BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB 1 LATARBELAKANG. adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. tujuan negara yang sudah tercantum dalam UUD 1945 alenia ke-4 yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya kepada publik. Pemerintah merupakan entitas publik yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.25

BAB I PENDAHULUAN. ini mulai menaruh perhatian besar terhadap praktik-praktik akuntansi dibanding

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

I. PENDAHULUAN. daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. harus ditingkatkan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci


BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih meningkatkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam organisasi/instansi. Hal ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah di Indonesia kini sedang mengalami masa transisi untuk

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan diberlakukannya Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada tanggal 1 Januari 2001, maka kabupaten/ kota telah mendapat otonomi yang seluas-luasnya. Tap MPR tersebut merupakan landasan hukum keluarnya UU No. 22 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan UU No. 25 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua UU ini telah membawa perubahan mendasar pada pola hubungan antar pemerintah dan keuangan antara pusat dan daerah. Merujuk pada Al-Quran surat An Nisa (58) yang berbunyi: Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.... Menjelaskan bahwa dalam pemerintahan harus memiliki nilai dasar amanah yang didalamya terkandung nilai akuntabilitas dan transparansi. Ayat tersebut mengandung makna bahwa pemerintah memiliki 1

2 amanah yang harus dikembalikan kepada pemiliknya tanpa menambah ataupun mengurangi amanah tersebut. Beberapa Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) juga disiapkan untuk memperjelas pemerintah daerah otonom yang efisien, efektif, akuntabel, taransparan, dan responsif secara berkesinambungan. Arahan-arahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus diterapkan atau dijalankan, karena dengan model pemerintah tersebut pembangunan di seluruh penjuru Indonesia akan terlaksana. Setelah pembangunan berjalan dengan baik, program pemerintah yang telah dicanangkan bisa terealisasi dengan baik di seluruh penjuru Indonesia. Kebijakan ini akan menghasilkan masyarakat yang mampu berperanserta dalam menentukan prioritasnya sendiri dalam meningkatkan taraf hidup yang sesuai dengan peluang dan batasan kepentingan nasional. Kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau dikenal dengan desentralisasi ini diharapkan menghasilkan dua manfaat. Dua manfaat tersebut yaitu; Pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa, dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasilhasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi masing-masing daerah. Kedua, memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah yang paling rendah dalam memiliki informasi secara lengkap. Penyerahan kewenangan dari puncak ke level yang lebih rendah pada pemerintahan, dimaksudkan untuk mendekatkan tangan pemerintah kepada publiknya. Menurut Mardiasmo (2009:20) pemerintah daerah memiliki dua jenis

3 pertanggungjawaban dalam melaksanakan pemerintahan. Pertanggungjawaban tersebut antara lain: Pertama, pertanggungjawaban vertikal kepada pusat; kedua, pertanggungjawaban horizontal kepada DPRD dan masyarakat luas. Kedua jenis pertanggungjawaban tersebut adalah elemen penting dalam proses akuntabilitas. Adapun penanggung jawab penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah pejabat yang secara fungsional bertanggung jawab melayani fungsi administrasi di instansi masing-masing. Selanjutnya pimpinan instansi bersama tim kerja harus memertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan/kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya. Menurut Cahyani & Utama (2015), akuntabilitas merupakan suatu kewajiban seseorang yang diberikan kepercayaan dalam mengelola sumber daya publik dan mampu memertanggungjawabkan kepada masyarakat. Dengan pengungkapan tersebut, pemerintah harus mau serta mampu menjadi subyek pemberi informasi. Informasi tersebut terdiri atas aktivitas dan kinerja yang diperlukan secara akurat, tepat waktu, relevan, dapat dipercaya dan konsisten. Pemberian informasi dan pengungkapan kinerja dilakukan dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat yang berupa hak untuk mendapatkan informasi, hak diberi penjelasan, hak untuk diperhatikan pendapatnya, serta hak menuntut pertanggungjawaban. Pemerintah perlu memerhatikan beberapa hal dalam menghadapi akuntabilitas, diantaranya kejelasan sasaran anggaran, sistem pelaporan, pengendalian akuntansi. Hal tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Schaeffer & Yilmaz (2008), Anjarwati (2012), Emilia (2013), Suwandi

4 (2013), Primayoni dkk., (2014), Dewi & Supadmi (2015), Cahyani & Utama (2015), Hidayatullah & Herdjiono (2015), serta Zakiyudin & Suyanto (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kejelasan sasaran anggaran terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Herawaty (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan kejelasan sasaran anggaran terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Kemudian penelitian yang dilakukan Pangumbalerang & Pinatik (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif tetapi tidak signifikan kejelasan sasaran anggaran terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penelitan yang dilakukan Berry (2005), Cahyani & Utama (2015), Hidayatullah & Herdjiono (2015), serta Zakiyudin & Suyanto (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Herawaty (2012) dan Anjarwati (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penelitan yang dilakukan Yaacob & Nahar (2011), Herawaty (2012), Anjarwati (2012), Risuli (2014), Cahyani & Utama (2015), Hidayatullah & Herdjiono (2015), serta Zakiyudin & Suyanto (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

5 Strategi yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara untuk mencapai penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah dengan berdasarakan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan berbasis pada kemampuan lokal. Hal ini sesuai dengan konsep good governance yang menargetkan terselenggaranya pembinaan secara spesifik dan teknis mengenai penyusunan program kerja secara efisien dan efektif. Pada dasarnya good governance menjadi dasar dari terciptanya pemerintahan yang baik dan berkualitas, serta dapat menghasilkan pelayanan publik yang baik bagi masyarakat (Zeyn, 2011). Tetapi fenomena yang terjadi di Kabupaten Banjarnegara belum dapat mengoptimalkan kemampuan/ pemanfaatan sumber daya yang ada. Hal tersebut sesuai dengan LAKIP yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2013. TABEL 1.1. Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013 Misi Mewujudkan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pembangunan Berbasis Pertanian dan Potensi Lokal Lainnya yang Berdaya Saing Mewujudkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Mewujudkan Kondisi Aman, Damai, Demokratis dan Religius Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan Mewujudkan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dengan Prioritas Penegakan Hukum, Penghargaan Hak Asasi Manusia, Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Mewujudkan Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pengembangan Seni Budaya, Penghargaan Tradisi Target Sasaran Telah Tercapai Tidak tercapai 14 8 6 8 5 3 4 1 3 9 8 1 12 7 5 4 4 0 Dan Kearifan Lokal Total 51 33 18 Persentase 100% 64,7% 35,3% Sumber: LAKIP Kabupaten Banjarnegara tahun 2013

6 Berdasarkan data tersebut, dari 51 sasaran yang ditetapkan, sasaran yang dapat dicapai adalah sebanyak 33 sasaran atau sebesar 64,7%, dan 18 sasaran atau sebesar 35,3% tidak dapat tercapai. Hal ini menggambarkan bahwa kinerja SKPD di Kabupaten Banjarmegara belum sesuai dengan target yang telah ditapkan. Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2015 BPK RI GAMBAR 1.1. Opini LKPD dari Tahun 2010-2014 Berdasarkan Tingkat Pemerintahan Sesuai dengan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI pada tahun 2016, terjadi peningkatan atas opini yang dikeluarkan oleh BPK dari tahun 2010-2014. Pada tahun 2013, Kabupaten Banjarnegara mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), begitupun pada tahun 2014. Meskipun mendapatkan opini WTP dari BPK, namun Kabupaten Banjarnegara hanya mengeluarkan LAKIP sampai dengan tahun 2013, dan untuk tahun 2014 dan 2015 Kabupaten Banjarnegara tidak mengeluarkan laporan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa akuntabilitas kinerja yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara masih kurang baik.

7 Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin menguji kembali mengenai kejelasan sasaran anggaran, sistem akuntansi, dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, karena masih terdapat hasil penelitian yang belum konsisten dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Peneliti juga ingin menguji apakah good governance dapat memperkuat sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi, dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja SKPD: Good Governance (Studi Empiris pada SKPD Kabupaten Banjarnegara). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Cahyani & Utama (2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada tahun penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu pada tahun 2016. Perbedaan lain adalah penggunaan variabel moderasi yaitu good governance, serta penggunaan daerah pemilihan sampel yang berbeda yaitu SKPD Kabupaten Banjarnegara. B. Batasan Masalah Penelitian Batasan masalah dalam penelitian ini digunakan ugar penelitian ini tetap fokus dan tidak melebar. Hal tersebut dikarenakan konsep good governance sangatlah luas. Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada batasan tematik, yaitu berdasarkan latar belakang dan dukungan

8 tunjauan pustaka, maka implemetasi good governance difokuskan pada prinsip akuntabilitas, transparansi, penerapan hukum, responsibilitas, dan keadilan. C. Rumusan Masalah Penelitian Bedasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja SKPD? 2. Apakah pengendalian akuntansi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja SKPD? 3. Apakah sistem pelaporan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja SKPD? 4. Apakah good governance memperkuat pengaruh sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja SKPD? D. Tujuan Penelitian antara lain: Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan 1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja SKPD.

9 2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris apakah pengendalian akuntansi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja SKPD. 3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris apakah sistem pelaporan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja SKPD. 4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris apakah good governance memperkuat pengaruh sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja SKPD. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: 1. Bidang Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumbangan empiris dalam ilmu akuntansi terutama pada bidang akuntansi sektor publik, dalam bahasan faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja pemerintah daerah. 2. Bidang Praktis a. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan sumbangan pemikiran bagi SKPD Kabupaten Banjarnegara sebagai masukan dan pertimbangan dalam mengevaluasi dan mengukur sejauhmana kinerja SKPD guna untuk mencapai pemerintahan yang baik. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar atau acuan

10 pihak-pihak terkait yang menyusun kebijakan baik untuk masyarakat maupun pegawai dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat. b. Bagi Investor, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja pegawai, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya.