I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian orang di dunia. Perokok tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

UPAYA BERHENTI MEROKOK PADA PEROKOK WANITA DI KLINIK BERHENTI MEROKOKDI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU PARU (BP4) YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. dua pertiganya berada di negara berkembang.paling sedikit satu dari empat orang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

Saat. penyakit paling. atau. COPD/ Indonesia 1

Yang Terhormat (orang tua / pengasuh)

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa. Perilaku merokok telah menjadi suatu hal yang biasa dilakukan di berbagai tempat, bahkan di tempat umum. Saat ini perilaku merokok tidak hanya dijumpai pada kalangan orang dewasa, namun juga dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). Merokok merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai penyakit. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang rokok, yang hasilnya menyatakan bahwa rokok dan paparannya berbahaya bagi kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Tidak ada satupun organ di dalam tubuh yang tidak terpengaruh oleh asap rokok hampir semua bagian tubuh bisa rusak oleh rokok. Hal ini karena di dalam satu batang rokok mengandung 4.000 senyawa kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008). Penyakit yang timbul akibat rokok yaitu kanker, serangan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), asteroklerosis, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), impotensi, darah tinggi (hipertensi), gangguan kesuburan, merusak sistem pencernaan, memperburuk asma dan radang saluran napas, berisiko lebih tinggi mengalami makula (hilangnya penglihatan secara bertahap), katarak, menjadi lebih sering sakit-sakitan, menimbulkan noda gigi dan gusi (Caldwell, 2001). Separuh dari kematian penderita tuberkolosis disebabkan oleh merokok dan 75% perokok yang terinfeksi Tuberkolosis sebenarnya dapat terhindar dari penyakit ini bila tidak merokok. Hal ini

disebabkan oleh rusaknya mukosa paru karena dengan merokok menjadi lebih mudah terinfeksi ( Purba, 2007). Pengetahuan bahaya merokok terhadap kesehatan dan tanggapan masyarakat luas mengenai rokok dapat secara langsung maupun tidak langsung memotivasi para perokok untuk mengakhiri perilaku merokoknya. Rokok memiliki kekuatan adiksi yang terbilang besar. Orang yang terlanjur memiliki kebiasaan merokok, sulit untuk menghentikannya. Karena itu, apabila suatu saat seorang perokok menghentikan kebiasaannya, pasti ia akan terasa tersiksa baik fisik maupun mentalnya ( Aditama, 1997). Kebanyakan pasien yang ingin berhenti merokok tidak diberikan konseling untuk permasalahan mereka. Maka dari itu dibuatlah Program Berhenti Merokok ini, pemanfaatan program ini akan memiliki dampak paling jelas pada berhenti merokok sekaligus mengurangi biaya kesehatan, seperti rawat inap, kunjungan dokter, dan resep obat yang diperlukan untuk pengobatan merokok terkait kondisi (JCS, 2010). Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan yang mengetahui betul penggunaan obat-obat dan sediaan yang dapat membantu dalam program berhenti merokok menjalankan peran penting dalam program ini. Sekarang peran Apoteker juga diperlukan dalam konseling permasalahan pasien, sehingga dapat dimanfaatkan dalam Program Berhenti Merokok. Adanya kemampuan konseling dan pengetahuan mengenai obat-obatan untuk terapi berhenti merokok merupakan kombinasi yang baik dalam penyusunan Program Berhenti Merokok.

Beberapa peneliti yang ada di luar negeri tentang program berhenti merokok ini, di laporkan bahwa: penggunaan tembakau tetap diketahui penyebabnya terkemuka kematian di Amerika Serikat. Dokter memiliki efek positif terbukti pada kemampuan pasien untuk berhenti, dan apoteker secara strategis diposisikan untuk membantu pasien berhenti. Pendidikan penghentian tembakau harus menjadi komponen yang dibutuhkan farmasi untuk memastikan bahwa semua lulusan farmasi memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk campur tangan dengan pasien yang menggunakan tembakau. Terkait penghentian harus berpengetahuan dan mahir dalam memberikan konseling penghentian, apoteker memberikan konseling perawatan pada pasien secara langsung minimal sebagai komponen rutin perawatan. Farmasi harus menetapkan kebijakan dan resolusi menyikapi peran profesi dalam penghentian tembakau (Sarah E, McBane et all., 2013). Dari hasil peneliti sebelumnya Dhabrigeni (2013) gambaran pengetahuan, sikap dan praktik perawat terhadap bahaya merokok dan program berhenti merokok diperoleh hasil yang cukup baik, sedangkan sikap diperoleh hasil (53,6%) memiliki sikap positif dan (46,4%) memiliki sikap negatif. Untuk praktik perawat diperoleh hasil (92%) memiliki praktik kerja yang kurang baik, dan (8%) memilik praktik kerja yang baik. Oleh karena itu, Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk berperan dalam masalah rokok dan membantu pasien berhenti merokok. Apoteker dapat menilai kesiapan pasien untuk berhenti merokok dengan cara: tidak siap, siap, sedang berhenti merokok, mantan perokok dengan menggunakan strategi konseling yang tepat ( JCS, 2010 ).

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan hal di atas rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengetahuan, sikap, dan praktik apoteker rumah sakit terhadap bahaya merokok dan program berhenti merokok? 2. Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan praktik terhadap karateristik responden? 3. Bagaimana hubungan antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan dengan praktik dan sikap dengan praktik? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan MengevaluasI bagaimana hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik apoteker rumah sakit terhadap bahaya merokok dan program berhenti merokok di rumah sakit Kota Padang. 1.3.2 Manfaat 1. Bagi Peneliti Membantu peneliti dalam menyelesaikan Tugas Akhir dan menambah pengetahuan peneliti dalam bahaya merokok dan program berhenti merokok. 2. Bagi Apoteker Membantu apoteker dalam memberikan edukasi dan program kerja tentang bahaya merokok dan program berhenti merokok ke tenaga kesehatan lainnya.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Membantu memberikan informasi, pengetahuan apoteker tentang bahaya merokok dan program berhenti merokok dan sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya.