BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB III ANALISA PERMASALAHAN INFRASTRUKTUR PEMUKIMAN

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BUKU 3 PANDUAN PENYUSUNAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI (IMAP)

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO

BAB II RENCANA KEGIATAN KKN REVOLUSI MENTAL

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

USULAN ATURAN BERSAMA

KINERJA KEGIATAN DAUR ULANG SAMPAH DI LOKASI DAUR ULANG SAMPAH TAMBAKBOYO (Studi Kasus: Kabupaten Sleman)

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS

BAB III RENCANA KERJA MASYARAKAT

BAB III PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA KEGIATAN KKN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

selama 12 jam. Pendapatan mereka rataratanya 1.5 juta rupiah sebulan. Saat ini, mata Nelayan kerja masyarakat adalah nelayan selama 4 jam.

Oleh: Auliya Ul Fikry Staf Subdit Kebijakan dan Strategi Dit. Bina Program

Lingkungan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tema Memajukan Desa Demulih melalui Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih dan Gerakan Indonesia Tertib.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Agung Kabupaten OKU Selatan Sumatera Selatan. Posisi Desa Merpang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh:

BAB V JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB III ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran

BAB III DESKRIPSI RENCANA PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Kelurahan/Desa. Desa Giripanggung merupakan salah satu desa yang

DAFTAR PERTANYAAN (Kepala Lingkungan, Kepala Dusun, Tokoh Masyarakat) Lokasi :... Nama :... Profesi :... Alamat :...

DATA POKOK DESA/KELURAHAN BULAN NOPEMBER - TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

Aminatu Zuhriyah. Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI

Aturan Bersama. DOKUMEN ATURAN BERSAMA ( AB ) Kelurahan Karatuang, KEC. Bantaeng, KAB. Bantaeng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

5.1. Area Beresiko Sanitasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KONDISI SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR PUGER KABUPATEN JEMBER

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan yang bertujuan untuk membangun manusia indonesia

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

Untuk lebih jelasnya wilayah Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada peta di bawah ini :

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DATA POKOK DESA/KELURAHAN BULAN 3 TAHUN 2016

BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

Sub Sektor : Air Limbah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

LAMPIRAN 7.A.1 KRITERIA KESIAPAN DALAM MEKANISME PENGANGGARAN TAHUN DEPAN (2016) Kriteria Kesiapan dalam Mekanisme Penganggaran Reguler

Transkripsi:

BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI 2.1 Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Permukiman Desa memiliki jalan provinsi yang menghubungkan Desa dengan pusat kota Amlapura. Kondisi jalan provinsi tersebut masih tergolong baik karena mengalami perbaikan pada tahun 2015. Untuk jalan-jalan desa, sebagian besar tergolong baik, namun untuk jalan yang menuju permukiman terpencil, sebagian besar masih rusak dan sangat berbahaya untuk dilalui mengingat wilayah Desa yang berada di dataran tinggi dengan kontur perbukitan membuat sebagian jalan desa bermotif tikungan yang terjal. Sektor ekonomi di Desa dapat dikatakan sudah baik karena memiliki tiga pasar sebagai pusat perputaran uang, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan juga Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Pemanfaatan lahan di Desa juga mendorong kualitas sektor ekonomi dengan adanya perkebun salak, sehingga banyak masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Sarana dan prasarana air minum diakses dengan cukup baik, karena terdapat beberapa sumber mata air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa. PAM Desa juga mengalir hampir ke semua rumah warga, namun ada juga yang belum mendapatkan akses PAM Desa. Masalah lain dari PAM Desa ini juga terdapat pada sistem aliran air yang hidup hampir hanya setiap pagi hari dan sore hari saja, yang berarti masyarakat harus menampung air tersebut jika ingin menggunakannya untuk satu hari penuh. Sanitasi dan bangunan rumah di Desa sebagian besar masih layak huni dan memiliki jamban, walaupun masih ada juga yang belum memiliki jamban dan kurang layak huni. Data-data infrastruktur permukiman untuk Desa selengkapnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. Sarana dan Prasarana Kawasan Permukiman Uraian Jumlah Unit Kondisi Dasar 1. Jalan provinsi 1 Jalur Baik 2. Jalan kabupaten 1 Jalur Baik 3. Jalan 24 Jalur Kurang Baik desa/kampung 4. Jembatan 2 Buah Baik 5. Tambatan perahu (untuk desa nelayan) - - - 5

Ekonomi dan Wisata 6. Pasar 3 Unit Baik desa/kelurahan 7. Pos pemasaran 3 Unit Baik industri rumah tangga 8. Tempat Rekreasi 1 Unit Baik Sumber: Hasil Observasi Agustus 2016 Sanitasi berbasis masyarakat Uraian Jml Unit Fungsi Pengguna (KK) Iuran (ada/tdk) Kelompok Pengelola SPAL Perpipaan Komunal SPAL Komunal Bantuan APBN/Pusat - - - - - - Sanimas - - - - - - SLBM - - - - - - USRI - - - - - - SPAL Komunal Bantuan sumber lain - - - - - - MCK (SPAN non perpipaan) SPAL Komunal Bantuan sumber lain - - - - - - SPAL Komunal Bantuan sumber lain - - - - - - Pengelolaan Sampah Tempat pembuangan Seluruh DKP 1 Bak Baik - sampah sementara KK Karangasem Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara Agustus 2016 Akses Masyarakat Terhadap Sanitasi Jumlah Rumah Jumlah Rumah Yang Memiliki Jamban Pribadi Perkiraan Jumlah KK yang BAB Sembarangan Banjar Triwangsa 115 55 Banjar Tengah 213 162 Banjar Telugtug 237 3 Banjar Telaga 248 4 Banjar Pengawan 177 200 6

Banjar Kreteg 190 8 Banjar Brahmana 41 8 Banjar Kutabali 123 44 Banjar Dukuh 86 69 Banjar Karanganyar 193 51 Total 1793 379 Sumber: Kelian Banjar Dinas Desa Bangunan Rumah Nama Dusun Banjar Triwangsa Banjar Tengah Banjar Telugtug Banjar Telaga Banjar Pengawan Banjar Kreteg Banjar Brahmana Banjar Kutabali Banjar Dukuh Banjar Karanganyar Total Jumlah Yang dilengkapi IMB Sumber: - Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Jumlah Rumah Beresiko Terhadap Bencana Bangunan Sarana Sosial/Ibadah Nama Bangunan Jumlah Yang dilengkapi IMB Jumlah Bangunan Sosial Yang Beresiko Terhadap Bencana Masjid - - - Moshula - - - Gereja - - - Pura 3 - - Vihara - - - Rumah Adat - - - Total 3 - - Sumber: Hasil Observasi Agustus 2016 7

Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan Jumlah Lokasi Puskesmas 1 Br. Karanganyar Puskesmas pembantu 1 Br. Tengah Pos Bersalin 1 Br. Karanganyar Posyandu 10 Setiap Banjar Praktek Dokter Umum 1 Br. Telaga Sumber: Hasil Observasi Agustus 2016 Fasilitas Pendidikan Jumlah Siswa Jumlah Sarana Sanitasi Nama Sekolah Laki-laki Perempuan Jumlah Jamban Tempat Cuci Tangan Tempat Sampah SD Negeri 1 82 90 172 5 1 12 SD Negeri 2 68 59 127 4 4 6 SD Negeri 3 91 90 181 6 6 7 SD Negeri 4 30 33 63 6 5 2 SD Negeri 5 48 41 89 4 9 6 SD Negeri 6 34 23 57 4 4 15 SD Negeri 7 30 32 62 2-16 Sumber: Observasi, Wawancara, dan Data Administrasi Sekolah Agustus 2016 2.2 Permasalahan Infrastruktur Permukiman Permahasalah Umum Desa merupakan daerah penghasil buah salak terbesar di Bali. Wilayah desanya didominasi oleh persawahan dan perkebunan khususnya kebun salak, sebagian masyarakatnya mendapatkan peghasilan dari hasil perkebunan, dimulai dari pemilik kebun ataupun buruhnya. Sebagai desa yang mempunyai banyak kebun sudah sewajarnya akan menghasilkan banyak sampah organik yang seharusnya bisa diolah namun sayangnya masyarakat belum bisa merealisasikannya karena kendala pengetahuan dan peralatan. 8

Masyarakat mayoritas bersekolah sampai tingkat SMA sehingga membutuhkan pelatihan khusus untuk merealisasikan pengelolaan sampah organik. Selain sampah organik yang menjadi permasalahan kebersihan lingkungan desa, ada sampah anorganik yang banyak berserakan di sekitaran masyarakat misalnya di pemandian umum, pasar, pinggir jalan, dll. Beberapa sampah anorganik ini seharusnya bisa menambah penghasilan warga dengan cara menukarkannya di bank sampah namun pada kenyataannya warga belum memanfaatkan dengan baik potensi tersebut. Selain akan menambah penghasilan, pengolahan sampah organik dan anorganik akan mengurangi pencemaran alam. Selain permasalahan banyaknya sampah yang berserakan, tingkat pendidikan dan tingkat perekonomian warga rupanya mempengaruhi perilakunya dalam menjaga kebersihan. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, masyarakat masih membuang sampah di sungai, pekarangan rumah, saluran air dll, padahal DKP telah menyediakan sebuah tempat sampah yang nantinya akan diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir. Namun masyarakat sibetan belum memanfaatkan dengan baik fasilitas yang disediakan karena kendala jarak tempat sampah tersebut dengan permukiman warga yang cukup jauh. Setelah dilakukan survey di Desa ternyata banyak ditemukan tempat sampah pribadi yang dibangun di atas tanah milik pribadi. Hal ini menyebabkan banyaknya sampah yang tersebar di lingkungan warga. Jika dilihat sekilas, sampah-sampah tersebut sangat mengganggu pemandangan dan dapat menambah potensi terjadinya penyakit misalnya Deman Berdarah. Untuk itu diperlukan kesadaran dari masyarakat agar dapat memilah dan mengolah sampah dengan baik sehingga tingkat kesehatan di Desa juga dapat diperbaiki dan ditigkatkan. Desa masih banyak memiliki lahan kosong yang seharusnya bisa dibangun sebuah Tempat Pembuangan Sementara yang nantinya masyarakat dapat bergotong royong serta bahu-menbahu dalam pembanguanan, pengangkutan, dan pengelolaannya. Karena, jika warga hanya mengandalkan fasilitas yang disediakan pemerintah saja tidak akan ada perubahan sampai kapan pun. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan kerja sama masyarakat sibetan dalam menjaga kebersihan sehingga dapat meningkatkan tingkat kesehatan masyarakatnya. Permasalahan Air Minum Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia, jika tidak ada air maka mustahil manusia bisa melanjutkan kehidupan. Selain digunakan untuk kebersihan, air sangat penting untuk memenuhi kebutuhan perut umat manusia. Tentunya air yang diharapkan 9

adalah air yang bersih dan sehat. Berdasarkan survey dan wawancara dengan masyarakat sibetan, Desa memiliki banyak mata air yang masih sangat deras mengeluarkan air bersih bahkan ditemukan banyak air yang terbuang karna pipa-pipa air tidak ditutup. Warga yang membutuhkan air dapat mengambil langsung dari mata airnya. Kendalanya adalah tidak semua warga tinggal di dekat mata air sehinga ada beberapa perumahan yang tidak dapat mengakses air tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, aparat desa telah mengupayakan adanya pipa-pipa yang dapat mengalirkan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun tidak semua rumah warga terjangkau oleh pipa-pipa tersebut selain itu, ukuran pipa yang relative kecil mengakibatkan aliran air sering mengalami kemacetan sehingga seringkali masyarakat kewalahan dalam menjalankan aktifitasnya. Dilihat dari permasalahan tersebut seharusnya bisa dipecahkan dengan cara membangun sebuah pompa besar yang mampu mengalirkan air dari mata air terdekat ke permukiman warga. Namun hal ini akan membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merealisasikannya. Masalah Aspek Teknis Keterbatasan jumlah pipa sehingga beberapa permukiman tidak mendapatkan pasokan air bersih Pipa terlalu kecil sehingga aliran air sering mengalami kemacetan Kendala jarak permukiman warga dengan mata air sehingga pipa-pipa yang ada tidak dapat menjangkau perumahan warga. Aspek Sosial Kurangnya kesadaran masyarakat dalam gotong royong untuk memenuhi kebutuhan pribadi Kurangnya partisipasi masyarakat dalam merawat dan menjaga kebersihan fasilitas Faktor Penyebab Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara, masalah tersebut disebabkan oleh keterbatasan fasilitas yang disediakan pemerintah dan minimnya kesadaran masyarakat dalam bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan pribadi masing-masing. Selain itu, keterbatasan lainnya dapat dilihat dari faktor sumber mata air dan kondisi pemukiman yang berada di dataran tinggi. Berdasarkan pengamatan, masalah tersebut disebabkan oleh kurangnya ajakan dan himbauan aktif dari tokoh masyarakat untuk bersama-sama dalam menjaga fasilitas umum. 10

Aspek Kelembagaan Aspek Keuangan Aspek Lingkungan pemerintah khusunya pipa-pipa air sehingga beberapa pipa tersumbat. - - - - - - Permasalahan Sanitasi Masalah Aspek Teknis Beberapa jamban milik warga belum memenuhi standar karena masih banyak terdapat lubang terbuka di jambanjamban pribadi yang seharusnya tertutup. Beberapa warga masih Buang Air Besar di sungai karena merasa tidak urgent memiliki jamban dan mengandalkan pemandian umum. Aspek Sosial Kurangnya kesadaran warga dalam menjaga kebersihan sehingga masih banyak warga yang BAB disembarang tempat seperti sungai dan pekarangan rumah. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam merawat dan menjaga jamban pribadi sehingga tidak terlalu mementingkan perbaikan jamban. Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mengelola sampah organik dan anorganik sehingga banyak Faktor Penyebab Berdasarkan survey dan wawancara dengan warga sibetan, masalah tersebut disebabkan oleh tingkat perekonmian warga yang masih terbatas sehingga pendapatan warga tidak mencukupi untuk memperbaiki jamban pribadi. Sedangkan bebarapa kepala keluarga yang belum memiliki jamban beranggapan bahwa BAB hanya perlu di sungai atau pekarangan rumah karena merasa tidak urgent memilikinya. Sosialisasi antar masyarakat utuk berbagi informasi tentang kebersihan dan kesehatan masih sangat minim. Selain itu, keterbatasan pendidikan serta perekonimian menjadi kendala dalam pengelolaan sampah secara langsung. 11

Aspek Kelembagaan Aspek Keuangan Aspek Lingkungan sampah yang berserakan. Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mengelola sampah organik dan anorganik sehingga banyak sampah yang berserakan. Perekonomin warga yang terbatas menjadi kendala dalam pembanguan jamban pribadi misalnya warga yang hanya berprofesi sebagai buruh lepas dan tidak mempunyai pendapatan tetap. Air sungai yang digunakan oleh beberapa warga untuk mencuci pakaian menjadi tercemar oleh kotoran manusia dan sampah-sampah yang berada di saluran air Masalah tersebut disebabkan oleh kurangnya penyuluhan secara aktif dari dinas terkait dan dari tokoh masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sehingga warga minim informasi dalam hal demikian. Kurangnya lapangan pekerjaan tetap bagi warga yang berpendidikan rendah sehingga sulit mendapatkan pendapatan yang tetap. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga alam sehingga masih banyak sampah dan kotoran yang terdapat di saluran air jernih. Permasalahan Penataan Kawasan Permukiman Infrastruktur dasar di Desa masih mengalami kendala di beberapa sektor. Sektor yang utama adalah pada kondisi pengelolaan sampah yang masih belum ditangani dengan baik. Sampah menjadi sektor yang utama karena kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal masyarakat. Kesehatan merupakan pondasi untuk menggerakan aktivitas masyarakat sehari-hari, semakin bagus tingkat kesehatan masyarakat, maka akan membuat desa juga semakin maju dan produktif. Kurangnya fasilitas penampungan sampah (TPS) dan kurang baiknya sistem pengelolaan sampah menjadi faktor utama dalam penanganan sampah di Desa. Selain kedua masalah tersebut, kesadaran masyarakat dalam menghadapi masalah sampah merupakan poin penting dan sangat mendasar. Menjawab permasalahan tersebut, dibutuhkan koordinasi masyarakat, pemerintahan desa dan kabupaten untuk bersama-sama 12

menyelesaikan masalah sampah ini. Hal yang paling utama yang harus segera dilakukan adalah penambahan titik pengangkutan sampah di Desa atau setidaknya dibuatkan bak-bak sampah di beberapa titik yang dapat diangkut ke pusat pengangkutan oleh DKP Karangasem. Sektor lain yang juga menjadi masalah adalah beberapa akses jalan desa yang masih kurang baik untuk dilalui, sehingga transportasi masih agak sulit untuk masuk ke pelosokpelosok desa. Mengenai permasalahan ini, diharapkan adanya perbaikan jalan sehingga transportasi ke daerah pelosok desa dapat dilalui dengan baik, apalagi Desa dikenal karena perkebunan salaknya memperoleh manfaat untuk mendistribusikan hasil panen dari para petani salak. 2.3 Peluang dan Potensi Desa memiliki luas wilayah 11,25 km2 dan didominasi oleh lahan perkebunan yang hijau. Dari lahan tersbut seharusnya bisa menyediakan beberapa hektar tanah dipinggir jalan untuk dibangun tempat pembuangan sampah sementara sehingga masalah pembuangan sampah sembarangan dapat dikurangi. Selain itu, dari tanah yang luas dan mata air yang berlimpah juga dapat dibangun WC umum untuk mengatasi masalah BAB sembarangan guna mewujudkan Indonesia bersih dan sehat. Namun, jika dikaitkan dengan pembangunan dan tanah pasti berhubungan erat dengan pendanaan dan lahan. Jika masyarakat hanya mengandalkan dana dari pemerintah dan tidak mau melepaskan tanah untuk pembangunan infrastruktur, maka akan mengalami banyak kesulitan dalam pembangunan tersebut. Untuk itu diperlukan kekompakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan utama. Kekompakan tersebut bisa dimulai dari masing-masing banjar untuk membangun Desa yang bersih dan sehat. Potensi yang dimiliki oleh Desa seperti perkebunan salak dapat dimanfaatkan sebagai agrowisata oleh beberapa pihak desa guna mendukung pembangunan sanitasi desa dan pengelolaan sampah desa. Oleh karena itu dibutuhkan juga pembangunan jalan-jalan kecil dan beberapa ruang di kebun salak untuk memberi kenyamanan dan kemudahan bagi para wisatawan. Pembangunan jalan-jalan ini juga diharapkan dapat selaras dengan kebutuhan masyarakat Desa. 13