BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN

METODA KONTRUKSI PENUNJANG DAN PERHITUNGAN HIDROLIS BENDUNG KARET (RUBBER DUM) DI SUNGAI CISANGKUY PROVINSI BANTEN

Perencanaan teknis bendung pengendali dasar sungai

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENGENDALIAN SEDIMEN SUNGAI SERAYU DI KABUPATEN WONOSOBO

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi pada Proyek Detail Desain Bendung D.I.

BAB V PERENCANAAN SABO DAM DAN BENDUNG

BAB V STABILITAS BENDUNG

PRESENTASI PROPOSAL TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN (BPS) DI HULU WADUK GAJAH MUNGKUR SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOSOBO

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB VIII PERENCANAAN PONDASI SUMURAN

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

PERENCANAAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN (BPS) DI HULU WADUK MRICA SUNGAI SERAYU KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN METODE PELAKSANAAN DINDING PENAHAN PADA SUNGAI PENAMBANGAN DI KECAMATAN PAJARAKAN KABUPATEN PROBOLINGGO.

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

PERENCANAAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN KEDUNG MUTER DI HULU WADUK KEDUNG OMBO SUNGAI BRAHOLO KABUPATEN BOYOLALI

4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4.

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI BENDUNG. dapat memutar turbin generator. Dari pernyataan diatas maka didapat : - Panjang Sungai (L) = 12.

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

PERANCANGAN JALAN LINGKAR DALAM TIMUR KOTA SURAKARTA

BAB 1 KATA PENGANTAR

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. disampaikan dalam sub bab ini. Perhitungan dan analisa Retaining Wall adalah

STUDI PERENCANAAN BENTUK BENDUNGAN BETON SEDERHANA YANG PALING EFISIEN

PERENCANAAN BENDUNG TETAP DI DESA NGETOS KECAMATAN NGETOS KABUPATEN NGANJUK

Dinding Penahan Tanah

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB V PERENCANAAN KONTRUKSI BENDUNG. Elevasi mercu bendung untuk perencanaan bangunan bendung Cimandiri

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

BAB V PERENCANAAN KONSTRUKSI BENDUNG. Elevasi mercu bendung untuk perencanaan bangunan bendung cikopo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

PENGGUNAAN CHECK DAM DALAM USAHA MENANGGULANGI EROSI ALUR

PENANGANAN EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB-DAS CACABAN DENGAN BANGUNAN CHECK DAM

BAB VI USULAN ALTERNATIF

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

BAB VI EVALUASI BENDUNG KALI KEBO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DESAIN SABO DAM DI PA-C4 KALI PABELAN MERAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN HIDROLIS PELIMPAH SAMPING DAM SAMPEAN LAMA SITUBONDO LAPORAN PROYEK AKHIR

BAB V RENCANA PENANGANAN

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE VLUGHTER DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

ANALISIS DAN PERENCANAAN PENGAMAN DASAR SUNGAI DIHILIR BENDUNG CIPAMINGKIS JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar teori yang melandasi setiap

4 BAB VIII STABILITAS LERENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN OPERASI DAN KONSERVASI WADUK MRICA (JEND. SOEDIRMAN) BANJARNEGARA

Pengamanan bangunan sabo dari gerusan lokal

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

DESAIN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN (SABO) PADA SUNGAI RAPAK DALAM SAMARINDA SEBERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bangunan ini dapat digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( )

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

BAB III METODE ANALISIS

PERENCANAAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN WADUK SELOREJO KABUPATEN MALANG

BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

Studi Pengendalian Banjir Sungai Kalidawir Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

Tinjauan Perencanaan Bandung Seloromo Pada Anak Sungai Kanatan Dengan Tipe Ogee

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

Transkripsi:

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN 5.1 Tinjauan Umum Sistem infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau strukturstruktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya suatu sistem (dalam hal ini sistem tatanan kehidupan sosial dan ekonomi) masyarakat (Collins, 1988). Definisi teknik juga memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem infrastruktur dan mengatakan bahwa infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang terpenting. Salah satu tantangan utama dalam perencanaan sistem infrastruktur adalah mempertimbangkan bagaimana semua memberikan pengaruh pada lainnya, keterikatan satu sama lain dan dampak-dampaknya (Grigg, 1988). Perencanaan infrastruktur merupakan proses dengan kompleksitas besar interdisiplin dan multisektoral. Harus diingat bahwa perancangan terlalu global akan tidak terlalu efektif, di sisi lain bila terlalu spesifik dan hanya tertuju pada misi single purpose, hal ini juga tidak bisa sukses karena perancangnya akan menjadi korban dari kekuatan politik oposisi-opsisi (Grigg, 1988). Yang (mungkin) paling benar adalah perancangan yang pendekatan masalahnya pada tingkat yang tepat (appropriate level) dari perhatian global dengan pertimbangan matang pada dampak-dampak dan efek-efek eksternal, namun masih berkonsentrasi secara spesifik pada persoalan utama yang dimaksud. Satu ungkapan (chorus) yang sering didengar oleh para perancang adalah salah satu ungkapan dari manajer-manajer pelaksana yang mengatakan enough of studying, let s get some action (Kodoatie dan Sugianto, 2002). Wilson dan Marjuki (1993) menyarankan supaya para perancang rekayasa harus mendekati masalah desain struktur hidrolika dari 80

pertimbangan kerusakan, yang akan menjamin jika kegagalan struktur terjadi dan atau jika mungkin melebihi spesifikasi desain tanpa menimbulkan kegagalan struktural. Tidak cukup bila tanpa menimbulkan kegagalan struktural. Tidak cukup bila kita hanya mempertimbangkan periode ulang saja; apa yang diperlukan adalah suatu kesadaran mengenai resiko ditemuinya kondisi-kondisi tertentu selama periode waktu tertentu, dan konsekuensikonsekuensinya dari aliran desain yang dilampaui, termasuk bahaya kehidupan dan ekonomi, lingkungan, dan pengaruh sosial dari kegagalan strukturnya. Maka hanya suatu pembenaran yang wajar sajalah yang dapat dibuat seperti misalnya apakah sudah cukup atau belum usaha yang telah dilakukan dalam : a. Identifikasi kejadian atau serangkaian kejadian yang dapat menuju kegagalan, dan penentuan probabilitas terjadinya. b. Identifikasi hal-hal spesifik pada struktur yang dapat memulai kegagalan sebagian (misalnya gagalnya pintu air beroperasi atau dioperasikan, hilangnya tenaga, dan lain-lain) dan perkiraan probabilitasnya. c. Kemungkinan kombinasi kejadian kejadian pada a dan b. d. Konsekuensi-konsekuensinya, meliputi perkiraan biaya ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk masing-masing kombinasi pada c. Ketika dalam melakukan studi-studi ini akan tergantung pada sifat struktur yang bersangkutan. Yang paling jelas resikonya adalah bendungan, tetapi saluran terbuka dan bangunan pengendalinya, tanggul sungai dan bangunan penahan gelombang laut merupakan struktur hidrolik yang juga memerlukan analisa resiko. Akhirnya harus ada pertimbangan teknis tentang tingkat resiko yang diterima. Pertimbangan ini dapat dilakukan dengan baik dengan menggunakan kuantifikasi apapun tentang resiko yang dapat terjadi, dan kepada pemilik atau pihak yang berkepentingan haruslah selalu dijelaskan tentang dasar disarankannya tentang suatu tingkat pemasangan (Wilson dan Marjuki, 1993). 81

5.2 Perencanaan Peluap Gambar 5-1 Peluap Main Dam 5.2.1 Tinggi Air Di Atas Peluap Rumus : 23 2 (2-61) = debit rencana (m 3 /detik) = koefisien debit (0,6 0,66) = percepatan gravitasi (9,81 m/detik 2 ) = lebar peluap bagian bawah (m) = lebar muka air di atas peluap (m) = tinggi muka air di atas peluap (m) = kemiringan tepi peluap Jika 0,5 dan 0,6, maka rumus di atas menjadi : 0,71 1,77 (2-62) Diketahui : = 1681,464 m 3 /detik (Metode Weduwen) = 0,5 = 0,6 = 40,00 m = 9,81 m/detik 2 Sehingga didapat persamaan : 82

1681,464 0,71 1,7740 1681,464 0,71 70,8 Dengan cara trial error, didapat nilai 7,855 m dengan 1681,443 m 3 /detik 1681,464 m 3 /detik. 2 40 2 0,5 9 9,5925 47,855 m 5.2.2 Kecepatan Aliran di Atas Mercu Rumus (Salamun, 2006) : (2-63) (2-64) (2-65) (2-66) (2-67) (2-68) (2-69) = tinggi muka air di atas peluap + tinggi kecepatan (m) = tinggi kecepatan (m) = kedalaman air di atas mercu (m) (2-70) = luas penampang basah pada ketinggian air setinggi check dam (m) = luas penampang basah pada air di atas check dam (m) = kecepatan aliran di atas mercu (m/detik) 40 47,855 7,855 345,05 m2,, 4,873 m/detik 83

, 1,21 m, 7,855 1,21 9,065 m 9,065 6,0433 m 40 0,5 6,0433 6,0433 259,993 m2,,,, 6,4673 m/detik 5,67m/detik 5.2.3 Tinggi Jagaan (Free Board) Besarnya tinggi jagaan ditetapkan berdasarkan debit rencana yang bernilai 1681,464 m 3 /detik. Dengan melihat tabel 2-16, untuk 500 2000 tinggi jagaan adalah sebesar 1,0 m. 5.3 Perencanaan Main Dam Gambar 5-2 Dimensi Main Dam 5.3.1 Tinggi Main Dam Tinggi main dam ditentukan sebesar 5 m. 5.3.2 Lebar Mercu Peluap Berdasarkan tabel 2-19, lebar mercu peluap ( ) ditentukan sebesar 3 meter dengan kriteria material berupa batu batu besar dan kriteria hidrologis dengan debris flow kecil sampai dengan debris flow besar. 84

5.3.3 Penampang Main Dam Untuk 15 m, kemiringan badan main dam di hulu 1 : m digunakan rumus (Sabo Engineering, 1990) : 1 2 4 2 1 3 4 3 0 (2-83) (2-84) (2-85) (2-86) = berat volume bahan (t/m 3 ) = berat volume air dengan kandungan sedimen (1,2 t/m 3 ) Kemiringan badan dam bagian hilir ditetapkan 1 0,2. 7,855 m 5 m 3 m 2,2 t/m 3 1,2 t/m 3, 1,571 0,6, 1,833, 1 1,571 20,2 0,6 0,241,571 1,833 2 1,571 1 3 1,571 1,571 0,640,20,6 3 0,2 0,6 0,6 0,2 0 2,571 6,3654 3,0003 0 m dicari dengan menggunakan rumus abc :,,,,,,, 85

,,,, 2,881 dan 0,405 Diambil 0,44 5.3.4 Tinjauan Terhadap Gaya-gaya yang Bekerja Tinggi main dam () adalah 5 meter 15 meter. Berdasarkan tabel 2-17, tidak ada gaya yang ditinjau untuk keadaan normal. Sedangkan untuk keadaan banjir, gaya gaya yang ditinjau adalah : a. Berat Sendiri Gambar 5-3 Gaya Berat Sendiri Main Dam Rumus (Sabo Engineering, 1990) : (2-71) = berat sendiri per meter = berat volume bahan (pasangan batu 2,2 t/m 3 ) = volume per meter 2,20,515 5,5 t/m 2,23 5 33 t/m 2,20,5 2,2 5 12,1 t/m 86

b. Tekanan Air Statik Gambar 5-4 Gaya Tekan Air Statik Pada Main Dam Rumus (Sabo Engineering, 1990) : (2-72) = tekanan air statik horisontal pada titik sedalam (t/m 2 ) = berat volume air (1 t/m 3 ) = kedalaman air (m) Pada saat muka air banjir, Tekanan air horizontal adalah :,, 3,5 33,6175 t/m Titik tangkap terhadap O : 7,855,,,,,, 3,144 m,, Tekanan air vertikal adalah : 1,, 3,57,855 5,2 45,851 t/m Titik tangkap terhadap O : 7,855,,,,,,,,,,,, 3,798 m 87

c. Perhitungan Stabilitas Resultan () gaya-gaya harus berada pada inti Rumus : (2-87) (2-88) Syarat : (2-89) (2-90) Momen akibat berat sendiri 0,667 2,5 4,733 5,5 0,667 33 2,5 12,1 4,733 143,43783 tm/m Momen akibat tekanan air 3,798 3,144 45,851 3,798 33,6175 3,144 68,4486 tm/m 143,4378 68,4486 211,8864 tm/m = gaya vertikal (ton) 5,5 33 12,1 45,851 96,451 t/m,, 2,197 m Syarat 132,26,2 m 6,2 2,197 6,2 2,066 2,197 4,13 (memenuhi), 2,197 0,903 m 88

Syarat 0,903 6,2 0,903 1,033 (memenuhi) Gambar 5-5 Resultan Gaya Pada Main Dam Stabilitas terhadap geser Rumus (Sabo Engineering, 1990) : = faktor keamanan > 1,2 = gaya vertikal (ton) = gaya horisontal (ton) = sudut geser dalam tanah dasar = kohesi tanah (t/m 2 ) = panjang bidang geser (m),, 30 33,6175 t/m 0,08 kg/cm 2 0,8 t/m 2 (2-91),,,, 1,804 1,2 (aman) Stabilitas terhadap guling Rumus (Sabo Engineering, 1990) : (2-92) 89

= faktor keamanan > 1,2 = jumlah momen gaya vertikal terhadap O (tm) = jumlah momen gaya horisontal terhadap O (tm),, 3,005 1,2 (aman),,,,, Tegangan pada dasar pondasi Rumus (Sabo Engineering, 1990) : 1 (2-93) = total gaya vertikal (ton) = panjang bidang geser (m) = tegangan maksimum/minimum pada dasar pondasi (t/m 2 ) = jarak dari titik tengah sampai R dalam meter,, 1, 15,55671 0,874, 15,5567 1,874 29,153 t/m 2 15,5567 0,126 1,96 t/m 2 Daya dukung batas untuk tipe pondasi menerus Rumus (Das, 1995) : 0,5 (2-94) Dimana : = 0,08 kg/cm 2 = 0,8 t/m 2 = 1,69 t/m 3 = 1,5 m = 6,2 m 30 90

Faktor daya dukung, diambil dari gambar 2-13 Grafik Faktor Daya Dukung Menurut Terzaghi : = 19 = 8,5 = 5,5 0,8 19 1,69 1,5 8,5 0,5 1,69 6,2 5,5 65, 562 t/m 2 > 29,153 t/m 2 5.4 Perencanaan Pondasi 5.4.1 Kedalaman Pondasi Rumus (Salamun, 2006) : (2-95) = kedalaman pondasi (m) = tinggi efektif main dam (m) = tinggi muka air di atas peluap (m) 5 7,855 4,285 m Karena tanah dasar sungai merupakan lapisan tanah keras, maka main dam tidak menggunakan pondasi tetapi strukturnya menyatu dengan lantai terjun (panjang lantai terjun overlap terhadap dasar main dam). 5.4.2 Penetrasi Pondasi Pada dasar dam berupa batuan dan tanah keras, maka dasar dam pengendali sedimen ditempatkan 1,5 m dari permukaan batuan di hulu main dam. 91

5.5 Perencanaan Sayap 5.5.1 Kemiringan Sayap Agar tidak ada limpasan pada sayap, maka ke arah tebing sayap dibuat lebih tinggi dengan kemiringan 1/ > kemiringan dasar sungai. Nilai N ditentukan sebesar 200, sehingga kemiringannya sebesar 0,005 0,004448 (kemiringan dasar sungai). 5.5.2 Lebar Sayap Lebar sayap diambil sama dengan lebar mercu yaitu sebesar 3 m. Di bagian hulu sayap diberi tembok pelindung berbentuk fillet. 5.5.3 Penetrasi Sayap Sayap harus masuk cukup dalam ke tebing karena tanah pada bagian tebing mudah tergerus oleh aliran air. Kedalaman sayap direncanakan 2 m ke arah dalam tebing. 5.6 Perencanaan Sub Dam dan Lantai 5.6.1 Letak Sub Dam dari Main Dam Untuk main dam tidak begitu tinggi (H = 5 meter < 15 meter), rumus yang dipakai (Salamun, 2006) : 1,5 2,0 (2-96) = jarak antara main dam sub dam (m) = tinggi dari muka lantai sampai mercu main dam (m) = tinggi muka air di atas peluap (m) 5 m 7,855 m 2 257,855 19,2855 m Diambil L = 22 m 92

5.6.2 Penampang Sub Dam a. Lebar mercu sub dam sama dengan lebar mercu main dam. 3 m b. Kemiringan badan sub dam di bagian hilir ditetapkan sama dengan main dam yaitu 1: 0,2. 5.6.3 Tinggi Sub Dam Untuk sub dam tidak begitu tinggi, rumus yang dipakai : (2-104) = tinggi sub dam (m) = tinggi overlapping (m) yang dibatasi oleh rumus : (2-105) = kedalaman penetrasi (m) = tinggi main dam (m) 5 5 1,25 1,667 1,5 m 1,5 m 1,5 1,5 3 m 5.6.4 Tebal Lantai/Apron Lantai direncanakan dengan kolam olak, sehingga rumus yang dipakai (Salamun, 2006) : 0,10,6 3 1 (2-109) Dimana : = tebal lantai (m) = tinggi dari muka lantai batuan dasarsampai mercu main dam (m) = tinggi muka air di atas peluap (m) t0,10,6 5 3 7,855 1 2,5565 m 93

Diambil t = 3,1 m 5.6.5 Tinggi Muka Air di Atas Peluap 1681,464 m 3 /detik 0,6 0,5 9,81 m/detik 2 35 m Gambar 5-6 Dimensi Sub Dam 0,71 1,77 (2-62) 1681,464 0,71 1,7735 1681,464 0,71 61,95 Dari hasil trial and error, didapat nilai 8,4895 m dengan 1681,468 m 3 /detik 1681,464 m 3 /detik. 2 35 2 0,5 8,4895 43,4895 m 5.6.6 Kemiringan Badan Sub Dam Kemiringan Badan Hilir ditentukan kemiringan badan hulu :, 2,83 1,, 1,833 1 : 0,2. Sedangkan 94

1 2,83 20,2 1 0,242,83 1,833 2 2,83 1 3 2,83 2,83 14 0,21 1,8333 0,211 0,2 0 3,83 10,6906 1,39 0 m dicari dengan menggunakan rumus abc,,, 2,916 0,124 0,17 Diambil 0,17,,,,, 5.6.7 Tinjauan Terhadap Gaya Gaya yang Bekerja Tinggi sub dam (H) = 3 meter < 15 meter. Berdasarkan tabel 2-17, tidak ada gaya yang ditinjau untuk keadaan normal sedang untuk keadaan banjir gaya gaya yang ditinjau adalah : a. Berat sendiri Gambar 5-7 Gaya Akibat Berat Sendiri Pada Sub Dam 2,20,5 0,6 3 1,98 t/m 2,23 3 19,8 t/m 2,20,50,51 3 1,683 t/m b. Tekanan Air Statik 95

Gambar 5-8 Gaya Tekan Air Statik Pada Sub Dam Pada saat muka air banjir Tekanan air horizontal adalah :,, 1,5 13,859 t/m Titik tangkap terhadap O : 8,48951,5,,1,51,5 2,23 m,, Tekanan air statik vertikal adalah : γ A 18,4895 3,51 0,510,255 1,5 30,372 t/m Titik tangkap terhadap O : 8,4895,,,,1,5,,1,5,,,, 2,3815 m 2 c. Perhitungan stabilitas Resultan (R) gaya-gaya harus berada pada inti Momen akibat berat sendiri 0,4 2,1 3,77 1,98 0,4 19,8 2,1 1,683 3,77 48,717 tm/m Momen akibat tekanan air 2,3815 2,23 96

30,372 2,3815 13,859 2,23 41,4253 tm/m 48,717 41,4253 90,1423 tm/m 1,98 19,8 1,683 30,372 53,835 t/m,, 1,674 m Syarat, 4,11 m 4,11 1,674 4,11 1,37 1,674 2,74 (memenuhi), 1,674 0,381 m Syarat, 0,381 4,11 0,381 0,685 (memenuhi) Gambar 5-9 Resultan Gaya Pada Sub Dam Stabilitas terhadap geser Rumus (Sabo Engineering, 1990) : (2-91) 97

= faktor keamanan > 1,2 = gaya vertikal (ton) = gaya horisontal (ton) = sudut geser dalam tanah dasar = kohesi tanah (t/m 2 ) = panjang bidang geser (m),, 30 13,859 t/m 0,08 kg/cm 2 0,8 t/m 2,,,, Stabilitas terhadap guling Rumus (Sabo Engineering, 1990) : 2,479 1,2 (aman) (2-92) = faktor keamanan > 1,2 = jumlah momen gaya vertikal terhadap O (tm) = jumlah momen gaya horisontal terhadap O (tm),,,,, 3,917 1,2 (aman),, Tegangan pada dasar pondasi Rumus (Sabo Engineering, 1990) : 1 (2-93) = total gaya vertikal (ton) = panjang bidang geser (m) = tegangan maksimum/minimum pada dasar pondasi (t/m2) = jarak dari titik tengah sampai R dalam meter 98

,, 1, 13,09851 0,556, 13,0985 1,556 20,3812 t/m 2 13,0985 0,444 5,816 t/m 2 Daya dukung batas untuk tipe pondasi menerus Rumus (Das, 1995) : 0,5 (2-94) Dimana : = 0,08 kg/cm 2 = 0,8 t/m 2 = 1,69 t/m 3 = 1,5 m = 4,11 m 30 Faktor daya dukung, diambil dari gambar 2-13 Grafik Faktor Daya Dukung Menurut Terzaghi : = 19 = 85 = 5,5 Sehingga, daya dukung batas untuk pondasi menerus : 0,8 19 1,69 1,5 8,5 0,5 1,69 4,11 5,5 55,849 t/m 2 > 20,3812 t/m 2 5.7 Perencanaan Bangunan Pelengkap Berupa konstruksi tembok tepi, dengan ketentuan sebagai berikut : elevasi pondasi tembok tepi direncanakan sama dengan elevasi lantai terjun, tetapi harus terletak di luar titik jauh dari main dam. Direncanakan sejauh 6 meter dari main dam. Kemiringan standar V : H = 1 : 0,5 Ketinggian tembok tepi direncanakan sama dengan ketinggian sayap sub dam. 99

5.8 Selimut Beton Selimut beton berfungsi untuk melapisi struktur main dam, lantai terjun dan sub dam dari gerusan material sedimen yang terbawa oleh air sungai agar bangunan tetap kokoh sesuai umur rencananya (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985). Selimut beton direncanakan mutu K225 dengan tebal 30 cm. Tulangan rangkap berdiameter 12 mm dengan jarak 20 cm arah vertikal dan horisontal. Tulangan pada selimut beton dam berfungsi untuk mengikat beton dan bukan berfungsi struktural (menahan beban). 100