BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting?

Oleh: Abdi Kurnia Djohan, SH.MH, Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan Ketua Lembaga Dakwah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat dikatakan identik dengan asal usul dan pertumbuhan

Pendidikan Agama Islam Bab : 3 PERADABAN ISLAM

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

Pemimpin harus bebas dari pengaruh dan penguasaan pihak lain, baik itu individu, kelompok, atau negara.

BAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONFLIK SOSIAL Drg. Handari Yektiwi, M.Kes.

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

Yakni, pertama, khilafah semestinya menguasai satu wilayah otonom, bukan berada di bawah Kedua, semestinya khilafah mengontrol penuh keamanan dan

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

Komunisme dan Pan-Islamisme

BAB III KERUNTUHAN TURKI UTSMANI DAN RESPON UMAT ISLAM HINDIA BELANDA

BAB IV DAMPAK ATAS KERUNTUHAN TURKI UTSMANI DI HINDIA BELANDA. A. Perpecahan Umat Islam Hindia Belanda

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lama sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW di

Berderma dan Sejarah Sosial Politik Islam Indonesia

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk,

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

BAB V PENUTUP. Indonesia dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Mekkah mempunyai pas jalan haji, harus menunjukkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB 6: SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. komersial, bioskop alternatif (arthouse), gerai VCD/DVD, kanal online, festival

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring. dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini.

Khalifah adalah Milik Umat Islam Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

DINAMIKA POLITIK ISLAM SEMENANJUNG ARAB M (Pengaruh Berdirinya Kerajaan Arab Saudi Modern Terhadap Praktik Keagamaan di Tanah Suci)

Albania Negeri Muslim di Benua Biru?

RESENSI BUKU KELUAR DARI ORTODOKSI KAJIAN ISLAM POLITIK: KOMPARASI MESIR, TURKI, DAN INDONESIA

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

PENAKLUKAN PADA MASA AWAL KEKUASAAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

Luncur Buku Mehmet Ozay & Bincang Kebudayaan Aceh dan Turki 19 Nopember 2014

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

KAMPANYE TAK BERKUALITAS, POLITIK UANG MENGANCAM

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca

KONSENTRASI BARU KEBANGKITAN ISLAM DI ASIA TENGGARA. Dewi Triwahyuni

Pudarnya Akal Sehat dalam Pilkada DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

BAB IV ANALISIS. Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Tulus berarti tindakan yang dilandasi dengan

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

Transkripsi:

201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan adanya hubungan kenegaraan, baik antara Turki Utsmani dan Indonesia -dalam hal ini berbentuk kesultanan- dalam berbagai bidang. Hubungan kenegaraan ini pada dasarnya dilandasi dengan dasar politik Islam, dimana kesultanan-kesultanan di Nusantara kala itu secara tradisi maupun politis menjadikan posisi khalifah yang saat itu ada di Turki sebagai pemimpin dan pelindung umat Islam sedunia. Dengan posisinya sebagai pemimpin dan pelindung umat Islam, Turki Utsmani melakukan berbagai hal untuk memastikan umat Islam yang tinggal jauh dari wilayahnya mendapatkan perlindungan dan pengakuan sebagai bagian dari kekhalifahan Islam. Pasca runtuhnya berbagai kesultanan di Nusantara dan Hindia Belanda telah terbentuk, posisi Turki sebagai pemimpin dan pelindung umat Islam tidak begitu saja dilupakan. Dalam kondisi penjajahan, umat Islam Hindia Belanda masih dapat merasakan jejak dan pengaruh Turki Utsmani kala itu walau secara politis-teknis pengaruhnya sudah mulai tidak dirasakan lagi. Posisi Turki Utsmani paling tidak masih mendapat bagian dalam kehidupan beragama umat Islam di Hindia Belanda. Dalam konteks ini, posisi penting Turki Utsmani pada dasarnya

202 dipupuk dalam jangka waktu yang lama dan akhirnya mengendap di dalam alam bawah sadar umat Islam Hindia Belanda yang nantinya diartikulasikan dengan beragam bentuk. Maka, menjadi tidak aneh ketika Turki Utsmani mengalami permasalahan dan memuncak di awal abad ke-20 M, -secara alamiah pula- umat Islam Hindia Belanda seolah turut pula merasakan permasalahan yang sama. Di antara banyak dinamika sosial politik di dunia internasional, posisi Turki -disamping Mekah dan Kairo- menjadi penting bagi umat Islam terkait dengan berkembangnya wacana-wacana yang menawarkan arah perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Di Hindia Belanda, wacana Pan- Islam -yang dipropagandakan Abdul Hamid II- menjadi wacana yang berhembus dengan kencang di tengah gejolak sosial politik di Turki Utsmani. Wacana Pan- Islam pula yang semakin menguatkan posisi dan kedudukan kekhalifahan Turki baik secara politis dan juga teologis. Pan-Islam, dapat dikatakan menjadi latar belakang utama umat Islam Hindia Belanda mengarahkan perhatiannya terhadap kondisi Turki Utsmani. Karena itu, ketika terjadi peristiwa penghapusan jabatan khalifah yang erat kaitannya dengan paham Pan-Islam, seketika itu juga hal ini menjadi isu penting bagi dunia Islam yang mengambil wacana Pan-Islam sebagai jalan perjuangan. Selain itu, di Hindia Belanda, wacana Pan-Islam sendiri memiliki kaitan yang erat dengan pelaksanaan haji. Turki dianggap sebagai pelindung perjalanan haji bagi umat Islam Hindia Belanda, mengingat haji merupakan ibadah penting yang wajib untuk dilakukan umat Islam. Ketika berita mengenai penghapusan kekhalifahan Turki sampai di Hindia Belanda, hal ini mengundang beragam

203 respon umat Islam di Hindia Belanda. Respon tersebut awalnya sangat berkaitan erat dengan kekhawatiran umat Islam Hindia Belanda akan terhambatnya mereka dalam menunaikan ibadah haji. Namun dalam perkembangannya, wacana Pan- Islam juga ditarik secara politis oleh (elit) Islam sehingga memunculkan respon yang juga politis. Respon politis ini berpuncak pada upaya revitalisasi kekhalifahan. Upaya revitalisasi khilafah merupakan upaya logis dari ketertarikan umat Islam terhadap permasalahan khilafah dimana hal ini muncul dari ketertarikan dan keterikatan umat Islam, baik secara politis dan teologis terhadap posisi khilafah. Respon ini ditunjukkan dengan pelaksanaan agenda Kongres al-islam, terutama sekali pada pelaksanaan Kongres al-islam Luar Biasa tahun 1924 di Surabaya. Kongres ini bertujuan untuk mengirimkan wakil umat Islam Hindia Belanda dalam pelaksanaan Kongres al-islam dunia yang rencananya akan diadakan di Kairo, Mesir dan beragendakan upaya-upaya dalam merevitalisasi jabatan khalifah. Kongres al-islam Luar Biasa mampu menghimpun beragam komponen organisasi pergerakan Islam di Hindia Belanda kala itu dalam menyatukan suara dan gerak dalam rangka merevitalisasi kembali kekhalifahan yang telah runtuh di Turki. Kongres ini juga menyedot perhatian luar biasa dari beragam kalangan, termasuk dari pihak pemerintah kolonial. Pendek kata, pelaksanaan Kongres al-islam Luar Biasa menjadi penanda bahwa umat Islam Hindia Belanda merespon jatuhnya kekhalifahan Turki Utsmani dalam skala yang luas dan tataran konseptual.

204 Dalam skala yang lebih khusus dan dalam tataran teknis-kongkrit, umat Islam Hindia Belanda merespon keruntuhan Turki Utsmani dengan membentuk sebuah badan khusus yaitu Komite Khilafah. Pembentukan Komite Khilafah dibentuk dengan tujuan untuk menghimpun daya dan upaya dalam rangka perjuangan revitalisasi kekhalifahan. Dalam perkembangannya, pembentukan Komite Khilafah juga turut meluas hingga ke daerah-daerah. Hal ini menjadi penanda bahwa umat Islam Hindia Belanda turut pula memiliki rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan jabatan khalifah. Tak cukup disitu, penerbitan media massa juga dilakukan sebagai upaya sosialisasi dan propaganda akan pentingnya keberadaan seorang khalifah kepada khalayak banyak. Media massa yang diterbitkan berupa surat kabar sebagai corong propaganda Pan-Islam dalam kaitannya dengan upaya revitalisasi khilafah. Penerbitan media massa menjadi penting dalam rangka penyebarluasan informasi dan segala hal yang berkaitan dengan Pan-Islam dan upaya revitalisasi khilafah mengingat sifat media massa yang dapat menjangkau segala kalangan dengan lebih masif jika dibandingkan dengan pelaksanaan kongres atau pertemuanpertemuan. Hal ini juga menandakan adanya kesadaran umat Islam Hindia Belanda untuk menjadikan isu revitalisasi khilafah sebagai isu bersama melalui penyebarluasan informasi. Dalam beragam respon yang muncul ini, perlu dicatat pula akan keberadaan Sarekat Islam yang berada dalam pimpinan dwitunggal Tjokroaminoto dan Agus Salim yang menjadi organisasi Islam yang memiliki andil besar dalam upaya mobilisasi massa dan isu khilafah di Hindia Belanda.

205 Sarekat Islamlah yang membawa isu revitalisasi khilafah menjadi isu besar yang menuntut perhatian dari seluruh golongan umat Islam Hindia Belanda. Di tengah tingginya semangat umat Islam dalam merepon keruntuhan Turki Utsmani, secara luas terjadi dinamika di dunia Islam, terutama dinamika dari kawasan Hijaz. Di Mekah, Ibnu Sa ud berhasil menggulingkan Syarif Husain dan kemudian menguasai kota Mekah. Di satu sisi peristiwa ini menyadarkan umat Islam Hindia Belanda akan pentingnya keberadaan seorang khalifah dalam menjaga kota suci umat Islam, namun disisi yang lain juga memunculkan friksi dalam internal umat Islam. Hal ini juga ditambah dengan adanya tarik ulur dan persaingan dalam penyelenggaraan Kongres al-islam dunia yang membuat umat Islam Hindia Belanda terpecah. Kondisi ini kemudian membelokkan arah perjuangan revitalisasi kekhilafahan yang tadinya merupakan agenda bersama menjadi agenda yang eksklusif dan terbatas. Akibatnya menjadi jelas, lamakelamaan isu revitalisasi khilafah sebagai dampak langsung dari keruntuhan Turki Utsmani mulai ditinggalkan. Dalam konteks ini pula, keruntuhan Turki Utsmani memunculkan dampak lain, terutama setelah wacana Pan-Islam melalui gagasan revitalisasi khilafah mulai ditinggalkan. Terjadi perpecahan secara langsung di internal umat Islam Hindia Belanda. Perpecahan ini terjadi antara golongan Islam tradisional dengan golongan Islam modern, dan juga antara sesama golongan Islam modern. Perpecahan ini secara umum dilatarbelakangi adanya tarik ulur kepentingan dan juga adanya perbedaan cara pandang atas peristiwa keruntuhan Turki Utsmani.

206 Dampak selanjutnya yaitu pergeseran citra Turki. Turki sebelumnya dicitrakan sebagai negara yang menjadikan Islam sebagai dasar bernegara. Namun, pasca runtuhnya Turki Utsmani dan dibarengi dengan pendirian Republik Turki, maka Turki dicitrakan sebagai negara yang justru semakin maju setelah memisahkan Islam dalam kehidupan politiknya. Hal inilah yang kemudian juga menimbulkan diskursus mengenai kedudukan Islam dalam kehidupan politik kenegaraan di kalangan umat Islam Hindia Belanda pasca keruntuhan Turki Utsmani. Diskursus mengenai hubungan agama dan negara di Hindia Belanda ini juga memunculkan perbedaan pandangan politik umat Islam Hindia Belanda yang paling tidak terfragmentasi menjadi kelompok tradisionalis, reformis, dan sekuleris sebagai identitas politiknya. Diskursus ini sesaat mereda ketika Jepang masuk ke Hindia Belanda. Namun hingga setelahnya dan bahkan dalam konteks reformasi di Indonesia saat ini, diskursus mengenai Islam dan negara belum juga selesai. Penelitian ini dapat mengelaborasi beberapa penelitian kontemporer yang menyangkut tentang dinamika pemikiran hubungan antara Islam dan negara di Indonesia, dan terutama sekali dengan wacana khilafah -yang berarti gagasan transnasional- yang muncul pasca reformasi dimana dalam berbagai rilis mengenai hal tersebut, terdapat arahan yang seolah-olah mengatakan bahwa gagasan transnasional membahayakan dan tidak memiliki akar historis di Indonesia.

207 B. Saran Berdasarkan pada apa yang telah diungkapkan sebelumnya dalam penelitian ini, penulis perlu untuk memberikan saran berkenaan dengan hasil penelitian tersebut. Pertama, bagi para pembaca, pemerhati, pengamat, dan terutama bagi para pemangku kepentingan, wacana revitalisasi khilafah sesungguhnya bukan hal baru dan hal menakutkan dalam diskursus ideologi di zaman keterbukaan seperti saat ini, sehingga tidak perlu memunculkan sikap antipati selama wacana tersebut disampaikan dengan baik dan tidak melanggar peraturan yang berlaku. Kedua, bagi para aktivis Islam baik yang pro maupun kontra, bahwasanya isu khilafah pernah menjadi isu bersama antar umat Islam. Hal ini menjadikan secara konseptual khilafah, -secara luas politik Islam- sebenarnya dapat diterima. Namun begitu, perlu pula memerhatikan bagaimana artikulasinya secara kontekstual. Ketiga, bagi seluruh pihak agar tidak pula mendiskreditkan Islam ketika menemukan adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam agar tidak muncul pembenaran atas kesalahan yang dilakukan oleh individu tertentu. Dalam hal ini perlu untuk dapat membedakan Islam sebagai sebuah sistem dan individu sebagai pelaksana sistem. C. Rekomendasi Penelitian ini masih merupakan gambaran secara umum. Masih terdapat hal-hal yang secara khusus belum tercakup dalam penelitian ini, seperti dinamika

208 di beberapa kawasan di luar pulau Jawa serta bagaimana respon masyarakat non muslim atas peristiwa ini. Untuk itulah penulis merekomendasikan kepada semua pihak untuk dapat mengembangkan kajian ini dalam cakupan yang lebih holistik dan dari perspektif yang lain.