BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiono (2010) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Menurut Arikunto (2007) Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Pendekatan ini digunakan karena relevan dengan rumusan masalah dan hipotesis yang diuji, yaitu untuk membuktikan pengaruh variable bebas terhadap variable tergantung. 3.1.1 Identifikasi Variabel Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Independent/bebas : Culture Shock dan Adversity Quotient 2. Variabel Dependent/terikat : Kepuasan Kerja 45
46 3.1.1.1 Definisi Variabel Kepuasan Kerja menurut menurut Weiss, Dawis, England dan Lofquist (Dalam Putri) menjelaskan kepuasan kerja sebagai melakukan perbandingan yang dilakukan oleh karyawan untuk mencapai serta memelihara kesesuaian antara diri dan lingkungan mereka. Culture Shock menurut Oberg (dalam Yuniardi dan Dayakisni,2004) Culture shock menggambarkan respon yang mendalam dan negative dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya baru. Adversity Quotient menurut Paul G Stoltz (2000) mendefinisikan hal ini sebagai kecerdasan menghadapi rintangan atau kesulitan. Menurut Scoltz (2000) Adversity Qoutient mempunya tiga bentuk, yaitu Pertama, AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons terhadap kesulitan. Ketiga, AQ adalah serangkaian perlatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons terhadap kesulitan. 3.1.1.2 Definisi Oprasional Variabel Penelitian Kepuasan Kerja merupakan TKI di Hongkong melakukan perbandingan yang dilakukan oleh TKI untuk mencapai serta memelihara kesesuaian antara diri dan lingkungan mereka. Kepuasan kerja yang dirasakan oleh TKI yang bekerja di
47 Hongkong, di ukur menggunakan MSQ Short Form milik Weiss dimana dalam MSQ yang meliputi kepuasan instrinsik, kepuasan ekstrinsik dan kepuasan umum. Culture shock merupakan gambaran respon TKI yang bekerja di Hongkong baik respon yang mendalam dan negative seperti depresi, frustasi, dan disorientasi yang di alami oleh TKI yang bekerja di Hongkong, yang dapat di ukur menggunakan skala yang dibuat oleh Mumford berdasarkan aspek-aspek culture shock milik Taft yaitu meliputi Ketegangan atau tekanan sebagai akibat dari tenaga yang dibutuhkan untuk beradaptasi secara psikologis, Perasaan kehilangan dalam hal teman,status, profesi dan posesi, Ditolak oleh anggota kebudayaan baru, Kebingungan dalam peran, ekspektasi peran, nilai, perasaan dan identitas diri, Kekagetan, kecemasan dan bahkan perasaan jijik dan marah stelah sadar akan perbedaan budaya, Perasaan ketidakmampuan karena tidak bisa mengatasi atau beradaptasi dengan lingkungan baru Adversity Quotient merupakan kecerdasan TKI yang bekerja di Hongkong dalam menangani dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Adversity Quotient TKI yang bekerja di Hongkong di ukur menggunakan Skala milik Rachmawati berdasarkan aspek-aspek Adversity Quotient milik Stoltz yaitu meliputi Control, Origin and Ownership, Reach, Endurance.
48 3.1.2 Strategi Penelitian 3.2.2.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentuk untuk ditetapkan oleh penliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya. (dalam Sugiyono, 2010). Adapun Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh TKI yang bekerja di Hongkong pada sektor rumah tangga. 3.2.2.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. (dalam Sugiyono, 2010). Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sampel, adapun Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah NonProbability Sampling (dalam Sugiyono, 2010) yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Purposive. Menurut Sugiyono (2010), Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan responden dalam penelitian adalah : 1. Warga Negara Indonesia yang bekerja di Hongkong
49 2. Perempuan 3. Bekerja pada sektor Rumah Tangga 4. Minimum lama bekerja di Hongkong 6 bulan. 5. Usia minimal 20 tahun 6. Pendidikan minimal SD `3.2 Sumber Data Penelitian Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data-data. Data penelitian dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner menggunakan media online yaitu dengan google.doc dan menyebarkan kuesioner langsung dengan bantuan lembaga SBMI (Serikat Buruh Migrant Indonesia). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner (Sugiyono, 2010) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataam tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirimi melalui pos, atau internet.
50 Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dalam tiga skala, yaitu : skala Kepuasan Kerja, skala Culture Shock, dan skala Adversity Quotient. 3.3.1 Skala Kepuasan Kerja Skala kepuasan kerja ini merupakan skala adaptasi Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) (Short Form), Weiss et al (1967). mengembangkan versi pendek dari MSQ dengan menggunakan Likert yang terdiri dari 20 item pernyataan. Aspek dari pertanyataan tersebut terdiri dari Faktor inrinsik pekerjaan dan faktor ektrinsik pekerjaan, dan ditambahkan faktor general. Dengan pembagian 12 aitem faktor intrinsik, 6 aitem faktor ekstrinsik dan 2 aitem faktor general. dengan nilai reablitias 0.84-0.91 untuk Faktor Intrinsik, 0.77-0.82 untuk faktor ekstrinsik, dan 0.87-0.92 untuk faktor general. Sehingga alat ukur MSQ memenuhi syarat untuk dijadikan alat ukur. Tabel 3.1 Skala Kepuasan Kerja No Aspek Nomor Aitem (Favorable) 1 Faktor Intrinsik 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 15, 16, 20 2 Faktor Ekstinsik 5, 6, 12, 13, 14, 19 3 Faktor General 17, 18 TOTAL 20
51 Skala Kepuasan Kerja ini diukur menggunakan pengskalaan model Likert dengan lima pilihan jawaban sebagai berikut : Tabel 3.2 Pilihan Jawaban Skala Kepuasan Kerja Pilihan Jawaban Nilai Sangat Puas 5 Puas 4 Netral 3 Tidak Puas 2 Sangat Tidak Puas 1 3.3.2 Skala Culture Shock Skala Culture Shock merupakan skala adaptasi milik Mumford (1998), yang disusun berdasarkan enam aspek culture shock yang dikemukakan oleh Taft (1977) dan stress interpersonal yaitu : ketegangan atau tekanan sebagai akibat dari tenaga yang dibutuhkan untuk beradaptasi secara psikologis, perasaan kehilangan dalam hal teman,status, profesi dan posesi, ditolak oleh anggota kebudayaan baru, kebingungan dalam peran, ekspektasi peran, nilai, perasaan dan identitas diri, kekagetan, kecemasan dan bahkan perasaan jiji dan marah stelah sadar akan perbedaan budaya, perasaan ketidakmampuan karena tidak bisa mengatasi atau beradaptasi dengan
52 lingkungan baru, dan stress interpersonal. Dengan aspek nomor ketiga (penolakan oleh dan atau anggota dari budaya baru) dipecah menjadi dua pertanyaan yang terpisah. Dengan hasil nilai reliabilitas sebesar 0,75 memenuhi syarat untuk dijadikan alat ukur. Tabel 3.3 Skala Culture Shock No Aspek Nomor Aitem F Nomor Aitem UF Jumlah 1 ketegangan atau tekanan sebagai 1 1 akibat dari tenaga yang dibutuhkan untuk beradaptasi secara psikologis 2 perasaan kehilangan dalam hal 2 1 teman,status, profesi dan posesi, ditolak oleh anggota kebudayaan baru 3 ditolak oleh anggota kebudayaan baru 4 3 2 4 kebingungan dalam peran, ekspektasi 5 1 peran, nilai, perasaan dan identitas diri 5 kekagetan, kecemasan dan bahkan 6 1 perasaan jijik dan marah stelah sadar
53 akan perbedaan budaya, 6 perasaan ketidakmampuan karena 7 1 tidak bisa mengatasi atau beradaptasi dengan lingkungan baru 7 Stress Interpersonal 8,10,11,12 9 5 TOTAL 9 2 12 Skala Culture Shock ini diukur menggunakan pengskalaan model Likert dengan tiga pilihan jawaban sebagai berikut : Tabel 3.4 Pilihan Jawaban Skala Culture Shock Pilihan Jawaban F UF Sering 2 0 Kadang-Kadang 1 1 Tidak Pernah 0 2 3.3.3 Skala Adversity Quotient Skala Adversity Quotient disusun dengan mengacu pada dimensi Adversity Intelligence yang diungkap oleh Stoltz (2004) yang meliputi: control, origin dan ownership, reach, serta endurance. Skala ini merupakan Modifikasi dari skala
54 Rachmawati (2009) nilai reliablitias sebesar 0,898 yang memenuhi syarat untuk dijadikan alat ukur. Modifikasi yang dilakukan merupakan perubahan kalimat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi subjek dalam penelitian ini. Tabel 3.5 Skala Adversity Quotient No Dimensi Nomor Aitem Jumlah Favourable Unfavourable 1 Control 1,6,14,20,28 3,10,17,24,31 10 2 Origin, 7,15,21 4,11, 25, 32 7 Ownership 3 Reach 2,8,16,22,29 5,12,18,26,33 10 4 Endurance 9,23,30 13,19,27,34 7 Jumlah 16 18 34 Skala Adversity Quotient ini diukur menggunakan pengskalaan model Likert dengan empat pilihan jawaban sebagai berikut :
55 Tabel 3.6 Pilihan Jawaban Skala Adversity Quotient Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable Sangat Setuju (SS) 4 Setuju(S) 3 Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1 2 3 4 3.4 Proses Adaptasi dan Modifikasi Skala Pengukuran 1. Skala Kepuasan Kerja merupakan skala adaptasi, dimana MSQ (Minnesota Satisfaction Questionnaire) Short Form, merupakan skala berbahasa Inggris, skala ini di adaptasi oleh bantuan Dosen LIA, dengan cara di translate ke bahasa Indonesia, Lalu setelah di dapatkan terjemahannya di translate kembali ke dalam bahasa Inggris, hal ini dilakukan demi mengetahui apakah proses penerjemahan masih sesuai dengan maksud dan tujuan dari pengukuran atau tidak. 2. Skala Culture Shock merupakan skala adaptasi, Skala milik Mumford merupakan skala berbahasa Inggris, skala ini di adaptasi oleh bantuan Dosen LIA, dengan cara di translate ke bahasa Indonesia, Lalu setelah di
56 dapatkan terjemahannya di translate kembali ke dalam bahasa Inggris, hal ini dilakukan demi mengetahui apakah proses penerjemahan masih sesuai dengan maksud dan tujuan dari pengukuran atau tidak. 3. Skala Adversity Quotient merupakan skala modifikasi, Skala milik Rachmawati ini di modifikasi dengan melakukan perubahan kalimat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi subjek dalam penelitian ini yaitu TKI. 3.5 Teknik Analisis Data 3.5.1 Uji Validitas Validitas dalam alat ukur ini berisi dengan validitas isi (content). Haynes et al (dalam Azwar, 2012) mengatakan bahwa makna validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu instrument ukur benar-benar relevan dan merupakan representasi dari konstrak yang sesuai dengan tujuan pengukuran. Sedangkan menurut Ley (dalam Azwar, 2012) bahwa validitas isi adalah sejuahmana kelayakan suatu tes sebagai sampel dari domain aitem yang hendak diukur. Crombach (dalam Azwar, 2012) bahwa koefisien validitas yang besarnya berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap efisien suatu lembaga pembelajaran. Untuk mempermudah perhitungan, maka peneliti menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.
57 3.5.2 Uji Reabilitas Reabilitas ditafsirkan Azwar (2012) sebagai seberapa tingginya korelasi antara skor tampak pada dua tes yang pararel. Sehingga reabilitas merupakan keajegan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung kecermatan pengukuran. Koefisien reabilitas yang di peroleh dari skor tampak (r xx ) yang angkanya mulai dari angka 0 sampai dengan angka 1,00 akan tetapi pada kenyataannya koefisien reabilitas yang mencapai angka maksimal 1,00 tidak pernah dijumpai dalam pengukuran psikologi. Semakin tinggi angka koefisien reabilitasnya maka semakin konsisten hasil alat ukur tsb. Sedangkan, Menurut Triton (dalam Sujianto, 2009) jika skala itu dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat di interpretasikan sebagai berikut : a. Nilai Alpha Crombach 0.00 0.20, berarti kurang reliabel b. Nilai Alpha Crombach 0.21 0.40, berarti agak reliabel c. Nilai Alpha Crombach 0.41 0.60, berarti cukup reliabel d. Nilai Alpha Crombach 0.61 0.80, berarti reliabel e. Nilai Alpha Crombach 0.81 1.00, berarti sangat reliabel Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formula Alpha Cronbach yaitu dengan membelah aitem-aitem sebanyak dua atau tiga bagian, sehingga setiap belahan berisi aitem dengan jumlah yang sama banyak (Azwar, 2003). Untuk
58 mempermudah perhitungan, maka peneliti menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. 3.6 Analisis Data Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu culture shock dan adversity qoutient terhadap kepuasan kerja, sehingga menggunakan metode analisis regresi untuk melakukan pengujian dan pembuktikan secara statistik pengaruh antara culture shock dan adversity qoutient terhadap kepuasan kerja. Penghitungan metode ini diolah program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.