PENERAPAN BALANCE SCORECARD SEBAGAI PENGUKURAN KINERJA PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO UNIT PENGELOLA KEGIATAN (UPK) BINA MANDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna.

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IMPLEMENTASI BALANCE SCORECARD PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN : STUDI KASUS PADA PT. HOTEL X DI SEMARANG

BAB V PENUTUP. berbasis Balanced Scorecard dengan menggunakan keempat perspektif Balanced

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN BALANCED SCORECARD TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) LAMONGAN)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

Farah Esa B

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN BALANCED SCORECARD TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) LAMONGAN)

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS

BAB II LANDASAN TEORI

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

BAB II LANDASAN TEORI. dan David P. Norton pada tahun 1990, namun sistem penilaian kinerja ini mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN

Jurnal Sains & Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dengan adanya persaingan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

TINJAUAN PUSTAKA. suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. implementasinya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata: (1) kartu skor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

BAB II LANDASAN TEORI. Pembahasan kinerja dengan konsep balanced scorecard telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari era pasar bebas yang saat ini dirasakan adalah persaingan

BAB 3 LANDASAN TEORI. Manajemen strategis (strategic management) merupakan arus keputusan dan

BAB II PENINGKATAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahan tersebut. (Helfert, 1996)

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB II LANDASAN TEORI

ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENILAIAN KINERJA PEMBERI LAYANAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA, DAN RERANGKA PEMIKIRAN. kinerja dalam organisasi masa depan. Istilah Balanced scorecard terdiri dari 2

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Untuk menghadapi tantangan persaingan tersebut, perusahaan harus mempunyai daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rupa sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Air adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja. seperti koreksi akan kebijakan, meluruskan kegiatan- kegiatan utama dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan evaluasi dalam menilai kinerja perusahaan. Seringkali penilaian

BAB III KONSEP PERANCANGAN SISTEM EVALUASI KINERJA DENGAN MODEL BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Republik Indonesia Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007. Unit Jasa

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. unggul secara berkelanjutan, tak terkecuali organisasi sektor publik yang bertugas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk menempuh langkah-langkah strategik dalam bersaing pada kondisi

Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

Sumber : Penulis (2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Prepared by Yuli Kurniawati

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut.

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KONSEP BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGUKURAN KINERJA PADA KOPERASI SEMOGA JAYA UNIT SIMPAN PINJAM DI TENGGARONG

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pusat. personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MVC dengan BALANCED SCORECARD (BSC)

BAB I PENDAHULUAN. di Bekasi, pada awalnya berdiri adalah sebuah lembaga keuangan dengan nama BPR

ALTERNATIF PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT INDOSAT Tbk

ditetapkan sebelumnya agar mencapai tindakan dan hasil yang diinginkan. Penilaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan

ANALISIS PENERAPAN METODE BALANCE SCORECARD UNTUK PENGUKURAN KINERJA PADA GANYSHA KUE PIE KERING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

ANALISIS KINERJA CV. FABAMUS FAMILI UTAMA SEMARANG DENGAN BALANCED SCORECARD

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. cermat dan bijaksana dalam merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi

PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA PT BUMI JASA UTAMA DI MAKASSAR AMRIL ARIFIN

DAFTAR PUSTAKA. Hansen, Mowen, 2005, Akuntansi Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.

Transkripsi:

J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 489 PENERAPAN BALANCE SCORECARD SEBAGAI PENGUKURAN KINERJA PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO UNIT PENGELOLA KEGIATAN (UPK) BINA MANDIRI *( Ahmad Faishol Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Penerapan balance scorecard sebagai pengukuran kinerja pada lembaga keuangan mikro unit pengelola kegiatan (upk) bina mandiri kecamatan kembangbahu digunakan untuk menganalisis kinerja Lembaga Keuangan Mikro Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Bina Mandiri Kecamatan Kembangbahu. Peneliti mengunakan metode penelitian diskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah tunggal terpancang yaitu jika penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran. Dalam penelitian ini penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Sumber data yang digunakan adalah informan, dan dokumen. Metode pengumpulan data adalah dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi/gabungan. Sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah analisa keuangan dan penilaian objective oleh peneliti. Berdasarkan dari hasil analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil pengukuran pada perspektif keuangan adalah cukup. (2) Hasil pengukuran pada perspektif pelanggan adalah cukup. (3) Hasil pengukuran pada perspektif proses bisnis internal adalah kurang. (4) Hasil pengukuran pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah baik. Secara keseluruhan kinerja UPK Bina Mandiri Kecamatan Kembangbahu adalah cukup. Hal ini ditunjukkan oleh nilai yang didapat yaitu 0,3, dari perhitungan skor yang diperoleh 4 dari 13 skor kriterium. Kata kunci : Balance scorecard, Kinerja PENDAHULUAN Salah satu sasaran pembangunan pemerintah adalah pembangunan sosial kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Dalam usaha menanggulangi kemiskinan, pemerintah telah banyak meluncurkan program-program peningkatan pendapatan masyarakat. Salah satunya melalui pemberian pinjaman modal kerja kepada usaha-usaha kecil yang khusus dikelola oleh para ibu yang tergabung dalam kelompok yang ada di setiap Desa khususnya Rumah Tangga Miskin (RTM). Program ini diberi nama Simpan Pinjam khusus Perempuan yang menjadi pendukung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yang sering kita dengar dengan istilah Dana Bergulir. Sekarang ini, Program Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat menjadi sorotan publik, terutama pengelolanya. Tentang bagaimana program tersebut bisa berlanjut atau tidak, semua itu tergantung bagaimana mengelolanya dan oleh siapa program tersebut dikelola. Program dana bergulir menjadi satu kesatuan antara pemberian pinjaman modal kerja sekaligus pemberdayaan masyarakat. Jadi tidak hanya bantuan keuangan saja, melainkan kesuksesan program ini juga diukur sejauh mana masyarakat bisa produktif dan mandiri. Untuk itu lembaga yang mengelola program tersebut harus bisa memahami keinginan masyarakat, memiliki rencana strategis untuk bisa mengembangkan dan melestarikan program dana bergulir, memiliki struktur kelembagaan yang kuat agar bisa bertahan di tengah persaingan yang ketat dengan lembaga keuangan lainnya. Hal tersebut tentunya dimulai dari kemampuan karyawan dalam mengelola dana bergulir, juga tujuan dari lembaga yang tidak boleh menyimpang dari prinsip PNPM. Untuk mengetahui hasil kerja pengelolaan Program Dana Bergulir PNPM, maka perlu menganalisa sejauh mana kesuksesan yang bisa diraih. Apakah kesuksesan yang diraih sudah mencakup segala aspek baik internal maupun eksternal. Itulah mengapa pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan. Selain itu, hasil pengukuran kinerja dapat digunakan untuk membuat perencanaan strategis pada periode selanjutnya. Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: Bagaimana kinerja Lembaga Keuangan Mikro UPK Bina Mandiri Kec. Kembangbahujika diukur dengan Pendekatan Balance Scorecard?. Kinerja perusahaaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh

J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 490 kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki (Helfert dalam Imam Widodo, 2011: 9). Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi (Nurul Umam, 2010: 7). Berkaitan dengan pengukuran kinerja, pemilihan ukuran-ukuran kinerja yang tepat dan berkaitan langsung dengan tujuantujuan strategis perusahaan sangat penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Kaplan dan Norton dalam Imam Widodo (2011: 16-17), menjelaskan perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat telah merubah pola persaingan perusahaan dari industrial competition menjadi information competition, dimana telah mengubah acuan yang dipakai untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Alat ukur kinerja tradisional yang memfokuskan pada pengukuran keuangan tentunya harus bergeser menyesuaikan dengan tuntutan agar memberikan arah yang lebih baik bagi perusahaan. Hanya dengan menggunakan ukuran keuangan saja, belum dapat menggambarkan kinerja suatu perusahaan secara keseluruhan. Balance Scorecard merupakan suatu alat pengukuran kinerja perusahaan yang mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan baik keuangan maupun non keuangan dengan mempertimbangkan empat aspek yang berkaitan dengan perusahaan, antara lain: aspek keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Balance Scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang (balance). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa depan. Melalui kartu skor, skor yang akan diwujudkan personil di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja sesungguhnya. Selanjutnya, Kaplan dan Norton juga menjelaskan bahwa Balance Scorecard merupakan penjabaran visi, misi, dan strategi perusahaan dalam serangkaian tujuan dan dari penjabaran tersebut dijadikan ukuran bagi pengukuran kinerja perusahaan. Visi, misi, dan strategi tersebut dijabarkan dalam empat pespektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Balance Scorecard menekankan bahwa pengukuran keuangan dan non keuangan harus merupakan bagian dari sistem informasi bagi seluruh karyawan dari semua tingkatan dalam perusahaan. Sehingga Balance Scorecard merupakan suatu bingkai kerja, suatu bahasa untuk mengkomunikasikan misi dan strategi kepada seluruh pegawai tentang apa yang menjadi kunci penentu sukses saat ini dan masa mendatang. Sebagai sarana komunikasi misi dan strategi, Balance Scorecard memuat suatu pesan kepada semua karyawan tentang pentingnya mengejar secara seimbang terhadap empat perspektif sekaligus. Sasaran-sasaran perspektif keuangan oleh Kaplan dan Norton dalam Imam Widodo(2011: 42) dibedakan pada masingmasing tahap dalam siklus bisnis menjadi tiga pilar: a) Tahap growth (Bertumbuh): perusahaan yang berada pada awal siklus kehidupan bisnis memiliki potensi pertumbuhan, sehingga strategi dan pengukuran perspektif finansial yang dilakukan dapat difokuskan pada revenue growth, positive earning, dan sales and market share growth. b) Tahap Sustain Stage (Bertahan). Setelah melalui tahap pertumbuhan, perusahaan akan berada dalam tahap kedua. Perusahaan akan tetap melakukan investasi dan reinvestasi tetapi sudah membutuhkan pengembalian yang baik dari investasi di masa lalu. Perusahaan diharapkan mempertahankan pangsa pasar dan berusaha untuk meningkatkan penguasaannya dari tahun ke tahun. Kebanyakan perusahaan pada tahap ini akan menggunakan tujuan keuangan yang berhubungan dengan profitabilitas dan ukuran yang digunakan seperti return on Investment (ROI), return on capital employed (ROCE), dan economic value added (EVA). c) Tahap Harvest (Panen). Perusahaan akan dapat mencapai fase kedewasaan dari siklus kehidupan bisnisnya, dimana perusahaan akan menuai hasil dari investasi yang telah dilakukannya Dalam perspektif pelanggan terdapat dua kelompok pengukuran yang terkait menurut Kaplan dan Norton dalam Nurul Umam (2010: 40) yaitu: a) Kelompok Inti

J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 491 (1) Pangsa Pasar: mengukur seberapa besar proporsi segmen pasar tertentu yang dikuasai oleh perusahaan (2) Tingkat Perolehan para Pelanggan Baru (3) Kemampuan Mempertahankan Pelanggan Lama (4) Tingkat Kepuasan Pelanggan (5) Tingkat Profitabilitas Pelanggan: mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diraih oleh perusahaan dari penjualan produk kepada para pelanggan b) Kelompok Penunjang (1) Atribut-atribut Produk (fungsi, harga dan mutu) (2) Hubungan dengan Pelanggan (3) Citra dan reputasi perusahaan beserta produk-produk dimata para pelanggannya dan masyarakat konsumen Menurut Kaplan dan Norton dalam Nurul Umam (2010: 41) dalam proses bisnis internal, manajer harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting karena proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Tahapannya meliputi: c) Inovasi, besarnya produk-produk baru, lama waktu yang digunakan untuk mengembangkan produk secara relatif jika dibandingkan perusahaan pesaing d) Proses Operasi. Tahapan dimana perusahaan berupaya memberikan solusi kepada para pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. e) Proses Penyampaian Produk atau Jasa pada Pelanggan Selanjutnya adalah perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Tujuan dari perspektif ini adalah menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya. Faktor faktor yang harus diperhatikan adalah (Kaplan dan Norton, dalam Nurul Umam 2010: 42): a) Karyawan, kepuasan karyawan dan produktivitas kerja karyawan b) Kemampuan Sistem Informasi. Tolok ukur yang sering digunakan adalah bahwa informasi yang dibutuhkan mudah didapatkan, tepat dan tidak memerlukan waktu lama. c) Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan METODE PENELITIAN Menurut tarafnya, jenis penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Sedangkan bila ditinjau dari tempat penelitian, penelitian ini merupakan Studi Kasus. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi, (Prof. Dr. Sugiyono, 2011: 9) Berdasarkan pada permasalahan yang diteliti maka strategi penelitian yang digunakan adalah tunggal terpancang. Menurut HB Sutopo (2002: 112) suatu penelitian disebut sebagai studi tunggal terpancang bilamana penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran. Disini permasalahan yang diteliti terfokus pada penilaian kinerja Lembaga Keuangan Mikro UPK Bina Mandiri. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan, dimana sampel yang diambil tidak ditekankan pada jumlah melainkan pada kualitas pemahamannya kepada masalah yang akan diteliti. Mengacu pada penjabaran populasi di atas maka sampelnya adalah UPK PNPM Kecamatan kembangbahu. Namun menurut penjelasan Prof. Dr. Sugiyono diatas maka dalam penelitian ini peneliti akan menentukan informan untuk diwawancarai yaitu Ketua UPK Bina Mandiri yang tentunya memahami seluk beluk Lembaga secara keseluruhan. Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain: 1. Wawancara 2. Observasi 3. Dokumentasi 4. Triangulasi/ Gabungan PEMBAHASAN Menurut teori dan hasil wawancara serta dokumen-dokumen UPK Bina Mandiri, maka peneliti dapat menyusunketerkaitan visi, misi, dan rencana strategis perusahaan dengan keempat perspektif Balance Scorecard. Visi: Bersama Masyarakat Mewujudkan Masyarakat yang Produktif, Mandiri dan Sejahtera Misi: Memberdayakan masyarakat melalui penyuluhan dan pelatihan, mengelola asset dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, dan menciptakan serta mengembangkan usaha produktif masyarakat

J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 492 Perspektif keuangan: indikatornya adalah: peningkatan asset produktif, peningkatan keuntungan, optimalisasi asset produktif Perspektif pelanggan: indikatornya adalah: peningkatan kepercayaan nasabah dan peningkatan kualitas Perspektif proses bisnis internal: indikatornya adalah: pengembangan produk dan proses operasi Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran: indikatornya adalah: peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan Kriteria keseimbangan digunakan sebagai pedoman untuk memberikan skor pada setiap perspektif Balance Scorecard. Peneliti memberikan skor 1 untuk ukuran strategis yang mengalami perbaikan setiap tahunnya. Skor 0 untuk ukuran strategis yang mengalami perubahan tetapi tidak memberi dampak perbaikan atau penurunan kinerja yang berarti. Sedangkan skor -1 diberikan untuk strategis yang mengalami penurunan setiap tahun sehingga memberikan penurunan kinerja UPK. Untuk mengukurnya, meneliti menghitung dengan cara membagi jumlah skor yang diperoleh dengan jumlah skor keseluruhan. Kemudian nilai yang diperoleh dijadikan acuan untuk menilai kinerja. Nurhayati dalam Nurul Umam (2010: 76) menyatakan bahwa kinerja dikatakan baik bila nilai yang diperoleh lebih besar dari 0,6, cukup bila nilai yang diperoleh pada rentang 0 0,6, sedangkan kurang baik bila nilai yang diperoleh kurang dari 0. 1. Perspektif Keuangan 1) Pertumbuhan Asset produktif Ukuran strategisnya adalah prosentase perkembangan asset produktif. Semakin besar perkembangannya maka kinerja UPK semakin baik. Jumlah asset produktif diketahui dari neraca microfinance per 31 Desember 2011, 2012, 2013. Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa perkembangan asset Produktif meningkat setiap tahun. Tahun 2012 meningkat 17,7%. Sedangkan tahun 2013 meningkat 37,6%. Dengan demikian Pertumbuhan Asset Produktif UPK Bina Mandiri mendapat skor 1. 2) Peningkatan Surplus/laba Peningkatan surplus/laba dapat diketahui dengan membandingkan jumlah surplus berjalan di neraca microfinance per 31 Desember dari tahun 2011, 2012, 2013. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui bahwa surplus UPK Bina Mandiri meningkat setiap tahun dengan prosentasi 5,84% di tahun 2012 dan 13,16% di tahun 2013. Dengan demikian peningkatan surplus mendapat skor 1. 3) Optimalisasi Asset Produktif Optimalisasi asset produktif dimaksudkan agar seluruh asset produktif yang dimiliki dapat digunakan semaksimal mungkin untuk memperoleh pendapatan. Ukuran strategisnya menggunakan Rasio Return of Asset (ROA). Dari hasil analisa menunjukkan bahwa lembaga tersebut tidak mengalami kemajuan, bahkan terjadi kemunduran. Karena optimalisasi asset produktif terus menurun selama tiga tahun berturut-turut. Dengan demikian optimalisasi asset produktif mendapat skor -1. Berdasarkan uraian di atas, dapat dihitung kinerja perspektif keuangan memperoleh nilai 0,33, sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja perspektif keuangan UPK Bina mandiri adalah cukup. 2. Perspektif Pelanggan 1) Pangsa Pasar Segmen pasar UPK Kembangbahu adalah kelompok yang beranggotakan perempuan yang memiliki usaha skala mikro, diutamakan anggota RTM (Rumah tangga Miskin). Dari laporan perkembangan kelompok, peneliti mendapatkan bahwa selama ini kelompok yang menjadi nasabah sebagian besar adalah kelompok simpan pinjam. Pada tahun 2011, dari 70 kelompok hanya 6 kelompok aneka usaha, sisanya kelompok simpan pinjam. Pada tahun 2012, jumlah kelompok menurun menjadi 65 kelompok, dan 9 kelompok adalah kelompok aneka usaha. Sedangkan pada tahun 2013, jumlah kelompok meningkat signifikan menjadi 94 kelompok, satu diantaranya kelompok usaha bersama, dan 14 kelompok aneka usaha, sisanya kelompok simpan pinjam. Terjadi flkutuasi terhadap jumlah kelompok, namun segmen pasarnya terus meningkat. Dengan demikian pangsa pasar mendapat skor 1. 2) Akuisisi Pelanggan Pengukuran kinerja pada perspektif ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah pelanggan dari tahun ke tahun. Jika jumlah kelompok meningkat

J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 493 setiap tahun maka perusahaan dinilai mampu memperoleh pelanggan baru. Berdasarkan laporan perkembangan kelompok per 31 Desember 2011, 2012, 2013 diketahui jumlah kelompok menurun pada tahun 2012 namun meningkat tajam di tahun 2013. Dengan demikian akuisisi pelanggan mendapatkan skor 0. 3) Loyalitas Pelanggan UPK Bina Mandiri memiliki kriteria tersendiri untuk mengetahui tingkat loyalitas pelanggan. Yaitu dengan meningkatnya tingkat pengembalian tepat waktu. Peneliti membandingkan antara target dengan realisasi pengembalian. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui loyalitas pelanggan mulai meningkat. Akan tetapi kembali agak kurang baik pada tahun 2013. Dengan demikian loyalitas nasabah mendapat skor 0. Dari uraian di atas dapat dilakukan penghitungan yang menghasilkan nilai 0,33. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja Perspektif Pelanggan UPK Bina mandiri adalah cukup. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal 1) Inovasi dan Pengembangan Produk Dari dua produk pinjaman yang ditawarkan UPK antara pinjaman berjangka 12 bulan dan 10 bulan tidak ada salah satu yang lebih banyak menyumbangkan realisasi perguliran. Seharusnya UPK melakukan pengembangan produk yang inovatif yang bisa memperbanyak jumlah dana yang digulirkan dan mempercepat perguliran. Dengan demikian inovasi dan pengembangan produk mendapat skor 0. 2) Rasio Biaya Penghitungan rasio biaya digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan dana oleh UPK dalam menjalankan operasinya untuk meningkatkan pendapatan. Rasio biaya dapat diketahui dengan membandingkan total biaya selama satun tahun dengan total pendapatan jasa satu tahun. Data berikut berdasarkan laporan laba/rugi UPK tahun 2011, 2012, 2013. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui rasio biaya dari tahun 2011 sampai tahun 2013 terus meningkat. Ini dapat diartikan perusahaan belum dapat melakukan efisiensi terhadap biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian rasio biaya mendapat skor -1. 3) Penyaluran Pembiayaan Penyaluran Pembiayaan yang dilakukan oleh UPK Bina Mandiri meliputi membuat dan melaksanakan aturan perguliran yang sesuai dengan prinsip PNPM. Yaitu memuat persyaratan kelayakan kelompok, aturan jasa pinjaman, jangka waktu, jadwal angsuran, serta pengelolaan pinjaman bermasalah.upk sudah melaksanakan perguliran sesuai dengan aturan yang berlaku. Bahkan UPK juga memfasilitasi calon nasabah dalam mempersiapkan dokumen pengajuan pinjaman. Sedangkan dalam realisasi pinjaman UPK butuh waktu paling lama dua minggu. Dengan demikian pengelolaan pinjaman mendapat skor 0. 4) Pendampingan Kelompok Selain melestarikan asset perguliran, UPK mempunyai tugas lain yang sangat penting yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. UPK Bina Mandiri juga melaksanakan fasilitasi kelompok, baik yang berkaitan dengan administrasi pinjaman kelompok maupun usaha yang dijalankan kelompok. Namun sampai saat ini yang berhasil dilakukan adalah pendampingan administrasi, belum sepenuhnya berhasil dalam pendampingan usaha kelompok. Dengan demikian layanan purna jual mendapat skor 0. Dari uraian diatas, dapat dilakukan penghitungan yang menghasilkan nilai - 0,25untuk Perspektif Proses Bisnis Internal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja perspektif Proses Bisnis Internal UPK Bina mandiri adalah kurang baik. 4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran 1) Produktivitas karyawan Ukuran strategis pada perspektif ini adalah mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil didapat oleh perusahaan. Produktivitas karyawan menunjukkan besarnya perolehan surplus tiap tahun yang dihasilkan oleh setiap karyawan dalam satu tahun. Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa perolehan surplus setiap karyawan meningkat setiap tahun. Dengan demikian produktivitas karyawan mendapat skor 1. 2) Kepatuhan Rencana Kerja Setiap berakhir tahun anggaran UPK melakukan laporan pertanggung

J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 494 jawaban kepada Musyawarah Antar Desa. Sekaligus menyusun dan menetapkan rencana untuk tahun anggaran berikutnya. Dalam pelaksanaannya, UPK selalu memperhatikan rencana kerja yang sudah dibuat. Tidak ada kegiatan yang terlewatkan, semua sesuai rencana walaupun kadang-kadang ada kegiatan yang tiba-tiba harus dilaksanakan tapi tidak ada di rencana kerja, biasanya kegiatan tersebut berhubungan dengan Asosiasi UPK se-kabupaten Lamongan. Sedangkan untuk bidang keuangan, UPK menggunakan biaya operasional tidak lebih dari yang dianggarkan. Biasanya yang bertambah adalah anggaran untuk pembiayaan yang terkadang nasabah mengajukan pembiayaan lebih besar atau bertambahnya kelompok baru. Dari uraian hasil wawancara dengan ketua UPK tersebut dapat disimpulkan kepatuhan rencana kerja UPK cukup baik. Dengan demikian kepatuhan rencana kerja mendapat skor 1. 3) Pelatihan Karyawan Untuk meningkatkan kualitas dan motivasi karyawan, maka lembaga mengadakan pelatihan karyawan yang diadakan bersama dengan UPK se Kabupaten Lamongan. Pelatihan tersebut diadakan setiap tahun anggaran. Dengan demikian Pelatihan karyawan mendapat skor 1. Berdasarkan data di atas dapat dilakukan perhitungan dan menghasilkan nilai 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran UPK Bina mandiri adalah baik. KESIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Hasil Keseluruhan Penilaian Kinerja UPK Bina Mandiri berdasarkan Kriteria penilaian dengan Balance Scorecard dapat diketahui kinerja secara keseluruhan cukup, tetapi untuk perspektif proses bisnis internal menunjukkan hasil kuang. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran menjadi inti dari kinerja perusahaan. Dengan nilai perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang bernilai sempurna, seharusnya perspektif yang lain juga baik. Dengan demikian apabila kinerja suatu perusahaan dikatakan baik, belum tentu semua aspek baik. Itulah mengapa penting dilakukan penilaian kinerja pada masing-masing aspek agar lebih fokus di sisi mana yang masih perlu dibenahi dan ditingkatkan. SARAN Untuk selanjutnya agar dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat rencana strategis dalam mewujudkan visi-misi lembaga. Perusahaan juga dapat mengembangkannya dengan menerapkan Balance Scorecard pada individu dilanjutkan pada organisasi agar menghasilkan kinerja yang lebih maksimal. Serta mengembangkannya secara total dengan menerapkan konsep baru Total Performance Scorecard yang merupakan gabungan konsep Balance Scorecard, Total Quality Management dan Competence management. DAFTAR PUSTAKA Widodo, Imam. 2011. Analisis Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Pendekatan Balance Scorecard pada PT. Jansen Indonesia. FE Universitas Diponegoro Semarang. Gaspersz, Vincent, 2003. Balance Scorecard dengan Six Sigma. Jakarta: Gramedia. Kaplan, Robert S dan David P Norton. 1996. Balance Scorecard: Translating Strategi into Action. Boston. Havard Business School Press. Chamdan, Nurul Umam N. Penerapan Metode Balance Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja Pada Lembaga Keuangan Syariah (BMT) Bina Insan Mandiri Gondangrejo. 2010. FKIP Sebelas Maret Surakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitati Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung. Hansen dan Mowen. 1999. Akuntansi Manajemen Jilid I. Jakarta: Erlangga ------------------------. 1999. Akuntansi Manajemen Jilid II. Jakarta: Erlangga Mulyadi. 2001. Balance Scorecard. Jakarta: Salemba Empat. Pearce II, John A. Dan Richard B. Robinson. Manajemen Strategik jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara. Rampersad, Hubert K. 2006. Total Performance Scorecard: Manajemen Baru Mencapai Kinerja dengan Integritas. Jakarta: Gramedia