MATERI DISKUSI MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA Yeremias T. Keban MKP FISIPOL UGM Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 27 September 2017 The Alana Yogyakarta Hotel, Ngaglik Sleman DIY
PENDAHULUAN Tatakelola merupakan prinsip yang telah mulai dipraktekan oleh sektor swasta di Indonesia sejak 1997 ketika krisis ekonomi melanda Asia Tenggara, dan dikenal dengan nama good corporate governance (GCG). Di sektor publik atau di lembaga pemerintah, tata kelola merupakan prinsip yang sangat diandalkan sejak UNDP dan Bank Dunia memperkenalkan dan mempromosikan konsep Good Governance dengan harapan kinerja penyelenggaraan pemerintahan meningkat, tingkat KKN berkurang dan kepercayaan (trust) kepada pemerintah meningkat. Dalam Undang-Undang Tentang Desa (UU No.6/2014), tatakelola telah dimandatkan untuk diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Pasal 3 dan 4, UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat beberapa prinsip tatakelola: Partisipasi Kesetaraan Efisiensi Efektivitas Terbuka (transparancy) Bertanggungjawab (akuntabilitas) Pasal 7 ayat 3 (d): mandat untuk meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa ;
Pasal 24 tentang asas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa: kepastian hukum*; tertib penyelenggaraan pemerintahan; tertib kepentingan umum; Keterbukaan*; proporsionalitas; Profesionalitas*; Akuntabilitas*; Efektivitas* dan efisiensi*; kearifan lokal; keberagaman; dan Partisipatif* (* sesuai prinsip-prinsip Good Governance)
MAKNA TATAKELOLA YANG BAIK Ada banyak pendapat tentang prinsip tata kelola yang baik, sebagaimana dikemukakan Bank Dunia, UNDP, dsb. Kriteria Tatakelola Yang Baik Visi strategis (K1) Partisipatif (K2) Efisien dan efektif (K3) Akuntabel (K4) Transparan (K5) Responsif (K6) Taat hukum (K7) Kesinambungan (K8) Supervisi / pengawasan (K9)
APLIKASI PRINSIP TATAKELOLA DALAM PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN DESA Penyelenggaraan Pemerintahan Desa harus melihat keterkaitan antara program-program yang diusulkan dengan prinsip tatakelola yang baik, sebagaimana tergambar dalam beberapa matriks berikut. Kriteria Tatakelola Yang Baik Visi strategis (K1) Partisipatif (K2) Efisien dan efektif (K3) Akuntabel (K4) Transparan (K5) Responsif (K6) Taat hukum (K7) Kesinambungan (K8) Supervisi / pengawasan (K9)
Prinsip ini dapat diterapkan pada bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan, dan bidang pemberdayaan masyarakat (lihat Permendagri No.114/2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, pasal 6 ayat 2, 3, 4 dan 5) Penerapan dapat dilakukan mulai dari perencanaan yaitu penyusunan RPJMDES dan rencana tahunan, dilanjutkan pada tahap monitoring dan evaluasi.
Matriks Tatakelola Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan GOOD GOVERNANCE PROGRAM STRATEGIS PROG 1: K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 PROG 2 PROG 3 PROG 4 PROG 5 PROG 6 Apakah semua program penyelenggaraan pemerintahan desa telah didasarkan atas prinsip visi strategis, partisipatif, efisien dan efektif, akuntabel, transparan, responsif, taat hukum, keberlanjutan, dan pengawasan? PROG 7 PROG 8
Matriks Tatakelola Bidang Pelaksanaan Pembangunan PROGRAM STRATEGIS GOOD GOVERNANCE K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 PROG 1 PROG 2 PROG 3 PROG 4 PROG 5 PROG 6 Apakah semua program pelaksanaan pembangunan desa telah didasarkan atas prinsip visi strategis, partisipatif, efisien dan efektif, akuntabel, transparan, responsif, taat hukum, keberlanjutan, dan pengawasan? PROG 7 PROG 8
Matriks Tatakelola Bidang Pembinaan Kemasyarakatan GOOD GOVERNANCE PROGRAM STRATEGIS K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 PROG 1 PROG 2 PROG 3 PROG 4 PROG 5 PROG 6 Apakah semua program pembinaan kemasyarakatan telah didasarkan atas prinsip visi strategis, partisipatif, efisien dan efektif, akuntabel, transparan, responsif, taat hukum, keberlanjutan, dan pengawasan? PROG 7 PROG 8
Matriks Tatakelola Bidang Pemberdayaan Masyarakat GOOD GOVERNANCE PROGRAM STRATEGIS K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 PROG 1 PROG 2 PROG 3 PROG 4 PROG 5 PROG 6 Apakah program pemberdayaan masyarakat telah didasarkan atas prinsip visi strategis, partisipatif, efisien dan efektif, akuntabel, transparan, responsif, taat hukum, keberlanjutan, dan pengawasan? PROG 7 PROG 8
AKTOR KUNCI: PEMERINTAH, MASYARAKAT DAN SWASTA Prinsip tatakelola harus dimulai dari pihak pemerintah yang dilihat dalam diri Kepala Desa sendiri ketika menggunakan kewenangannya dan menjalankan kewajibannya. Ketika seorang Kepala Desa menggunakan kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan perangkat desa, dia dapat menerapkan prinsip tata kelola dengan menjelaskan secara terbuka dan transparan mengapa dia melakukan hal itu. Juga dapat diterapkan ketika seorang Kepala Desa menjalankan kewajibannya seperti memberikan informasi tertulis kepada masyarakat desa di akhir tahun anggaran, atau secara terbuka siap mempertanggungjawabkan laporannya tentang penyelenggaraan pemerintahan desa setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota.
Ketika publik mempersoalkan penetapan anggaran dan pendapatan belanja Desa atau APBDesa, seorang kepala desa harus siap menjawab dan mempertanggungjawabkan itu, karena itu adalah bagian dari kewenangan formalnya, dan tidak boleh melempar tanggung jawab kepada perangkat desa untuk menjawabnya. Kepala Desa harus memulai dengan memberi teladan yang baik, dan harus selalu konsisten dalam menerapkan prinsip Tatakelola yang baik dalam menggunakan kewenangan dan menjalankan kewajibannya. Kepala Desa harus mendorong perangkatnya untuk ikut menerapkan prinsip tersebut sebagaimana yang telah dia lakukan. Paling efektif apabila seorang Kepala Desa memasukan penerapan prinsip Tatakelola yang baik sebagai bagian dari penilaian kinerja perangkat desa yaitu sebagai action performance atau kinerja perilaku kerja, disamping target kerja atau achievement performance. Peran Kepala Desa dalam implementasi Tatakelola ini dapat dijadikan bagian dari penilaian kinerja kepala Desa oleh Bupati/Walikota. Nilai tatakelola harus diinstitusionalisasikan kepada para Kepala Desa. Merka harus didampingi, dibina dan terus ditingkatkan kemampuannya untuk menerapkan Tatakelola dalam penyelenggaran pemerintahan desa.
Masyarakat desa merupakan aktor kedua yang sangat menentukan pelaksanaan tatakelola di desa, yang diwakili oleh BPD; BPD yang mewakili masyarakat seharusnya didorong untuk menerima dan mempraktekan prinsip-prinsip tatakelola di desa; Semua keluhan dan kritik yang berasal dari masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat disalurkan kepada mereka, karena itu mereka harus ditingkatkan kapasitasnya agar menjadi penyambung lidah yang efektif. Institusionalisasi nilai tatakelola yang baik kepada BPD sangat penting, dan harus segera dimulai karena tatakelola adalah nilai yang relatif baru dan belum banyak yang mengenal dan menerimanya.
Sektor swasta khususnya pengusaha lokal juga merupakan aktor penting dalam mewujudkan tatakelola di tingkat desa. Pihak pengusaha lokal harus menerima nilai-nilai dalam tatakelola ketika berurusan dengan pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan mereka dalam berbagai program pembangunan desa, menuntut mereka harus berperilaku sesuai prinsip tatakelola seperti bekerja profesional, akuntabel, efisien dan efektif; Tentu diperlukan institusionalisasi nilai-nilai tatakelola ke dalam sikap dan perilaku pihak swasta.
TANTANGAN & HAMBATAN Jumlah desa sangat banyak (74,754 desa), dengan kondisi yang variatif dan kompleks, antara lain dalam aspek: Letak geografis Iklim Demografis Dukungan aset dan sumberdaya alam Sosial budaya Kemajuan /modernisasi Sarana dan prasarana Bentuk dan kapasitas kelembagaan Kualitas SDM penduduk dan aparat Tingkat kemiskinan dan pengangguran Tingkat kerentanan terhadap perubahan lingkungan, dsb. Dengan variasi dan kompleksitas desa yang demikian banyak, pelaksanaan Tatakelola tidak mudah dilakukan
Pelaksanaan Tatakelola juga dihambat oleh: lemahnya dukungan berbagai peraturan dan prosedur, komitmen Kepala Desa dan perangkat desa yang rendah Pengawasan yang lemah dari pihak yang diberi otoritas sifat pasif dan fatalisme dari pihak masyarakat yang cenderung tidak menanyakan haknya. kepentingan elit politik, birokrat dan perangkat desa serta pihak sektor swasta Kurangnya kesadaran kepala desa, perangkat desa dan masyarakat publik akan manfaat tatakelola Kurangnya pendampingan untuk mengaplikasikan tatakelola di tingkat desa
PERLU PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Sulit menerapkan tatakelola di tingkat desa karena merupakan hal yang relatif baru (di tingkat kebupaten, provinsi dan pusat masih sulit) Dalam mengaplikasi tatakelola, desa sangat membutuhkan uluran tangan pihak luar seperti pihak pemerintah kabupaten/kota. Pembinaan secara berkala harus dimulai mengikutsertakan aktor-aktor penting seperti Kepala Desa, BPD dan pihak swasta. Pihak aparat pengawasan harus benar-benar menjalankan fungsi dan perannya di desa, dan mungkin berat dan banyak tantangannya, tetapi harus dimulai.
REFLEKSI Sudah lama desa kurang diperhatikan dalam pembangunan dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan desa. Kebanyakan desa, harus diakui, masih dalam posisi yang relatif lemah, belum siap untuk membangun desa secara cepat. Ketika perhatian tiba-tiba diberikan oleh Presiden terhadap desa yang jumlahnya demikian banyak, dengan anggaran yang demikian besar, maka risiko kegagalan sangat besar. Pemerintah harus memikirkan strategi untuk mengurangi risiko kegagalan tersebut. Pembenahan kapasitas kelembagaan, perangkat desa, pengelolaan keuangan, kapasitas dalam perencanaan, monitoring dan evaluas, memang sangat diperlukan, namun itu tidaklah cukup, diperlukan tatakelola yang baik. Tatakelola yang baik harus menjadi bagian dari budaya penyelenggaraan pemerintahan desa, dan harus menjadi kriteria utama penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan desa. Dapatkah kita wujudkan itu? Kapan? Dan bagaimana memulainya?
SEKIAN DAN TERIMA KASIH