II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: M. Hamid Anwar, M. Phil

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

1Konsep dan Teori Gender

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

DIRI PRIBADI. Tentang Diri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur, dan konsepsi-konsepsi ideologis mengenai laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

Makna Merokok bagi Perempuan Berjilbab

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB II PANDANGAN TENTANG KEBERADAAN KAUM PEREMPUAN

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S

FEATURE DALAM MENGUBAH PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG GENDER DI KALANGAN REMAJA

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya.

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk

seksualitas, tanggung jawab keluarga, dan sebagainya (Mosse, 2007: 2).

BAB I PENDAHULUAN. sifat-sifat yang relevan dan efisien. Artinya pengambilan keputusan tersebut harus

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN. antara individu dengan individu maupun kelompok. Interaksi sosial terjadi. pada setiap usia dan gender pada manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab laki-laki yang lebih besar, kekuatan laki-laki lebih besar

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

MATERI MODUL MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI. Disusun Oleh : Dewi Nur Andhika Sari (11)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perilaku 1. Definisi Perilaku Menurut Skinner dalam Notoatmojo (2003), perilaku merupakan respon berdasarkan stimulus yang diterima dari luar maupun dari dalam diri individu. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon. Jadi perilaku terjadi ketika adanya umpan atau stimulus yang ditangkap oleh individu, dan individu akan bereaksi berupa tindakan atau respon. Menurut Herbert Mead (dalam Elbadiyansyah, 2014), perilaku terjadi bukan hanya karena aktor langsung merespon ketika mendapatkan sebuah stimulus, tetapi aktor terlebih dahulu memahami dan menafsirkan stimulus tersebut untuk di respon dalam bentuk tindakan. Stimulus Proses memahami dan menafsirkan Respons Gambar 2. Konsep Perilaku Herbert Mead

12 Notoatmojo (2007) mengemukakan bahwa, perilaku dibedakan menjadi 2, berdasarkan dilihat dari respon stimulus, yaitu : a) Perilaku Aktif (Overt Behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, respon ini sudah dapat dilihat oleh orang lain, respon ini sudah berbentuk berupa tindakan atau praktek (practice). a) Perilaku Pasif (Covert Behavior) Respon ini masih sebatas dalam bentuk perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran saja, sehingga perilaku jenis ini belum terlihat secara jelas oleh orang lain. Notoatmojo (2007) juga membagi 3 kelompok bentuk operasional dari perilaku, antara lain : a) Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan (cognitive), yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. b) Perilaku dalam Bentuk Sikap (affective), yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berpengaruh dalam terciptanya perilaku. Lingkungan terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan Sosial. Lingkungan alam adalah lingkungan yang bersifat fisik, lingkungan ini akan membentuk perilaku individu sesuai dengan sifat dan keadaan lingkungan tersebut, sedangkan lingkungan Sosial adalah lingkungan yang sifatnya non fisik, namun lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku.

13 c) Perilaku dalam Bentuk Tindakan (Psycomotor), yaitu perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar. 2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Meskipun perilaku adalah hasil dari respon atau reaksi terhadap stimulus dari luar individu, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain yang ada pada individu. Menurut George Ritzer (2010), perilaku terjadi di masa sekarang terjadi dikarenakan pengaruh dari perilaku di masa lalu, dan akan berpengaruh juga pada perilaku di masa depan perilaku manusia juga menurut George C. Homans (dalam Elbadiyansyah, 2014) tercipta bukan hanya dari dirinya sendiri, melainkan juga dari luar dirinya. Artinya, eksistensi manusia bukan dibentuk oleh dirinya sendiri sebagai makhluk yang mempunyai kebebabasan mutlak akan dirinya, namun ia sepenuhnya dibentuk oleh lingkungan di mana ia berada. Sehingga dapat kita tangkap bahwa, ada dua faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku, antara lain : a) Faktor Internal Berasal dari dalam diri individu sendiri, yakni karakteristik individu itu sendiri yang bersifat given atau bawaan. Seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

14 b) Faktor Eksternal Faktor ini berasal dari luar individu, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan sering dianggap sebagai faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang. B. Tinjauan tentang Perempuan Merokok 1. Pengertian Perempuan Dalam konteks gender, perempuan didefinisikan sebagai sifat yang melekat pada seseorang untuk menjadi feminim (Julia Cleves, 2004). Sedangkan secara biologis atau pengertian perempuan berdasarkan sex, merupakan jenis kelamin yang ditandai oleh alat reproduksi berupa rahim, sel telur, dan payudara sehingga perempuan dapat hamil, melahirkan dan menyusui. Dalam perjalananya, pemahaman masyarakat terhadap perempuan mengalami stereotype dalam persoalan peran sosialnya. Namun, Nasarudin Umar (2004) memberikan batasan dalam melihat persoalan ini, yakni gender lebih menekankan pada aspek maskulinitas dan feminimitas, sedangkan sex lebih menekankan perkembangan dan komposisi kimia dalam tubuh. Dalam Ensiklopedi islam (Muarif dan Nurcolis, 1993), perempuan berasal dari bahasa Al-Mar ah, jamaknya Al-nisa sama dengan wanita. Perempuan dewasa atau Putri Dewasa yaitu lawan jenis pria. Hal yang sama diungkapkan oleh Nasarudin Umar (2004), kata An-Nisa berarti gender perempuan, sepadan dengan kata arab ar-rijal yang berarti gender laki-laki. Padananya dalam Bahasa Inggris adalah Woman lawan kata dari man.

15 2. Ketidakadilan pada Perempuan Perbedaan Gender sering menimbulkan ketidakadilan gender (gender inequalities), terutama terhadap kaum perempuan baik di lingkungan rumah tangga, pekerjaan, masyarakat, kultur, maupun negara. Keadilan tersebut termanifestasi dalam berbagai macam bentuk antara lain : 1. Subordinasi Subordinasi merupakan penempatan kaum tertentu (perempuan) pada posisi yang tidak penting. Subordinasi berawal dari anggapan yang menyatakan bahwa perempuan adalah kaum yang lemah, dan emosional sehingga kaum perempuan tidak cakap dalam memimpin. Sehingga peranan perempuan hanya ditempatkan di belakang laki-laki (Argyo, 2009). 2. Stereotype Stereotype adalah pelabelan atau penandaan terhadap kaum tertentu (perempuan). Akan tetapi pada permasalahan gender, stereotype lebih mengarah pada pelabelan yang negatif terhadap perempuan. Hal ini terjadi karena pemahaman yang seringkali keliru terhadap posisi perempuan (Argyo, 2009). 3. Beban kerja ganda Beban kerja ganda disebabkan oleh anggapan bahwa perempuan lebih cocok mengurusi dan bertanggung jawab atas pekerjan domestik (menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangga, memasak, mencuci, bahkan memelihara anak). Pekerjaan domestik dianggap tidak bernilai dan lebih rendah bila dibandingkan dengan

16 pekerjaan laki-laki karena tidak produktif. Pada akhirnya kaum perempuan harus menanggung semuanya, di satu sisi ia harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhanya, di sisi lain harus bisa bertanggung jawab atas rumah tangganya. Hal inilah yang menyebabkan bahwa bias gender menjadikan perempuan menanggung beban kerja yang bersifat ganda (Argyo, 2009). Menurut Maggie Humm (dalam Nona, 2013), Bahwa perempuan adalah istilah untuk konstruksi Sosial dari perempuan yang identitasnya (Feminimitas) diterapkan dan dikontruksi melalui penggambaran. Feminis Kontemporer menyatakan bahwa istilah ini tergantung oposisinya laki-laki tidak memiliki makna sama sekali. Berdasarkan pengertian diatas, maka konsep perempuan mencakup : a. Perempuan secara kodratnya memiliki reproduksi seperti saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur, memiliki vagina dan alat untuk menyusui. b. Perempuan juga dapat melakukan sesuatu yang pria lakukan. c. Perempuan adalah bentuk Oposisi dari kata Laki-laki. 3. Makna Perempuan Merokok Menurut Schutz (dalam Ritzer, 2010), tindakan subjektif aktor tidak muncul begitu saja, tetapi tindakan terjadi karena adanya proses yang cukup panjang dan dievaluasi dengan mempertimbangkan kondisi Sosial, ekonomi, dan norma etika atas dasar kemampuan sendiri sebelum tindakan itu dilakukan. Schutz menyatakan adanya because motive sebelum terjadi

17 in order to motive. Because motive merupakan motif sebab yang didasari oleh tindakan suatu individu, motif inilah yang menjadi bahan pertimbangan oleh individu, dimana individu akhirnya mengalami perubahan perilaku. Sedangkan in order motive merupakan motif tujuan yang menjadi tujuan individu ketika ia memilih untuk merokok. Adapun bentuk-bentuk makna Perempuan merokok antara lain : a) Makna merokok sebagai hubungan pertemanan Perilaku merokok juga disebabkan oleh pengaruh teman sebaya. Dari adanya pertemanan dalam sebuah kelompok, akan terciptanya sebuah interaksi yang menyababkan adanya sebuah relasi atau hubungan pada individu. Pada kelompok teman sebaya inilah yang nantinya dapat muncul sebuah prinsip bersama. Keberadaan teman sebaya sangat mempengaruhi tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran si individu tersebut, misalnya mempengaruhi cara berpakaian, gaya hidup, bahkan merokok (Pratikasari, 2014). b) Makna merokok sebagai sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan (candu) Rokok yang kita ketahui adalah salah satu barang yang sifatnya adiktif, yang pada awalnya perempuan merokok hanya sebatas coba-coba saja, hingga menjadi candu. Kecanduan atau ketergantungan akan merokok inilah yang menjadikan rokok menjadi kebutuhan primer bagi perempuan (Pratikasari, 2014).

18 c) Makna merokok sebagai bentuk kekecewaan/frustasi Ketika individu sedang frustasi, individu tersebut akan memilih suatu pemecahan masalah dengan mencoba hal baru yang pada umumnya untuk mendapatkan sebuah kenyamanan dan ketenangan. Ketika mengalami situasi seperti ini, individu akan melihat tindakan suatu individu lain yang dirasanya akan mengurangi rasa frustasi yang dialaminya, salah satunya ialah dengan merokok (Pratikasari, 2014). d) Makna merokok sebagai cara pengalihan konflik Makna merokok ini sebenarnya hampir sama dengan makna merokok sebagai bentuk kekecewaan/frustasi, karena samasama menyelesaikan masalah dengan merokok, Namun makna yang ini lebih menjurus kepada masalah keluarga/rumah tangga (Pratikasari, 2014). e) Makna Merokok sebagai lifestyle atau gaya hidup Merokok tidak hanya sekedar bermakna sebagai hubungan pertemanan ataupun sebuah kebutuhan. Merokok dapat juga bermakna sebagai gaya hidup bagi perempuan. Perkembangan kebutuhan hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin banyaknya kebutuhan hidup manusia, semakin menuntut pula terjadinya peningkatan gaya hidup (Pratikasari, 2014).

19 4. Citra Diri Perempuan Merokok Citra diri adalah penggambaran atau konsep diri seseorang untuk mendefinisikan Dirinya. Pada konteks perempuan merokok, Perempuan merokok merasa dirinya adalah perempuan yang biasa-biasa saja, sama seperti perempuan yang lain. Menurut Erving Goffman (dalam Elbadiyansyah, 2010) individu dalam berinteraksi pada masyarakat senantiasa selalu menunjukan kebaikanya atau citra baiknya dan berusaha untuk menutupi yang menurut si aktor itu tidak baik. Terkait dengan perempuan merokok, ia dalam mencitrakan dirinya akan menunjukan hal-hal yang menurut dia baik dan akan menutupi hal-hal yang menurutnya buruk untuk di perlihatkan oleh masyarakat. Perempuan merokok sebenarnya tidak begitu menunjukan kalau dirinya adalah perokok. Perempuan merokok memilih orang-orang yang dapat ia tunjukan bahwa dirinya adalah perokok, seperti teman-temanya yang merokok juga, ataupun orang-orang yang tidak mengenalinya. Orangorang di sekitar ligkungan rumahnya belum tentu mengetahui bahwa ia merokok, sehingga banyak para perempuan merokok di tempat-tempat umum bersama teman-temanya, agar tidak dilihat oeh saudara dan kerabatnya. Ada juga tipe perempuan merokok yang memang menunjukan identitasnya sebagai perokok baik di tempat umum maupun pada keluarganya, dan ada juga yang tidak menunjukan identitasnya sebagai

20 perokok baik di tempat umum maupun keluarganya, sehinga ia merokok secara sembunyi-sembunyi (Mardian, 2013). C. Kerangka Pemikiran Perempuan merokok akan membentuk citra diri yaitu untuk menggambarkan atau mendefinisikan dirinya kepada orang lain, citra diri pada perempuan merokok pun bermacam-macam, ada yang menunjukan identitas merokoknya hanya pada masyarakat umum, namun pada keluarganya, ia menutupinya, ada yang justru terbuka, yaitu menunjukan identitasnya sebagai perokok di masyarakat umum dan juga di keluarganya, ada yang terbuka pada keluarganya, namun menyembunyikan identitas perokoknya di masyarakat umum. Seorang perempuan merokok juga mempunyai makna-makna dalam merokok, ia merokok bukan hanya karena kebutuhan tetapi ada makna-makna lain yang ingin ia tunjukan kepada orang lain, ada yang merokok karena ingin bergabung dalam hubungan pertemanan, merokok sebagai penenang diri dari rasa frustasi, merokok sebagai pengalihan konflik, merokok sebagai kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan, dan merokok sebagai gaya hidup. Dari bentuk-bentuk inilah yang nantinya orang yang melihat akan menilai atau merespon. Jadi, ada beberapa tahapan dimana masyarakat yang nantinya akan merespon, antara lain yaitu tahap stimulus, simulus di sini adalah sebuah rangsangan yang akan menimbulkan respon, stimulus di sini antara lain adalah pengetahuan tentang penggambaran atau citra diri perempuan merokok dan makna perempuan merokok, dari pengetahuan ini, nantinya

21 masyarakat akan merespon, tahap respon di sini adalah tahap dimana masyarakat akan membentuk sebuah perilaku pasif yaitu sebuah sikapnya pada perempuan merokok, dan perilaku aktif yaitu sebuah tindakan yang ia lakukan ketika dari stimulus tersebut. Pada tahap sikap, masyarakat akan memilih sikap positif ataupun sikap negatif tentang bentuk citra diri perempuan merokok dan makna perempuan merokok, sikap positif biasanya menggambarkan setuju akan perempuan merokok, dan sikap negatif adalah gambaran tidak setuju akan keberadaan perempuan merokok, Setelah masyarakat membentuk sikap, maka tahap selanjutnya adalah tindakan, tindakan apa yang masyarakat perbuat ketika melihat perempuan merokok. Bagan Kerangka Pikir Stimulus : Citra diri perempuan merokok Makna perempuan merokok Proses pemahaman : Pengetahuan Masyarakat terhadap Perempuan merokok Respon : Sikap dan Tindakan yang di lakukan Masyarakat