PERBEDAAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA BULAN PADA TIPE NUCLEAR FAMILY DENGAN EXTENDED FAMILY DI KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TOILET LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK USIA BULAN DALAM MENGONTROL ELIMINASI DI POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DENGAN PERKEMBANGANANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS KECAMATAN LOWOKWARU MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan

PERAN IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP ORANG TUA DALAM MELAKUKAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TKK SANG TIMUR MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

Evi Nur Faidah* Supratman**

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

HUBUNGAN KEMANDIRIAN ANAK DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

JURNAL ABDIMAS BSI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 2018, Hal. 7-13

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun

MUHAMMAD ARISY DEKY PRABOWO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TOILET TRAINING ANAK USIA 1-3 TAHUN TERHADAP PENGETAHUAN IBU DI DESA SAMBON BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro

Youstiana Dwi Rusita*, Ikha Ardianti Ilmu Keperawatan STIKES Insan Cendekia Husada Bojonegoro ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN 2 TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Achmad Ridwan, Anita Nur Lely Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

BAB I PENDAHULUAN. anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi. tubuhnya sendiri serta fungsinya.(hidayat Alimul,2005)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PELAKSANAANNYA DI POSYANDU BUNGA TANJUNG KELUHARAN TANJUNGSARI PURWAKARTA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 6-12 BULAN DI TLOGOMAS KOTA MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (Wong, 2004). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERMAINAN EDUKATIF DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PADA IBU-IBU DESA PEPE KELURAHAN LANGENHARJO

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI BANDA ACEH COMPARISON OF TOILET TRAINING READINESS IN BANDA ACEH

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal

Edu Geography

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN SEWU SURAKARTA

SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN)

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI OLEH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD ASPARAGA MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler

KESIAPAN ANAK USIA TODDLER (3 TAHUN) DALAM MENGIKUTI TOILET TRAINING

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Venny Risca Ardiyantini

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN 2 TLOGOMAS KOTA MALANG ABSTRAK

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

HUBUNGAN KEMAMPUAN PEMBERIAN STIMULASI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH ABSTRAK

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

EFFEKTIVITAS TEKNIK ORAL DAN MODELLING TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA TODDLER

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

PENGETAHUAN IBU TENTANG PENERAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 2-3 TAHUN

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEMANDIRIAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

Jurnal Care Vol. 3, No. 2, Tahun 2015 KEMAMPUAN PEMBERIAN STIMULASI MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

THE APPLICATION OF TOILET TRAINING PARENTS WITH CHILDREN AGED 2-3 YEARS IN EDUCATION 21 KULIM PEKANBARU

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

PENGETAHUAN MENSTRUASI REMAJA YANG MENGALAMI SUBSTITUSI POLA ASUH PADA KELUARGA TKI. Hery Ernawati

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA

Hubungan Pendidikan di Playgroup dengan Perkembangan Emosional Anak di TK Hidayah Desa Kembangbilo Tuban

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE PADA PASIEN STROKE DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT DR. SOEPRAOEN MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

: RIZKA RATNA NURVITASARI

Transkripsi:

PERBEDAAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA 24-36 BULAN PADA TIPE NUCLEAR FAMILY DENGAN EXTENDED FAMILY DI KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Faisal Sanjaya 1), Ni Luh Putu Eka Sudiwati 2), Neni Maemunah 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi 2) Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes 3) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Email : jurnalpsik.unitri@gmail.com ABSTRAK Toilet learning adalah proses pembangunan di mana seorang anak belajar untuk menggunakan toilet dengan tepat. Sekitar 30% dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia masih susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) sampai usia prasekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keberhasilan toilet learning pada anak usia 24-36 bulan pada tipe nuclear family dan extended family di RW 02 dan RW 06 Kelurahan Tlogomas Kota. Desain penelitian observasional komparatif yang bersifat Cross Sectional. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling sebesar 50 anak, 25 anak dari tipe nuclear family dan 25 anak dari extended family. Pengumpulan data melalui lembar observasi untuk anak dan kuesioner kepada orang tua, kemudian dilakukan pengolahan dan analisis statistik Mann-Whitney U-Test. Hasil penelitian menggambarkan bahwa keberhasilan toilet learning pada anak tipe nuclear family terdapat 36% dengan kategori cukup berhasil dan keberhasilan toilet learning pada tipe extended family terdapat 60% dengan kategori berhasil. Hasil uji komparasi dengan ρ value 0.046 < 0,05. Disimpulkan terdapat perbedaan keberhasilan toilet learning pada anak pada tipe nuclear family dan extended family. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan keberhasilan toilet learning pada anak dari tipe nuclear family dan extended family. Kata kunci : Toilet learning, nuclear family dan extended family, anak usia 24-36 bulan. 380

DIFFERENCES TOILET LEARNING SUCCESS TO CHILDREN AGE 24-36 MONTHS ON NUCLEAR FAMILY TYPE WITH EXTENDED FAMILY IN THE TLOGOMAS CITY OF MALANG ABSTRACT Toilet-learning is a developmental process in which a child learns to use the toilet properly. Approximately 30% of 250 million inhabitants of Indonesia is still difficult to control bowel and bladder (wet) until preschool age. This study aims to determine the successful differentces of toilet-learning at children at the age of 24-36 months between nuclear family and extended family type in RW 02 and RW 06 of Tlogomas Village,. The research design of this study is comparative observation i.e. cross sectional. The sampel was taken by purposive sampling technique for 50 children,25 children from nuclear family tipe and 25 children of extended family type. The data were collected through observation sheets for the child and questionnaires to the parents, then the data were processed and analyzed statistically by Mann-Whitney U-Test. The result of comparative tests with p value 0.046 is < 0.05, with low-level difference. It can be concluded there are successful differentces of toilet-learning for children between nuclear family and extended family type. For future studies it is expected to examine factors that influence the successful differences of toilet-learniing at children of nuclear family and extended family type. Keywords : Toilet-learning, nuclear family and extended family, children at the age of 24-36 months. PENDAHULUAN Toilet learning adalah proses pembangunan di mana seorang anak belajar untuk menggunakan toilet dengan tepat. Toilet learning umumnya dimulai pada anak usia dini, yang dengan sendirinya bisa menjadi masa yang menantang. Pada saat ini, anak-anak menjadi mandiri dan orang tua berusaha untuk menyeimbangkan dan membantu kemerdekaan anak (Debord, 1997). Anak usiatoddler (1-3) tahun termasuk dalam fase anal yaitu ditandai dengan berkembangnya kepuasan (kateksis) dan ketidakpuasan (anti kateksisi) disekitar fungsi eliminasi (Sunaryo. 2004). Untuk melaksanakan proses toilet learning harus mempertimbangkan kesiapan anak, sebagian besar anak memulai belajar 381

toilet pada usia 24 bulan dan sebagian kecil pada usia 18 bulan karena pada usia tersebut anak telah memiliki kata kata untuk menggambarkan feses dan urin. Penelitian Kusumawati (2006), Menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan toilet pada anak adalah faktor pengetahuan, faktor pendidikan dan faktor pola asuh ibu. Sedangkan menurut Hidayat (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan toilet pada anak adalah kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan psikologis, serta kesiapan orang tua yaitu meluangkan waktu untuk anak berlatih berkemih dan defekasi. Berdasarkan penelitian Seim (1989), Berbagai orang terlibat dalam proses pelatihan toilet, dari 266 anak, ibu terlibat pada 247 anak atau 92,8% kasus, ayah terlibat pada 171 anak atau 64,3% kasus, saudara terdekat terlibat pada 62 anak atau 23,3% kasus, sedangkan kakek-nenek terlibat pada 57 anak atau 21,4% kasus. Lenny (2010) mengatakan bahwa keluarga dibagi menjadi beberapa macam, salah satunya yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family). Keluarga inti (nuclear family)adalah keluarga yang hanya terdiri ayah. ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya. Sedangkan keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakeknenek, paman-bibi). Olivia (2011) menjelaskan bahwa keluarga inti (nuclear family) mendorong kedua orang tua untuk berwirausaha lebih besar dari keluarga besar (extended family) dan ada kemungkinan kedua orang tua yang bekerja akan merubah anaknya menjadi pemberontak, karena tidak ada orang tua dirumah yang dapat mengontrol anak. Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang yang berada didalam keluarga besar (extended family) memiliki kemudahan dalam menjalankan tanggung jawab bersama dan dalam membesarkan anak juga akan lebih mudah karena ada pengganti yang mengurus anak ketika ibu bekerja. Mardiya (2005) menyatakan bahwa keluarga inti (nuclear family) cukup rentan terhadap berbagai permasalah lain. Tidak saja menyangkut pada kemampuan ekonomi, hubungan orang tua-anak, dan perlindungan terhadap anak, melainkan juga pergaulan bebas (free sex) di kalangan anak remaja. Menurut Hidayat, (2009) Toilet learning selain melatih anak dalam mengontrol buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks sebab saat anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Sedangkan menurut Nilakandi (2009), toilet learning berfungsi mengajarkan anak untuk dapat membersihkan kotorannya sendiri dan bahkan memakai kembali celananya. 382

Mengingat tingginya laju pertambahan penduduk di Indonesia, bedasarkan data dari badan kependudukan keluarga berencana nasional (BKKBN), angka kelahiran mecapai 4,5 juta jiwa tiap tahun, belum termasuk migrasi luar negeri. Pada tahun 2008 diperkirakan jumlah balita mencapai 30 % dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia dan menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional pada tahun 2009 diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Berdasarkan studi pendahuluan oleh peneliti yang dilakukan di RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota, pada tanggal 28 dan 29 Maret 2012. Berdasarkan survey terhadap 7 orang anak, 4 anak dari keluarga besar (extended family) terlihat sudah mampu menahan buang air untuk sementara waktu, memberitahu kepada orang tua maupun anggota keluarga lain ketika ingin buang air karena berdasarkan data yang didapat ketika orang tua sedang bekerja dalam keluarga ini anggota keluarga lainlah yang mengajarkan tentang penggunaan toilet, seperti mengajarkan rutinitas dengan waktu yang konsisten untuk buang air. Sedangkan 3 anak dari keluarga inti (nuclear family) cenderung belum mampu untuk mengontrol buang airnya, anak ini juga terlihat takut untuk memberitahu kepada ibunya ketika untuk buang air dikarenakan orang tua sering memarahi anaknya ketika terjadi kesalahan yang dilakukan anak. Orang tua juga tidak pernah melakukan rutinitas buang air kepada anak sehingga anak tidak memiliki jadwal yang rutin untuk membuang air. Dari 7 anak tersebut, rata pendidikan orang tuanya adalah SMP dan SLTA. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian observasional-komparatif (non eksperimental) untuk mengetahui perbedaan keberhasilan toilet learning pada anak usia 24-36 bulan pada tipe nuclear family dan extended family. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Keberhasilan toilet learning pada anak usia 24-36 bulan pada tipe nuclear family Skor Keberhasilan f (%) Berhasil 8 32 Cukup berhasil 9 36 Kurang berhasil 7 28 Tidak berhasil 1 4 Total 25 100 Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa keberhasilan toilet learning pada anak usia 24-36 bulan pada tipe nuclear 383

family menunjukkan 36% cukup berhasil dan hanya 4% yang tidak berhasil. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa keberhasilan toilet learning pada anak usia 24-36 bulan pada tipe extended family menunjukkan sebagian besar (60%) berhasil. Tabel 2. Keberhasilan toilet learning pada anak usia 24-36 bulan pada tipe extended family Skor Keberhasilan f (%) Berhasil 15 60 Cukup berhasil 6 24 Kurang berhasil 4 16 Tidak berhasil 0 0 Total 25 100 Tabel 3. Distribusi frekuensi keberhasilan toilet learning pada anak usia 24-36 bulan pada tipe nuclear family dan extended family Kriteria Kelompok Nuclear family (%) Extended family (%) Tidak berhasil 1 4 0 0 Kurang berhasil 7 28 4 16 Cukup berhasil 9 36 6 24 Berhasil 8 32 15 60 Total 25 100 25 100 Hasil uji statistik data tingkat keberhasilan dalam toilet learning anak usia 24-36 bulan pada tipe nuclear family dan extended family di RW 02 dan RW 06 Kelurahan Tlogomas Kota, diketahui ρ-value sebesar 0,046 < 0,05 artinya Ho ditolak H1 diterima yaitu terdapat perbedaan keberhasilan toilet learning pada anak usia 24-36 bulan pada tipe nuclear family dengan extended family di RW 02 dan RW 06 Kelurahan Tlogomas Kota. Hasil penelitian pada tipe nuclear family didapatkan bahwa keberhasilan toilet learning anak yang termasuk dalam kategori cukup berhasil yaitu sebanyak 9 orang (36%), hasil penelitian ini dapat dihubungkan dengan kelebihan yang dimiliki oleh tipe nuclear family dimana proses penanaman nilai, pengambilan keputusan terkait proses pendidikan anak hanya dilakukan oleh orang tua, tanpa dipengaruhi oleh keluarga lain seperti kakek, nenek, paman, danbibi. Sehingga apabila proses penanaman nilai serta proses pendidikan yang dilakukan kurang maksimal hasil yang diharapkan juga akan berkurang, begitu juga dengan proses pendidikan toilet learning. Hasil penelitian didapatkan sebesar 48% pekerjaan ayah sebagai wiraswasta, sebesar 40% pekerjaan ibu sebagai wiraswasta, dapat disimpulkan bahwa waktu yang dimiliki oleh orang tua dalam memberikan pengajaran toilet learning akan terbagi dengan pekerjaan. Sehingga 384

pada tipe nuclear family semua proses pembelajaran lebih ditekankan pada kualitas jadi walaupun pembelajaran hanya sebentar tetapi memiliki kualitas yang baik akan mendukung keberhasilan toilet learning. Berbeda dengan pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga yang berada di dalam rumah selama 24 jam dan dapat memantau pola berkemih dan defekasi anak. Anak mendapatkan perhatian penuh dan mendapatkan stimulasi dari ibu. Keluarga inti (nuclear family) mendorong orang tua untuk berwirausaha lebih besar dari keluarga besar (extended family) dan ada kemungkinan kedua orang tua yang bekerja membuat anaknya menjadi pemberontak, karena tidak ada orang tua dirumah yang dapat mengontrol anak (Olivia, 2011). Oleh karena itu, ibu hendaknya turut dalam proses belajar anak pada saat di toilet sehingga anak menjadi terbiasa untuk melakukan BAK dan BAB. Sesuai dengan pendapat Hidayat, (2009) cara mengajarkan anak menggunakan toilet secara tepat diantaranya dengan tehnik lisan yaitu dengan cara melatih anak dengan cara memberikan instruksi dengan kata-kata sebelum dan sesudah buang air besar, serta dengan tehnik modeling yaitu dengan cara memberikan contoh buang air besar dan buang air kecil atau membiasakan buang air besar dan buang air kecil dengan benar. Pada tipe extended family didapatkan bahwa sebagian besar keberhasilan toilet learning anak termasuk dalam kategori berhasil yaitu sebanyak 15 anak (60%). Anak berhasil dalam toilet learning karena anak sudah diajarkan sebelumnya oleh orangtua.pada awalnya anak terlihat sulit bahkan takut untuk menggunakan toilet, tetapi karena pembelajaran dan perhatian yang diberikan oleh orangtua secara terus menerus, selain itu orang tua memberikan pujian pada saat anak mampu menggunakan toilet secara tepat. Anggota keluarga pada extended family terdapat ayah, ibu, anak, kakek, nenek, paman, dan bibi. Keuntungan dari keluarga ini adalah ketika ibu tidak bisa memberikan perhatian penuh untuk mengajarkan anak untuk menggunakan toilet, akan terdapat anggota keluarga lain yang bisa mengganti posisi ibu. Olivia, (2011) menyatakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa orang-orang yang berada didalam keluarga besar (extended family) memiliki kemudahan dalam menjalankan tanggung jawab bersama dan dalam membesarkan anak juga lebih mudah karena ada pengganti yang mengurus ketika ibu bekerja.hasil studi ini didukung oleh penelitian Seim (1989) beberapa orang terlibat dalam pelatihan toilet anak diantaranya ibu, ayah, saudara terdekat, dan kakek nenek. Tipe keluarga extended family memiliki beberapa kelemahan diantaranya memiliki kesulitan dalam proses penanaman nilai, pengambilan keputusan oleh nuclear family yang berada didalam extended family karena 385

dipengaruhi anggota keluarga yang memiliki pengaruh sangat besar terutama kakek dan nenek. Sehingga anak akan memiliki kesulitan apabila apa yang diajarkan oleh ibu tentang toilet learning tidak konsisten dengan apa yang diajarkan oleh neneknya, sehingga hal ini akan menurunkan angka keberhasilan toilet learning. Orang tua dan keluarga sangat berperan penting dalam memberi rangsangan dalam penerapan toilet learning sesuai kemampuan anak, seperti pernyataan Anne Stenehouse (2010) yaitu memberikan kesempatan anak untuk meluangkan waktunya dalam menggunakan toilet, menanggapi isyarat anak dan mengizinkan mereka menjadi peserta aktif dalam proses toilet learning, menggunakan istilah yang benar untuk pergi ke toilet, menggunakan bahasa yang konsisten untuk mempermudah belajar mereka. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga dapat di kelompokkan menjadi beberapa tipe, salah satunya adalah tipe nuclear family dan extended family. Dimana tipe nuclear family adalah terdiri dari suami, istri dan anak. Sedangkan tipe extended family adalah terdiri dari suami, istri, anak, kakek, nenek, paman, dan bibi (Jhonshon, 2010). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan anak usia 24-36 bulan pada tipe nuclear family termasuk dalam kategori cukup berhasil sebanyak 9 anak (36%). Sedangkan pada tipe extended family, yang termasuk dalam kategori berhasil sebanyak 15 anak (60%), tidak terdapat anak yang tidak berhasil dalam penerapan toilet learning dari 25 anak responden. Uji statistik dari keberhasilan toilet learning anak usia 18-24 bulan pada tipe nuclear family dan extended family di RW 02 dan RW 06 Kelurahan Tlogomas Kota, didapatkan ρ value sebesar 0,046 < 0,05 artinya H o ditolak artinya terdapat perbedaan keberhasilan toilet learning pada tipe nuclear family dan extended family. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan toilet learning pada anak terkait dan ditentukan oleh berbagai faktor, faktor pendidikan dan pekerjaan ibu sangat berperan penting. Pada tipe nuclear family dimana ibu yang berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (44%) orang yang berpendidikan dan memiliki pengetahuan yang tepat terhadap toilet learning akan mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan toilet learning, serta mengetahui apa saja yang mendukung dalam keberhasilan toilet anak. pekerjaan ibu sebagai wiraswasta sebanyak 10 orang (40%) dan anggota keluarga yang ada pada tipe nuclear family terdapat ayah, ibu, dan anak, hanya sedikit yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, berarti 386

hanya sedikit orang tua yang dapat meluangkan waktu untuk anaknya dan tidak ada anggota keluarga lain yang bisa memberikan pengajaran untuk anak dalam melakukan toilet learning secara tepat. Toilet learning pada tipe extended family sebagian besar termasuk dalam kategori berhasil sebanyak 15 orang (60%), faktor-faktor yang mempengaruhi ibu yang berpendidikan PT sebanyak 10 orang (40%) dan pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga sebanyak 10 orang (40%) dan anggota keluarga yang ada pada tipe extended family terdapat ayah, ibu, kakek, nenek, paman dan bibi. Jika orang tua bekerja, anak bisa di asuh oleh kakek, nenek, paman, bibi, dimana anggota keluarga inilah yang bisa memberikan perhatian dan pengajaran kepada anak dalam menerapkan toilet learning secara tepat. Kemampuan anak dalam melakukan eliminasi pada saat toilet learning dilakukan tentunya akan mengalami proses keberhasilan dan kegagalan, selama buang air kecil dan buang air besar. Proses tersebut akan dialami oleh setiap anak. Untuk mencegah terjadinya kegagalan maka dilakukan sesuatu pengkajian sebelum melakukan toilet learning yang meliputi pengkajian fisik, pengkajian mental, dan pengkajian psikologis. Pada tipe extended family sebanyak 10 anak (40%) berusia 30-33 tahun. Semangkin tinggi usia anak semangkin besar kesiapan yang dimiliki oleh anak dalam proses toilet learning. Hidayat (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan toilet anak adalah kesiapan fisik, kesiapan mental dan kesiapan orang tua. KESIMPULAN 1) Dari 25 responden sebanyak 32% keberhasilan toilet learning anak usia 24-36 bulan termasuk dalam kategori berhasil pada tipe nuclear family. 2) Dari 25 responden sebanyak 60% keberhasilan toilet learning anak usia 24-36 bulan termasuk dalam kategori berhasil pada tipe extended family 3) Terdapat perbedaan keberhasilan toilet learning pada anak usia 24-36 bulan pada tipe extended family dengan tipe nuclear family di RW 02 dan RW 06 Kelurahan Tlogomas Kota dengan nilai ρ-value sebesar 0,046 < 0,05, dengan rata-rata total persentase keberhasilan yang didapatkan dari jawaban 25 responden pada instrumen tipe nuclear family sebesar 67,6% sedangkan total persentase yang didapatkan dari jawaban 25 responden pada tipe extended family sebesar 73%. 387

DAFTAR PUSTAKA Arifin, S. Ririn. 2010. Hubungan Toilet Training dengan kemampuan anak dalam melakukan eliminasi di kelurahan Dwikora Kec Medan. Universitas Sumatera Utara. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta. Berry, K.A. 2006.Helping children with nocturnal enueresis. Bladder matters. Volume 6 No.8. 56-63. Efendi I. 2011.Toilet Learning. http://www.dokteranakku.com/. Diakses pada tanggal 5 Januari 2012. Hidayat, A.A.A. 2009.Metode Penelitian Keperawatan & Teknik Analisis Data. Jakarta : Selemba Medika. Hidayat, A.A.A. 2009.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Selemba Medika. Jhonshon R. danleny R. 2010. Keperawatan Keluarga : plus contoh askep keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika. Kusuma, IG.R. 2010Keranjang Sampah Batok Kelapa. http://.www.multiply.com/. Diakses pada tanggal 5 Januari 2012. Mardiya. 2005. Membangun Keluarga Masa Depan. http://mardiya.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 14 Desember 2011. Nilakandi.2009. Pentingnya Toilet Training Pada Anak. http//www.kaltimpost.co.id/.diakse s pada tanggal 5 Januari 2012. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurfaidah, E. 2009. Hubungan antara persepsi dan tingkat pendidikan terhadap sikap ibu tentang toilet training. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika. Olivia. 2011. Difference Between Nuclear Family and Extended Family. http://differencebetween.com/. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012. Seim, C.H. 1998. Toilet Training in first children.http://findarticles.com/. 388

Diakses pada tanggal 20 Desember 2011. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Stonehouse, Anne. 2010. Positive Toileting and Nappy Changing. Subagyo.dkk. 2010. Hubungan Antara Motivasi Stimulasi Toilet Training Oleh Ibu Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Prasekolah.Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes.Volume 1 No.2. 136-140. Sugiyono.2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga.Jakarta : EGC. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC 389