BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

ANALISA PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN CAST IN SITU DENGAN PRACETAK TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK DIAN REGENCY APARTEMEN

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI SNI PRACETAK

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP, KOLOM, BALOK & PLAT LANTAI PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG RSUD BUDHI ASIH. Yusti prabowo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

PRODUK PT BETON ELEMENINDO PERKASA

sedangkan harga upah yang diperhitungkan merupakan upah borongan.

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri

1.1. JUDUL TUGAS AKHIR

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB III LANDASAN TEORI. akhir didalam struktur. Beton pracetak (precast) diproduksi secara masal dan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB III DATA TEKNIS BETON PRACETAK PAESA-PSA SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ),

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangunan gedung biasanya dibangun dengan metode konvensional dimana

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

STANDAR LATIHAN KERJA

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

KRITERIA DESAIN GEDUNG PRACETAK

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

Revisi SNI T C. Daftar isi

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS CORE WALL

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK...

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

EBOOK PROPERTI POPULER

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

LAMPIRAN A STANDAR HARGA SATUAN. Penetapan Indeks Harga Satuan Pekerjaan Beton Pracetak

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN METODE BOW, SNI, DAN LAPANGAN (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal Perum Bugel, Jepara)

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR

BAB III METODOLOGI. LAPORAN TUGAS AKHIR III 1 Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Badan Pusat Statistik

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG


Lampiran A...15 Bibliografi...16

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan) dan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan perencanaan diperlukan pengendalian. Sebelum pembahasan lebih lanjut maka pengertian dari ketiga kegiatan pokok itu diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut. 1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997). Secara garis besar, perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan, anggaran dan mutu. Pengertian di atas menekankan bahwa perencanaan merupakan suatu proses, ini berarti perencanaan tersebut mengalami tahap-tahap pengerjaan tertentu Tahap-tahap pekerjaan itu yang disebut proses. Dalam menyusun suatu perencanaan yang lengkap minimal meliputi :

a. Menentukan tujuan. Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari kegiatan yang akan dilakukan. b. Menentukan sasaran. Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan yang lelah ditetapkan sebelumnya c. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan. Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan kajian terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai d. Memilih alternatif. Selalu tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu kegiatan yang hendak dilakukan memerlukan kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar alternatif yang dipilih tidak merugikan kelak. e. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan. 7

Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian proses yang dilakukan sesuai urutannya. Dari proses tersebut perencanaan disusun dan selanjutnya dilakukan penjadwalan. 2. Penjadwalan Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis (Callahan, 1992). Penjadwalan meliputi tenaga kerja, material, peralatan, keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa macam kerugian dapat dihindarkan seperti keterlambatan, pembengkakan biaya, dan perselisihan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penjadwalan antara lain : a. Bagi pemilik : Mengetahui waktu mulai dan selesainya proyek. Merencanakan aliran kas. Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya proyek. b. Bagi kontraktor: Memprediksi kapan suatu kegiatan yang spesifik dimulai dan diakhiri. 8

Merencanakan kebutuhan material, peralalan, dan tenaga kerja. Mengatur waktu keterlibatan sub-kontraktor. Menghindari konflik antara sub-kontraktor dan pekerja. Merencanakan aliran kas Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya proyek. 3. Pengendalian R.J. Mockler, 1972, dalam Imam Soeharto (1997) memberikan pengertian tentang pengendalian. Menurutnya, pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Maka proses pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan sasaran. b. Definisi lingkup kerja. c. Menentukan standar dan kriteria sebagai patokan dalam rangka mencapai sasaran. d. Merancang/menyusun sistem informasi, pemantauan, dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan. 9

e. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standar, kriteria, dan sasaran yang telah ditentukan. f. Mengadakan tindakan pembetulan. Fungsi utama pengendalian adalah memantau dan mengkaji (bila perlu mengadakan koreksi) agar langkah-langkah kegiatan terbimbing ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian memantau apakah hasil kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan patokan yang telah digariskan dan memastikan penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien. 4. Metode Pengendalian Biaya dan Waktu Penyimpangan terhadap perencanaan sering terjadi, baik terhadap biaya maupun waktu untuk mengetahui terjadinya penyimpangan secara dini daput dipergunakan metode varian dan metode earned value alau metode nilai hasil. Melode-metode ini dipakai untuk pengendalian terhadap biaya dan waktu. a. Metode Varian Pengendalian biaya proyek dengan melakukan identifikasi varian pada data pengeluaran biaya pelaksanaan terhadap biaya rencana secara periodik atau dalam kurun waktu tertentu. 10

b. Metode Nilai Hasil {earned value} Dalam metode ini memakai dasar-dasar asumsi tertentu agar dapat dikembangkan untuk membuat perkiraan atau proyeksi keadaan masa depan proyek. Metode ini digunakan untuk : 2.2. Pengertian Umum Sistem Pracetak Sistem pracetak adalah metode pelaksanaan struktur yang dalam pelaksanaannya tidak melakukan pengecoran ditempat struktur dibangun tetapi dilakukan di tempat tertentu di lantai dasar. Komponen komponen pembentuk struktur seperti kolom, balok, pelat dicetak / diproduksi terlebih dahulu di tempat khusus lalu disusun dan disatukan di lapangan. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pengerjaan beton pracetak adalah : Metode pelaksanaan Tahap pembuatan Penyimpanan Transportasi Pemasangan Konstruksi beton pracetak dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu komponen bangunan pracetak dan sistem bangunan pracetak. Komponen bangunan pracetak yang pertama dikenal di Indonesia adalah tiang pancang beton. Seiring dengan meningkatnya pembangunan di Indonesia pada tahun 1980-an, produk komponen menjadi semakin bervariasi seperti gelagar jembatan, pelat lantai, turap, dll. 11

2.3. Keunggulan Beton Pracetak Dalam mengaplikasikan beton pracetak sebagai elemen bangunan gedung tentu perlu mempertimbangkan untung, rugi, keunggulan dan kelemahan. Salah satu hal yang patut diperhatikan adalah pemilihan material konstruksi yang akan digunakan dalam pengaplikasian teknologi beton pracetak itu. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai material konstruksi adalah : a. Mampu menghasilkan kekuatan tinggi. b. Tidak memerlukan perawatan yang berlebih. c. Tahan api. d. Tidak mudah mengalami perubahan volume (stabil). e. Tahan terhadap panas. f. Dapat diproduksi secara mekanis. Adapun berapa keunggulan dari sistem pracetak yaitu : a. Kualitas Beton Lebih Baik Proses produksi dilakukan menggunakan mesin Kondisi relatif konstan Pengawasan yang lebih cermat Kondisi dari lingkungan kerja yang lebih baik b. Durasi Proyek Lebih Singkat Pengaturan jadwal produksi elemen elemen yang akan dipasang lebih awal dapat diproduksi lebih dahulu dan pada saatnya nanti elemen tersebut telah cukup umur. 12

c. Produksi Beton Pemberian Releasing Agent pada cetakan Pemasangan angker Pemberian Gaya Prategang Pengambilan adukan dari Batching Plan Pengisian adukan pada Mesin Pencetak Proses pencetakan Pengukuran Pembuatan lubang joint shear connector & coakan kolom Curing (36 jam) Pemberian kode plat Pemotongan dengan Mesin Potong Jalur Pengangkatan ke ujung jalur d. Mereduksi Biaya Konstruksi Dengan durasi yang relatif lebih singkat maka dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan royek akan menjadi lebih kecil. Satu hal yang terlihat jelas pengurangannya adalah biaya overhead proyek. Hal lain yang dapat mereduksi biaya adalah penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit yang akan menurunkan biaya upah, berkurangnya kebutuhan material pendukung seperti scaffolding, penghematan material bekisting, serta penghematan material pembentuk beton bertulang. 13

e. Kontinuitas Proses Produksi Maksud dari kontinnuitas adalah kegiatan pelaksanaan pekerjaan tidak terhenti oleh pengaruh alam (cuaca). Dengan beton pracetak, kontinuitas proses konstruksi dapat juga terjaga. f. Produksi Massal Salah satu pertimbangan jika hendak menggunakan teknologi pracetak adalah bahwa jenis elemen struktur hendaknya tidak terlalu bervariasi sehingga setiap jenis elemen yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar. Hal ini dilakukan agar tingkat efisiensi dari pembuatan secara massal dan pabrikasi dapat dicapai. g. Mengurangi Biaya Pengawasan Biaya yang harus dikeluarkan dalam sebuah proyek konstruksi terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung tidak dipengaruhi oleh durasi proyek, sedangkan biaya tidak langsung yang terdiri dari biaya overhead sangat tergantung pada durasi proyek. Proses konstruksi yang lebih singkat akan mereduksi biaya yang harus dikeluarkan. h. Mengurangi Kebisingan Dengan menggunakan beton pracetak, proses produksi dilaksanakan diluar lokasi proyek (misal di pabrik), yang apabila telah selesai diproduksi maka dipindahkan ke lokasi proyek dan diinstallasi pada tempat yang seharusnya. Proses semacam ini secara langsung dapat mengurangi tingkat kebisingan yang ditimbulkan ke lokasi proyek relatif lebih sedikit jumlahnya. 14

2.4. Standar Harga Satuan Sistem Pracetak dan Konvensional 2.4.1. Sistem Pracetak Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak disusun sebagai acuan dasar yang seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dalam menghitung besarnya harga satuan berbagai pekerjaan beton pracetak untuk bangunan gedung dengan ketentuan sebagai berikut : a. Digunakan pada pekerjaan perakitan (erection) s/d 5 lantai. b. Bekisting dengan menggunakan kayu dan Phenol film. c. Komposisi beton untuk K 350 dapat disesuaikan dengan kondisi material setempat. d. Untuk beton diatas f c = 31,2 MPa ( K 350 ) harus mengacu pada hasil rancangan campuran beton. e. Tenaga kerja harus mempunyai sertifikasi ketrampilan di bidang pracetak. f. Tenaga pelaksana pada (c.) yang dimiliki oleh perusahaan pemegang lisensi pracetak. Tata cara perhitungan ini memuat indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan bersangkutan. 15

a. Analisis Biaya Konstruksi Pracetak Suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi pracetak, yang dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar pengupahan pekerja, untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan konstruksi harga satuan bahan. b. Harga Satuan Pekerjaan Harga yang harus dibayar untuk membeli per-satuan jenis bahan bangunan c. Indeks Bahan Indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan d. Indeks Faktor pengali/koefisien sebagai dasar perhitungan biaya bahan dan upah kerja e. Indeks Tenaga Kerja Indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan f. Pelaksana Pembangunan Gedung Pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan gedung dan perumahan yaitu para perencana, konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalam memperkirakan biaya bangunan 16

g. Satuan Pekerjaan Satuan jenis kegiatan konstruksi bangunan yang dinyatakan dalam satuan panjang, luas, volume dan unit h. Persyaratan Umum Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan : Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan. i. Persyaratan Teknis Persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan : Pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan kepada gambar teknis dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 5%-20%, dimana didalamnya termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi adukan. 17

2.4.2. Sistem Kovensional Standar ini menetapkan indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan beton yang dapat dijadikan acuan dasar yang seragam bagi para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung besarnya harga satuan pekerjaan beton untuk bangunan gedung dan perumahan. a. Analisis Biaya Konstruksi Konvensional Suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar pengupahan pekerja, untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan konstruksi. b. Harga Satuan Bahan Harga yang sesuai dengan satuan jenis bahan bangunan. c. Harga Satuan Pekerjaan Harga yang dihitung berdasarkan analisis harga satuan bahan dan upah. d. Indeks Bahan Indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan. 18

e. Indeks Faktor penggali atau koefisien sebagai dasar penghitungan biaya bahan dan upah kerja. f. Indeks Tenaga Kerja Indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan. g. Pelaksana Pembangunan Gedung Pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan gedung dan perumahan yaitu para perencana, konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalam memperkirakan biaya bangunan. h. Satuan Pekerjaan Satuan jenis kegiatan konstruksi bangunan yang dinyatakan dalam satuan panjang, luas, volume dan unit. i. Persyaratan Umum Persyaratan umum dalam perhitungan harga satuan : Perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan. 19

2.5. Metode Pelaksanaan Struktur Beton Pracetak 2.5.1. Pendahuluan Sistem struktur ini merupakan sistem struktur rangka terbuka, sehingga mampu mengikuti desain arsitektual. Terdiri dari komponen Balok, Kolom, Pelat Lantai. Semakin sedikit komponen yang direncanakan maka semakin cepat dan efisien struktur yang dikerjakan. Gambar 2.1. Struktur Rangka Rusunawa 2.5.2. Komponen Kolom Pada bagian bawah komponen kolom dibuat lubang yang berfungsi sebagai tempat stek dari poer pile cap dan kolom bawah. Lubang tersebut dibelokkan kesisi kolom tempat grouting menyalurkan bahan grouting. Pada bagian atas komponen kolom terdapat stek kolom untuk menyambung kolom, titik kumpul dan kolom bawah ke bagian kolom atas. 20

Gambar 2.2. Detail Grouting Kolom 1 Gambar 2.3. Detail Grouting Kolom 2 2.5.3. Komponen Balok Komponen balok merupakan balok satu bentang ( dari satu kolom ke kolom lainnya) yang selanjutnya disambung pada ujung komponentitik kumpul. Tulangan utama balok di konversi menggunakan Baja Strand yag mendukung dan searah tulangan utama balok. 21

Gambar 2.4. Komponen Balok Yang Siap Dipasang Berikut dibawah ini komponen balok yang telah dipasangdan siap melakukan tahapan berikutnya. Gambar 2.5. Komponen Balok Yang Telah Dipasang 22

2.5.4. Komponen Pelat Lantai Komponen pelat didesain sebagai pelat penuh satu arah ( Full One Way Slab ) dan pelat dua arah ( Two Way Slab ). Pembesian dua lapis dengan mengeluarkan stek besi sebagai sambungan antar pelat dan ke balok tumpuan. Bahan grouting sambungan antar pelat dan ke balok menggunakan mutu beton yang digunakan (K-350 ). Gambar 2.6. Komponen Pelat Lantai 2.5.5. Cetakan Komponen Struktur Cetakan komponen yang digunakan bisa berbahan dasar kayu atau rangka baja. Pada cetakan kolom dilakukan sama seperti cetakan bekisting balok. Gambar 2.7. Cetakan Komponen Kolom 23

2.5.6. Lahan Pencetakan Komponen ( Casting Yard ) Diperlukan lahan yang sangat luas untuk membuat komponen komponen beton. Terutama pada pembuatan bekisting pelat lantai. Gambar 2.8. Lahan Pencetakan Komponen Beton Pracetak 2.5.7. Penumpukan Komponen ( Stocking Area ) Pada penumpukan komponen komponen beton harus diberi balok kayu antara tumpukan tumpukan komponen beton yang telah jadi dan siap untuk dikirim ke proyek. Gambar 2.9. Model Penumpukan Komponen Beton Pracetak 24

2.5.8. Pemeliharaan Komponen ( Curing ) Setelah proses pembuatan beton pracetak selesai dilakukan pemeliharaan menggunakan karung basah agar tidak cepat kena panas. Gambar 2.10. Pemeliharaan Komponen Beton Pracetak Gambar 2.11. Pemeliharaan Komponen Pelat 25

2.5.10. Erection Komponen Kolom Alat pendukung yang menjadi standart untuk melaksanakan pekerjaan ini mencakub portal crane, truk bak terbuka, forklift, yang harus dimiliki untuk keperluan bongkar muat dan mobilisasi komponen dari area pabrikasi ke lokasi proyek. Proses pemindahan elemen beton pracetak dari lokasi pabrik ke lokasi proyek membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaan alat Bantu yang digunakan untuk mengangkat elemen tersebut ke tempat tujuan dan dari mode transportasi yang dipakasi sebagai alat angkut. Gambar 2.12. Erection Komponen Kolom (1) 27

Gambar 2.13. Erection Komponen Kolom (2) 2.5.11. Sambungan Komponen Kolom Dalam usaha menyatukan elemen elemen beton pracetak dibutuhkan suatu konstruksi tambahan yang mampu meneruskan semua gaya gaya yang bekerja dalam setiap elemen. Yang dimaksudkan penyatuan disini adalah penyatuan material beton dan material baja yang menjadi bagian utama dari struktur beton bertulang. Kendala yang timbul adalah bagaimana menentukan jenis sambungan yang mampu mengantisipasi semua gaya yang terjadi sehingga pelaku struktur dapat menyerupai struktur beton bertulang dengan proses konstruksi traditional. Untuk mengaplikasikan alat sambung yang benar benar sempurna dibutuhkan biaya yang relatif mahal. 28

Gambar 2.14. Grouting Kolom Gambar 2.15. Penyambungan Kolom 2.5.12. Erection Komponen Balok Proses ini harus direncanakan di awal proses perencanaan bentuk dan disain beton pracetak agar komponen tersebut dapat dipindahkan ke lokasi pekerjaan. Faktor penting yang di pertimbangan adalah dimensi dan berat setiap komponen yang harus sesuai dengan ketersediaan alat angkut. Data mengenai ketersediaan alat angkat dan angkut ini akan sangat membantu perencana komponen untuk menghasilkan disain yang layak angkat dan angkut. 29

Gambar 2.16. Erection Komponen Balok 30

2.5.13. Sambungan Komponen Balok Sistem diperkuat lilitan baja sambungan antar balok dengan strand berdasarkan perhitungan yang ditetapkan kemudian di grouting beton mutu tinggi tahan susut. Gambar 2.17. Sambungan Komponen Balok Menggunakan Sling Gambar 2.18. Sambungan Komponen Balok Menggunakan Lilitan Baja 31

2.5.14. Erection Komponen Pelat Proses pemasangan komponen pelat lantai harus sangang hati hati dalam pelaksanaannya. Dibutuhkan ketelitian yang tinggi dalam pemasangannya. Gambar 2.19. Erection Komponen Pelat 2.5.15. Sambungan Komponen Pelat Stek besi antar pelat disatukan kemudian di cor dengan mutu beton komponen (K-350). Pengecoran sekaligus melingkupi topping pelat lantai. Gambar 2.20. Pengecoran Stek Besi Antar Pelat 32

2.5.16. Tahapan Erection Berikut dibawah ini adalah tahapan erection pada proses pelaksanaan perkerjaan struktur bangunan rusunawa. Gambar 2.21. Pemancangan Tiang Pancang Gambar 2.22. Sloof dan Pile Cap dengan Stek Kolom 33

Gambar 2.23. Erection Komponen Kolom Gambar 2.24. Erection Komponen Balok Utama 34

Gambar 2.25. Erection Komponen Balok Kantilever Gambar 2.26. Erection Komponen Pelat Lantai 35

Gambar 2.27. Erection Komponen Kolom Lantai Berikutnya dan Seterusnya 36