II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon kelapa sawit terdiri dari dua spesies besar yaitu Elaeis guineensis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB II LANDASAN TEORI

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan

Macam macam mikroba pada biogas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

SNTMUT ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SNTMUT ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biogas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB XV LIMBAH TERNAK RIMINANSIA

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

BIOGAS. KP4 UGM Th. 2012

PENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PENGEMBANGAN PROSES DEGRADASI SAMPAH ORGANIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DAN PUPUK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

Muhammad Ilham Kurniawan 1, M. Ramdlan Kirom 2, Asep Suhendi 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. molekul komplek yang memiliki bentuk rigid dan struktur berkayu dari tanaman dimana bakteri

PENGARUH PERBEDAAN STATER TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DENGAN BAHAN BAKU ECENG GONDOK

I. PENDAHULUAN. perantara jamu gendong (Muslimin dkk., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari dua spesies besar yaitu Elaeis guineensis yang berasal dari Afrika danelaeis oleiferayang berasal dari Amerika. Pohon kelapa sawitdapatmencapaitinggi 24 meter, bunga dan buahnya berupa tandan serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila telah matangakanberwarna merah kehitaman. Daging buah dan kulitnyamengandungi minyak yang digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk pakan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan pakan ayam dan tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang (Depperin, 2007). Potensi pengembangan kelapa sawit di Indonesia sangat besar, hal ini dibuktikan dengan banyaknya perkebunan kelapa sawit di Indonesia baik milik negara ataupun perusahaan perorangan.angka produksi kelapa sawit Indonesia dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2008-2012 Tahun ProduksiKelapa Sawit (Ton) 2008 17.539.788 2009 19.324.294 2010 21.958.120 2011 23.096.541 2012 26.015.518 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2013) 5

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah salah satu produk sampingan (by-product) berupa padatan dari industri pengolahan kelapa sawit. Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit cukup signifikan bila ditinjau berdasarkan rerata nisbah produksi tandan kosong kelapa sawit terhadap total jumlah tandan buah segar (TBS) yang diproses (Arif, 2012). Rerata produksi tandan kosong kelapa sawit adalah berkisar 22% hingga 24% dari total berat tandan buah segar yang diproses di pabrik pengolahan kelapa sawit. Secara fisik tandan kosong kelapa sawit terdiri dari berbagai macam serat dengan komposisi antara lain sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Komposisi kandungan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Tandan Kosong Kelapa Sawit Komponen % berat Sellulosa 41,3-46,5 Hemisellulosa 25,3-33,8 Lignin 27,6-32,5 Sumber:Sudiyani dkk. (2010) Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sejauh ini antara lain dimanfaatkan sebagai bahan pupuk kompos, bahan pembuatan bioetanol dan bahan penyerap air pada daerah dengan tekstur berpasir dan memiliki curah hujan rendah.jika dilihat dari komposis kandungan limbah tandan kosong kelapa sawit seperti yang terlihat pada Tabel 2 maka limbah tandan kosong kelapa sawit juga sangat potensial apabila digunakan sebagai bahan baku pembuatan biogas dengan metode dry fermentationdikarenakan memiliki banyak serat dengan kandungan kadar air yang rendah. 6

2.2 Biogas Biogas merupakan gas mudah terbakar yang berasal dari bahan-bahan organik yang diperoleh dari proses perombakan bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob).secara umum segala jenis bahan yang dalam istilah kimia termasuk senyawa organik, baik yang berasal dari hewan ataupun tanaman yang banyak mengandung bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik dapat dijadikan bahan untuk memproduksi biogas.substrat terbaik untuk menghasilkan biogas adalah sampah organik yang berasal dari buahbuahan, sayur-sayuran, dan kotoran ternak. Pemanfaatan sampah organik dan kotoran ternak sebagai bahan penghasil biogas secara tidak langsung merupakan salah satu pemecahan masalah sanitasi dan kesehatan lingkungan, mencegah terjadinya efek rumah kaca karena gas metan yang dihasilkan dari proses penguraian kotoran ternak secara natural merupakan salah satu gas rumah kaca, dan menghindari penebangan hutan yang merupakan dampak dari penggunaan kayu sebagai bahan bakar alternatif. Biogas sebagian besar mengandung gas metan (CH 4 ) dan karbon dioksida (CO 2 ) serta beberapa kandungan lain diantaranya hidrogen sulfida (H 2 S), amonia (NH 3 ), hidrogen (H 2 ) dan nitrogen dalam jumlah sangat kecil(pambudi, 2008). Gas metana (CH 4 ) yang merupakan komponen utama biogas termasuk golongan alkana sederhana dan komponen utama dari gas alami, gas metan (CH 4 ) tidak berwarna dan tidak berbau pada temperatur ruang dan tekanan standar. Sebagai gas, metan (CH 4 ) bersifat mudah terbakar dengan konsentrasi 5-15% di 7

udaranamun metan tidak beracun (Sukmana dan Muljatiningrum, 2011). Komposisi biogas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Biogas No. Nama Gas Rumus Kimia Jumlah 1 Methan CH 4 54% - 74% 2 Karbondioksida CO 2 27% - 45% 3 Nitrogen N 2 3% - 5% 4 Hidrogen H 2 0% - 1% 5 Karbonmonoksida CO 0,1% 6 Oksigen O 2 0,1% 7 Hidrogen Sulfida H 2 S Sedikit Sumber :Sukmana dan Muljatiningrum (2011) Nilai kalor dari gas metana murni adalah 8.900 kkal/m 3 sedangkan nilai kalor biogas sekitar 4.450-5.340 kkal/m 3 jauh dibawah nilai kalor metan dikarenakan pengenceran oleh karbondioksida (Gerardi,2003). Kandungan energi dalam biogas sangattergantung kepada nilai konsentrasi metana (CH 4 ) semakin besar kandungan metana maka semakin besar pula nilai kalori pada biogas (Pambudi, 2008). 2.3 Fermentasi Bahan Organik 2.3.1 Fermentasi Basah Fermentasi basah (wet fermentation) adalah proses fermentasi bahan organik yang memerlukan kadar air tinggi yaitu lebih dari 75% dan membutuhkan pembuburan bahan isian sehingga untuk bahan dengan kadar air rendah dan bersifat kekayuan diperlukan penambahan air ke dalam bahan isian untuk 8

mencapai kadar air dan C/N ratio yang diinginkan proses-proses ini dilakukan sebelum bahan isian dimasukkan ke dalam digester. Digester adalah tempat terjadinya proses dekomposisi bahan-bahan organik yang berupa tangki kedap udara yang diisi oleh bahan organik, dan buangan proses yang dapat dikeluarkan. Desain digester bermacam macam sesuai dengan jenis bahan baku yang digunakan, temperatur yang dipakai dan bahan konstruksi. Digester dapat terbuat dari cor beton, baja,bata atau plastik dan bentuknya dapat berupa seperti silo, bak, kolam dan dapat diletakkan di bawah tanah (Haryati, 2006). Dilihat dari segi konstruksinya ada tiga desain digester fermentasi basah dasar, yaitu : 1.Covered lagoon digester. Merupakan kolam penampungan bahan organik bertutup, tutup bak tersebut berupa bahan tak tembus (impermeable) dan menutupi seluruh permukaan bak, tutup tersebut akan menangkap gas yang dihasilkan selama proses dekomposisi bahan organik dan menglirkannya melalui pipa. Digester model ini merupakan desain paling sederhana yang digunakan untuk kotoran cair dengan kandungan padatan kurang dari 3%. Gambar 1. Covered lagoon digester (www.epa.gov) 9

2. Complete mix digester. Digester jenis ini terbuat dari baja, cocok untuk volume kotoran ternak yang besar dan mempunyai kandungan solid antara 3-10%. Digester ini juga dilengkapi pemanas juga pengaduk mekanik yang selama proses fermentasi secara terus-menerus mengaduk bahan sehingga padatan tetap dalam keadaan tersuspensi. Biogas yang terbentuk akan terakumulasi di bagian atas digester. Digester ini dapat diinstalasi di atas atau terkubur di bawah tanah. Digester jenis ini meskipun lebih efisien tetapi mahal biaya pembuatan, operasional dan pemeliharaannya sehingga sulit digunakan untuk skala rumahan. Gambar 2. Complete mix digester (www.daviddarling.info) 3. Plugflow digester. Digester jenis ini cocok untuk limbah yang berasal dari kotoran ruminansia yang mempunyai kandungan padatan antara 11 sampai 13%. Ciri khas jenis ini memiliki tempat pengumpulan kotoran, tempat pencampuran dan tangki digester. Pada tempat pencampuran, penambahan air diatur sehinggga bahan organik di dalamnya mempunyai konsistensi yang optimal. Digester ini biasanya berbentuk persegi panjang, kedap air dan dengan tutup yang dapat dirubah. 10

Gambar 3. Plugflow digester (www.plugflowdigester.com) Jika dilihat dari cara pengoperasiannya, ada dua tipe digester fermentasi basah, yaitu : 1. Continuous feeding (tipe pengumpanan kontinu). Pada tipe ini bahan baku masuk dan residu keluar secara kontinu dengan selan waktu tertentu. Gambar 4. Continuous feeding digester (www.fao.org) 2. Batch feeding(tipe bak tetap). Pada tipe ini bahan baku ditempatkan di dalam bak tertentu dari awal hingga akhir proses. Gambar 5. Batch feeding (www.fao.org) 11

2.3.2 Fermentasi Kering Fermentasi kering biogas yang dikenal juga dengan solid state fermentation biogas adalah salah satu metode pencernaan anaerobik oleh bakteri dekomposisi yang juga memerlukan komponen digester kedap udara agar proses pencernaan anaerobik dapat berlangsung dengan optimal untuk menghasilkan biogas. Proses dry fermentationtidak memerlukan kadar air bahan isian yang tinggi (konsentrasi bahan kering lebih dari 20%) dan tidak memerlukan proses pembuburan sebelum bahan isian di masukkan ke dalam digester (Chen, 2013). Proses pencernaan anaerobik menggunakan dry fermentation memberikan hasil produk yang samadengan proses wet fermentationyaitu biogas dan pupuk organic dengan beberapa keuntungan lain seperti: Emisi yang lebih kecil Waktu retensi yang lebih pendek Kebutuhan energi rendah Kebutuhan tenaga kerja rendah Digester kering yang lebih mudah untuk ditangani Membutuhkan sedikit air Tidak berbau dan lebih higienis Tidak memerlukan pembuburan sebelum proses pencernaan anaerobik berlangsung. Di samping beberapa keuntungan di atas produksi biogas menggunakan dry fermentation juga memiliki beberapa kekurangan seperti (Chen, 2013). : Gradien konsentrasi yang serius pada bahan baku 12

Kesulitan dalam transfer panas dan massa Kesulitan dalam kontrol ph dan suhu Membutuhkan tekonologi yang tinggi dalam skala besar Dengan beberapa kekurangan tersebut, teori dan teknologi kontrol pada produksi biogas menggunakan proses fermentasi kering harus dipelajari lebih lanjut. Ciri utama dari digester fermentasi kering adalah adanya sistem pengabutan air yang berisi sumber bakteri yang akan di paparkan ke bahan baku isian yang terdapat di dalam digester kedap udara sehingga proses pencernaan anaerobik dapat berlangsung. Gambar skema umum dari digester fermentasi kering dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Skema Umum Dry Fermentation Digester (www.spmultitech.com) 13

2.4 Proses Pencernaan Anaerobik (Anearobic Digestion) Biogas merupakan gas mudah terbakar yang diperoleh dari proses pencernaan anaerobik (Anaerobic Digestion).Pencernaan anaerobik adalah proses pemecahan bahan organik oleh aktifitas bakteri matenogenik dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga atau pertanian.pembentukan biogas melalui proses pencernaan anaerobik meliputi tiga tahap proses yaitu hidrolisis, asidogenesis, dan metanogenesis (Haryati, 2006). Proses pencernaan anaerobik diperlihatkan pada Gambar 7. Gambar 7. Diagram alur proses pencernaan anaerobik (Ahring, 2003) 14

Hidrolisis danmikroorganismefermentasi bertanggung jawab atas pemecahan awal pada polimer dan monomer yang ditemukan dalam bahan limbah dan menghasilkan sebagian besar asetat dan hidrogen, asam lemak volatil seperti propionat dan butirat dalam jumlah yang bervariasi dan juga sejumlah alkohol.pada asidogenesis bakteri acetogenic obligat yang memproduksi hidrogen mengkonversi propionat dan butirat menjadi asam asetat dan hydrogen.pada proses metanogenesis dua kelompok metanogenic menghasilkan metana masingmasing dari asetat dan hidrogen (Ahring,2003). Pencernaan anaerobik pada kotoran ternak telah banyak diteliti dan dibuktikan, seperti di California Amerika Serikat, lebih dari 15 digester biogas menggunakan kotoran sapi perah telah beroperasi dengan baik atau sedang dalam pengembangan(el-mashaddanzhang, 2010). Namun, berdasarkan nilai investasi ekonomi produksi biogas dengan menggunakan digester kotoran sapi perah tidak terlalu menguntungkan karena nilai biodegradabilitas yang relatif rendah dan hasil biogas kotoran sapi perah yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan biogas dari limbah organik seperti sisa makanan. Salah satu pendekatan untuk meningkatkan nilai ekonomi digester biogas adalah dengan meningkatkan laju produksi biogas dengan co-digestion (pencampuran) suatu bahan dengan bahan yang lain untuk mencapai C/N ratio yang diinginkan sehingga produksi biogas menjadi optimal dan juga sisa produksi biogas tersebut dapat digunakan sebagai pupuk organik yang baik untuk lahan pertanian.co-digestion dari bahan yang berbeda dapat meningkatkan proses pencernaananaerobik karena nilai karbon dan keseimbangan kandungan yang lebih baik. (El-MashaddanZhang, 2010). 15

Anaerobik co-digestion adalah teknologi yang efektif dan ramah lingkungan untuk penghasilan energi dari limbah organik. Bahan organik dari limbah pertanian dan limbah industri merupakan substrat yang baik untuk anaerobic codigestion karena jumlahbahan yang banyak dan sifatnya yang mudah terdegradasi (Hublinet al., 2012). 2.5 Faktor Pembentukan Biogas Dalam proses pembentukan biogas dengan proses pencernaan anaerobik perlu diperhatikan beberapa faktor agar fermentasi dapat berjalan secara optimal seperti: 1. C/N ratio bahan baku isian Rasio C/N adalah perbandingan nilai karbon (C) dan nilai nitrogen (N) dalam suatu bahan. Semua mahluk hidup tesusun dari sejumlah besar bahan karbon (C) serta nitrogen (N) dalam jumlah kecil. Unsur karbon dan bahan organik merupakan makanan pokok bagi bakteri anaerob, karena unsur karbon (C) digunakan untuk menghasilkan energi dan unsur nitrogen (N) untuk membangun struktur sel dan bakteri. Bakteri mencerna unsur C 30 kali lebih cepat dari mencerna unsur N, oleh karena itu perbandingan C/N yang baik adalah 30. C/N rasio optimum untuk produksi biogas dengan pencernaan anaerobik berkisar 20-30, bahan organik yang mempunyai kandungan C/N yang terlalu tinggi akan menyebabkan proses penguraian yang terlalu lama. Sebaliknya jika C/N terlalu rendah maka sisa nitrogen akan berlebih sehingga terbentuk amonia. Kandungan amonia yang berlebihan dapat meracuni 16

bakteriyang berakibat sedikitnya hasil produksi biogas. Oleh karena itu, jumlah ratio C/N perlu dihitung dan direncanakan secara tepat karena menentukan kehidupan dan aktifitas mikrorganisme.untuk menghitung C/N ratio, bagilah nilai organik matter (nilai yang diperoleh melalui pembakaran) dengan 1,72, hasilnya merupakan nilai karbon. Kemudianbagilah nilai N terhadap nilai C dan yang akan menjadi nilai C/N dimana N=1. Untuk bahan kulit durian yang memiliki nilai C/N ratio yang tinggi maka diperlukan pencampuran (codigestion) untuk mencapai nilai C/N ratio yang sesuai untuk produksi biogas. 2. Bahan baku isian Bahan isian yang paling baik digunakan untuk menghasilkan biogas adalah yang mengandung 7-9 % bahan kering. Untuk mendapatkan kandungan kering bahan seperti itu maka bahan isian biasanya dicampur dengan air. Sebagai contoh pada sapi harus dicampur dengan air dengan perbandingan 1:1 atau 1:1,5 (Wariyanto, 2006). 3.Starter Dalam memproduksi biogas memang tidak diharuskan ada apabila menggunakan kotoran ternak ruminansia. Bahkan tanpa starter pun bisa terbentuk biogas kalau bahan isian menggunakan berbagai macam kotoran ternak yang berasal dari ternak ruminansia. Namun, jika tidak menggunakan kotoran ternak, mutlak menggunakan starter. Tanpa menggunakan starterakan timbul biogas yang tidak mengandung gas metan. Akibatnya gas yang dihasilkan tidak dapat dibakar. Untuk mempercepat terjadinya proses fermentasi, maka dipermulaan fermentasi perlu ditambahkan cairan yang telah 17

mengandungstarter. Starter merupakan mikroorganisme perombak yang dijual komersial tetapi starter bisa juga menggunakan lumpur aktif organik atau cairan isi rumen. Starter yang dikenal ada 3 macam, yaitu : Starteralami ; yang sumbernya berasal dari alam yang diketahui mengandung bakteri metan seperti lumpur aktif, timbunan sampah lama, timbunan kotoran ruminansia dan sebagainya. Starter semi buatan ; yang sumbernya berasal dari tabung pembuat biogas yang diharapkan kandungan bakteri metannya dalam stadia aktif. Starterbuatan ; yang sumbernya sengaja dibuat baik dari media alami atau buatan yang bakteri metannya dibiakkan secara laboratoris. 4. Suhu pencernaan Suhu pencernaan sangat berpengaruh terhadap keaktifan dan pertumbuhan bakteri metan, kebanyakan bakteri pembentuk metan aktif pada dua rentang waktu, yaitu rentang mesofilik antara 30-35 o C dan rentang termofilik antara 50-60 o C. Pada temperature 40-50 o C aktifitas bakteri pembentuk metan terhalangi, dan di sekitar suhu 42 o C kinerja digester akan terputus-putus dikarenakan transisi bakteri pembentuk metan dari organisme mesofilik menjadi organisme termofilik. Meskipun bakteri pembentuk metan aktif dan tumbuh pada beberapa rentang temperatur kebanyakan dari bakteri tersebut merupakan mesofilik dan beberapa merupakan termofilik dan psikrofilik yang terbatas pada unit yang memerlukan perlakuan tertentu seperti septic tank dimana proses pencernaan tidak panas dan membutuhkan waktu yang 18

lama(geradi, 2003). Rentang temperatur optimum untuk pertumbuhan bakteri pembentuk metan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rentang Waktu Optimum Pertumbuhan Bakteri Metan Kelompok bakteri Rentang temperatur, o C Psikrofilik 5-25 Mesofilik 30-35 Termofilik 50-60 Sumber: Gerardi (2003). 5. Tingkat keasaman (ph) Dalam proses fermentasi, ada dua jenis bakteri yang berperan aktif, yaitu acidogenic bacteria yang memerlukan kisaran ph berkisar 4,5-7 dan bekerja secara optimum pada kisaran ph 6-7. Sementara itu methanogenic bacteria bekerja pada kisaran ph 6,2-7,8 dan bekerja optimum pada kisaran 7-7,2. Tingkat keasaman harus selalu di jaga, apabila tingkat keasaman turun akan mengakibatkan terhambatnya pengubahan substrat menjadi biogas. Sebaliknya bila ph terlalu tinggi maka akan mengkibatkan produk akhir utama adalah karbon dioksida. 6. Hidraulic Retention Time(HRT) HRT atau Waktu retensi sangat dipengaruhi oleh suhu. Hubungan antara suhu dan waktu retensi dapat dilihat pada Gambar 8. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu maka waktu retensi akan semakin sedikit, sebaliknya apabila suhu rendah waktu retensi akan lebih lama. Oleh karena itu temperatur stabil harus tetap dijaga, untuk negara tropis seperti Indonesia tidak diperlukan perlakuan khusus karena suhu ruang normal di Indonesia relatif stabil untuk produksi biogas dan waktu retensinya berkisar antara 10-30 hari. 19

Gambar 8. Hidraulic Retention Time(www.lagoonsonline.com) 7. Pengadukan Setelah bahan isian dicampur maka perlu diadakan pengadukanagar campuran menjadi homogen. Pengadukan meningkatkan proses pencernaan dengan mendistribusikan bakteria, substrat, dan nutrisi ke seluruh bagian digester serta menyamakan suhu. Kegiatan metabolisme bakteri pembentuk asetat dan metan memerlukan kontak spasial yang dekat. Pengadukan yang lembut dapat memastikan kontak tersebut. Pengadukan diperlukan agar hidrolisis limbah dan produksi asam organik dan alkohol oleh bakteri pembentuk asetat dapat berjalan baik. Beberapa keuntungan pengadukan isi digester sebagai berikut (Gerardi, 2003). : Menghilangkan atau mengurangi pembentukan sampah Menghilangkan stratifikasi termal Mempertahankan lumpur kimia dalam digester dan keseragaman fisik di seluruh tangki Menyebaran limbah metabolik dengan cepat selama proses pencernaan substrat 20

Menyebar bahan-bahan masuk ke dalam tangki dengan cepat Mencegah pengendapan slurry. 21