BAB I PENDAHULUAN. baja HQ705 (High Quality) untuk komponen konstruksi permesinan. Baja HQ705

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

ANALISIS KEKUATAN MATERIAL PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN KONSTRUKSI MESIN PEMOTONG KERUPUK

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

Analisis Pengaruh Penambahan Serat Kawat Berkait Pada Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat BAB I PENDAHULUAN

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan estimasi waktu penelitian dikisarkan

M SIN PENGANGKAT PENGANGKA ( o h ist s ing n machi h ne n )

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

I. PENDAHULUAN. Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering

KEKUATAN LELAH BAJA HQ 705 DAN BAJA THYRODUR 1730 DI LINGKUNGAN KELEMBABAN TINGGI

I. PENDAHULUAN. Baja karbon AISI 1045 adalah jenis baja yang tergolong dalam baja paduan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PROSES PERMESINAN PADA BAGIAN- BAGIAN REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK

BAB II LANDASAN TEORI

KAJI EKSPERIMEN PENINGKATAN UMUR LELAH POROS BERALUR DENGAN PENAMBAHAN ALUR BANTU

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. akibat beban berulang ini disebut patah lelah (fatigue failures) karena

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar

PERENCANAAN MESIN PENGEROLL PIPA. DENGAN UKURAN DIAMETER PIPA 27,2mm 60,5 mm. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna memperoleh Gelar

PROSES PERANCANGAN MANUFAKTUR PEMBUATAN MATA PISAU DINAMIS MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK. Oleh WENDI ROSYANTO

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

RANCANG BANGUN MESIN LAS GESEK ( Proses Pembuatan )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III. Metode Rancang Bangun

Tujuan Pembelajaran:

PERANCANGAN MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG AGAM CHAIRUL ACHYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN MATERI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komponen mesin yang terbuat dari baja ini contohnnya poros, roda gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. di alam dan pertama kali digunakan dalam sejarah umat manusia. Kayu sampai saat

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

Proses Manufaktur Komponen Dinamis Pada Mesin Pemecah Cangkang Biji Kenari. Oleh : Bahrul Luthfi Nasution

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

PERANCANGAN MESIN UJI LELAH BAJA POROS DENGAN PEMBEBANAN PUNTIR DINAMIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. teknik mesin, teknik elektro, alat-alat transformasi,dan lain-lain.

RANCANG BANGUN MESIN POLES POROS ENGKOL PROYEK AKHIR

PERENCANAAN MESIN PEMECAH KEMIRI DENGAN KAPASITAS 50 KG/JAM SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN SEMI GANTRY CRANE KAPASITAS 10 TON DENGAN BANTUAN SOFTWARE

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

BAB IV PROSES PRODUKSI

PENGARUH PACK CARBURIZING DAN KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP UMUR FATIK MATERIAL POROS BAJA S45C

baku beton tersedia cukup melimpah dengan harga yang sangat murah, sehingga

BAB 4. PEGUJIAN GESER

ANALISA KUAT LELAH KUNINGAN YELLOW BRASS C85700 PADA MESIN UJI ROTARY BENDING

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

BAB III METODA PENELITIAN DAN ANALISA PENGUJIAN

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

PERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH

TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN ALAT PEMOTONG KERUPUK RAMBAK SISTEM DOBEL PISAU DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH FIBER DI UKM KERUPUK RAMBAK

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder,

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM DIPLOMA-IV FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian baja sebagai komponen utama pada konstruksi permesinan industri sangat mempertimbangkan biaya investasi dan perawatan yang rendah serta mempunyai ketahanan yang lebih lama. Biaya investasi dapat ditekan dengan mengefektifkan ukuran komponen permesinan sedangkan untuk menekan biaya perawatan dapat dilakukan dengan memilih bahan komponen berkualitas tinggi atau berkekuatan tinggi yang diharapkan mempunyai ketahanan yang lebih lama. Salah satu cara dalam mencapai kekuatan tinggi adalah dengan memakai baja HQ705 (High Quality) untuk komponen konstruksi permesinan. Baja HQ705 merupakan baja High Performance yang baru pada tahum (2006) mulai dipasarkan di Medan sebagai bahan poros, pengganti baja ASSAB 705 yang lama. Baja HQ705 merupakan baja High Quality Pre-hardened Machinery Steel yang diproduksi dengan lisensi ASSAB Swedia dan dipasarkan oleh PT. Tira Austenite Indonesia. Kekuatan tarik baja HQ 705 lebih tinggi dari baja-baja lainnya yang pernah dipasarkan di Medan oleh beberapa Supplier dan keagenan baja. Pada industri khususnya industri sawit baja HQ705 digunakan sebagai komponen utama beberapa buah poros seperti pada Thresher. Kegagalan pada baja sebagian besar disebabkan pembebanan dinamis yang dipicu oleh berbagai kondisi seperti pengaruh lingkungan operasi, faktor permukaan, faktor ukuran dan lain-lain. Faktor ukuran sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan lelah (fatigue strength) baja telah diteliti oleh 1

2 beberapa peneliti, Haftirman (1995) meneliti baja S45C dan menyatakan bahwa kekuatan lelah baja mengalami penurunan dengan meningkatnya ukuran, kecuali pada ukuran kecil dari 2 mm, material mengalami peningkatan kekuatan lelah, sedangkan pada material dengan sifat tahan korosinya buruk, daerah transisi bergerak kearah lingkungan kelembaban rendah dan material dengan kekuatan tinggi, di lingkungan kelembaban tinggi terjadi penurunan kekuatan yang sangat besar. Penurunan kekuatan di lingkungan kelembaban tinggi ini disebabkan timbulnya korosi pit dan retakan. Sedangkan menurut Haftirman (1996), pengaruh ukuran spesimen terhadap kekuatan lelah korosi biasanya diketahui bahwa di larutan air garam dan air laut, bila diameter spesimen menjadi kecil terjadi penurunan kekuatan, dan di dalam air bersih terjadi sebaliknya yaitu kekuatannya bertambah besar. Hal ini disebabkan larutan garam dan air laut merupakan lingkungan yang mempunyai pengaruh sangat kuat terhadap korosi sehingga retakan timbul dengan cepat. Secara perhitungan spesimen berdiameter kecil lebih merugikan bila dibandingkan dengan spesimen berdiameter besar, sesuai menurut Gakkai (1965), tegangan yang diterima luas penampang kecil dan spesimen berdiameter kecil akan mengakibatkan spesimen patah dalam waktu singkat. Sedangkan Horger (1953) dikutip oleh Dieter (1992) menyatakan bahwa baja lunak dengan diameter 2.54 sampai 5.08 mm yang diberikan beban lentur mengalami penurunan kekuatan lelah tidak lebih dari 10%. Philips (1951) dikutip oleh Dieter (1992) menyatakan baja karbon dengan diameter 5.08 sampai 35.56 mm tidak ditemukan pengaruh ukuran apabila diberi beban tarik-tekan pada arah aksial, tetapi apabila diberi takik terdapat pengaruh ukuran pada kelelahan.

3 Baja sebagai komponen utama konstruksi permesinan pengolahan sawit, memerlukan perhatian yang lebih besar karena kegagalan pada konstruksi baja akan menyebabkan industri gagal dalam produksi maupun kegiatan industri secara keseluruhan. Sehingga penyelidikan terhadap berbagai faktor yang menyebabkan penurunan umur baja sangat perlu dilakukan, karena tingginya frekuensi penggunaan baja pada industri pengolahan sawit, seperti pada poros threshing drum di stasiun penebah dan untuk komponen lainnya. Dari hasil perancangan ini diketahui bahwa komponen-komponen yang ada didalamnya terdiri dari besi dan baja yang konstruksinya tidak begitu rumit karena memiliki ukuran yang lebih kecil atau simpel dan dapat di pindah tempatkan dengan mudah. Sedangkan mesin sebelumnya memeiliki ukuran yang lebih besar, sehingga susah untuk di pindah tempatkan atau memerlukan tenaga yang lebih besar untuk memindahkannya. Sedangkan untuk sistem operasinnya, mesin ini tidak memerlukan bahan tambahan berupa besi balok padat dengan berat tertentu sebagai beban yang digunakan untuk menarik spesimen yang akan di uji. Tetapi beban tersebut diganti dengan menggunakan neraca pegas yang disambungkan dengan spesimen tersebut. Tidak seperti mesin sebelumnya yang membutuhkan beberapa besi balok untuk menentukan beban yang dibutuhkan dalam melakukan uji fatik. Dalam segi ekonomi mesin ini didesain agar dapat menghemat biaya produksi, karena bahan baku yang dibutuhkan dalam proses pembuatan mesin ini lebih sedikit dan lebih murah, jika dibandingkan dengan mesin sebelumnya yang menggunakan bahan baku yang lebih banyak dan mahal.

4 Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan mesin ini juga lebih cepat dikarenakan ukuran mesinnya yang lebih kecil, namun memiliki fungsi yang sama. Dibandingkan dengan mesin lama yang memiliki kerangka lebih besar sehingga dalam pengerjaannya memerlukan waktu yang lebih lama. B. Perumusan Masalah Perancangan alat uji fatik ini dimaksudkan untuk memberikan tegangan berulang atau berfluktuasi pada benda uji, yang merupakan syarat utama terjadinya kegagalan lelah. Alat uji yang akan dirancang dalam tugas ini adalah Alat Uji Fatik Rotating Bending Machine. Perancangan alat uji tersebut meliputi pemilihan dan perhitungan kekuatan komponen komponen alat uji yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Komponen-komponen tersebut antara lain : motor, poros, puli, sabuk, bantalan, pasak, baut, dan mur. Alat uji tersebut akan digunakan untuk menguji baja HQ705 yang digunakan pada threshing. Perancangan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ukuran terhadap kekuatan lelah sehingga hasilnya dapat membantu dalam mendapatkan konstruksi yang optimum dengan ketahanan dan efisien dalam ukuran. C. Tujuan Adapun tujuan dari perancangan alat uji ini adalah: 1. Merencanakan konstruksi suatu alat uji fatik rotating bending machine yang dapat digunakan untuk menguji kekuatan lelah baja HQ705. 2. Menguji kinerja alat uji fatik rotating bending machine. 3. Mengetahui pengaruh beban terhadap waktu.

5 D. Manfaat Hasil rancangan alat uji ini akan dapat digunakan sebagai asumsi terhadap pembuatan alat uji fatik rotating bending machine yang berguna bagi masyarakat, dunia pendidikan, dan juga bagi lembaga penelitian. Hasil rancangan ini juga dapat menjadi pembanding bagi perancangan selanjutnya.