BAB IV: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

Taman Imaginasi Di Semarang 126/48

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

BAB IV: KONSEP Konsep Bentuk Bangunan Neo Vernakular

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

Orchestra pit 21 pengrawit 69.3 R Latihan 35 orang 84 R Tunggu Pemain 35 orang 28

BAB V KONSEP PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GELANGGANG RENANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA STASIUN PASAR MINGGU

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik


BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PASAR


AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BOUTIQUE HOSTEL

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V PROGRAM PERANCANGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BATIK INDONESIA

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BUDGET HOTEL

Transkripsi:

BAB IV: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Tema Tema berasal dari bahasa Yunani yaitu Tithenai yang berarti meletakkan, dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan Theme yang selanjutnya kita kenal dengan istilah tema yang memiliki arti apa yang diletakkan, dinyatakan dan memposisikan sesuatu. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tema adalah : Pokok pikiran, dasar cerita ( yang dipercakapkan ) dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dan lain lain. Bertema, berarti mempunyai tema. Tema perancangan adalah suatu gagasan tertentu yang berulang kembali pada setiap proses perancangan suatu proyek. Secara umum, tema merupakan pendekatan luar terhadap karakter arsitektur yang berkaitan dengan masalah bentuk, teknologi, lingkungan budaya, dan perilaku. Sedangkan secara khusus/berupa Tema Geometrik tertentu yang diterapkan di seluruh proyek dan yang diperhatikan adalah konsistensi tema dalam aplikasi perancangan. 4.1.2. Definisi Arsitektur Arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 43

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis. Arsitektur adalah holak, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, poststrukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang memengaruhi arsitektur. 4.1.3. Konsep Dasar Perancangan (1) Aspek Teknis 1. Sistem Struktur Sistem sub struktur yang akan digunakan untuk bangunan Hotel adalah pondasi tiang pancang. Untuk sistem super struktur perpaduan sistem rangka dan modulasi kolom. Kolom dan balok disusun dengan modulasi yang didasari oleh besaran ruang. Sistem up struktur yang digunakan adalah atap beton. 2. Sistem Konstruksi Sistem konstruksi yang akan digunakan adalah sistem konstruksi beton. Pemilihan konstruksi beton ialah karena mudah dalam pelaksanaan dan bahannya yang mudah didapat, memiliki kesan kokoh, serta memungkinkan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 44

berbagai macam variasi finishing dalam mencapai penampilan karakter yang dinamis. (2) Aspek Kinerja 1. Sistem Pencahayaan Menggunakan sistem pencahayaan alami dengan mengoptimalkan bukaanbukaan pada sisi bangunan dan sistem pencahayaan buatan berupa lampu jenis LED karena efisiensi. 2. Sistem Penghawaan Bangunan Stasiun direncanakan akan menggunakan system penghawaan alami berupa cross ventilation yang melancarkan sirkulasi udara didalam ruangan. Selain itu juga akan menggunakan system penghawaan buatan berupa AC pada private, retail dan ruang pengelola agar memberi kenyamanan pada penggunanya. 3. Sistem jaringan Listrik Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama atau trafo, lalu ke panel tama dan dilanjutkan ke beberapa sub panel untuk diteruskan ke semua perangkat listrik yang ada di dalam bangunan. Untuk mengatasi keadaan darurat disediakan emergency power / genset yang dilengkapi dengan automatic switch system yang berfungsi otomatis dan langsung menggantikan daya listrik dari PLN yang terputus. 4. Sistem Pencegah Bahaya Kebakaran Alat pencegahan bahaya kebakaran yang akan diaplikasikan pada bangunan Stasiun ini meliputi; smoke detector, sprinkler, fire alarm, dan hidran kebakaran dengan pemasangan setiap jarak 3 meter. 5. Sistem Telekomunikasi Sistem telekomunikasi pada bangunan Hotel dan konvensi menggunakan jaringan telepon dan faksimili melalui jaringan Telkom yang digunakan untuk Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 45

kepentingan komunikasi pengelola. Jaringan telepon dan faksimili yang digunakan berupa PABX atau alat komunikasi yang dirancang secara khusus agar dapat memudahkan komunikasi antar divisi atau antar ruangan. 6. Sistem Penangkal Petir Menggunakan Sistem Sangkar Faraday yang efektif untuk bangunan bentang lebar, berupa penggunaan tiang setinggi 30 cm dan bahan tembaga yang dikaitkan pada bagian tertinggi bangunan kemudian dihubungkan ke tanah dengan kabel tembaga. 7. Sistem Jaringan Air Bersih Bangunan Hotel dan konvensi akan menggunakan sistem downfeed, air bersih yang diperoleh dari dua sumber, yaitu PAM dan air tanah dipompa ke atas dan ditampung pada reservoir untuk selanjutnya didistribusikan ke bawah mengikuti gravitasi. 8. Sistem Jaringan Air Kotor Sumber limbah air kotor berasal dari pembuangan air lavatory, dan air hujan yang dialirkan menuju sumur resapan dan riol kota. Untuk limbah padat dialirkan menuju septictank, kemudian dialirkan ke sumur peresapan dan secara alamiah meresap ke dalam tanah sedangkan air bekas pakai (greywater) diolah kembali dengan Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL). 9. Sistem Keamanan Sistem pengamanan bangunan menggunakan CCTV. Sistem Automasi Bangunan (BAS) yang dapat mengurangi bahaya seperti kebakaran, penyusupan, kebocoran gas dan api. Dan CCTV digunakan untuk memonitoring/ mengawasi keadaan dan kegiatan di lokasi yang terpasang kamera CCTV. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 46

10. Sistem Pengolahan Sampah Menggunakan cara konvensional yaitu karyawan kebersihan (cleaning service) mengambil sampah dari tiap ruangan dan memasukkan ke tempat penampungan sampah sementara, setelah itu sampah-sampah tersebut akan dialihkan ke luar tapak oleh Dinas Kebersihan Kota yang selanjutnya dibuang ke TPA. 11. Sistem Transportasi Vertikal Sistem transportasi vertikal enggunakan lift dan tangga. Lift Pengunjung digunakan untuk melayani pengunjung/tamu hotel. Lift yang digunakan diharapkan sebuah lift yang dapat menampung pengunjung sebanyak mungkin sehingga sirkulasi menjadi lebih efisien serta dapat digunakan oleh pengguna disable dalam mencapai kamar. 12. Sistem Akustik Penatan sistem akustik dengan pemilihan material-material yang spesifik untuk akustik baik pada plafond, dinding, dan lantai. Bahan bahan tersebut dapat berupa Unit Akustik Siap Pakai, Plesteran Akustik, Selimut ( isolasi bunyi ) Akustik, Karpet / Kain. (3) Aspek Visual Arsitektural Hotel Heritage berada di kawasan Candi Prambanan. Hotel ini kemudian harus mengikuti juga pola bentuk di area sekitar. Karena keberadaanya yang ada di kawasan Candi Prambanan, maka perencanaan Hotel dan konveksi ini dapat dimasukan dengan aspek kontekstual. Hotel dan konveksi ini haruslah menunjukkan sebuah bentuk yang dinamis sesuai dengan keadaan area sekitar saat ini sebagai bagian dari kawasan cagar budaya. Kota Yogyakarta sebagai kota budaya dan sejarah, telah memiliki bangunanbangunan yang tradisional, bersejarah dan memiliki konsep arsitektural yang sangat khas. Maka dari itu, bangunan hotel dan konveksi juga harus mempresentasikan sebuah bangunan yang mengikuti langgam area sekitar dan menjadi ikon ciri bangunan Indonesia. Salah satu aspek yang dapat Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 47

diunggulkan yaitu penekanan desain yang kontekstual dengan kombinasi bentuk dari arsitektur modern sehingga berbeda dari bangunan-bangunan yang ada tetapi tetap memiliki keserasian dengan bangunan sekitar. Dengan adanya aspek kontekstual dalam arsitektural bangunan, maka akan menjadi nilai positif akan sadar budaya terhadap pelestarian budaya dan sejarah di Yogyakarta. Penekanan desain arsitektur yang digunakan adalah adaptasi Arsitektur Kontekstual dan Hi-Tech sebagai wadah konsep arsitektur nusantara yang modern mengenai : a. Bentuk Bentuk yang diadaptasi adalah bentuk langgam arsitektur Nusantara dengan aplikasi modern yang mampu diharmonisasikan dengan bentuk futuristic, sehingga muncul kesan dinamis dan mutakhir tetapi tetap keindonesiaan. b. Bahan Bangunan Bahan bangunan adalah bahan yang fabrikasi yang didominasi dengan bahan kayu, kaca, dan beton c. Ornamentasi Ornamentasi yang digunakan berupa pengeksposan ornament nusantara dan bentuk struktur pada bangunan, sehingga menambah nilai estetika. Ornamentasi disesuaikan dengan penekanan desain dan tidak mengganggu kesan khas Nusantara yang ingin ditampilkan. d. Bentuk Massa bangunan Bentuk bangunan untuk masa bangunan dari pertimbangan fungsi ruang dan penjelasan tema, dapat disimpulkan sebagai berikut : Penyesuaian dengan tata ruang dalam kegiatan menginap dan convention Orientasi bangunan mendukung penampilan dikaitkan dengan tapak bangunan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 48

Keadaan tapak lingkungan pendekatan bentuk masa bangunan berdasarkan kriteria diatas. 5.2 Arsitektur Konstekstual (1) Definisi Arsitektur kontekstual adalah suatu karya arsitektur baru yang mempunyai saling keterkaitan atau selaras, menyatu berhubungan secara visual dengan lingkungan sekitarnya yang telah ada sehingga tercapai kontinuitas visual. (Brolin Brent C, 1980, 45 dalam Rakhmana, 2006). Sedangkan menurut Richard Herdman dalam bukunya Fundamentals of Urban Design (1986), pendekatan desain kontekstual di- maksudkan agar desain bangunan baru mempunyai hubungan visual yang saling melengkapi, sehingga secara keseluruhan tercipta suatu efek visual yang saling ber- taut. Bangunan baru diharapkan dapat memperkuat dan mempertinggi kawasan ter- sebut atau sekurang-kurangnya menjadi pola-pola utama kawasan tersebut. Hub- ungan visual ini dapat unity (seragam, serupa) ataupun disunity (tidak seragam) secara visual dapat kita amati dari proporsi pintu dan jendela, perletakan jalan ma- suk, elemen-elemen dekorsainya, gaya arsitekturnya, bahan bangunan, bayangan yang terbentuk/ skyline dan sebagainya. Menurut Wondoamiseno (1992), arsitektur kontekstual adalah hubungan atau integrasi yang mempunyai makna selaras, menyatu dan mempunyai keterkaitan yang berhubungan secara visual dengan ling- kungan sekitarnya yang telah ada sehingga tercapai kontunuitas visual. Elemen pendekatan visual antara lain : (a) (b) (c) (d) Pola perletakan bangunan Pola hubungan ruang luar Pola ruang dalam Keterkaitan dengan fasade bangunan Kreatifitas seorang arsitek adalah modal utama dalam merancang sebuah bangunan yang bisa kontekstual dengan lingkungan, sebab tidak ada standar/ Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 49

kriteria yang ba- ku untuk dapat menentukan apakah bangunan yang baku tersebut bisa selaras, harmoni, kontekstual dengan lingkungan/ bangunan yang lama. (2) Landasan teori kontekstual Dalam merancang bangunan dengan landasan teori kontekstual, mempunyai dua tahap evaluasi (Brolin, Bent C, 1980) yaitu : (a) General Attributes Adalah atribut/ motif/ ornamen yang mudah dikenali pengamat yang meliputi beberapa aspek, yaitu : - Set beck - Jarak antar bangunan - Komposisi masa - Ketinggian rata-rata bangunan - Arah pandang fasad - Bentuk dan siluet - Pro- porsi ukuran jendela dan pintu - Bahan dan tekstur - Skala, yaitu sikap bangunan terhadap skala manusia. (b) Historical and Non Historical Attributes. Pembahasan mengenai pengambilan macam-macam bentuk ornamen kedalam sebuah desain, tetapi hal ini adalah bukan merupakan hal yang paling utama/ pokok dalam merancang sebuah bangunan. Tetapi hal ini merupakan hal yang paling mudah diambil sebagai salah satu bentuk transformasi bentuk bangunan yang kontekstual dengan lingkungan. 5.2 Neo Vernakular Dalam Arsitektur Modern, vernacular artinya adalah bahasa setempat, sehingga di dalam arsitektur istilah ini untuk menyebut bentuk- bentuk arsitektur yang menerapkan unsur-unsur budaya setempat, termasuk iklim setempat yang diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural, seperti tata letak, struktur, detail ornamen dan lain-lain. Neo yang artinya baru, menjadikan istilah neo vernakular berarti mengadopsi bentuk-bentuk vernakular murni (tradisional asli daerah setempat) ke dalam bentuk modern sehingga lebih sesuai dengan perkembangan jaman dan sesuai dengan kebutuhan fungsi ruang pada jaman sekarang. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 50

Penerapan budaya asli dalam neo vernakular dapat pula menerapkan elemen non fisik ke dalam pemikiran modern, seperti pola pikir, konsep pandangan terhadap ruang, makro kosmos, atau kepercayaan lain yang mengikat, yang dapat diterapakan ke dalam konsep perancangan arsitektur modern. Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh gaya arsitektur neo-vernakular tidak 100% mengikuti bangunan tradisional lama, tetapi menghasilkan karya baru yang terinspirasi dari bentuk tradisional yang ada sehingga bangunan baru tidak menjadi bangunan yang asing di lokasi tempatnya berdiri (buku Indonesian Heritage). Selain itu konsep budaya setempat yang sudah sekian lama ada telah menyesuaikan dengan iklim setempat pula sehingga bisa menjadi dasar penyelesaian masalah iklim pada bangunan baru. Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya language of Post-Modern Architecture maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernacular sebagai berikut : (a) (b) (c) (d) (e) (f) Selalu menggunakan atap bumbungan Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal) Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan. Pemakaian atap miring Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 51

Gambar 27 : Perbandingan Tradisional dengan Neo Vernakular Sumber: Agus Dharma dan Hasan Fadli Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 52

5.3 Bentuk Massa bangunan Bentuk dasar massa adalah persegi dan persegi panjang, menganut bentuk umum area sekitar. Bentuk ini juga melambangkan stabilitas, kokoh dalam posisi yang seimbang (Retno, 2009). Ruang yang simetris juga dianggap sebagai kesempurnaan cita-cita. Penataan ruang dalam bangunan, mengikuti pembagian simetris berdasarkan sumbu. Dengan begitu, bentuk bangunan yang simetris mengikuti bentuk sumbu adalah persegi yang simetris. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 53

BAB V : HASIL RANCANGAN Bentuk dasar dari perancangan ini adalah pendekatan kontektual dimana ada candi prambanan dan Candi Boko yang mempengaruhi bentuk dari bangunan hotel ini,begitu juga budaya jawa yang mempengaruhi bentuk atap pada unit hotel yang merupakan atap rumah daerah setempat. Gambar 28 : Siteplan Gambar 29 : Perspektif Convention Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 54

Facade Conventional Perspektif 3d Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 55

Perspektif Mata Burung Sequence Depan Lobby Hotel Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 56

Perspektif Malam Hari Tampak Depan Tampak Belakang Tampak Samping kiri Tampak Samping kanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 57

Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 58

Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 59