wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Timur dan Tenggara. Negara-negara dengan sebutan Newly Industrializing Countries

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun No Indikator Satuan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

DAFTAR ISI Hilman Budiman,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu elemen

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah UMKM dan Usaha Besar Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor wirausaha dalam negeri dikatakan cukup baik. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

K L I P I N G. Kamis, 10 Oktober Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat suku bunga. Tingginya tingkat suku bunga seolah menjadi bayang-bayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

I. PENDAHULUAN. tahun keuangan mikro (international microfinance year 2005), dimana lembaga

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

Statistik KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

Statistik KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

Transkripsi:

1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik. Pembangunan ekonomi akan tercapai apabila kegiatan perekonomiannya berjalan dengan baik. Penopang perekonomian tersebut salah satunya lewat sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun 2011 sampai 2012 mengalami perkembangan yang cukup baik, baik dari segi unit usaha, tenaga kerja, maupun kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), hal tersebut bisa dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini : Tabel 1.1 Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012 No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN 2011-2012 Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 UNIT USAHA (A+B) A. Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah (UMKM) Unit Unit 55,211,396 55,206,444 99.99 56,539,560 56,534,592 99.99 1,328,163 1,328,147 2.41 2.41 - Usaha Mikro Unit 54,559,969 98.82 55,856,176 98.79 1,296,207 2.38 - Usaha Kecil (UK) Unit 602,195 1.09 629,418 1.11 27,223 4.52 - Usaha Menengah Unit 44,280 0.08 48,997 0.09 4,717 10.65 B. Usaha Besar (UB) Unit 4,952 0.01 4,968 0.01 16 0.32 2 TENAGA KERJA (A+B) A. Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menengah B. Usaha Besar (UB) 3 PDB ATAS DASAR HARGA BERLAKU (A+B) A. Usaha Mikro, Orang Orang Orang Orang Orang 104,613,681 101,722,458 94,957,797 3,919,992 2,884,669 97.24 90.77 3.75 2.72 110,808,154 107,657,509 99,859,517 4,535,970 3,262,023 97.16 90.12 4.09 2.94 6,194,473 5,935,051 4,901,720 615,977 417,354 Orang 2,891,224 2.76 3,150,645 2.84 259,422 8.97 Rp. Milyar 7,427,086.1 8,241,864.3 814,778.2 10.97 5.92 5.83 5.16 15.71 14.67

2 Kecil,dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menengah B. Usaha Besar (UB) Rp. Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar Rp. Milyar 4,303,571.5 2,579,388.4 722,012.8 1,002,170.3 3,123,514.6 57.94 34.73 9.72 13.49 42.06 4,869,568.1 2,951,120.6 798,122,2 1,120,325.3 3,372,296.1 59.08 35.81 9.68 13.59 40.92 565,996.7 371,732.2 76,109.4 118,155.0 248,781.5 13.15 14.41 10.54 11.79 7.96 Sumber : www.depkop.go.id, 2013. Keterangan : *) Angka Sangat Sementara **) Angka Prediksi Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa UMKM di Indonesia dari tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami perkembangan yang cukup baik, baik dari segi unit usaha, tenaga kerja, maupun kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dari segi unit usahanya UMKM mengalami perkembangan sebesar 2,41 persen, dari segi tenaga kerja juga mengalami perkembangan dari tahun 2011 sampai 2012 yaitu sebesar 5,83 persen, dan kontribusi UMKM terhadap PDB juga mengalami perkembangan yang cukup baik yaitu kontribusinya sebesar 13,15 persen. Dari keterangan diatas menunjukan bahwa UMKM memiliki peranan yang cukup baik sekaligus penopang bagi perekonomian Indonesia. Di Propinsi Jawa Barat, UMKM juga memiliki peranan yang sangat penting terhadap perekonomian. Hal itu bisa dilihat pada tabel 1.2 dimana peranan UMKM Jawa Barat pada tahun 2009 memiliki kontribusi sebesar 52,88 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat. Selanjutnya pada tahun 2010 dan 2011 peranan UMKM Jawa Barat mengalami kenaikan masingmasing sebesar 53,68 persen dan 54,20 persen. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan peranan Usaha Besar (UB) terhadap PDRB Jawa Barat yang mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai 2011 yaitu pada tahun 2009 sebesar 47,12 persen, tahun 2010 sebesar 46,32 persen, dan pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan yang hanya memiliki kontribusi sebesar 45,80 persen terhadap PDRB Jawa Barat. Berikut tabel mengenai peranan UMKM dan UB terhadap PDRB tanpa migas di Propinsi Jawa Barat tahun 2009-2011 :

3 Tabel 1.2 Peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Terhadap PDRB Tanpa Migas Propinsi Jawa Barat Tahun 2009-2011 (Persen) Tahun UMKM UB 2009 52,88 47,12 2010 53,68 46,32 2011 54,20 45,80 Sumber : Dinas KUMKM Propinsi Jawa Barat, 2012. Selanjutnya di Propinsi Jawa Barat juga UMKM mengalami perkembangan yang cukup baik, baik dari segi unit usaha maupun terhadap penyerapan tenaga kerjanya. Hal itu bisa dilihat pada tabel 1.3 dibawah ini : Tabel 1.3 Perkembangan Unit Usaha dan Tenaga Kerja pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Menurut Skala Usaha Propinsi Jawa Barat Tahun 2009-2011 Tahun Jumlah Unit Usaha (Unit) Tenaga Kerja (Orang) 2009 8.524.494 13.542.296 2010 8.730.254 13.966.311 2011 8.750.914 14.278.402 Sumber : Dinas KUMKM Propinsi Jawa Barat, 2012. Berdasarkan tabel 1.3 diatas menunjukan bahwa perkembangan UMKM di Propinsi Jawa Barat mengalami kenaikan baik dari segi unit usaha maupun tenaga kerjanya. Dari segi unit usaha mengalami kenaikan tiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 jumlah UMKM di Propinsi Jawa Barat sebanyak 8.524.494 unit, pada tahun 2010 naik menjadi 8.730.254 unit, dan pada tahun 2011 juga mengalami kenaikan menjadi 8.750.914 unit. Selanjutnya dari segi tenaga kerjanya juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 UMKM Propinsi Jawa Barat mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 13.542.296 orang, pada tahun 2010 bertambah menjadi 13.966.311 orang, dan pada tahun 2011 bertambah kembali menjadi 14.278.402 orang. Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan UMKM di Propinsi Jawa Barat tiap tahunnya selalu mengalami kenaikan baik dari segi unit usaha maupun terhadap penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini mengindikasikan bahwa iklim UMKM di Propinsi Jawa Barat memiliki prospek yang lebih baik

4 untuk dikembangkan kedepannya agar mampu menanggulangi masalah pemerataan pendapatan dimasyarakat. Selanjutnya di Propinsi Jawa Barat peranan UMKM dan UB terhadap produktivitas unit usahanya juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut bisa dilihat pada tabel 1.4 dibawah ini : Tabel 1.4 Produktivitas Unit Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 2009 2011 (Juta Rp) Tahun Mikro Kecil Menengah Besar 2009 24,01 675,94 9.862,74 222.621,50 2010 26,98 760,32 11.202,40 239.594,98 2011 30,22 785,70 11.577,38 239.807,54 Sumber : Dinas KUMKM Propinsi Jawa Barat, 2012. Berdasarkan tabel 1.4 diatas menunjukan bahwa produktivitas unit usaha baik pada usaha mikro, kecil, menengah maupun usaha besar mengalami perkembangan yang cukup baik tiap tahunnya. Namun dari perkembangan tersebut produktivitas unit usaha mikro adalah yang terkecil dibanding dengan usaha kecil, menengah maupun usaha besar. Produktivitas unit usaha mikro pada tahun 2009 hanya sebesar 24,01 juta, tahun 2010 sebesar 26,98 juta, dan pada tahun 2011 sebesar 30,22 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa unit usaha pada usaha mikro masih memerlukan penanganan yang lebih serius kedepannya baik oleh pemerintah maupun pihak-pihak terkait. Berdasarkan kondisi perkembanganya tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang UMKM khususnya pada industri makanan dan minuman di Kota Bandung, karena perkembangan industri makanan dan minuman Kota Bandung mengalami fluktuatif yang menurun tiap tahunnya dibanding dengan industri-industri lainnya seperti handycraft, produksi, dan perdagangan. Adapun perkembangan industri makanan dan minuman Kota Bandung bisa dilihat pada tabel 1.5 dibawah ini :

5 Tabel 1.5 Perkembangan Data Usaha Mikro dan Usaha Kecil Kota Bandung Tahun 2009 2012 Tahun URAIAN USAHA MIKRO USAHA KECIL Jumlah UMKM (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Aset (Rupiah) Omset (Rupiah) Jumlah UMKM (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Aset (Rupiah) Omset (Rupiah) MAKANAN DAN MINUMAN 244 1.080 2.612.100.000 11.436.055.000 53 415 1.452.300.000 29.585.820.000 2009 HANDYCRAFT 134 664 1.361.650.000 5.011.100.000 17 241 474.000.000 6.676.000.000 PRODUKSI 132 659 2.619.500.000 6.957.040.000 33 358 4.441.600.000 19.495.600.000 PERDAGANGAN 188 651 2.899.500.000 11.337.180.000 19 134 1.579.995.737 10.823.250.800 2010 2011 2012 MAKANAN DAN MINUMAN HANDYCRAFT PRODUKSI PERDAGANGAN MAKANAN DAN MINUMAN HANDYCRAFT PRODUKSI PERDAGANGAN MAKANAN DAN MINUMAN HANDYCRAFT PRODUKSI 34 107 226.500.000 1.433.200.000 4 51 289.000.000 2.076.000.000 9 43 405.000.000 468.000.000 1 0 80.000.000 507.000.000 6 21 90.000.000 526.000.000 3 14 0 820.000.000 13 21 35.000.000 311.600.000 1 2 0 1.800.000.000 105 359 697.800.000 5.765.450.000 8 80 29.500.000 6.590.000.000 38 109 9.500.000 1.104.900.000 1 8-400.000.000 9 49 105.000.000 1.074.000.000 2 20-950.000.000 38 127 197.000.000 1.177.300.000 2 13 50.000.000 500.000.000 40 118 903.000.000 1.668.700.000 2 13 100.000.000 765.000.000 9 25 220.000.000 155.000.000 2 25 15.000.000 1.300.000.000 11 50 132.750.000 1.116.000.000 3 15 800.000.000 1.200.000.000 5 4 10.450.000 85.500.000 2 30 150.000.000 1.000.000.000 PERDAGANGAN Sumber : Dinas KUKM dan PERINDAG Kota Bandung, 2013. Berdasarkan tabel 1.5 diatas menunjukan bahwa pada tahun 2009 sampai tahun 2012 industri makanan dan minuman Kota Bandung khususnya pada usaha mikro dan usaha kecil memiliki perkembangan yang fluktuatif menurun, baik dari segi unit usahanya, tenaga kerja, aset, maupun omsetnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perkembangan industri makanan dan minuman di Kota

6 Bandung memiliki masalah yang harus ditangani oleh pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Pada saat pra penelitian penulis juga menemukan adanya permasalahan yang dialami oleh para pelaku UMKM khususnya pada pedagang sentra oleh-oleh khas Kota Bandung. Permasalahan tersebut diantaranya dari perkembangan pendapatan yang diterima oleh pedagang sentra oleh-oleh khas Kota Bandung, dimana pendapatan tiap bulannya mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 1.6 dibawah ini : Tabel 1.6 Perkembangan Pendapatan Pedagang Sentra Oleh-oleh Khas Kota Bandung Periode November 2012 April 2013 Bulan Total Pendapatan (RP) Perkembangan (%) November 8.907.630.000 - Desember 8.837.500.000-0,78 % Januari 8.796.100.000-0,46 % Februari 8.713.150.000-0,94 % Maret 8.718.000.000 0,05 % April 8.692.220.000-0,29 % Sumber : pra penelitian dari 54 responden, diolah. Berdasarkan tabel 1.6 diatas yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap 54 responden terlihat bahwa perkembangan pendapatan pedagang di sentra oleholeh khas Kota Bandung mengalami perkembangan yang fluktuatif menurun tiap bulannya dimana pendapatan paling rendah yaitu pada bulan April yang hanya sebesar Rp. 8.692.220.000,00 atau sekitar -0,29 persen, sedangkan perkembangan pendapatan yang mengalami kenaikan (positif) terdapat pada bulan Maret 2013 yaitu sebesar Rp. 8.718.000.000,00 atau sekitar 0,05 persen. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 1.1 berikut ini :

Dalam Satuan Persen 7 Perkembangan Pendapatan Pedagang Sentra Oleh-oleh Khas Kota Bandung Periode November 2012 sampai April 2013 0,5 0-0,5 0-0,46 0,05-0,29 Perkembangan Pendapatan -1-0,78-0,94 Gambar 1.1 Perkembangan Pendapatan Pedagang Sentra Oleh-Oleh Khas Kota Bandung Periode November 2012 sampai April 2013 Berdasarkan gambar 1.1 diatas terlihat jelas bahwa dalam periode November 2012 sampai April 2013 terjadi perkembangan pendapatan yang fluktuatif menurun pada pedagang sentra oleh-oleh khas Kota Bandung. Hal tersebut disebabkan karena terbatasnya modal kerja. Menurut Tulus Tambunan (2002: 69) ada beberapa masalah yang umum dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti : 1. Keterbatasan modal kerja atau modal investasi. 2. Kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. 3. Keterbatasan teknologi. 4. SDM dengan kualitas yang baik (terutama manajemen dan teknisi produksi) 5. Informasi khususnya mengenai pasar. 6. Kesulitan dalam pemasaran (termasuk distribusi). Selanjutnya menurut Ina Primiana (2009: 50) ada beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan UMKM dalam hal permodalan, yaitu : 1. Kesulitan akses ke bank dikarenakan ketidakmampuan dalam hal menyediakan persyaratan agar bankable. Sebetulnya bank Indonesia telah membentuk P3UKM yang membantu UMKM agar dapat lebih mudah akses ke Bank. Tetapi kenyataanya tidak semua UMKM dapat memenuhi persyaratan collateral. Artinya masih lebih banyak UMKM yang belum terjaring.

8 2. Ketidaktahuan UMKM terhadap cara memperoleh dana dari sumber-sumber lain selain perbankan, yang dapat menjadi alternatif pembiayaan. 3. Tidak tersedianya modal pada saat pesanan datang. Artinya mereka membutuhkan dana cepat untuk memenuhi pesanan. Hal ini tidak dimungkinkan bila melalui perbankan, karena waktu yang dibutuhkan sejak pengajuan hingga dana cair bisa mencapai 2-3 bulan, belum lagi kalau pengajuan kreditnya ditolak yang bisa menyebabkan hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Biasanya mereka mencari jalan agar dapat memperoleh dana cepat yaitu dengan meminjam sesama pengusaha atau rentenir. Selanjutnya menurut Paul A Samuelson dan William D.N (1999 : 121) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan antara lain modal, latar belakang pendidikan, sikap kewirausahaan, pelayanan, persaingan yang ketat, dan keterampilan yang dimiliki oleh produsen serta karyawannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan tersebut diantaranya modal. Modal disini diasumsikan sebagai modal kerja. Modal kerja sangatlah penting bagi kelangsungan usaha, karena dengan modal yang kuat otomatis kelangsungan operasional perusahaan ataupun pedagang pun akan berjalan dengan baik sehingga proses produksi pun akan berjalan dengan optimal. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Bambang Riyanto (1995: 57) bahwa Semakin tinggi modal yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi pula profit yang akan diperoleh karena perusahaan memiliki modal yang dapat dipergunakan untuk pemasaran dan membeli bahan baku berkualitas. Hal tersebut mengindikasikan bahwa modal kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan. Disamping itu permasalahan yang sering dialami oleh pelaku UMKM khususnya permasalahan yang sering dialami oleh pedagang sentra oleh-oleh khas Kota Bandung adalah persaingan. Menurut Paton dan Littleton (1984: 167) dalam Wahjono (2010) menyatakan bahwa pendapatan dapat dipengaruhi oleh faktor persaingan yang sangat pesat dan perilaku perusahaan harus berinovasi dan kreatif dalam pengembangan dan penjualan produk.

9 Berdasarkan keterangan diatas juga diperkuat lagi oleh hasil survei UMKM Jawa Barat Tahun 2012 yang dilakukan oleh dinas terkait bahwa ada tujuh kendala utama yang berhasil diidentifikasi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 1.7 dibawah ini : Tabel 1.7 Persentase Tujuh Jenis Kendala Utama UMKM Hasil Survey Khusus UMKM 2012 No Jenis Kendala Persentase 1 Tidak bisa bersaing 24,69 2 Permodalan 23,44 3 Sarana dan Prasarana Tidak Menunjang 7,88 4 Biaya Produksi Tinggi 6,85 5 Banjir 6,43 6 Sulit memperoleh bahan baku 6,02 7 Pemasaran 4,77 8 Lain-lain 19,92 Total 100,00 Sumber : Dinas KUMKM Propinsi Jawa Barat, 2012. Berdasarkan tabel 1.7 diatas menunjukan bahwa kendala bagi pelaku UMKM yang pertama adalah tidak bisa bersaing dengan para pesaingnya. Dari hasil survei UMKM tersebut kendala tidak bisa bersaing memiliki persentase sebesar 24,69 persen disusul kendala yang kedua adalah mengenai permodalan dengan persentase sebesar 23,44 persen, disusul sarana dan prasarana tidak menunjang 7,88 persen, biaya produksi tinggi sebesar 6,85 persen, banjir sebesar 6,43 persen, sulit memperoleh bahan baku sebesar 6,02 persen, pemasaran sebesar 4,77 persen, dan lain-lain sebesar 19,92 persen. Jadi dapat disimpulkan bahwa kendala utama yang dirasakan oleh pelaku UMKM adalah mengenai persaingan dan permodalan dalam hal ini mengenai modal kerja. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul : PENGARUH MODAL KERJA DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN ( Survei pada Pedagang Sentra Oleh-oleh Khas Kota Bandung ).

10 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap pendapatan? 2. Bagaimana pengaruh persaingan terhadap pendapatan? 3. Bagaimana pengaruh modal kerja dan persaingan terhadap pendapatan? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pendapatan. 2. Untuk mengetahui pengaruh persaingan terhadap pendapatan. 3. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan persaingan terhadap pendapatan. 1.3.2 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu ekonomi mikro serta dapat dijadikan sebagai bahan literatur dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Kegunaan Praktis Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi pembuat kebijakan khususnya mengenai kajian ekonomi mikro dalam menyelesaikan masalah khususnya permasalahan yang dialami oleh UMKM.