KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

dokumen-dokumen yang mirip
Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM :

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

STUDI PARAMETER DESAIN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DENGAN BENTANG 120 M

TUGAS AKHIR RC

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

DESAIN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA BENTANG 80 METER BERDASARKAN RSNI T ABSTRAK

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

PERENCANAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA KRUENG SAKUI KECAMATAN SUNGAI MAS KABUPATEN ACEH BARAT

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

Kajian Pemakaian Profil Fiber Reinforced Polymer (FRP) sebagai Elemen Struktur Jembatan Gantung Lalu Lintas Ringan

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

Pengaruh Rasio Tinggi Busur terhadap Bentang Jembatan Busur pada Gaya Dalam dan Dimensi Jembatan

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

ANALISIS ALTERNATIF PERKUATAN JEMBATAN RANGKA BAJA (STUDI KASUS : JEMBARAN RANGKA BAJA SOEKARNO-HATTA MALANG)

STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

EVALUASI STRUKTUR ATAS JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DI DESA AEK LIBUNG, KECAMATAN SAYUR MATINGGI, KABUPATEN TAPANULI SELATAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

DESAIN JEMBATAN BARU PENGGANTI JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA DENGAN SISTEM BUSUR

DESAIN JEMBATAN BETON BERTULANG ANTARA PULAU BIDADARI DAN PULAU KELOR

BAB III METODOLOGI DESAIN

disusun oleh : MOCHAMAD RIDWAN ( ) Dosen pembimbing : 1. Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO,MS 2. Dr. RIDHO BAYUAJI,ST.MT

Jl. Banyumas Wonosobo

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH NGONGKONG DI KABUPATEN BADUNG, BALI

TUGAS AKHIR DESAIN JEMBATAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN KAYU MERBAU DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT. Disusun Oleh : Eric Kristianto Upessy

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM.

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA DUA TUMPUAN BENTANG 120 METER Razi Faisal 1 ) Bambang Soewarto 2 ) M.

PERENCANAAN JEMBATAN TUKAD YEH POH DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR...iv. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR GAMBAR...

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

PENGARUH KONFIGURASI RANGKA DAN OPTIMASI PROFIL TERHADAP KINERJA PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

PERENCANAAN JEMBATAN TUKAD WOS DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG.

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

JEMBATAN RANGKA BAJA. bentang jembatan 30m. Gambar 7.1. Struktur Rangka Utama Jembatan

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

PEMBANDINGAN DISAIN JEMBATAN RANGKA BAJA MENGGUNAKAN PERATURAN AASHTO DAN RSNI

yang optimal sehingga dapat menekan biaya konstruksi namun tetap memenuhi persyaratan. Jenis jembatan rangka yang digunakan penulis dalam penelitian i

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nilai Rasio Antara Kekuatan Dan Berat Untuk Beberapa Jenis Konfigurasi Jembatan Rangka Kayu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI BERAT STRUKTUR RANGKA BATANG PADA JEMBATAN BAJA TERHADAP VARIASI BENTANG. Heavy Optimation Of Truss At Steel Bridge To Length Variation

TUBAGUS KAMALUDIN DOSEN PEMBIMBING : Prof. Tavio, ST., MT., Ph.D. Dr. Ir. Hidayat Soegihardjo, M.S.

TATA CARA PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN GANTUNG UNTUK PEJALAN KAKI

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

EVALUASI KONDISI EKSISTING STRUKTUR ATAS JEMBATAN BAILEY MOLINTOGUPO, KABUPATEN BONE BOLANGO, GORONTALO

Analisis Konstruksi Jembatan Busur Rangka Baja Tipe A-half Through Arch. Bayzoni 1) Eddy Purwanto 1) Yumna Cici Olyvia 2)

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDY PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING TUNNEL

ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

ANALISIS KONSTRUKSI BERTAHAP PADA PORTAL BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PANJANG BENTANG DAN JUMLAH TINGKAT

Analisis Konstruksi Jembatan Busur Rangka Baja Tipe A-half Through Arch. Yumna Cici Olyvia 1) Bayzoni 2) Eddy Purwanto 3)

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

Struktur Baja 2. Kolom

BAB IV ANALISA STRUKTUR

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung, Jl. PHH. Mustofa 23 Bandung 40124 e-mail: tiqa_chantique@yahoo.com 2 Kepala Laboratorium Struktur dan Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung, Jl. PHH. Mustofa 23 Bandung 40124, e-mail:herbudiman@itenas.ac.id ABSTRAK Permasalahan transportasi yang terjadi di pedesaan salah satunya disebabkan oleh hambatan arus lalu lintas berupa sungai, danau ataupun jurang. Jembatan rangka batang kayu merupakan pilihan yang efektif dan efisien untuk masalah tersebut. Keunggulan jembatan rangka batang kayu dibandingkan dengan jembatan lainnya, antara lain: lebih ringan, bahan bahan mudah didapat dengan biaya yang relatif murah, mudah pengerjaannya, memiliki nilai estetika, arsitektur dan dekoratif yang tinggi. Dalam merancang jembatan yang aman namun cukup ekonomis, yang harus diperhatikan adalah bagaimana menentukan pilihan dimensi yang sesuai. Jembatan rangka batang memiliki beberapa elemen struktur, seperti gelagar melintang, gelagar memanjang, batang bawah, batang tegak dan batang diagonal. Penelitian ini dilakukan dengan memodelkan 6 variasi bentuk jembatan rangka dengan perletakan sederhana dengan bentang 20 meter, lebar 4 meter serta tinggi jembatan di tengah bentang sebesar 3 meter. Diantara ke 6 model tersebut, ada beberapa model yang memanfaatkan kabel baja dengan kuat leleh f y 1670 MPa sebagai batang tariknya. Kombinasi pembebanan dan pembebanan pada jembatan berdasarkan RSNI T-02-2005, tentang peraturan pembebanan untuk jembatan. Penelitian ini dianalisa dengan bantuan software SAP 2000 sehingga didapatkan model dan dimensi penampang yang paling aman dan ekonomis. Parameter batas layan yang diperiksa adalah kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur, kuat geser dan lendutan. Selanjutnya, pengaruh variasi dimensi dan pemanfaatan kabel baja terhadap batas layan diperiksa. Dari hasil penelitian ini didapat bahwa jembatan yang menggunakan material kayu pada semua penampangnya dengan model batang atas sejajar batang bawah merupakan model yang paling ekonomis, aman dan lendutan yang dihasilkan juga sangat kecil yaitu 12,38% dari lendutan izinnya. Untuk kabel yang digunakan sebagai bracing saja khususnya bracing silang di dalam rangka-nya menjadikan lendutan cenderung mengecil sebesar 14,43% dari lendutan izinnya sedangkan kabel yang digunakan sebagai bracing dan batang bawah menjadikan lendutan membesar sebesar 16,8% - 17,2% dari lendutan izinnya. Kata kunci: jembatan, rangka batang kayu, kabel, bracing, lendutan 1. PENDAHULUAN Jembatan rangka batang kayu merupakan pilihan yang efektif dan efisien untuk menyebrangi sungai, danau atau jurang. Keunggulan jembatan rangka batang kayu dibandingkan dengan jembatan lainnya, antara lain: lebih ringan, lebih ekonomis, bahan bahan mudah didapat dengan biaya yang relatif murah, mudah pengerjaannya, memiliki nilai estetika, arsitektur dan dekoratif yang tinggi (Yap, F., 1992). Jembatan rangka batang kayu merupakan suatu konstruksi jembatan kayu yang menggunakan struktur rangka batang yang terdiri dari sejumlah batang yang disambung sehingga apabila diberi beban pada titik buhul (titik pertemuan antar batang), maka struktur tersebut akan menyalurkan beban ke tumpuan sebagai gaya aksial (tarik atau tekan) pada batang-batangnya (Dewobroto, W., 2007). Jembatan rangka batang memiliki beberapa elemen struktur, seperti gelagar melintang, gelagar memanjang, batang tegak, batang bawah dan batang diagonal. Untuk menghasilkan jembatan yang lebih indah dan koh digunakan kabel baja sling. Kekakuan kabel terhadap gaya lateral sepenuhnya adalah dari gaya aksial tarik karena kabel sangat lentur jika tidak diberi tegangan tarik. Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan pemodelan pembebanan pada jembatan dan mengetahui kemampuan jembatan untuk menahan beban-beban yang bekerja, menentukan dimensi yang sesuai sehingga didapat jembatan yang aman namun cukup ekonomis, menganalisa beberapa variasi bentuk rangka untuk mengetahui dimensi paling ekonomis, menganalisa pemanfaatan kabel pada perancangan jembatan rangka batang kayu. Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 67

Estika dan Bernardinus Herbudiman 2. METODE PENELITIAN Pemodelan papan lantai jembatan Pemodelan papan lantai jembatan dimulai dengan menentukan beban rencana (beban mati dan beban hidup), menentukan dimensi dan pengkayuan plat lantai jembatan. Selanjutnya beban mati dan beban hidup tersebut diperiksa keamanannya terhadap papan bawah. Bila kontrol tegangan yang terjadi lebih kecil dari kontrol tegangan ijin maka papan lantai tersebut aman untuk digunakan. Perhitungan pembebanan jembatan Pembebanan pada jembatan terdiri dari beban mati dan beban hidup (beban pejalan kaki dan beban lajur). Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan yang dianggap merupakan satu kesatuan tetap dengannya. Beban mati pada jembatan ini terdiri dari tebal papan lantai kendaraan sebesar 0,12 m, jarak antar gelagar melintang 2,5 m, berat jenis kayu 8 kn/m 3, sehingga beban mati (q DL ) akibat pelat jembatan sebesar 2,4 kn/m dan beban mati (q DL ) akibat bal memanjang ukuran 8*16 cm adalah sebesar 0,512 kn/m sehingga beban mati yang diterima per gelagar melintang sebesar 2,912 kn/m, seperti tampak pada Gambar 1. Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan bergerak, lalu lintas atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. Menurut RSNI T- 02-2005, beban hidup pada jembatan ini terdiri dari beban pejalan kaki (q LL ) sebesar 5 kn/m 2, sehingga beban hidup yang diterima per gelagar melintang sebesar 12,5 kn/m seperti tampak pada Gambar 2 dan beban lajur yang terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang digabung dengan beban garis (BGT) sebesar 9 kn/m 2 untuk q (beban terbagi rata) dan 49 kn/m untuk beban garis. Sehingga beban yang diterima gelagar melintang (segmen ujung) = 9 kn/m 2 x 2,5 m / 2 = 11,25 kn/m dan beban diterima gelagar melintang yang juga menumpu beban garis (segmen tengah) = (9 kn/m 2 x 2,5 m) + 49 kn/m = 22,5 kn/m + 49 kn/m = 71,5 kn/m. Selanjutnya, beban lajur di input ke SAP sebagai beban merata dan beban garis dengan 4 posisi yaitu LL 1 seperti terlihat pada Gambar 3, LL 2 pada Gambar 4, LL 3 pada Gambar 5 dan LL 4 pada Gambar 6. Gambar 1. Beban Mati (beban merata) kn/m Gambar 2. Beban Pejalan kaki (beban merata) kn/m Gambar 3. Beban lajur LL 1 kn/m Gambar 4. Beban lajur LL 2 kn/m Gambar 5. Beban lajur LL 3 kn/m Gambar 6. Beban lajur LL 4 kn/m S - 68 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Kajian Pemanfaatan Kabel Pada Perancangan Jembatan Rangka Batang Kayu Analisis struktur Data geometri jembatan rangka batang adalah sebagai berikut: Jenis Model: Jembatan rangka batang; Bentang: 20 m; Lebar Jembatan: 4 m; Tinggi tengah bentang jembatan: 3 m; Lebar Jalan: 3 m; Trotoar: 0,5 m ( 2 x 0,5 m = 1 m ); Type Lantai kendaraan: Deck Type Truss (lantai kendaraan terletak dibagian atas konstruksi pemikul utama); Lantai Kendaraan: Papan lantai dari kayu; Tumpuan Perletakan: Sendi, Rol; Jumlah segmen: 8 segmen; Bahan Konstruksi: Kayu Mutu B; Mutu: Kode Mutu E11. Sambungan: Paku 3-in, 5-in dan baut D 18 mm; Perkuatan: Kabel sebagai batang tarik; Modulus elastisitas: 10000 MPa; Angka poison, µ: 0,2; Mass per unit volume: 7,997E-10 N/mm 3 ; Weight per unit volume: 7,845E-06 N/mm 3 ; Diameter kabel baja: D 40 mm; Mutu baja (f y ): 1670 MPa. Selanjutnya model struktur dirakit dengan software SAP 2000, data geometri tersebut dimasukkan ke dalam lembar isian data geometri struktur, setelah itu mengidentifikasi material, mengidentifikasi frame section, mengidentifikasi kabel, menggambar model, mengidentifikasikan perletakan, mengidentifikasi load cases, mengidentifikasi beban dan mengidentifikasi kombinasi beban. Setelah itu, release moment, karena batang-batang Truss dianggap hanya menerima beban aksial dan tidak menerima momen sehingga perlu melepas atau menghilangkan kemampuan batang untuk memikul momen. Merencanakan atau mendesain sebuah jembatan merupakan bagian terpenting dalam proses pembangunan struktur jembatan. Dalam merancang sebuah jembatan diperlukan model, dimensi penampang, material dan nilai keindahan yang sesuai agar tercipta jembatan yang koh, indah dan ekonomis. Oleh karena itu, dirancang beberapa variasi bentuk rangka jembatan yang selanjutnya didesain dengan material dan dimensi yang berbeda beda sebagai bahan perbandingan, seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bentuk rangka jembatan Material Model Bentuk rangka Kayu Baja A. 1 2 xo B. 1 2 xo 3 CB C. 1 XJ Ket : material kayu pada semua penampang O kabel baja pada bracing dan batang bawah X kabel baja pada bracing silang W kabel baja pada bracing bawah dan antar joint Hasil pemodelan dan perhitungan analisis struktur jembatan rangka batang kayu dengan SAP versi 2000 dengan 6 model dapat dilihat sebagai berikut: Model A-1 Data geometri jembatan model A-1 sebagai berikut: Bentang 20 m, Lebar jembatan 4 m, Tinggi tengah bentang jembatan 3 m, Dimensi gelagar melintang 30x36 cm, Dimensi gelagar memanjang 18x20 cm, Dimensi rangka batang tegak 14x16 cm, Dimensi rangka batang diagonal 18x24 cm, Dimensi rangka batang bawah 18x28 cm, Dimensi rangka batang bawah melintang 8x12 cm, Dimensi bracing bawah 4x6 cm, Dimensi bracing atas 14x14 cm, Material kayu. Desain model A-1 dengan data penampang seperti diatas memiliki batang tepi atas yang sejajar dengan batang tepi bawah seperti tampak pada Gambar 7 dan Gambar 8. Untuk mengetahui apakah komponen struktur tarik, tekan, lentur dan geser yang telah direncanakan cukup aman, maka dilakukan pemeriksaan keamanan (Suryoatmono, B., 2005) yang harus memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan di Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu SNI 03-xxxx- 2000. Gaya batang, momen dan geser maksimum dari setiap batangnya diperiksa keamanannya, seperti terlihat pada Tabel 2. Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 69

Estika dan Bernardinus Herbudiman Gambar 7. Extrude jembatan model A-1 Gambar 8. Tampak samping jembatan model A-1 Frame Ukuran Penampang Tabel 2. Pemeriksaan keamanan model A-1 Panjang Batang Penampang kayu Kuat tekan Kuat Tarik Kuat Lentur Kuat Geser Pu λ* c*p' Tu λ* t*t' Mu λ* b*m' Vu λ* v*v' cm m kn kn kn kn knm knm kn kn Gelagar melintang 30 * 36 4-87.283 87.815 130.924 194.4 Gelagar memanjang 18 * 20 2.5-465.411 489.768 Batang tegak 14 * 16 3-130.924 178.786 140.736 238.336 Batang diagonal 18 * 24 3.905-237.965 338.019 364.049 459.648 Batang bawah melintang 8 * 12 4-9.703 15.99 Batang bawah 18 * 28 2.5 516.018 536.256 Bracing Bawah 4 * 6 5.59 9.249 25.536 Bracing Atas 14 * 14 4.717-58.863 69.906 Menurut Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu SNI 03-xxxx-2000, lendutan izin akibat berat sendiri dan muatan tetap dibatasi sebesar 1/700 L atau 28,57 mm. Berdasarkan AASHTO-LRFD 2005 3 rd Edition, lendutan izin akibat beban kendaraan dan pejalan kaki dibatasi sebesar 1/425 L atau 47,06 mm. Lendutan vertikal maksimum (U3) yang terjadi di tengah bentang sebesar 44,261 mm (untuk beban kendaraan dan pejalan kaki), lebih kecil dari lendutan izinnnya. Material yang dibutuhkan untuk model A-1 ini sebanyak 12,42 m 3 kayu. Model A-2 Data geometri jembatan model A-2 sebagia berikut: Bentang 20 m, Lebar jembatan 4 m, Tinggi tengah bentang jembatan 3 m, Dimensi gelagar melintang 30x36 cm, Dimensi gelagar memanjang 18x20 cm, Dimensi rangka batang tegak 14x16 cm, Dimensi rangka batang diagonal 18x24 cm, Dimensi rangka batang bawah D 40 mm, Dimensi rangka batang bawah melintang 16x24 cm, Dimensi bracing bawah D 40 mm, Dimensi bracing atas 14x14 cm, Material kayu dan baja. Desain model A-2 tersebut dapat dilihat pada Gambar 9 untuk extrude jembatan model A-2 dan Gambar 10 untuk tampak samping jembatan model A-2. Ket Gambar 9. Extrude jembatan model A-2 Gambar 10. Tampak samping jembatan model A-2 Pemeriksaan keamanan untuk gelagar melintang, gelagar memanjang dan batang tegak pada model A-2 sama seperti pada model A-1, tetapi kuat tarik pada batang diagonal menjadi 318,773 kn dan kuat tekan pada batang bawah melintang menjadi -127,198 kn serta batang bawah dan bracing bawah yang menggunakan kabel baja mengalami kuat tarik masing masing sebesar 479,077 kn dan 74,999 kn. atau 47,06 mm. Lendutan vertikal maksimum (U3) yang terjadi di tengah bentang 4,8 mm (untuk berat sendiri) lebih S - 70 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Kajian Pemanfaatan Kabel Pada Perancangan Jembatan Rangka Batang Kayu kecil dari lendutan izinnnya. Material yang dibutuhkan untuk model A-2 ini sebanyak 11,53 m 3 kayu dan 1113,69 kg baja. Model B-1 Data geometri jembatan model B-1 sebagai berikut: Bentang 20 m, Lebar jembatan 4 m, Tinggi tengah bentang jembatan 3 m, Tinggi minimum jembatan 2 m, Dimensi gelagar melintang 30x36 cm, Dimensi gelagar memanjang 20x20 cm, Dimensi rangka batang tegak 16x20 cm, Dimensi rangka batang diagonal 18x26 cm, Dimensi rangka batang bawah 18x30 cm, Dimensi rangka batang bawah melintang 8x14 cm, Dimensi bracing bawah 4x6 cm, Dimensi bracing atas 14x16 cm, Material kayu. Desain model B-1 tersebut dapat dilihat pada Gambar 11 untuk extrude jembatan model B-1 dan Gambar 12 untuk tampak samping jembatan model B-1. Pemeriksaan keamanan untuk model B-1 seperti terlihat pada Tabel 3. Gambar 11. Extrude jembatan model B-1 Gambar 12. Tampak samping jembatan model B-1 Frame Ukuran Penampang Tabel 3. Pemeriksaan keamanan model B-1 Panjang Batang Penampang kayu Kuat tekan Kuat Tarik Kuat Lentur Kuat Geser Pu λ* c*p' Tu λ* t*t' Mu λ* b*m' Vu λ* v*v' cm m kn kn kn kn knm knm kn kn Gelagar melintang 30 * 36 4-87.283 87.815 130.924 194.4 Gelagar memanjang 20 * 20 2.5-486.39 584.34 Batang tegak 16 * 20 3-213.476 312.572 Batang diagonal 18 * 26 3.905-35.072 366.188 450.385 497.952 Batang bawah melintang 8 * 14 4-9.415 18.655 Batang bawah 18 * 30 2.55 494.017 574.56 Bracing Bawah 4 * 6 5.124 8.404 25.536 Bracing Atas 14 * 16 4.717-61.202 79.892 atau 47,06 mm. Lendutan vertikal maksimum (U3) yang terjadi di tengah bentang sebesar 47 mm (untuk beban kendaraan dan pejalan kaki), lebih kecil dari lendutan izinnnya. Material yang dibutuhkan untuk model B-1 ini sebanyak 13,20 m 3 kayu. Model B-2 Data geometri jembatan model B-2 : Bentang 20 m, Lebar jembatan 4 m, Tinggi tengah bentang jembatan 3 m, Tinggi minimum jembatan 2 m, Dimensi gelagar melintang 30x36 cm, Dimensi gelagar memanjang 20x20 cm, Dimensi rangka batang tegak 16x20 cm, Dimensi rangka batang diagonal 18x26 cm, Dimensi rangka batang bawah D 40 mm, Dimensi rangka batang bawah melintang 16x20 cm, Dimensi bracing bawah D 40 mm, Dimensi bracing atas 14x16 cm, Material kayu dan baja. Desain model B-2 tersebut dapat dilihat pada Gambar 13 untuk extrude jembatan model B-2 dan Gambar 14 untuk tampak samping jembatan model B-2. Ket Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 71

Estika dan Bernardinus Herbudiman Gambar 13. Extrude jembatan model B-2 Gambar 14. Tampak samping jembatan model B-2 Pemeriksaan keamanan untuk gelagar melintang, gelagar memanjang dan batang tegak pada model B-2 sama seperti pada model B-1, tetapi kuat tarik pada batang diagonal menjadi 414,725 kn dan kuat tekan pada batang bawah melintang menjadi -113,613 kn serta batang bawah dan bracing bawah yang menggunakan kabel baja mengalami kuat tarik masing masing sebesar 461,63 kn dan 68,361 kn. atau 47,06 mm. Lendutan vertikal maksimum (U3) yang terjadi di tengah bentang sebesar 4,913 mm (untuk beban kenaraan dan pejalan kaki), lebih kecil dari lendutan izinnnya. Material yang dibutuhkan untuk model B-2 ini sebanyak 11,96 m 3 kayu dan 1100,8 kg baja. Model B-3 Data geometri jembatan model B-3 sebagi berikut: Bentang 20 m, Lebar jembatan 4 m, Tinggi tengah bentang jembatan 3 m, Tinggi minimum jembatan 2 m, Dimensi gelagar melintang 30x36 cm, Dimensi gelagar memanjang 20x20 cm, Dimensi rangka batang tegak 16x20 cm, Dimensi rangka batang diagonal 18x26 cm, Dimensi rangka batang bawah 18x30 cm, Dimensi rangka batang bawah melintang 8x14 cm, Dimensi bracing bawah 4x6 cm, Dimensi bracing atas 14x16 cm, Dimensi bracing silang D 40 mm, Material kayu dan baja. Desain model B-3 tersebut dapat dilihat pada Gambar 15 untuk extrude jembatan model B-3 dan Gambar 16 untuk tampak samping jembatan model B-3. Pemeriksaan keamanan model B-3 seperti terlihat pada Tabel 4. Gambar 15. Extrude jembatan model B-3 Gambar 16. Tampak samping jembatan model B-3 Tabel 4. Pemeriksaan keamanan model B-3 Penampang kayu Penampang baja Ukuran Panjang Kuat tekan Kuat Tarik Kuat Lentur Kuat Geser Kuat tarik Frame Penampang Batang Ket Pu λ* c*p' Tu λ* t*t' Mu λ* b*m' Vu λ* v*v' Pu 0.75* Ae* fu cm m kn kn kn kn knm knm kn kn kn kn Gelagar melintang 30 * 36 4-87.283 87.815 130.924 194.4 Gelagar memanjang 20 * 20 2.5-473.662 584.34 Batang tegak 16 * 20 3-186.052 312.572 Batang diagonal 18 * 26 3.905-37.101 366.188 448.802 497.952 Batang bawah melintang 8 * 14 4-10.087 18.655 32.528 119,168 Batang bawah 18 * 30 2.55 508.745 574.56 Bracing Bawah 4 * 6 5.124 10.938 25.536 Bracing Atas 14 * 16 4.717-51.076 79.892 Bracing silang D 4 5.59 24.157 1753.009 atau 47,06 mm. Lendutan vertikal maksimum (U3) yang terjadi di tengah bentang sebesar 46,10 mm (untuk beban kendaraan dan pejalan kaki) lebih kecil dari lendutan izinnnya. Material yang dibutuhkan untuk model B-3 ini sebanyak 13,20 m 3 kayu dan 666,51 kg baja. S - 72 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Kajian Pemanfaatan Kabel Pada Perancangan Jembatan Rangka Batang Kayu Model C-1 Data geometri jembatan model C-1 sebagai berikut : Bentang 20 m, Lebar jembatan 4 m, Tinggi tengah bentang jembatan 3 m, Tinggi minimum jembatan 2,5 m, Dimensi gelagar melintang 30x36 cm, Dimensi gelagar memanjang 20x20 cm, Dimensi rangka batang tegak 16x20 cm, Dimensi rangka batang diagonal 18x26 cm, Dimensi rangka batang bawah 18x28 cm, Dimensi rangka batang bawah melintang 12x18 cm, Dimensi bracing bawah D 40 mm, Dimensi bracing atas 14x14 cm, Material kayu dan baja. Desain model C-1 tersebut dapat dilihat pada Gambar 17 untuk extrude jembatan model C-1 dan Gambar 18 untuk tampak samping jembatan model C-1. Pemeriksaan keamanan model C-1 seperti terlihat pada Tabel 5. Gambar 17. Extrude jembatan model C-1 Gambar 18. Tampak samping jembatan model C-1 Frame Ukuran Penampang Panjang Batang Tabel 5. Pemeriksaan keamanan model C-1 Penampang kayu Penampang baja Kuat tekan Kuat Tarik Kuat Lentur Kuat Geser Kuat tarik Pu λ* c*p' Tu λ* t*t' Mu λ* b*m' Vu λ* v*v' Pu 0.75* Ae* fu cm m kn kn kn kn knm knm kn kn kn kn Gelagar melintang 30 * 36 4-87.283 87.815 130.924 194.4 Gelagar memanjang 20 * 20 2.5-519.864 642.774 Batang tegak 16 * 20 3-227.707 312.572 3.716 340.48 Batang diagonal 18 * 26 3.905-90.161 366.188 359.099 497.952 Batang bawah melintang 12 * 18 4-58.106 78.615 18 * 28 324.153 536.256 Batang bawah 2.55 D 4 222.267 1753.009 Bracing Bawah D 4 65.585 1753.009 Bracing Atas 14 * 14 4.717-59.647 69.906 atau 47,06 mm. Lendutan vertikal maksimum (U3) yang terjadi di tengah bentang sebesar 45,97 mm lebih kecil dari lendutan izinnnya. Material yang dibutuhkan untuk model C-1 ini sebanyak 13,11 m 3 kayu dan 1004,07 kg baja. Ket 3. PEMBAHASAN Dari 6 variasi model jembatan yang mempunyai bentuk rangka, dimensi, material dan pemanfaatan kabel sebagai perkuatan untuk batang tarik yang ditempatkan berbeda-beda, terlihat bahwa semua dimensi elemen rangka batang memiliki kapasitas yang memadai untuk menahan semua beban yang dipercayakan kepadanya, karena gaya dan lendutan yang terjadi selalu lebih kecil dari yang diizinkan. Lendutan menjadi salah satu syarat batas yang harus dipenuhi dalam perencanaan jembatan rangka batang kayu. Pada struktur rangka batang kayu, diberikan syarat izin lendutan sebesar L/700 untuk lendutan struktur jembatan akibat berat sendiri dan muatan tetap serta L/425 akibat beban kendaraan dan pejalan kaki. Perencana harus dapat mengasumsikan dimensi yang paling ekonomis agar dapat memberikan hasil lendutan yang tidak melebihi lendutan izinnya. Lendutan hasil perhitungan analisis struktur dari beberapa ukuran dan dimensi yang berbeda-beda serta pemanfaatan kabel sebagai batang tarik pada beberapa model ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Kebutuhan bahan konstruksi dan lendutan Model Dimensi Kebutuhan kayu Kebutuhan baja Lendutan Batang akibat Gelagar Gelagar Batang Batang Batang Bracing Bracing Bracing bawah berat melintang memanjang tegak diagonal bawah atas bawah silang melintang sendiri akibat beban mati cm cm cm cm cm cm cm cm cm m 3 kayu kg baja mm mm mm A-1 30* 36 18* 20 14* 16 18* 24 18*28 8* 12 14* 14 4*6-12.42-3.537 3.282 14.09 A-2 30* 36 18*20 14*16 18*24 D4 16* 24 14* 14 D4 11.53 1113.69 4.802 4.388 18.837 B-1 30* 36 20*20 16*20 18*26 18* 30 8* 14 14* 16 4* 6-13.20-3.95 3.507 15.054 B-2 30* 36 20*20 16*20 18*26 D4 16* 20 14* 16 D4-11.96 1100.80 4.913 4.398 18.88 B-3 30* 36 20*20 16*20 18*26 18* 30 8* 14 14* 16 4* 6 D4 13.20 666.51 4.123 3.402 14.605 C-1 30* 36 20*20 16*20 18*26 18* 28 12* 18 14* 14 D4-13.11 1004.07 4.132 3.402 14.604 D4 akibat beban hidup Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 73

Estika dan Bernardinus Herbudiman Dari Tabel 12 terlihat bahwa untuk model yang menggunakan material kayu pada semua penampangnya, model A-1 yang batang atasnya sejajar dengan batang bawah dan menggunakan dimensi penampang yang lebih kecil sehingga lebih ekonomis terlihat dari kayu yang dibutuhkan hanya 12,42 m 3 kayu, memiliki lendutan yang sangat kecil yaitu 12,38% dari lendutan izinnya. Jadi, model A-1 lebih efektif dan ekonomis dibanding dengan model B-2 yang batang bawahnya bersegi melengkung serta dimensi yang lebih besar. Untuk model jembatan yang menggunakan kabel baja sebagai batang tariknya, model A-2 dan model B-2 yang menggunakan kabel baja sebagai bracing bawah dan batang bawahnya melendut lebih besar yaitu sebesar 16,8% dari lendutan izinnya untuk model A-2 dan 17,2% dari lendutan izinnya untuk model B-2. Begitu juga halnya yang terjadi pada model C-1 yang menggunakan kabel pada joint antar batang bawah dan bracing bawah, lendutannya lebih kecil dibanding dengan model A-2 dan B-2 yaitu sebesar 14,46 % dari lendutan izinnya. Tetapi, Model A-2, B- 2 dan C-1 melendut lebih besar dibanding dengan model A-1 dan model B-1 yang menggunakan material kayu pada semua penampangnya. Lain halnya dengan kabel baja yang digunakan sebagai bracing saja khususnya bracing silang didalam rangkannya memberikan kontribusi yang besar terhadap lendutan, lendutan yang dihasilkan lebih kecil yaitu 14,43 % dari lendutan izinnya serta lebih ekonomis terlihat dari baja yang dibutuhkan hanya 666,51 kg baja. Bahkan pemanfaatan kabel baja sebagai bracing seperti model B-3 dapat menjadikan lendutan akibat beban mati, beban hidup dan kombinasi beban antara keduanya menjadi lebih kecil dibanding dengan model B-1 yang menggunakan material kayu pada semua penampangnya dengan bentuk rangka dan dimensi yang sama diantara kedua model tersebut seperti terlihat pada Tabel 7 dan Tabel 11. Dari keenam model diatas, jembatan yang menggunakan material kayu untuk semua penampangnya seperti model A-1 lebih ekonomis dan aman dibandingkan yang menggunakan kabel baja terlihat dari volume kayu yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan model lainnya. Model A-1 juga memiliki kemampuan untuk menahan semua beban, tetap koh, aman dan stabil, terlihat Tabel 2 yang mana gaya yang terjadi selalu lebih kecil daripada kapasitas izinnya dan memiliki lendutan yang sangat kecil. Dilihat dari bentuknya, jembatan ini juga memiliki bentuk yang estetik, elegan dan simpel sehingga mudah dalam pengerjaannya. 4. KESIMPULAN Tugas akhir ini berisikan kajian pemanfaatan kabel pada perancangan jembatan rangka batang kayu. Dari studi ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Model A-1 merupakan model yang paling ekonomis, koh, aman dan indah, karena membutuhkan volume kayu yang paling sedikit, kapasitas yang sangat memadai untuk menahan beban yang bekerja dan lendutannya sangat kecil dibandingkan dengan model lainnya. 2. Model A-1 yang batang atasnya sejajar dengan batang bawah memiliki lendutan yang sangat kecil yaitu 12,38% dari lendutan izinnya, lebih efektif dan ekonomis dibanding dengan model B-2 yang batang bawahnya bersegi melengkung serta memiliki lendutan sebesar 13,82% dari lendutan izinnya. 3. Model A-2 yang menggunakan kabel baja pada bracing dan batang bawahnya melendut lebih besar 26,34% dari lendutan model A-1 yang menggunakan material kayu pada semua penampangnya. Begitu juga halnya dengan model B-2 melendut lebih besar 19,60% dari lendutan model B-1. 4. Model C-1 yang menggunakan kabel pada joint antar batang bawah dan bracing bawah, lendutanya sebesar 14,46% dari lendutan izinnya. Lendutan tersebut lebih kecil dibanding model A-2 (16,8%) dan model B-2 (17,2%). 5. Kabel baja yang digunakan sebagai bracing saja khususnya bracing silang didalam rangkannya seperti model B-3 memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap lendutan, lendutan yang dihasilkan lebih kecil yaitu 14,43% dari lendutan izinnya, bahkan menjadikan lendutan model B-3 akibat beban mati, beban hidup dan kombinasi beban antara keduanya menjadi lebih kecil disbanding dengan model B-1 yang menggunakan material kayu pada semua penampangnya dengan bentuk rangka dan dimensi yang sama diantara kedua model tersebut, volume baja yang dibutuhkan model B-3 juga sangat sedikit. DAFTAR PUSTAKA Dewobroto, W. (2004). Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-xxxx-2000. (2006) Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu. Suryoatmono, B. (2007). Struktur Kayu LRFD. Diktat, Bandung. Sukirman, S. (2006). Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur. Institut Teknologi Nasional, Bandung. Stalnaker, J, Harris, E. Structural design in Wood. Second Edition. International Thomson Publishing. Yap, F. (1992). Konstruksi Kayu. Bina Cipta. Standar Nasional Indonesia, RSNI T-02-2005. (2005) Pembebanan untuk Jembatan. S - 74 Universitas Pelita Harapan Universitas Atma Jaya Yogyakarta