BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi perhatian individu (Moustafa, 2015). Kualitas hidup yang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan persalinan, namun lebih luas lagi yaitu menarche sampai

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam perjalanan hidupnya, wanita mengalami banyak proses

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. usia sekitar 40 tahun sampai 50 tahun (Rostiana, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

BAB I PENDAHULUAN. hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas dari itu yaitu

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkesinambungan dari lahir sampai mati. Setiap perkembangan mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan yang memasuki usia premenopause akan melonjak dari 107 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberhasilan pembangunan. Dengan meningkatnya usia harapan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Psikopatologi adalah patologi kelainan jiwa, cabang ilmu kedokteran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami masa menopause yang salah satu dampaknya adalah menurunnya. yang belum siap dalam menghadapi masa menopause.

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. seksualnya sesuai dengan keinginan dan orientasi seksual yang dimilikinya (Lis Susanti,

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN. A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan : Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk

PERUBAHAN FISIK WANITA HUBUNGANNYA DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE. Sugiyanto STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 71 mencakup kesehatan saat sebelum hamil, ketika dan sesudah melahirkan, pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi membahas proses, fungsi dan sistem reproduksi pada semua tahap kehidupan. Kesehatan reproduksi pada wanita terdiri dari kesehatan reproduksi ibu dan anak, remaja, dan usia lanjut (Kemenkes RI, 2012). Kesehatan reproduksi pada usia lanjut yaitu pada masa pramenopause, perimenopause, menopause dan pascamenopause. Menopause merupakan salah satu ruang lingkup kesehatan reproduksi pada usia lanjut. Menopause didefinisikan sebagai suatu kondisi wanita yang tidak mengalami menstruasi 1 tahun penuh (Ginzburg et al., 2011). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005 menopause didefinisikan sebagai berhentinya menstruasi secara permanen yang dihasilkan dari hilangnya aktivitas folikel ovarium. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menopause terjadi pada wanita setengah baya yang diakibatkan oleh penurunan aktivitas folikel ovarium yang menimbulkan gejala berhentinya menstruasi selama 1 tahun penuh. Wanita menopause mengalami penurunan estrogen yang menyebabkan penurunan kualitas tidur sehingga terjadi penurunan kualitas hidup (Bhattacharya 1

2 dan Jha, 2010). Kualitas hidup secara global mengacu pada keseluruhan rasa terhadap kesejahteraan dan kepuasan diri baik ada ataupun tidak adanya gejala gangguan fisik, mental dan sosial. Kualitas hidup pada wanita menopause ditentukan ketika wanita pascamenopause merasakan minat dalam hidup, merasa mampu dan puas untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari, pemeliharaan hubungan interpersonal dan seksualitas yang baik serta kondisi kesehatan secara umum (Utian, 2007). Kualitas tidur mempengaruhi kualitas hidup pada wanita menopause. Kualitas tidur terdiri dari beberapa komponen diantaranya durasi tidur, latensi tidur, intensitas tidur, penggunaan obat-obatan, dan gangguan tidur. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rostiana & Kurniati (2009) didapatkan bahwa perempuan sulit menghadapi masa menopause yang terlihat dari adanya gejala mudah letih, cemas, gelisah dan mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur menurut Hsu et al. (2009) diidentifikasi sebagai kondisi anteseden yang termasuk subkategori: mudah terbangun, sulit tidur, ada kekhawatiran, ketidaknyamanan fisik dan masalah kesehatan tubuh. Beberapa masalah pada wanita menopause dapat menyebabkan memburuknya status kesehatan fisik, kelelahan, gangguan interaksi sosial, perubahan emosional dan penurunan kinerja serta daya tahan tubuh juga akan menurun. Wanita yang mengalami gangguan tidur mengalami bangun tidur lebih awal, sulit mempertahankan tidur yang dalam dan merasa tidak nyaman atau mengalami kegelisahan.

3 Kejadian gangguan tidur pada wanita pascamenopause 3 kali lebih tinggi daripada wanita menopause (Freeman et al., 2014). Gangguan tidur yang tertinggi dan terjadi pada wanita pascamenopause yaitu mendengkur. Menurut AYRIM et al.(2014) kejadian mendengkur pada wanita pascamenopause meningkat dari 3,4% menjadi 13,2%. Menurut Chae et al. (2014) wanita menopause banyak mengalami gangguan tidur dan membutuhkan perhatian untuk mengatasi gangguan tidur sedangkan menurut Singh dan Pradhan (2014) pada wanita pascamenopause paling banyak mengalami gangguan tidur (62,7%) kemudian gangguan sendi (59,1%), hot flashes (46,4%) dan berkeringat pada malam hari (45,6%). Penatalaksanaan gangguan tidur pada wanita pascamenopause yaitu terapi obat, terapi komplementer, dukungan sosial dan latihan. Pada penelitian Mansikkamäki et al. (2012) terapi latihan seringkali digunakan oleh peneliti dalam meningkatkan kualitas tidur pada wanita menopause dan pascamenopause. Terapi latihan pada penelitian Yang et al. (2012) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan gangguan tidur pada wanita menopause. Menurut Stojanovska et al. (2014) menyebutkan bahwa latihan pada wanita menopause dapat menurunkan gangguan gejala vasomotor yang meliputi hot flushes, berkeringat di malam hari dan gangguan tidur. Bentuk latihan yang digunakan dalam penatalaksanaan gangguan tidur yaitu aerobic, latihan fisik dan yoga. Menurut Reed et al. (2014) yoga memberikan pengaruh yang signifikan pada kualitas hidup wanita menopause yang mengalami gangguan tidur. Reed et al. (2014) juga menyebutkan bahwa pada wanita

4 menopause yang mengalami gejala vasomotor salah satunya yaitu gangguan tidur. Yoga dapat menurunkan gangguan tidur sebesar 40,5% sedangkan aerobic hanya sebesar 12,9%. Menurut Booth-LaForce et al. (2007) yoga merupakan suatu penatalaksanaan yang memberikan pengaruh terhadap wanita menopause dengan masalah hot flushes, gangguan tidur, gangguan efisiensi tidur dan kualitas tidur. Yoga merupakan latihan yang menggabungkan pikiran, tubuh, dan jiwa, bentuk fisik, latihan pernapasan dan meditasi untuk menenangkan pikiran, meningkatkan kesadaran serta meningkatkan kesehatan mental dan fisik (Sindhu, 2013). Yoga berpengaruh untuk meningkatkan kualitas hidup wanita yang menopause. Yoga menurut penelitian yang dilakukan oleh Sharma (2014) merupakan terapi modalitas yang dapat dijadikan alternatif pilihan bagi tenaga kesehatan dalam mengatasi stres dan gangguan tidur pada wanita menopause. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Unit Budi Luhur pada tanggal 27 Januari 2015 di Kasongan Bantul dan pada tanggal 4 Februari 2015 di Unit Abiyoso Pakem Sleman, didapatkan data bahwa jumlah penghuni panti di Unit Budi Luhur adalah 88 klien yang terdiri dari 57 orang perempuan dan 31 orang laki-laki dengan rata-rata usia di atas 60 tahun, sedangkan di Unit Abiyoso berjumlah 126 orang 86 orang wanita dan 40 orang laki-laki dengan rata-rata usia di atas 70 tahun. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas kesehatan di PSTW, di unit Budi Luhur rata rata klien dalam kondisi sejahtera sedangkan di Unit Abiyoso banyak memerlukan bantuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

5 Klien yang tinggal di PSTW Unit Budi Luhur dan Abiyoso dilakukan wawancara dan skrening awal tentang kualitas tidur wanita pascamenopause, didapatkan hasil bahwa rata-rata kualitas tidur pada wanita pascamenopause dalam kategori sedang dan buruk. Penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Khasanah dan Hidayati (2012) menyatakan bahwa seseorang yang tinggal di PSTW lebih sering mengalami gangguan tidur, dimana dari 97 responden yang diteliti 68 (70,1%) diantaranya mengalami gangguan tidur. Selain itu, menurut Sun et al. (2014) kualitas tidur pada wanita pascamenopause lebih buruk dibandingkan pada wanita pramenopause dan perimenopause. Rata-rata skor penilaian kualitas tidur pada wanita pascamenopause yaitu kualitas tidur subyektif 1,22, latensi tidur 1,06, durasi tidur 1,28, efisiensi kebiasaan tidur 1,33, gangguan tidur 1,12, kebutuhan akan obat 0,09, dan disfungsi kegiatan sehari hari sebesar 1,34. Nilai tersebut pada wanita pascamenopause lebih tinggi daripada nilai rata2 skor pada wanita pramenopause dan perimenopause. Tindakan yang sering dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur pada wanita pascamenopause di PSTW Dinas Sosial DIY adalah menggunakan obatobatan sedangkan intervensi keperawatan masih jarang diaplikasikan. Selain itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Majid et al. (2014) menyatakan bahwa penelitian kualitas tidur pada klien yang tinggal di panti memiliki karakteristik yang seragam, aktivitas yang cenderung sama, dan pola diet yang sama. Wanita pascamenopause dilaporkan sebesar 25% menderita masalah tidur dan 15% mengalami gangguan tidur yang berat (Polo-Kantola, 2011). Dari survey

6 pada 1000 orang, 90% mengalami kelelahan akibat dari kualitas tidur yang buruk, dan 80% mengalami insomnia. Ketika wanita pascamenopause mengalami kualitas tidur yang buruk maka yang dirasakan adalah kelelahan saat bangun pada pagi hari, gangguan mood, meningkatnya gangguan vasomotor, gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan terjadinya depresi. Saat ini penatalaksanaan masalah tidur pada wanita pascamenopause hanya terapi hormon, masih sedikit tenaga kesehatan ataupun wanita pascamenopause yang menggunakan terapi komplementer ataupun terapi alternatif untuk mengatasi akibat dari kualitas tidur yang buruk. Dari permasalahan dan alasan ini menjadi penting untuk meneliti pengaruh senam yoga sebagai terapi alternatif sebagai upaya terapi latihan untuk meningkatkan kualitas tidur wanita pascamenopause di PSTW. B. Rumusan Masalah Kejadian gangguan tidur pada wanita yang mengalami pascamenopause meningkat. Berbagai studi yang berbasiskan populasi telah dilakukan untuk mengidentifikasi penatalaksanaan yang tepat untuk wanita pascamenopause yang mengalami gangguan tidur. Penelitian yang meneliti tentang penatalaksanaan gangguan tidur yang dilakukan oleh perawat masih sedikit padahal penatalaksanaan yang tepat untuk wanita pascamenopause sangat penting. Dengan demikian, permasalahan penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh senam yoga terhadap kualitas tidur pada wanita pascamenopause di PSTW Dinas Sosial DIY?

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi senam yoga untuk meningkatkan kualitas tidur pada wanita pascamenopause. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi kualitas tidur wanita pascamenopause sebelum dilakukan intervensi senam yoga b. Mengidentifikasi kualitas tidur wanita pascamenopause setelah dilakukan intervensi senam yoga D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup wanita menopause dengan gangguan tidur dan gejala menopause yang lain. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam studi selanjutnya dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat, khususnya permasalahan pada wanita pascamenopause dengan

8 gangguan tidur. Disamping itu diharapkan dapat memberikan manfaat untuk PSTW Dinas Sosial DIY a. Sebagai masukan bagi petugas pelayanan kesehatan khususnya perawat yang bertugas di PSTW dapat memberikan asuhan keperawatan dengan terapi komplementer untuk meningkatkan kesehatan wanita pascamenopause b. Sebagai acuan bagi petugas PSTW tentang kualitas tidur wanita pascamenopause c. Sebagai masukan alternatif terapi dalam memberikan latihan fisik kepada wanita pascamenopause E. Keaslian Penelitian Penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan ada beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian penulis, diantaranya dapat dilihat pada tabel

8 Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Metode Subyek Hasil Persamaan Perbedaan 1 Booth-LaForce et al. (2007) Pilot study: Hatha yoga sebagai penatalaksanaan gejala menopause Prospective within-group pilot study Wanita dengan status perimenopausal dan postmenopausal Sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Hatha yoga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gejala menopause. Intervensi yang dilakukan Desain penelitian, sampel, lokasi, dan variabel yang diukur 2 Timur dan Sahin (2009) Pengaruh gangguan tidur terhadap kualitas hidup wanita menopausal di Turki: Penelitian berbasis populasi Studi cross sectional Wanita menopause yang tinggal di masyarakat Prevalensi wanita menopause dengan gangguan tidur sebesar 54%, risiko gangguan tidur adalah 2,4 kali lebih tinggi pada wanita perimenopause, dan kualitas hidup wanita dengan gangguan tidur menurun pada wanita menopause. Penelitian ini sama sama menginvestigas i gangguan tidur yang terjadi pada wanita menopause Desain penelitian, sampel, dan status menopause 3 Mansikkamaki et al. (2012) Kualitas tidur dan latihan aerobic pada wanita menopause: RCT Desain penelitian adalah Randomized Controlled Trial Wanita dengan usia 40-63 tahun Kualitas tidur meningkat signifikan pada grup yang diberikan intervensi dibandingkan grup kontrol. Variabel yang diteliti yaitu kualitas tidur Desain penelitian, intervensi penelitian, sampel, dan lokasi penelitian

9 Tabel 1. Lanjutan No Peneliti Judul Metode Subyek Hasil Persamaan Perbedaan 4 Sun et al. (2014) Gangguan tidur dan hubungannya dengan wanita menopause di Shanghai Cross sectional descriptive Wanita menopause yang memeriksakan dirinya secara rutin di Rumah Sakit Shanghai Tjio Tong University Prevalensi gangguan tidur pada wanita menopause 33,2%. Prevalensi meningkat pada wanita menopause hingga ke postmenopausal (40,9%). Topik tentang gangguan tidur dan status menopause Desain penelitian, lokasi, sampel, dan penatalaksanaan pada wanita menopause dengan gangguan tidur 5 Patel et al. (2014) Pengaruh yoga terhadap insomnia pada wanita pascamenopause di daerah pedesaan Vadodara Preexperimental design Wanita dengan status postmenopausal yang terdiri dari 30 orang dan tinggal di daerah pedesaan Vadodara Pada hasil pre-test level insomnia adalah 55,83% sedangkan pada post-test level insomnia sebesar 35,28%. Dengan dilakukannya terapi yoga secara signifikan menurunkan tingkat insomnia pada wanita yang tinggal di pedesaan Desain, intervensi senam yoga dan sampel penelitian yaitu wanita postmenopaus Patel et al. (2014) meneliti tentang pengaruh yoga pada insomnia sedangkan peneliti akan meneliti pengaruh yoga pada gangguan tidur

10 Tabel 1. Lanjutan No Peneliti Judul Metode Subyek Hasil Persamaan Perbedaan 6. Elmiyana, D.P (2011) Kualitas tidur pada wanita menopause di Pedukuhan Tegallayang Kelurahan Catur Harjo Pandak Bantul Cross sectional Wanita menopause dari pra menopause, perimenopause, pascamenopause Terdapat perbedaan gejala kualitas tidur pada gejala domain psikologi, somatik, dan urogenital. Dengan nilai signifikansi p:0,000 Topik penelitian tentang kualitas tidur pada wanita menopause Desain penelitian, tempat penelitian, dan sampel penelitian yang memfokuskan pada wanita pascamenopause