BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat dibutuhkan oleh penduduk dunia begitu juga oleh rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan pertumbuhan kebutuhan listrik yang pesat itu dimana pasokan listrik berasal dari kabel bawah laut dari Jawa sudah tidak mencukupi maka perlu ditingkatkan daya energi pembangkit, seperti PLTGU Pemaron dan dibangunya pembangkit baru PLTU di Celukan Bawang, dimana keduanya berada di Kabupaten Buleleng. Selain itu pemerintah, khususnya pemerintah pusat sedang mencanangkan pentingnya hemat energi serta berusaha untuk mengembangkan pembangkit - pembangkit listrik dengan menggunakan energi alternative, seperti pembangkit listrik tenaga angin, tenaga surya, mikro hidro, serta pemanfaatan biomasa. Berbagai alternatif sumber energi biomasa saat ini dilakukan dengan menggunakan sampah organik sebagai bahan bakunya. Namun perlu diketahui bahwa energi alternatif, secara keekonomian sangatlah kurang, sehingga mengurangi minat para pemodal untuk mengembangkan energi alternatif dalam skala besar. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka diperlukan integrasi beberapa energi alternatif dalam pemanfaatan dengan menggunakan kembali potensi energi non fosil khususnya Municipal Solid Waste (MSW) atau limbah perkotaan dengan energi alternatif lainnya, sehingga dapat memberikan peningkatan nilai tambah 1
2 keekonomian sehingga mampu menurunkan resiko investasi serta mampu mereduksi limbah dengan cara pengolahan sehingga memberikan peranan konsep A-to-Z (Added Value to Zero Waste). Bali yang merupakan salah satu propinsi dengan sembilan Kabupaten dan Kota dengan luas Propinsi Bali 5.636.66 km 2, dengan tingkat kepadatan penduduk 690/km 2. Padatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan volume sampah yang belum dimanfaatkan secara optimal, salah satu contoh biomasa berupa limbah sampah di Propinsi Bali terdapat di beberapa Kabupaten dan Kota, Kota Denpasar dengan prediksi jumlah sampah perhari yang diterima TPA Suwung sekitar 1.842 m³, bahkan bisa mencapai 3.368 m³ atau setara dengan 1.852 ton sampah basah atau 650 ton sampah padat kering siap pakai bila ditambah pasokan sampah dari Kabupaten Badung dan Tabanan (Buku putih sanitasi 2006). Selain itu terdapat pula beberapa Kabupaten mengatasi pembuangan TPA di Kabupaten Bangli, antara lain Kabupaten Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karang Asem (Pokja sanitasi kabupaten bangli, Buku putih sanitasi 2006). Sampai saat ini volume sampah MSW yang terdapat di Kabupaten Bangli, sampah organik rumah tangga dengan kapasitas rata-rata 624 ton per hari dan juga limbah dari tanaman industri dan hutan bambu yang dapat dikhususkan untuk mensupply biomassa sebesar 9,500 Ha diwilayah kabupaten bangli (Pokja sanitasi kabupaten bangli, Buku putih sanitasi 2006). Belum optimalnya penanganan MSW TPA di Kabupaten Bangli sangat memungkinkan kesinambungan ketersediaan sampah setiap harinya. Sedangkan proses pengolahan sampah yang sedang berjalan saat ini dilokasi TPA Bangli
3 adalah dengan sistem Open Dumping saja, dimana sampah hanya diletakkan begitu saja dilapangan terbuka tanpa adanya proses lebih lanjut, sehingga semakin hari sampah semakin menumpuk dan memerlukan lahan yang lebih luas serta pencemarannya menimbulkan berbagai masalah lingkungan, bukan hanya sekedar pemandangan yang tak sedap atau bau busuk yang ditimbulkan namun ancaman terhadap kesehatanpun akan meluas. Potensi biomasa di Bangli dapat diolah menjadi energi terintegrasi dengan managemen MSW dalam menunjang energi yang mandiri. Maka dari itu Pemerintah Kabupaten Bangli dan 4 Kabupaten (Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem) yang terintegrasi dengan managemen MSW dalam konsep integrasi perencanaan sebuah pengolahan sampah secara tuntas sekaligus dapat menghasilkan energi terbarukan. Potensi lain dalam pengembangan energi mandiri energi selain biomasa dapat berupa energi surya, energi angin dan mikro hidro. Bangli juga memiliki potensi energi lain yang cukup besar selain limbah MSW yang belum termanfaatkan sebagai energi secara optimal, limbah bambu juga berpotensi sebagai bahan baku (raw material) energi listrik. Dengan melihat kondisi saat ini Kabupaten Bangli juga memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 1MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) maka diperlukan manajemen untuk mengintegrasikan sistem energi tersebut dengan managemen pembangkit PLTBm dengan menggunakan pola sistem close loop mampu memberikan output yang lebih tinggi.
4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah bentuk manajemen untuk mengintegrasikan sumber energi PLTS dan PLTBm (MSW) agar menghasilkan daya output yang optimal? 2. Bagaimanakah bentuk sistem integrasi sumber energi dapat di sinkronisasikan dari berbagai subsistem energi dalam peningkatan pemanfaatan energi non fosil secara sistemik efektif dan efisien? 1.3 Tujuan Penelitian Dari pembelajaran studi kasus dan literatur yang didapat dalam sistem integrasi sumber energi dalam mendukung energi mandiri yang berkelanjutan bertujuan untuk : 1. Menganalis bentuk manajemen untuk mengintegrasikan sumber energi PLTS dan PLTBm (MSW) agar menghasilkan daya output yang optimal. 2. Menganalisis bentuk sistem integrasi sumber energi dapat di sinkronisasikan dari berbagai subsistem energi dalam peningkatan pemanfaatan energi non fosil secara sistemik efektif dan efisien.
5 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian integrasi sumber energi dalam peningkatan energi mandiri secara berkelanjutan memiliki manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut : 1. Dari sudut akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan perbandingan dan bahan rujukan atau masukan bagi beberapa pihak yang melakukan penelitian lanjutan, khususnya yang berhubungan dengan aspek teknik, aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan dalam pengembangan integrasi sumber energi 2. Dari sudut praktisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak yang terlibat guna pengembangan atau penerapan integrasi sumber energi dalam peningkatan energi mandiri.