BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KPU (Komisi Pemilihan Umum) adalah lembaga penyelenggaraan pemilu

dokumen-dokumen yang mirip
Peranan Penyelenggara Pemilu dalam Pendidikan Pemilih untuk Mewujudkan Pemilu yang Berkualitas

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 072/PUU-II/2004

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. TAHAPAN UU No 5 Tahun 1974 UU No 22 Tahun 1999 UU No 32 Tahun 2004 Tahapan Pencalonan

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KPU KABUPATEN TABANAN Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tabanan sebagai suatu sub sistem dari Komisi Pemilihan Umum,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik I. Umum II. Pasal Demi Pasal...

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan

BAB II GAMBARAN UMUM KPUD BANTUL

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan Wakil Bupati dan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota. Bagi daerah yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

RAPAT KOORDINASI DESK PILKADA PROVINSI JAWA BARAT

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

: Matriks Kinerja dan Pendanaan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang

BAB I PENDAHULUAN I.1

Peraturan...

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB I PEDAHULUAN. pemilihan umum yang diberikan tugas menyelenggarakan Pemilihan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 12/Kpts/KPU-Kab /V/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELANGGARAN KODE ETIK DAN SANKSI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

PENGKODIFIKASIAN UNDANG-UNDANG PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

BAB II KEWENANGAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM PELANGGARAN LARANGAN KAMPANYE

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

POLITIK HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG POLITIK DI INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KPU (Komisi Pemilihan Umum) adalah lembaga penyelenggaraan pemilu yang bersifat nasional, artinya bahwa KPU merupakan pusat lembaga dari seluruh Indonesia, tetap artinya lembaga ini akan selalu ada sampai kapanpun, mandiri artinya, KPU bisa melakukan segala bentuk pemilu baik itu DPR, DPD, DPRD, Presiden, Wakil Presiden dan kepala daerah sendiri tanpa harus dibantu oleh organiasi lainnya. Kemudian di dalam pasal 7 UU No. 5 Tahum 2011juga telah dikatakan bahwa KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota, adalah penyelenggaraan pemilu di propinsi maupun dikota dan inilah yang menjadi awal dari namanya KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah). KPU mempunyai tugas dalam melakukan pendidikan pemilih harus menjaga kewibawaannya dengan selalu mengedapankan yang namanya sebuah independensi, integritas diri dan profesionalisme kerjanya. Jika ini tidak dilakukan maka ambivalensi akan terjadi. Jika KPU sudah memberikan pendidikan dan pencerahan bagi setiap pemilih, maka pemilih akan bersikap kritis dan rasional dalam memilih dan mengikuti setiap pemilu didaerahnya. Tetapi juga KPU harus tetap tinggi yang namanya independensi, integritas diri dan juga profesionalisme yang baik guna terciptanya pemilu yang aman, adil dan hasilnya bisa diterima oleh setiap calon pemimpin. Menurut Fahri (dalam jurnal online dinamika. 2008 Vol: 1 No 2:1) mengatakan sebagai salah satu lembaga yang mempunyai tugas melakukan pendidikan pemilih, maka KPU dituntut untuk senantiasa menjaga 1

kewibawaannya dengan tetap mengedepankan independensi, integritas diri dan profesionalisme kerja masing-masing anggota KPU/KPUD. Bila tidak, akan terjadi ambivalensi. Satu sisi memberikan pendidikan dan pencerahan bagi pemilih agar bersikap kritis dan rasional dalam memilih dan mengikuti proses pemilu, tetapi kredibilitas KPU/KPUD mencapai titik nadir karena tidak menjunjung tinggi independensi, integritas diri dan profesionalisme. Apalagi mengingat selama ini masyarakat melihat adanya anggota KPU/KPUD yang terlibat korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Menurut Fahri (Jurnal online dinamika Vol: 1 No 2, 2008:1) mengatakan, Pada Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 5 UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu menyebutkan Penyelenggaraan pemilihan umum adalah lembaga yang menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat. Kemudian pada ayat 6 UU No. 15 Tahun 2011 menyebutkan Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Selanjutnya pada pasal 7 ayat 6 UU No. 15 Tahun 2011 menyatakan pula, Komisi Pemilihan Umum Proipinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut KPU Propinsi dan KPU Kabupaten/Kota, adalah penyelenggara pemilu di propinsi dan kabupaten/kota.. Fahri (Jurnal Online Dinamika Vol: 1 No 2, 2008:1) mengatakan, Semula Dalam Inventarisasi Masalah (DIM) Rancangan Undang-Undang (RUU) Penyelenggara Pemilu, pemerintah menghendaki agar lembaga penyelenggara di 2

tingkat propinsi dan kabupaten/kota bersifat adhoc, seperti pada pemilu 1999 dan pemilu-pemilu sebelumnya. Alasannya, mempermanenkan lembaga tersebut berarti pemborosan dana negara atau tidak efisien, karena mereka hanya bekerja pada momen pemilihan legislatif, pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden. Hal ini sejalan dengan konsep pemerintah di mana penyelenggarapemilukada akan dilakukan oleh panitia khusus yang dibentuk oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Dapat dikatakan bahwa pemerintah mennginginkan KPU tersebut bersifat adhoc artinya tidak tetap, karena pemerintah beralasan bahwa KPU hanya memboroskan uang negara saja karena mereka hanya bekerja pada saat pemilu berlangsung saja tetapi setelah selesai pemilu, KPU tidak memiliki fungsi tapi nyatanya sampai sekarang KPU merupakan lembaga negara non pemerintah tetap. Medan merupakan ibukota dari Sumatera Utara dan Medan adalah kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, Muslim Harahap (dalam Pemko Medan.go.id di akses pada 9 Oktober 2013)yang mengatakan bahwa jumlah penduduk kota Medan per Januari 2013 berjumlah sekitar 2.983. 868 jiwa. Pemilihan kepala daerah di kota Medan ini berlangsung setiap 5 tahun sekali, misalnya seperti pemilihan gubernur, walikota dan bupati, pemilihan ini sebelumnya sudah di sosialisasikan oleh KPU ke masyarakat agar masyarakat ikut dalam pemilihan kepala daerah dan diberitahu bagaimana cara memilih yang baik dan benar. 3

Pemilihan walikota Medan baru saja di gelar yaitu pada tanggal 9 Desember 2015. Tentu sudah banyak kelebihan dan kekurangan yang terjadi ketika pemilihan walikota Medan ini digelar. Kelebihannya pemilihan walikota Medan berjalan dengan semestinya tanpa ada kekurangan maupun ancaman yang berarti dari luar, sedangkan kekurangannya. Banyaknya masyarakat kota Medan yang tidak memilih para calon walikota dan wakil walikota pada pemilu 9 Desember 2015. Tetapi disini tidak difokuskan bagaimana hasil dari pemilihan walikota tersebut tetapi bagaimana upaya KPU didalam meminimalisir rendahnya partisipasi politik karena tinggi atau rendahnya partisipasi politik menjadi penentu tercapainya demokrasi yang ada di Indonesia ini. Partispasi politik menurut Eko (2013:248) bahwa partisipasi politik sebagai kegiatan sukarela artinya tidak dipaksakan dan sangat dibutuhkan KPU untuk terlibat guna mempengaruhi proses politik. Ini menjadi sebuah problematika yang harus diatasi KPU kota Medan, karena sudah jelas bahwa keinginan KPU terhadap pemilihan walikota Medan tahun 2015 ini tidak sesuai dengan apa yang KPU upayakan, mengingat kurang aktifnya masyarakat dalam berpartisipasi dalam uapaya yang KPU lakukan menjelang pemilihan walikota tahun 2015, Soeprapto (Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol:12, No: 1, 2014:40) mengatakan bahwa ditengah arus demokratisasi dan kebebasan politik telah terjadi apatisme politik. Ada beberapa alasan mengapa pemilihan walikota ini mengalami penurunan. Jumlah pemilih berkurang karena adanya rasa apatis masyarakat kepada calon pemimpin, adanya oknum-oknum tertentu yang dengan sengaja 4

merampas hak politik rakyat sehingga masyarakat tidak bisa untuk memilih siapa calon yang pantas jadi pemimpin karena hak politik masyarakat seharusnya tetap diberikan kepada tiap-tiap masyarakat untuk memilih siapa yang pantas untuk memimpin Indonesia maupun daerahnya dan masyarakat tidak mengikuti apa yang KPU sosialisasikan. Hal ini sama denganabdullah (2005:52) yang mengatakan bahwa satu-satunya hak politik yang masih dimiliki rakyat adalah memberikan suara pada saat pemilu berlangsung.kemudian jika hak politik rakyat sudah tercapai maka wujud nyata dari asas responsibilitas dan akuntabilitas masyarakat terhadap pemilu berjalan seperti apa yang diharapkan dan suara rakyat tidak perlu lagi pakai sistem titip karena dengan langsung memilih, pemilihan walikota tersebut akan lebih sah, dibandingkan harus menitip suara. Hal ini sama dengan Romli (Jurnal Politik: Vol: 1 No: 1 2008:1) yang mengatakan dengan pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung, rakyat berpartisipasi langsung menentukan pemimpin daerah. Pilkada langsung juga merupakan wujud nyata asas responsibilitas dan akuntabilitas. Melalui pemilihan secara langsung, kepala daerah harus bertanggungjawab langsung kepada rakyat. Pilkada langsung lebih accountable, karena rakyat tidak harus menitipkan suara melalui DPRD tetapi dapat menentukan pilihan berdasarkan kriteria yang jelas dan transparan. Tentu untuk melihat fenomena ini KPU sebagai badan yang mengatur segala jenis dan ritme di dalam pemilu di Indonesia ini harus melakukan cara atau agar siapa saja yang ingin mencalonkan dirinya untuk menjadi pemimpin baik itu bupati, walikota, gubernur dan presiden memang pro kepada rakyatnya agar terciptalah reformasi artinya yang bertujuan untuk menciptakan suasana yang 5

kondusif, guna terjaminnya ketenangan, ketentraman dan ketertiban masyarakat luas dan terciptalah sebuah reformasi. Hal ini senada dengan Kadir (Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol: 1. No. 3. 2012:32) yang mengatakan Reformasi dibidang politik bertujuan untuk membangun kehidupan politik yang demokratis dan stabil dengan sasaran menegakkan kembali legitimasi pemerintah daerah yang didukung partisipasi dan kepercayaan rakyat, serta mencipta-kan suasana yang kondusif guna terjaminnya ketenangan, ketentraman dan ketertiban masyarakat luas. Menurut Halking (2013:1) bahwa politik adalah segala kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat untuk masyarakat umum. Kemudian Rumesten (jurnal Dinamika Hukum, Vol:12:136) mengatakan politik seringkai mengintervensi pembuatan dan pelaksanaan hukum, sehingga tidak selalu menjamin kepastian hukum, penegakkan hak-hak masyarakat atau penjamin keadilan. Dapat disimpulkan bahwa politik merupakan kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat untuk masyarakat umum, artinya bahwa politik ini mengikat dan berlaku untuk seluruh proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan, dan juga bisa mengintervensi pembuatan dan pelaksanaan hukum tersebut, akibatnya tidak selalu ada yang menjamin hukum, tegaknya hak masyarakat atau penjamin keadilan. Untuk itulah saya membuat judul Lemahnya Upaya KPU Dalam Meminimalisir Rendahnya Partisipasi Politik Pada Pemilihan Walikota Medan tahun 2015 dengan maksud supaya saya dapat melihat dan menelaah bagaimana Lemahnya upaya KPU dalam meminimalisir rendahnya partisipasi politik yang 6

terjadi pada pemilu tahun 2015. Penulis memilih judul ini dikarenakan judul ini begitu menarik untuk diteliti apalagi mengenai Lemahnya Upaya KPU dalam meminimalisir rendahnya partispasi politik di dalam masyarakat apakah sudah ada kata lancar atau belum, serta bagaimana solusi yang harusnya diberikan oleh KPU agar jumlah pemilih ditahun depan tidak mengalami penurunan. B. Identifikasi Masalah Dengan demikian yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Upaya KPU dalam memberikan sosialisasi politik, pendidikan politik dan komunikasi politik 2. Bentuk-bentuk sosialisasi politik, pendidikan politik dan komunikasi politik 3. Hambatan KPU Kota Medan dalam memberikan sosialisasi politik, pendidikan politik dan komunikasi politik C. Batasan Masalah Dengan demikian yang menjadi pembatasan masalah dan fokus masalah dalam penelitian ini: Hambatan KPU Kota Medan dalam memberikan sosalisasi politik, pendidikan dan komunikasi politik D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu: Apa saja yang menjadi hambatan KPU Kota Medan dalam memberikan sosialisasi politik, pendidikan politik dan komunikasi politik? 7

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuibagaimana Lemahnya Upaya KPU dalam meminimalisir rendahnya partisipasi politik pada pemilihan walikota Medan tahun 2015. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Menambah pengetahuan penulis dalam mengembangkan dan mengaplikasikan teori-teori yang telah diterima selama duduk dibangku perkuliahan, khususnya tentang Upaya KPU Dalam Meminimalisir Rendahnya Partisipasi Politik Pada Pemilihan Walikota MedanTahun 2015 yang begitu lemah. 2. Untuk mengetahui apakah KPU sudah melakukan Upaya yang maksimal dalam Meminimalisir Rendahnya Partisipasi Politik Pada Pemilihan Walikota Medan Tahun 2015. 3. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada penulis menambah wawasan dan pengetahuan penulis di dalam bidang politik 4. Merupakan salah satu syarat untuk memenuhi ketentuan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan. 8