BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang turut memberikan sumbangan signifikan terhadap perkembagan ilmu pengetahuan dan sekaligus meningkatkan sumber daya manusia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Suherman (2003:60), bahwa matematika merupakan salah satu pengetahuan umum minimum yang harus dikuasai oleh warga negara agar dapat berkedudukan sejajar dengan warga negara yang lain. Sejalan dengan itu, Buchori dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Antisipatoris (2001: 122): akan tetapi suatu masyarakat hanya akan berhasil mengembangkan kemampuan teknologi yang cukup tinggi kalau dalam masyarakat terdapat lapisan lapisan penduduk dengan tingkat pemahaman tentang matematika dan pengetahuan alam yang beragam, dari kemampuan yang bersifat keahlian sampai ke pemahaman yang bersifat apresiatif. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika memiliki peranan strategis untuk meningkatkan kualitas dan memiliki kehidupan yang layak suatu masyarakat, maka setiap warga negara wajib menguasai matematika. Matematika juga memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari,misalnya mengumpulkan,mengolah,menyajikan dan menafsirkan data menghitung isi dan berat (Erman,2003: 60). Suherman, juga menyatakan bahwa khususnya bagi siswa, matematika diperlukan untuk memahami bidang ilmu lain seperti fisika,kimia,arsitektur,farmasi,geografi,ekonomi (2003: 60).
Matematika tidak hanya memenuhi kebutuhan masa kini saja,tetapi juga memenuhi kebutuhan di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sumarmo (Masta, 2010: 1) yang mengemukakan bahwa matematika hakikatnya mempunyai dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa yang akan datang. Matematika merupakan ilmu dasar yang terus mengalami perkembangan baik dalam segi teori maupun dalam segi penerapannya. Sebagai ilmu dasar matematika mempunyai peranan yang cukup besar bagi siswa,karena matematika berfungsi mengembangakan kemampuan berkomunikasi dengan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan, matematika dipelajari oleh semua siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai pada tingkat perguruan tinggi. Penalaran (NCTM,2000) merupakan salah satu komponen dari lima kemampuan yang seharusnya dimiliki siswa. Penalaran dalam matematika yang berkenaan dengan ide-ide, konsepkonsep, dan simbol-simbol yang abstrak serta tersusun secara sistematis. Itulah sebabnya sajian matematika yang diberikan kepada siswa berbeda-beda sesuai dengan jenjang pendidikannya. Siswa pada pendidikan tingkat dasar, sajian matematikanya bersifat konkrit, semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka sajian matematikanya semakin abstrak. Berkaitan dengan itu, apabila kemampuan penalaran tidak dikembangkan pada siswa maka matematika bagi siswa hanya akan menjadi materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniruh contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya. Dengan belajar matematika, kemampuan penalaran siswa akan meningkat karena pola pikir yang dikembangkan dalam pembelajaran matematika membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan
kreatif, sehingga siswa dapat menarik kesimpulan dari berbagai fakta atau data yang mereka dapatkan atau ketahui. Kemampuan bernalar merupakan salah satu dari sekian banyak kecerdasan yang sangat penting dipunyai dan dikuasai siswa terlebih saat mempelajari matematika. Karena kemampuan inilah yang terutama digunakan anak sewaktu dihadapkan pada masalah matematik yang mesti diselesaikannya. Bernalar secara matematis merupakan suatu kebiasaan berpikir,dan layaknya suatu kebiasaan,maka penalaran semestinya menjadi bagian yang konsisten dalam setiap pengalaman-pengalaman matematis siswa. Kemahiran siswa dalam memecahkan masalah matematis,dipengaruhi oleh kemampuannya dalam memahami matematika. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 200) menegaskan bernalar dan membuktikan adalah salah satu dari lima kompetensi yang harus tumbuh dan berkembang manakala anak belajar matematika. Masalah-masalah yang berhubungan dengan matematika sering dijumpai pada situasi sehari-hari. Permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui sosa-soal yang berbentuk cerita. Penyajian matematika dalam bentuk cerita merupakan salah satu fungsi matematika sebagai aktivitas manusia, karena dalam soal cerita terdapat pengalamanpengalaman siswa yang berkaitan dengan konsep matematika. Menyelesaikan soal cerita matematika merupakan keterampilan yang harus dikembangkan pada siswa maupun mahasiswa calon guru sesuai kurikulum matematika SD, SMP, SMA, dan sederajat. Pentingnya pengembangan ketrampilan ini oleh siswa juga tersirat ketika siswa melakukan proses pemecahan masalah matematika, misalnya ketika menggunakan konsep matematika dan mempresentasekan hasil pemecahan masalah yang memerlukan penggunaan daya nalar termasuk dalam pola pikir deduktif. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Soedjadi dalam rusminah kasma dan sahat Saragih (2003: 85),bahwa dengan menerapkan langkah-langkah penyelesaian masalah dalam soal cerita secara ketat dapat meningkatkan daya analisis siwa. Keterampilan dalam menyelesaikan soal cerita matematika merupakan salah satu bagian penting untuk mencapai tujuan yang tertuang dalam kurikulum pendidikan matematika. Depdikbud dalam Rusminah Kasma dan Sahat Saragih (2003: 86), antara lain menyebutkan bahwa tujuan diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang,melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif. Begitu pentingnya soal cerita dapat dilihat dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang hampir setiap materi ajar memuat soal cerita, khususnya pada matematika.selain dilihat dari aspek kemampuan penalaran dalam menyelesaikan soal cerita diperhatikan juga aspek perbedaan gender. Kemampuan penalaran siswa terutama siswa laki-laki dan perempuan berbeda tergantung dengan keterampilan dan tingkat intelegensi yang dimiliki. Menurut American Psychological Association (Lestari, 2010: 5) mengemukakan berdasarkan analisis terbaru dari penelitian internasional kemampuan perempuan diseluruh dunia dalam matematika tidak lebih buruk dengan kemampuan laki-laki meskipun laki-laki memiliki kepercayaan diri yang lebih dari perempuan dalam matematika. Dalam menyelesaikan soal cerita,siswa tidak hanya membutuhkan pemahaman akan tetapi membutuhkan penalaran yang cukup tinggi untuk menyelesaikan soal matematika dan tentu saja perbedaan jenis kelamin mempunyai peranan dalam kemampuan dasar matematika.
Berdasarkan pengamatan peneliti saat menjalani praktek pengalaman lapangan di SMP Negeri 5 Kupang, tidak terlepas dari masalah yang dihadapi siswa. Salah satu masalah yang sering dirasakan sulit oleh sebagian siswa dalam pembelajaran matematika adalah menyelesaiakan soal cerita. Hal ini disebabkan kemampuan penalaran tidak dikembangkan pada siswa, sehingga bagi mereka matmatika hanya akan menjadi matri yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya. Dengan adanya permasalahan tersebut diatas, maka penulis memfokuskan penelitian tentang: Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau dari Perbedaan Gender. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana kemampuan penalaran matematika siswa laki-laki dalam menyelesaikan soal cerita pada kelas VII SMP Negeri 5 Kota Kupang tahun ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana kemampuan penalaran matematika siswa perempuan dalam menyelesaikan soal cerita pada kelas VII SMP Negeri 5 Kota Kupang tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian. berikut. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai
1. Untuk mendeskripsikan kemampuan penalaran matematika siswa laki-laki dalam menyelesaikan soal cerita pada kelas VII SMP Negeri 5 Kota Kupang tahun ajaran 2015/2016. 2. Untuk mendeskripsikan kemampuan penalaran matematika siswa perempuan dalam menyelesaikan soal cerita pada kelas VII SMP Negeri 5 Kota Kupang tahun ajaran 2015/2016. D. Batasan Masalah. Untuk menghindari penafsiran yang beraneka ragam terhadap judul penulisan ini,maka perlu dijelaskan beberap istilah yang berkaitan dengan judul penulisan sebagai berikut: 1. Penalaran diartikan sebagai tahapan berpikir matematika tingkat tinggi, mencakup kapasitas untuk berpikir secara logis dan sistematis. 2. Penalaran matematika adalah proses berpikir untuk menentukan apakah sebuah argument matematika itu benar atau salah berdasarkan fakta untuk membangun atau mendapatkan kesimpulan. 3. Soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk uraian atau cerita baik secara lisan maupun tulisan, baik dalam bentuk teks atau dalam bentuk teks dan gambar yang mengilustrasikan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Gender adalah perbedaan yang melekat pada jenis kelamin terhadap suatu proses penalaran dalam menyelesaikan soal cerita. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki sejumlah manfaat sebagaimana dirinci berikut di bawah ini:
1. Bagi Guru Sebagai bahan refleksi dan evaluasi bagi guru disekolah tempat penelitian ini berlangsung untuk mengetahui dan memahami kemampuan penalaran matematika siswa melalui pengelolaan belajar mengajar yang lebih baik. 2. Bagi Siswa Agar dapat memperoleh informasi mengenai kemampuan penalaran matematika dalam menyelsaikan soal cerita. 3. Bagi Peneliti Peneliti memperoleh pengalaman yang menjadikan peneliti lebih siap untuk menjadi guru matematika yang profesional.