BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut kesehatan reproduksi ini, salah satunya adalah kanker

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

Kata kunci: Lesi prakanker, IVA Positif, Krioterapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servix-uterus suatu daerah pada

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

BAB I PENDAHULUAN. kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

Kata kunci: Tingkat pengetahuan, Ketrampilan, SADARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

NASKAH PUBLIKASI YOSEPHA NIM I

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah control hormone-hormon

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini kanker menempati. Data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010

Blank (11pt) 1. PENDAHULUAN

dari leher rahim seorang wanita (Kemenkes, 2010). Setiap tahun terdeteksi lebih

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan perempuan masih menjadi tugas

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2010). Tingginya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks)

BAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dalam program melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN BIDAN UNTUK SKRINING KANKER SERVIKS DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI KALIMANTAN BARAT

Upaya Mencegah Kanker Leher Rahim Melalui Deteksi Dini dengan Pemeriksaan Inspekulo Visual Asam Asetat (IVA) B. TUJUAN

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara. Diperkirakan di dunia setiap dua menit wanita meninggal karena kanker servik dan ± 500.000 wanita di diagnosis kanker serviks setiap tahunnya (ACCP, 2011). Delapan puluh tiga persen kasus terjadi di negara berkembang, dimana kanker servik menyumbang 15% dari kanker perempuan, di negara maju hanya 3,6% (Gakidou et al., 2008). Prevalensi kanker serviks di dunia menurut Age Standardized Rate (ASR) per 100.000 populasi berdasarkan semua umur ialah, di Asia 54 kasus, Africa 16 kasus, Amerika Selatan 15 kasus, Amerika Utara 3 kasus, dan Eropa 12 kasus (Ferlay et al., 2010). World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa kasus-kasus kanker serviks semakin meningkat di seluruh dunia, diperkirakan 10 juta kasus baru per tahun dan akan terus meningkat menjadi 15 juta kasus pada tahun 2020. WHO juga memperkirakan bahwa sejak tahun 2005 terdapat 58 juta kematian yang disebabkan penyakit-penyakit kronik dan 7,6 juta oleh kanker. Sampai saat ini, insiden kanker serviks dalam hal morbiditas dan mortalitas belum menunjukkan hasil penurunan yang signifikan (WHO, 2006). Di Indonesia penderita kanker serviks jumlahnya terus meningkat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) saat ini terdapat sekitar 100 kasus per 100.000 penduduk atau 200.000 kasus setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 70% kasus di rumah sakit sudah dalam keadaan stadium lanjut (Kemenkes RI, 2013). Sedangkan prevalensi kasus kanker serviks di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2008 memperkirakan bahwa insiden kanker serviks sebesar 12,6 per 100.000 perempuan dengan angka kematian sebesar 7 per 100.000 perempuan (Globocan, 2008). Pada negara maju, angka kejadian dan kematian kanker serviks telah menurun karena suksesnya program skrining (Gakidou et al., 2008). Pemeriksaan 1

2 sederhana, efektif dalam biaya pemeriksaan merupakan pendekatan skrining untuk pencegahan kanker serviks di negara berpenghasilan dan sumber daya yang rendah dengan skrining visual dengan asam asetat (IVA) (Sankaranarayanan et al., 2012). Metode IVA sangat berguna untuk mendeteksi lesi prakanker serviks, tidak hanya di pelayanan kesehatan dengan fasilitas sederhana dan sumber daya kesehatan yang masih rendah, namun juga pada pusat pelayanan kesehatan yang lengkap dan pusat pelayanan kanker. Kelebihan penggunaan metode IVA ialah tidak membutuhkan sumber daya kesehatan yang jumlahnya besar, IVA memiliki nilai prediksi positif sebanding dengan pap smear konvensional, kemungkinan lebih cepat untuk melakukan diagnosis, tindak lanjut, dan pengobatan dibandingkan skrining yang berbasis sitologi (Jeronimo et al., 2005). Sancho-Garnier et al. (2013) menyatakan bahwa hambatan utama pelaksanaan skrining kanker serviks di beberapa negara seperti Maroko, Tunisia, dan Turki adalah kurangnya dukungan program kesehatan dari pemerintah dan ketersediaan sumber daya yang diperlukan. Di Tunisia, rencana program kanker nasional yang baru telah dikembangkan dengan mengadopsi strategi skrining yang sama tetapi memberikan cakupan yang lebih baik melalui mobilisasi sumber daya manusia, material, dan keuangan. Penelitian yang dilakukan Singh et al. (2012) di daerah pedesaan India menunjukkan sebesar 74% perawat mengetahui bahwa papsmear digunakan untuk mendeteksi kanker serviks, namun hanya 59% perawat yang mengetahui bahwa pap smear dapat mendeteksi keduanya, kanker serta lesi prakanker serviks. Sebagian besar perawat (79%) berpikir bahwa pemeriksaan spekulum dan pap smear merupakan prosedur yang harus dilakukan oleh dokter. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pengetahuan tentang kanker serviks dan pencegahan dengan skrining, sikap yang baik namun tidak didukung dengan praktik terhadap skrining yang baik. Alliance for Cervical Cancer Prevention (2003) menyatakan bahwa skrining dapat menurunkan kejadian kanker serviks jika dilakukan secara kumulatif. Apabila rutin melakukan skrining kanker serviks setahun sekali dapat

3 menurunkan kejadian kanker antara 90-93%, setiap 2 tahun sekali menurunkan 86-91%, 3 tahun sekali menurunkan 75-88%, dan 5 kali seumur hidup menurunkan 61-74%. Apabila dilakukan 3 kali seumur hidup menurunkan kejadian kanker sebanyak 35-55%, 2 kali seumur hidup menurunkan 29-42% dan 1 kali seumur hidup dapat menurunkan kejadian kanker serviks sebanyak 17-32%. Gakidau et al. (2008) dalam penelitian cakupan skrining kanker serviks di 57 negara, menyatakan cakupan skrining di negara berkembang rendah. Cakupan skrining di negara berkembang rata-rata 19%, dibandingkan negara maju rata-rata 63% dengan cakupan terendah di Bangladesh 1%. Cakupan skrining kanker serviks dengan metode IVA di Indonesia sebesar 1,57% tahun 2007-2012, di Kalimantan Barat sebesar 1.06% tahun 2010-2013. Gambar 1. Cakupan deteksi dini dengan metode IVA dan krioterapi tahun 2010-2013 (Sumber: Laporan tahunan program kanker Dinkes Propinsi Kalimantan Barat) Program skrining kanker serviks dengan metode IVA sudah dilaksanakan di Propinsi Kalimantan Barat sejak tahun 2010. Salah satu upaya untuk meningkatkan cakupan skrining dengan melatih bidan dan dokter umum di puskesmas untuk talaksana skrining dengan metode IVA. Hingga tahun 2013 sebanyak 49 dari 238 puskesmas di 13 kabupaten/kota, 46 dari 286 dokter umum di puskesmas, dan 62 dari 2169 bidan yang baru dilatih skrining kanker serviks dengan metode IVA.

4 Penemuan dan tatalaksana penyakit kanker merupakan sub sistem pengendalian penyakit kanker secara umum. Output kegiatan diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian, melalui deteksi dini, penapisan, diagnosa, terapi dan perawatan paliatif. Kegiatan ini akan berguna apabila ditunjang oleh sumber daya manusia dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik (Kemenkes RI 2010). Dengan adanya program skrining kanker serviks metode IVA diharapkan dapat meningkatkan pencegahan kanker serviks di Propinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan gambaran di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut pengetahuan dan keterampilan praktik bidan untuk skrining kanker serviks dengan metode IVA di Propinsi Kalimantan Barat. B. Rumusan Masalah Di negara berkembang diperkirakan wanita yang dilakukan skrining hanya mencapai 5% dalam jangka waktu 5 tahun. Sedangkan di negara maju minimal 1 kali sebanyak 70%. Menurut WHO seharusnya skrining dapat mencapai 80% (Carr and Sellors, 2004). Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat tahun 2010-2013 jumlah yang diperiksa IVA hanya 1,06% dari target yang ditetapkan Kemenkes sebesar 80%. Hambatan utama pelaksanaan skrining kanker serviks di beberapa negara adalah kurangnya dukungan program kesehatan dari pemerintah dan ketersediaan sumber daya. Dengan strategi skrining kanker serviks yang sama tetapi memberikan cakupan yang lebih baik melalui mobilisasi sumber daya manusia. Kegiatan ini akan berguna apabila ditunjang oleh sumber daya manusia dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik. Salah satu upaya untuk meningkatkan program skrining dengan mobilisasi sumber daya manusia dengan melatih bidan dan dokter umum di puskesmas untuk talaksana skrining dengan metode IVA. Dua puluh satu persen puskesmas, 19% dokter umum di puskesmas dan 3% bidan yang baru dilatih untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pengetahuan dapat meningkatkan

5 keterampilan praktik bidan untuk skrining kanker serviks dengan metode IVA di puskesmas di Kalimantan Barat. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Menilai pengetahuan dan keterampilan praktik bidan untuk skrining kanker serviks dengan metode IVA di puskesmas di Kalimantan Barat. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui gambaran pengetahuan dan keterampilan praktik bidan untuk skrining dengan metode IVA di puskesmas di Kalimantan Barat. b. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan praktik bidan untuk skrining kanker serviks dengan metode IVA di puskesmas di Kalimantan Barat. c. Mengetahui hubungan antara usia, pendidikan dan lama bekerja dengan keterampilan praktik bidan untuk skrining kanker serviks dengan metode IVA di puskesmas di Kalimantan Barat. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan atau teori bagi penelitian yang lain tentang pengetahuan dan keterampilan praktik bidan untuk skrining kanker serviks dengan metode IVA. Peneliti juga dapat menambah ilmu, wawasan dan keterampilan dalam mengangkat suatu permasalahan dan melakukan penelitian serta menyusun sebuah karya ilmiah. Dari segi praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah daerah setempat dan sarana program peningkatan pengetahuan dan keterampilan praktik bidan dalam pencegahan kanker serviks dengan metode skrining IVA. Bagi program untuk perencaanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pengetahuan dan keterampilan bidan dengan skrining metode IVA.

6 Tabel 1. Keaslian penelitian E. Keaslian Penelitian Penelitian Judul Tujuan Rancangan penelitian Shekhar et al. (2013) Urasa and Darj (2011) Jia et al. (2013) Cervical Cancer Screening: Knowledge, Attitudes and Practices Among Nursing Staff in a Tertiary Level Teaching Insitution of Rural India Knowledge of cervical cancer and screening practices of nurses at a regional hospital in Tanzania Knowledge about Cervical Cancer and Barriers of Screening Program among Women in Wufeng County, a High- Incidence Region of Cervical Cancer in China Menilai pengetahuan perawat, sikap dan praktik tentang skrining kanker serviks di sebuah lembaga pendidikan keperawatan tersier pedesaan India Menilai kesadaran perawat tentang kanker serviks dan praktik skrining di sebuah rumah sakit di Tanzania Mengetahui tentang kanker serviks, skrining dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan perempuan untuk menjalani skrining kanker serviks di daerah Wufeng Cross sectional study Cross sectional study Cross sectional study Hasil Sebagian besar perawat di pedesaan India memiliki pengetahuan tentang skrining kanker serviks, sikap mereka terhadap praktik skrining kanker serviks tidak bisa dikatakan baik. Kurang dari sebagian perawat memiliki pengetahuan tentang kanker serviks. Ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan penyebab kanker serviks dan transmisi HPV dan usia. Pengetahuan lebih baik pada perawat muda dan pengetahuan berbeda secara signifikan antara tingkatan perawat. Sebagian besar perawat tidak pernah melakukan skrining. Perasaan cemas setelah diagnosa, tidak ada gejala/ ketidaknyamanan, tidak tahu manfaat skrining merupakan alasan menolak skrining kanker serviks. Wanita yang berusia kurang dari 45 tahun, memiliki pendapatan rendah, riwayat keluarga yang positif kanker, tingkat pendidikan tinggi dan menengah, pengetahuan yang baik lebih bersedia untuk berpartisipasi dalam skrining kanker serviks dibandingkan wanita tanpa karakteristik ini Perbedaan Subjek penelitian, lokasi peneltian Subjek penelitian, lokasi peneltian Subjek penelitian, lokasi peneltian