BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bedah pada pasien menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin. 1 Prevalensi terjadinya sectio. keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya.

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Kejadian mengancam nyawa sering disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan Ilmu Anestesi. Waktu pengumpulan data dilakukan setelah proposal disetujui sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi bedah sesar dengan status fisik ASA (American Society of Anesthesiologist)

PENGARUH PEMBERIAN LOADING 500 CC HIDROXYLETHYL STARCH 130/0,4 (6%) TERHADAP PRODUKSI URIN PADA ANESTESI SPINAL PASIEN SECTIO CAESARIA

PENGARUH PEMBERIAN LOADING 500 CC HIDROXYLETHYL STARCH 130/0,4 (6%) TERHADAP PRODUKSI URIN PADA ANESTESI SPINAL PASIEN SECTIO CAESARIA

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seventh Report of Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN INFUS HES DENGAN BERAT MOLEKUL 40 KILODALTON DAN 200 KILODALTON TERHADAP JUMLAH PRODUKSI URIN

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

PENGARUH PEMBERIAN LOADING 500 CC HIDROXYLETHYL STARCH

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. cepat di dunia. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi meningkat 30 kali dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

Keywords : Crystalloid solution, Stewart Acid base balance, caesarian section, regional anesthesia.

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) adalah salah satu klasifikasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dari derajat substitusi (0,45-0,7) dan substitusi karbon pada molekul glukosa (C2,

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Anestesi spinal telah digunakan sejak tahun 1885 dan sekarang teknik ini dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kemih manusia terdiri dari organ pembentuk urin yaitu ginjal, serta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempertahankan tekanan onkotik dan volume intravaskuler. Partikel ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Yunita Ekawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN 1: DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI. IDENTITAS DIRI dr.sonny Lesmana Surya Tempat/tanggal lahir Medan / 12 April 1981

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERBEDAAN PEMBERIAN LOADING 500 CC HES 130 DAN HES 200 TERHADAP TEKANAN DARAH PADA ANESTESI SPINAL PASIEN SECTIO CAESARIA

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST

Fraktur servial Kemudi bengkok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sering kita jumpai di Intensive Care Unit (ICU) dan biasanya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

PERBEDAAN KADAR UREUM & CREATININ PADA KLIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DENGAN HOLLOW FIBER BARU DAN HOLLOW FIBER RE USE DI RSUD UNGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TERHADAP KEJADIAN MENGGIGIL PADA PASIEN OPERASI SECSIO CAESAREA DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT AISYIYAH BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

JADWAL BLOK UROPOETIKA

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien yang mengalami pembedahan semakin meningkat. Salah satu pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria (caesarean delivery) didefinisikan sebagai satu cara melahirkan janin melalui sayatan dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi). 1 Bedah caesar saat ini banyak menggunakan anestesi regional terutama anestesi spinal. Definisi dari anestesi spinal adalah memasukkan obat anestesi lokal ke ruang subarakhnoid untuk menghasilkan anestesi (hilangnya sensasi) dan blok fungsi motorik. 2 Anestesi spinal memiliki komplikasi hipotensi akibat blok simpatis. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian loading cairan atau pemberian obat vasokonstriktor. 3 Pemberian loading koloid dapat menurunkan angka kejadian hipotensi lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian loading kristaloid. Keuntungan dari penggunaan koloid adalah efek intravaskuler lama, reaksi imunologi minimal, infeksi virus, bakteri, dan parasit minimal, serta tidak didapatkan keracunan sitrat sebagai antikoagulan darah. Jenis jenis koloid meliputi hidroxylethyl starch (HES), dextran, albumin, dan gelatin. 4,5 HES merupakan koloid sintetis yang sering digunakan karena harganya yang murah dan reaksi anafilaksis yang ditimbulkan lebih kecil. 5 Berat molekul HES yang sama atau lebih besar dari berat molekul darah mengakibatkan cairan

2 tetap berada dalam ruang intravaskuler, tetapi dapat memperberat kerja ginjal. 6,7 Pemberian koloid untuk loading cairan pada anestesi spinal memberikan konsekuensi pada fungsi ginjal. Ginjal manusia berfungsi sebagai alat ekskresi yang juga mengatur keseimbangan air dan elektrolit. Selain itu ginjal juga berfungsi sebagai organ endokrin yang mensekresikan kinin, renin, dan eritropoetin. Bila ginjal mengalami penurunan fungsi maka akan terjadi penurunan fungsi ekskresi. 8 Salah satu parameter yang mudah untuk mengukur hal tersebut adalah jumlah produksi urin. Dalam beberapa jurnal disebutkan bahwa pemberian koloid bisa menyebabkan acute kidney injury (AKI) sehingga dalam beberapa studi klinis disimpulkan bahwa pemakaian HES tidak bisa dianggap lagi aman. Kekuatan onkotik dari koloid dapat menimbulkan gangguan fungsi ginjal lebih lanjut dengan menurunkan tekanan filtrasi ginjal. 9 Sakr Y et al menyatakan bahwa pemberian HES tidak mempengaruhi fungsi ginjal dan tidak memicu untuk dilakukan renal replacement therapy (RRT) di ICU pada observasi prospektif pada multisenter perawatan intensif di Eropa. 10 Jungheinrich C et al menyatakan bahwa pemberian 500 ml HES 130/0.4 (6%) dapat diberikan dengan aman kepada pasien dengan fungsi ginjal baik sampai pada gangguan fungsi ginjal berat tanpa adanya akumulasi pada plasma. 11

3 Dari beberapa penelitian di atas terdapat kontroversi tentang penggunaan HES terhadap fungsi ginjal. Oleh karena itu penulis mencoba meneliti tentang pengaruh penggunaan HES 130/0.4 dan HES 200/0.5 terhadap jumlah produksi urin sebagai parameter untuk mengukur fungsi ginjal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan efek pemberian loading 500 cc HES 130 kd dan 200 kd terhadap jumlah produksi urin pada anestesi spinal pasien bedah caesar? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan efek pemberian loading 500 cc HES 130 kd dan 200 kd terhadap jumlah produksi urin pada anestesi spinal pasien bedah caesar 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengukur jumlah produksi urin setelah pemberian loading 500 cc HES 130 kd pada anestesi spinal pasien bedah caesar. 2. Mengukur jumlah produksi urin setelah pemberian loading 500 cc HES 200 kd pada anestesi spinal pasien bedah caesar. 3. Membandingkan jumlah produksi urin setelah pemberian loading 500 cc HES 130 kd dan 200 kd pada anestesi spinal pasien bedah caesar.

4 1.4 Manfaat Penelitian 1. Aplikasi klinis Apabila terdapat perbedaan yang bermakna pada pemberian loading 500 cc HES 130 kd dan HES 200 kd terhadap jumlah produksi urin pada pasien bedah ceasar dengan anestesi spinal, maka penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pemilihan cairan loading pada anestesi spinal dan pengelolaan cairan. 2. Pengembangan ilmu Bagi ilmu pengetahuan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan teori mengenai pengaruh penggunaan koloid jenis HES dengan berat molekul 130 kd dan 200 kd. 3. Sebagai dasar penelitian selanjutnya Sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh penggunaan HES terhadap fungsi ginjal. 1.5 Orisinalitas Penelitian ini meneliti tentang hal yang belum diteliti oleh penelitian sebelumnya, yaitu membandingkan jumlah produksi urin pada pemberian loading 500 cc HES 130 kd dan 200 kd pada anestesi spinal pasien bedah caesar.

5 Tabel 1. Skema penelitian sebelumnya No. Peneliti Sebelumnya Metode Penelitian Hasil 1 Sakr Y, et al. 10 Pasien dewasa di ICU didata HES tidak Effects of Hydroxyethyl setiap harinya mengenai berpengaruh terhadap Starch Administration pemberian cairan, volume urin, fungsi ginjal maupun on Renal Function in skor SOFA, kadar ureum kebutuhan pasien Critically Ill Patients. kreatinin, dan kebutuhan akan untuk dilakukannya 2007. RRT. RRT. 2 Winarno I. 12 Penelitian merupakan uji Tidak terdapat Perbedaan Efek klinik eksperimental tahap II perbedaan bermakna Pemberian Loading 500 secara acak tersamar ganda pada peningkatan cc Hydroxyethyl Starch dengan tujuan mencari kreatinin dan 130 dan 200 pada perbedaan pengaruh setelah penurunan klirens Anestesi Spinal Pasien pemberian loading 500 cc kreatinin. Bedah Caesar terhadap hidroxylethyl starch 130/0,4 (6 Kadar Kreatinin dan %) dan hidroxylethyl starch Klirens Kreatinin. 2012. 200/0,5 (6 %) terhadap kadar kreatinin dan kilrens kreatinin. 3 Ertmer C, et al. 13 Renal Effects of Salinbased 10% Pentastarch versus 6% Tetrastarch Infusion in Ovine 30 domba diberi endotoksin sampai MAP <65 mmhg, kemudian secara acak diberi HES 130 atau 200 kd. Setelah 12 jam, domba dibunuh dan Pada syok septik domba, HES 200 kd memiliki hubungan dengan fungsi ginjal yang terganggu. Endotoxemic 2010. Shock. diambil sampel ginjalnya.

6 4 Satoto RHH. 14 Penelitian bersifat analitik Tidak terdapat Perbedaan Pengaruh obervasional retrospektif perbedaan bermakna Pemberian Infus HES dengan Berat Molekul 40 Kilodalton dan 200 dengan studi cross-sectional ini, membandingkan jumlah produksi urin setelah pada jumlah produksi urin pasien pada pemberian HES 40 kd Kilodalton Terhadap pemberian infus HES 40 dan dan 200 kd Jumlah Produksi Urin. 2010. 5 Neff TA, et al. 15 200 kd pada pasien operasi besar. Di prospective, controlled, Pemberian HES sampai Repetitive Large randomized, single - center 50 cc/kgbb selama 2 Infusion of the Novel study ini, pasien dengan hari berturut turut Hydroxyethyl Starch trauma kranio serebral secara tidak menyebabkan 130/0,4 in Patients with Severe Head Injury. 2003. acak diberi HES 130 atau 200 kd secara berulang sesuai dosis. gangguan fungsi klirens kreatinin.