MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KUDUS,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipertanggungjawabkan kepada orang atau instansi yang memberi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

BAB I PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah saat ini sedang mengupayakan peningkatan pelaksanaan

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V PENUTUP. menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

IKHTISAR EKSEKUTIF. Ikhtisar Eksekutif

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

SAMBUTAN KEPALA DESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dalam keuangan negara. Sejak disahkannya UU No 22 tahun 1999

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA DESA SUMBANG KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

KISI-KISI MATERI SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN APARATUR NEGARA Jakarta, 4 Agustus 2008

POLITICAL COST DAN BUMN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan berdasarkan

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik good governance, telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang terdiri atas latar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan memerlukan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE ( TOR ) TAHUN ANGGARAN 2015 PROGRAM PENATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN OPINI WTP KEMENTERIAN KESEHATAN

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017

Transkripsi:

MATERI DISKUSI MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA Yeremias T. Keban MKP FISIPOL UGM Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 27 September 2017 The Alana Yogyakarta Hotel, Ngaglik Sleman DIY

PENDAHULUAN Tatakelola merupakan prinsip yang telah mulai dipraktekan oleh sektor swasta di Indonesia sejak 1997 ketika krisis ekonomi melanda Asia Tenggara, dan dikenal dengan nama good corporate governance (GCG). Di sektor publik atau di lembaga pemerintah, tata kelola merupakan prinsip yang sangat diandalkan sejak UNDP dan Bank Dunia memperkenalkan dan mempromosikan konsep Good Governance dengan harapan kinerja penyelenggaraan pemerintahan meningkat, tingkat KKN berkurang dan kepercayaan (trust) kepada pemerintah meningkat. Dalam Undang-Undang Tentang Desa (UU No.6/2014), tatakelola telah dimandatkan untuk diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

Pasal 3 dan 4, UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat beberapa prinsip tatakelola: Partisipasi Kesetaraan Efisiensi Efektivitas Terbuka (transparancy) Bertanggungjawab (akuntabilitas) Pasal 7 ayat 3 (d): mandat untuk meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa ;

Pasal 24 tentang asas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa: kepastian hukum*; tertib penyelenggaraan pemerintahan; tertib kepentingan umum; Keterbukaan*; proporsionalitas; Profesionalitas*; Akuntabilitas*; Efektivitas* dan efisiensi*; kearifan lokal; keberagaman; dan Partisipatif* (* sesuai prinsip-prinsip Good Governance)

MAKNA TATAKELOLA YANG BAIK Ada banyak pendapat tentang prinsip tata kelola yang baik, sebagaimana dikemukakan Bank Dunia, UNDP, dsb. Kriteria Tatakelola Yang Baik Visi strategis (K1) Partisipatif (K2) Efisien dan efektif (K3) Akuntabel (K4) Transparan (K5) Responsif (K6) Taat hukum (K7) Kesinambungan (K8) Supervisi / pengawasan (K9)

APLIKASI PRINSIP TATAKELOLA DALAM PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN DESA Penyelenggaraan Pemerintahan Desa harus melihat keterkaitan antara program-program yang diusulkan dengan prinsip tatakelola yang baik, sebagaimana tergambar dalam beberapa matriks berikut. Kriteria Tatakelola Yang Baik Visi strategis (K1) Partisipatif (K2) Efisien dan efektif (K3) Akuntabel (K4) Transparan (K5) Responsif (K6) Taat hukum (K7) Kesinambungan (K8) Supervisi / pengawasan (K9)

Prinsip ini dapat diterapkan pada bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan, dan bidang pemberdayaan masyarakat (lihat Permendagri No.114/2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, pasal 6 ayat 2, 3, 4 dan 5) Penerapan dapat dilakukan mulai dari perencanaan yaitu penyusunan RPJMDES dan rencana tahunan, dilanjutkan pada tahap monitoring dan evaluasi.

Matriks Tatakelola Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan GOOD GOVERNANCE PROGRAM STRATEGIS PROG 1: K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 PROG 2 PROG 3 PROG 4 PROG 5 PROG 6 Apakah semua program penyelenggaraan pemerintahan desa telah didasarkan atas prinsip visi strategis, partisipatif, efisien dan efektif, akuntabel, transparan, responsif, taat hukum, keberlanjutan, dan pengawasan? PROG 7 PROG 8

Matriks Tatakelola Bidang Pelaksanaan Pembangunan PROGRAM STRATEGIS GOOD GOVERNANCE K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 PROG 1 PROG 2 PROG 3 PROG 4 PROG 5 PROG 6 Apakah semua program pelaksanaan pembangunan desa telah didasarkan atas prinsip visi strategis, partisipatif, efisien dan efektif, akuntabel, transparan, responsif, taat hukum, keberlanjutan, dan pengawasan? PROG 7 PROG 8

Matriks Tatakelola Bidang Pembinaan Kemasyarakatan GOOD GOVERNANCE PROGRAM STRATEGIS K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 PROG 1 PROG 2 PROG 3 PROG 4 PROG 5 PROG 6 Apakah semua program pembinaan kemasyarakatan telah didasarkan atas prinsip visi strategis, partisipatif, efisien dan efektif, akuntabel, transparan, responsif, taat hukum, keberlanjutan, dan pengawasan? PROG 7 PROG 8

Matriks Tatakelola Bidang Pemberdayaan Masyarakat GOOD GOVERNANCE PROGRAM STRATEGIS K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 PROG 1 PROG 2 PROG 3 PROG 4 PROG 5 PROG 6 Apakah program pemberdayaan masyarakat telah didasarkan atas prinsip visi strategis, partisipatif, efisien dan efektif, akuntabel, transparan, responsif, taat hukum, keberlanjutan, dan pengawasan? PROG 7 PROG 8

AKTOR KUNCI: PEMERINTAH, MASYARAKAT DAN SWASTA Prinsip tatakelola harus dimulai dari pihak pemerintah yang dilihat dalam diri Kepala Desa sendiri ketika menggunakan kewenangannya dan menjalankan kewajibannya. Ketika seorang Kepala Desa menggunakan kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan perangkat desa, dia dapat menerapkan prinsip tata kelola dengan menjelaskan secara terbuka dan transparan mengapa dia melakukan hal itu. Juga dapat diterapkan ketika seorang Kepala Desa menjalankan kewajibannya seperti memberikan informasi tertulis kepada masyarakat desa di akhir tahun anggaran, atau secara terbuka siap mempertanggungjawabkan laporannya tentang penyelenggaraan pemerintahan desa setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota.

Ketika publik mempersoalkan penetapan anggaran dan pendapatan belanja Desa atau APBDesa, seorang kepala desa harus siap menjawab dan mempertanggungjawabkan itu, karena itu adalah bagian dari kewenangan formalnya, dan tidak boleh melempar tanggung jawab kepada perangkat desa untuk menjawabnya. Kepala Desa harus memulai dengan memberi teladan yang baik, dan harus selalu konsisten dalam menerapkan prinsip Tatakelola yang baik dalam menggunakan kewenangan dan menjalankan kewajibannya. Kepala Desa harus mendorong perangkatnya untuk ikut menerapkan prinsip tersebut sebagaimana yang telah dia lakukan. Paling efektif apabila seorang Kepala Desa memasukan penerapan prinsip Tatakelola yang baik sebagai bagian dari penilaian kinerja perangkat desa yaitu sebagai action performance atau kinerja perilaku kerja, disamping target kerja atau achievement performance. Peran Kepala Desa dalam implementasi Tatakelola ini dapat dijadikan bagian dari penilaian kinerja kepala Desa oleh Bupati/Walikota. Nilai tatakelola harus diinstitusionalisasikan kepada para Kepala Desa. Merka harus didampingi, dibina dan terus ditingkatkan kemampuannya untuk menerapkan Tatakelola dalam penyelenggaran pemerintahan desa.

Masyarakat desa merupakan aktor kedua yang sangat menentukan pelaksanaan tatakelola di desa, yang diwakili oleh BPD; BPD yang mewakili masyarakat seharusnya didorong untuk menerima dan mempraktekan prinsip-prinsip tatakelola di desa; Semua keluhan dan kritik yang berasal dari masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat disalurkan kepada mereka, karena itu mereka harus ditingkatkan kapasitasnya agar menjadi penyambung lidah yang efektif. Institusionalisasi nilai tatakelola yang baik kepada BPD sangat penting, dan harus segera dimulai karena tatakelola adalah nilai yang relatif baru dan belum banyak yang mengenal dan menerimanya.

Sektor swasta khususnya pengusaha lokal juga merupakan aktor penting dalam mewujudkan tatakelola di tingkat desa. Pihak pengusaha lokal harus menerima nilai-nilai dalam tatakelola ketika berurusan dengan pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan mereka dalam berbagai program pembangunan desa, menuntut mereka harus berperilaku sesuai prinsip tatakelola seperti bekerja profesional, akuntabel, efisien dan efektif; Tentu diperlukan institusionalisasi nilai-nilai tatakelola ke dalam sikap dan perilaku pihak swasta.

TANTANGAN & HAMBATAN Jumlah desa sangat banyak (74,754 desa), dengan kondisi yang variatif dan kompleks, antara lain dalam aspek: Letak geografis Iklim Demografis Dukungan aset dan sumberdaya alam Sosial budaya Kemajuan /modernisasi Sarana dan prasarana Bentuk dan kapasitas kelembagaan Kualitas SDM penduduk dan aparat Tingkat kemiskinan dan pengangguran Tingkat kerentanan terhadap perubahan lingkungan, dsb. Dengan variasi dan kompleksitas desa yang demikian banyak, pelaksanaan Tatakelola tidak mudah dilakukan

Pelaksanaan Tatakelola juga dihambat oleh: lemahnya dukungan berbagai peraturan dan prosedur, komitmen Kepala Desa dan perangkat desa yang rendah Pengawasan yang lemah dari pihak yang diberi otoritas sifat pasif dan fatalisme dari pihak masyarakat yang cenderung tidak menanyakan haknya. kepentingan elit politik, birokrat dan perangkat desa serta pihak sektor swasta Kurangnya kesadaran kepala desa, perangkat desa dan masyarakat publik akan manfaat tatakelola Kurangnya pendampingan untuk mengaplikasikan tatakelola di tingkat desa

PERLU PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Sulit menerapkan tatakelola di tingkat desa karena merupakan hal yang relatif baru (di tingkat kebupaten, provinsi dan pusat masih sulit) Dalam mengaplikasi tatakelola, desa sangat membutuhkan uluran tangan pihak luar seperti pihak pemerintah kabupaten/kota. Pembinaan secara berkala harus dimulai mengikutsertakan aktor-aktor penting seperti Kepala Desa, BPD dan pihak swasta. Pihak aparat pengawasan harus benar-benar menjalankan fungsi dan perannya di desa, dan mungkin berat dan banyak tantangannya, tetapi harus dimulai.

REFLEKSI Sudah lama desa kurang diperhatikan dalam pembangunan dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan desa. Kebanyakan desa, harus diakui, masih dalam posisi yang relatif lemah, belum siap untuk membangun desa secara cepat. Ketika perhatian tiba-tiba diberikan oleh Presiden terhadap desa yang jumlahnya demikian banyak, dengan anggaran yang demikian besar, maka risiko kegagalan sangat besar. Pemerintah harus memikirkan strategi untuk mengurangi risiko kegagalan tersebut. Pembenahan kapasitas kelembagaan, perangkat desa, pengelolaan keuangan, kapasitas dalam perencanaan, monitoring dan evaluas, memang sangat diperlukan, namun itu tidaklah cukup, diperlukan tatakelola yang baik. Tatakelola yang baik harus menjadi bagian dari budaya penyelenggaraan pemerintahan desa, dan harus menjadi kriteria utama penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan desa. Dapatkah kita wujudkan itu? Kapan? Dan bagaimana memulainya?

SEKIAN DAN TERIMA KASIH