hasil scatterplot pada tahun 2014 menunjukkan bahwa antara nilai suhu permukaan tanah dengan nilai indeks vegetasi memiliki hubungan negatif, dimana nilai optimum pada tahun 2014 berada pada nilai indeks vegetasi antara 0,6 hingga 1 dengan nilai suhu permukaan tanah antara 20 0 C hingga 35 0 C. Dimana besar pengaruh nilai indeks vegetasi terhadap suhu permukaan tanah pada tahun 2014 sebesar 0,1734 atau sebesar 17,34%. Sedangkan hasil scatterplot pada tahun 2015 menunjukkan bahwa antara nilai indeks vegetasi dengan suhu permukaan tanah juga memiliki hubungan negatif. Nilai optimum pada tahun ini berada pada nilai indeks vegetasi 0,8 hingga 1 dengan suhu permukaan tanah berada pada rentang 20 0 C hingga 35 0 C. Besarnya pengaruh nilai indeks vegetasi terhadap suhu permukaan tanah pada tahun 2015 sebesar 0,3382 atau 33,82%.

C102 Gambar 6. Scatterplot Nilai LST dan NDVI pada Tahun 2015 D. Analisa Hubungan Regresi Linier antara Nilai Indeks Vegetasi NDVI dan Land Surface Temperature Hubungan Regresi Linier antara indeks vegetasi NDVI dan Land Surface Temperature (Suhu Permukaan Tanah) pada tahun 2013 hingga 2015 seperti tahun 2013 dengan tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 0,046. Sedangkan antara tahun 2014 dengan tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,05. Hasil plotting perhitungan nilai indeks kekeringan ditunjukkan seperti gambar berikut: Tabel 3. Hasil Regresi Linier NDVI dan LST Tahun R R 2 Persamaan Linier 2013 0,105 0,011 LST = 32,674 2,219NDVI 2014 0,416 0,173 LST = 32,424 8,608NDVI 2015 0,582 0,338 LST = 38,829 12,837NDVI Dari tabel di atas terlihat bahwa korelasi tertinggi antara nilai indeks vegetasi dan suhu permukaan tanah pada tahun 2015 yaitu sebesar 0,582 dan besar koefisien determinasinya sebesar 0,338 atau 33,8% seperti dijelaskan pada pembahasan hasil scatterplot tahun 2015 di atas. Hubungan regresi linier antara nilai indeks vegetasi pada tahun 2015 ditunjukkan pada gambar 12. Sedangkan korelasi terendah antara nilai indeks vegetasi dan suhu permukaan tanah yaitu pada tahun 2013 sebesar 0,105 dan besar koefisien determinasinya adalah 0,011 atau 1,1% seperti dijelaskan pada pembahasan hasil scatterplot pada tahun 2013 di atas. Hubungan regresi linier antara nilai indeks vegetasi dengan suhu permukaan tanah pada tahun 2013 ditunjukkan pada gambar 14. Besar korelasi nilai indeks vegetasi dan suhu permukaan tanah pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,416 dengan besar koefisien determinasinya yaitu 0,173 atau 17,3% seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan hasil scatterplot pada tahun 2014 di atas. Hubungan regresi linier antara indeks vegetasi dengan suhu permukaan tanah pada tahun 2014 ditunjukkan pada gambar 13. E. Hasil Perhitungan Indeks Kekeringan TVDI Perhitungan nilai indeks kekeringan TVDI diperoleh seperti Tabel 4. Hasil Perhitungan Indeks Kekeringan TVDI Provinsi Jawa Timur Tahun TVDI Tertinggi TVDI Terendah TVDI Rata-Rata 2013 1,068 0,934 0,993 2014 1,052 0,921 0,986 2015 1,03 0,967 1 Pada tahun 2013 nilai indeks kekeringan tertinggi 1,068 dan terendah 0,934. Tahun 2014 nilai indeks kekeringan tertinggi sebesar 1,052 sedangkan nilai terendah sebesar 0,921. Pada tahun 2015 nilai indeks kekeringan tertinggi yaitu 1,03 dan nilai terendah 0,967. Nilai indeks kekeringan rata-rata pada tahun 2013 sebesar 0,993, tahun 2014 sebesar 0,986, dan pada tahun 2015 sebesar 1. Pada tahun 2013 hingga 2014 tingkat kekeringan di Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 0,008 sedangkan tahun 2014 hingga 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,015.Perubahan nilai rata-rata antara Gambar 7. Grafik Perubahan Tingkat Kekeringan di Provinsi Jawa Timur Grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat kekeringan ratarata di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 hingga 2015 sangat tinggi yaitu berada pada rentang nilai 0,9 hingga 1. Dimana nilai ini berdasarkan klasifikasi kelas kekeringan TVDI yang dikemukakan oleh Sandholt (2002) termasuk dalam tingkat kekeringan yang kering. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah: 1) Nilai indeks kekeringan rata-rata pada tahun 2013 sebesar 0,993, tahun 2014 sebesar 0,986, dan pada tahun 2015 sebesar 1. 2) Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat kekeringan rata-rata di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 hingga 2015 sangat tinggi yaitu berada pada rentang nilai 0,9 hingga 1. Dimana nilai ini berdasarkan klasifikasi kelas kekeringan TVDI yang dikemukakan oleh [7] termasuk dalam tingkat kekeringan yang kering. Berdasarkan penelitian ini, data satelit Landsat-8 secara umum dapat digunakan untuk memantau kekeringan secara multitemporal. Pengecekan kembali data yang telah diolah sangat diperlukan terutama dalam perhitungan parameter yang digunakan dalam perhitungan nilai indeks kekeringan TVDI. DAFTAR PUSTAKA [1] Ibrahimi, A. A. (2013). Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Memetakan Kekeringan Lahan dengan Metode Temperature Vegetation Dryness Index (TVDI) (Studi Kasus : TN Bromo Tengger Semeru). Surabaya: Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [2] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. (2015). Informasi Index El Nino. Dipetik Desember 18, 2015, dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG): http://www.bmkg.go.id/ [3] Adiningsih, E. S. (2014). Tinjauan Metode Deteksi Parameter Kekeringan Berbasis Data Penginderaan Jauh. Jakarta: Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Naional. [4] Pemerintah Provinsi Jawa Timur. (2015, July 9). Sekilas Jawa Timur. Dipetik Januari 4, 2016, dari Media Jatim Menuju E-Government: http://jatimprov.go.id/ [5] Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur. Peta Jawa Timur. Diambil kembali dari BPN Provinsi Jawa Timur: https://bpnjatim.wordpress.com/peta-jawatimur/

C103 [6] Northrop, A. (2015). IDEAS LANDSAT Products Description Document. United Kingdom: Telespazio VEGA UK Ltd. [7] Sandholt, I. A. (2002). Perspectives in Using a Remotely Sensed Dryness Index in Distributed Hydrological Models at the River-basin Scale. Hydrological Process.