TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

dokumen-dokumen yang mirip
IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. yang berada di Desa Bantul, Kecamatan Bantul pada bulan Januari 2017 sampai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2 Peta lokasi studi

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

BAB III BAHAN DAN METODE

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

IV. TATA CARA PENELITIAN. Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul dan Desa Banaran, Kecamatan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kebun Buah Mangunan, Kecamatan Dlingo,

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kawasan wisata yang dikelola dibawah Perum Perhutani, dan memiliki luas

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB III BAHAN DAN METODE

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemangku Kebijakan

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

Gambar 2. Lokasi Studi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

BAB III METODE PENELITIAN. Putih yang terletak di Kecamatan Ranca Bali Desa Alam Endah. Wana Wisata

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu

III METODE PENELITIAN

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

METODOLOGI Waktu dan Tempat

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

Gambar 2 Tahapan Studi

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

METODOLOGI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM TAPAK

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING)

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS KESESUAIAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PEMANFAATAN SIG DI KABUPATEN PATI TAHUN 2016

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang pada bulan Februari sampai dengan April 2017. B. Metode Penelitian dan Analisis Data 1. Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survei yang secara teknis pelaksanaan observasi dengan melakukan wawancara, pengisian kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut Masri dan Sofian (1989), metode survei adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. 2. Metode Penentuan Lokasi Lokasi penelitian dilaksanakan pada kawasan hutan mangrove Blanakan. Pemilihan lokasi penelitian menggunakan metode purposive, yaitu suatu teknik penentuan secara sengaja berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu (Antara, 2009 dalam Sugaepi, 2013). Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa kawasan hutan mangrove memiliki potensi wisata alam dan sumber daya alam yang dapat dijadikan wisata unggulan, kawasan hutan mangrove didukung dengan adanya penangkaran buaya yang telah menjadi tempat wisata, kawasan 29

hutan mangrove Blanakan berada di kawasan pesisir pasang surut pantai dan muara sungai Blanakan. 3. Metode Pengambilan Sampel Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan cara penyebaran kuisioner dan wawancara dalam bentuk pemberian pertanyaan kepada responden dengan harapan dapat mewakili sifat populasi secara keseluruhan. Bentuk kuisioner dapat dilihat pada lampiran 1, 2, dan 3. Metode pengambilan sampel terbagi menjadi 2 kategori yaitu : a. Masyarakat Teknik pengambilan sampel masyarakat menggunakan metode Purposive Sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan atas dasar pertimbangan penelitian saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil (Rozaini, 2003). Sugiyono (2009) menambahkan bahwa purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Peneliti membuat pertimbangan kriteria tertentu yang akan dijadikan sebagai responden. Responden merupakan laki-laki atau perempuan yang telah tinggal di Desa Blanakan selama 10 tahun lebih dan mengetahui kawasan wisata Blanakan dengan pertimbangan dapat memberikan informasi lengkap dan informatif. Jumlah responden dihitung menggunakan rumus Slovin (Sugiyono, 2009) yaitu: 30

Dimana : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi e : Batas error 10% 1 : Bilangan konstan Jumlah populasi diambil dari jumlah KK penduduk Desa Blanakan dengan total 3.193 jiwa dengan batas error 10% dan hasil dapat dibulatkan agar mencapai kesesuaian. Maka jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut: Berdasarkan hasil perhitungan diatas, sampel yang menjadi responden yaitu sebanyak 96,963 dibulatkan menjadi 100 responden. Jumlah sampel berasal dari penduduk Desa Blanakan dan beberapa pemangku kebijakan. Responden yang berasal dari pemangku kebijakan diantaranya adalah Kepala Perhutani III Jawa Barat dan Banten, Dinas Pariwisata Kabupaten Subang, Dinas Tata Ruang Kabupaten Subang, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Subang, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, dan Kepala Desa Blanakan Subang. Teknik pengambilan sampel untuk pemangku kebijakan menggunakan metode Snowball sampling. Metode Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara berantai terhadap informan tunggal sampai dengan informan kunci. Teknik ini merupakan 31

satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden sebelumnya (Nugraha Setiawan, 2005). b. Pengunjung Teknik pengambilan sampel pengunjung menggunakan metode Purposive Sampling dimana pengambilan sampel dilakukan atas dasar pertimbangan penelitian saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil (Rozaini, 2003). Sugiyono (2009) menambahkan bahwa purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Peneliti membuat kriteria tertentu yang akan dijadikan sebagai responden. Responden merupakan laki-laki atau perempuan mengunjungi kawasan mangrove Blanakan dengan umur 14 tahun keatas. Jumlah responden dihitung menggunakan rumus Slovin (Sugiyono, 2009) yaitu: Dimana : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi e : Batas error 10% 1 : Bilangan konstan Jumlah populasi diambil dari data jumlah pengunjung pada tahun 2011 sebesar 18.462 jiwa dengan batas error 10% dan hasil dapat dibulatkan agar mencapai kesesuaian. Maka jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut: 32

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, sampel yang menjadi responden yaitu sebanyak 99,461 dibulatkan menjadi 100 responden. 4. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis spasial. Metode analisis deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dan upaya mencari hubungan suatu fakta dengan fakta lainnya dalam aspek yang diteliti (Nawawi, 1995 dalam Gunawan Budiyanto, 2011). Analisis ini berdasarkan pada potensi dan kendala pada hutan mangrove Blanakan yang ditinjau dari tujuan pengembangan hutan mangrove sebagai ekowisata. Analisis spasial dilakukan untuk menentukan tata ruang lanskap dan tata ruang wisata di kawasan studi menggunakan sistem informasi geografis dan secara manual berdasarkan konsep wisata (Gunn, 1994 dalam Windasari, 2006). Hasil dari analisis spasial berupa peta komposit yang digunakan sebagai dasar tahap sintesis. 5. Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap ekowisata hutan mangrove menggunakan metode perencanaan dan desain lanskap ekowisata oleh Gold (1980) yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai proses perencanaan yaitu persiapan studi, pengumpulan data, analisis, sintesis dan perencanaan lanskap. Tahap perencanaan menggunakan konsep pengembangan yang mengaju pada tujuan serta fungsi lanskap ekowisata yang telah ditetapkan. Konsep tersebut 33

dikembangkan dalam bentuk tata ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas dan fasilitas. Perencanaan lanskap ekowisata hutan mangrove Blanakan dengan menggunakan metode perencanaan dan desain lanskap menurut Gold (1980) dapat dilihat dalam gambar 7. Persiapan Studi Pengumpulan Data Analisis Sintesis Perencanaan Lanskap - Latar Belakang - Tujuan Studi - Manfaat Studi - Rencana Kerja - Administ rasi Data SDA : Fisik - Geografi - Batas Tapak - Administrasi - Jenis Tanah - Topografi dan kemiringan - Iklim - Hidrooceanog rafi Bio Fisik - Vegetasi - Satwa Potensi SDA Potensi Wisata Potensi Sosial Budaya Masyarakat Konsep Dasar Rencana Lanskap : - Ruang - Sirkulasi - Vegetasi - Aktifitas dan fasilitas Aspek Wisata : - Sumberdaya Wisata (Objek dan Atraksi Wisata) - Akustik dan Visual - Aksesibilitas dan sirkulasi - Pengunjung - Fasilitas Existing Data Sosial Budaya: Demografi (jumlah, Kepadatan, dan Keinginan penduduk) Gambar 1. Tahapan Perencanaan Lanskap (Modifikasi Gold, 1980) 34

a) Persiapan Studi Tahap persiapan dimulai dengan menentukan latar belakang, tujuan, manfaat studi, rencana kerja, anggaran biaya yang dibutuhkan, dan administrasi perijinan. b) Pengumpulan Data Kegiatan ini meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder. Pada tahap ini pengumpulan data dan informasi pembentuk tapak dibutuhkan karena akan mempengaruhi tapak dan perencanaan yang akan dibuat. Pengambilan data primer menggunakan metode survei, pengamatan lapangan, dokumentasi, penyebaran kuisioner, dan wawancara. Sedangkan pengambilan data sekunder menggunakan studi pustaka dari berbagai sumber yang relevan. c) Analisis Pada tahap analisis dilakukan berdasarkan aspek (sumberdaya alam, wisata, dan sosial masyarakat) dan data yang telah diperoleh sehingga dapat diketahui potensi dan kendala serta alternatif pengembangan yang dapat diterapkan pada tapak. Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Tahapan analisis yang akan dilakukan sebagai berikut: 1) Analisis Sumberdaya alam Analisis dilakukan untuk menentukan area yang sesuai dan tidak sesuai untuk dikembangkan sebagai ekowisata. Menurut Santun R.P Sitorus (1985) untuk perencanaan penggunaan lahan hutan ditentukan oleh tiga 35

faktor yaitu lereng, erodibilitas tanah dan intensitas curah hujan pada lereng kurang dari 45%. Lereng terbagi dalam 5 kelas yaitu kelas 1 (0 3%), kelas 2 (3 8%), kelas 3 (8 15%), kelas 4 (15 25%), dan kelas 5 (25 45%). Erodibilitas tanah memiliki nilai kepentingan 15 dan terbagi menjadi 5 kelas yaitu kelas 1 (tidak peka) hingga kelas 5 (sangat peka), klasifikasi erodibilitas tanah dapat dilihat dalam tabel 10. Tabel 1. Klasifikasi Erobilitas Tanah Jenis Tanah Keterangan Kelas Aluvial, literita air tanah Tidak peka 1 Latosol Agak peka 2 Brown forest soil, mediteran Kurang peka 3 Andosol, podsolik, podsol, laterit Peka 4 Regosol, litosol, organosol, renzina Sangat peka 5 Sumber : S.K. Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 Intensitas curah hujan memiliki nilai kepentingan 10 dan dihitung sebagai curah hujan rata-rata (mm) dibagi dengan hari hujan total dalam satu tahun. Intensitas hujan terbagi menjadi 5 kelas yaitu kelas 1 (0 13,6 mm/hari), kelas 2 (13,6 20,7 mm/hari), kelas 3 (20,7 27,7 mm/hari), kelas 4 (27,7 34,8 mm/hari), dan kelas 5 (>34,8 mm/hari). Dari masing-masing aspek tersebut dilakukan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut : Indeks lokasi =(kelas lerang 20) + (kelas aerodibilitas tanah 15) + (kelas CH 10) Area dengan nilai indeks lokasi >175 ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung dan area dengan nilai indeks lokasi <175 ditetapkan sebagai kawasan pengembangan ekowisata. 36

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyatakan bahwa klasifikasi kemiringan lahan untuk pengembangan kawasan ekowisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan buruk. Klasifikasi kemiringan lahan dapat dilihat dalam tabel 11. Tabel 2. Klasifikasi Kemiringan Lahan Kemiringan Kategori Skor 0-8% Baik 3 8-15% Sedang 2 >15% Buruk 1 Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007 Lereng dengan kemiringan <45% ditetapkan sebagai area ekowisata dan >45% ditetapkan sebagai hutan lindung. Nilai kepentingan kemiringan lerang memiliki nilai kepentingan 20. Kategori yang baik merupakan area yang mempunyai struktur tanah stabil untuk kontruksi, memiliki kemiringan lahan yang memungkinkan untuk pembangunan tanpa menimbulkan dampak negatif pada kelestarian lingkungan sehingga dapat dilakukan kegiatan wisata. Lahan dengan kategori sedang merupakan area yang hanya dapat dilakukan pengembangan sarana rekreasi wisata secara terbatas terkait dengan kondisi lingkungan yang dapat terkena dampak negatif dari kegiatan pengembangan. Lahan dengan kategori buruk merupakan area yang tidak boleh dikembangkan untuk sarana rekreasi wisata tetapi diperlukannya adanya konservasi. Kenyamanan iklim dianalisis dengan menggunakan metode Thermal Humadity Index (THI) dengan rumus : 37

Keterangan : T = Suhu ( o C) RH = Kelembaban relatif (%) Nilai THI <27 merupakan standar kenyaman iklim untuk daerah tropis (Laurie, 1990 dalam Huda Firmansyah 2012). 2) Aspek wisata Analisis potensi objek dan atraksi wisata dilakukan penilaian scoring dari masing-masing aspek dengan mengunakan metode McKinnon et al (1986). Nilai skoring ditentukan dengan nilai 1 sampai 4, dengan klasifikasi 4 untuk klasifikasi sangat kuat, 3 untuk kriteria kuat, 2 untuk klasifikasi sedang, dan 1 untuk klasifikasi lemah. Nilai skor masingmasing pada kriteria dikalian dengan nilai bobot kemudian dijumlahkan. Selanjutnya dilakukan perhitungan penilaian kelayakan terhadap objek dan wisata dengan rumus sebagai berikut : KKE = (Flju 10) + (Fek 25) + (Fatk 25) + (Ffp 10) + (Fta 15) Keterangan : KKE = Kriteria kelayakan ekowisata Flju = Faktor letak jalan utama Fek = Faktro estetika dan keaslian Fatk = Faktor atraksi Ffp = Faktor fasilitas pendukung Fta = Faktor transportasi dan aksesibilitas Range : 0,65 1,3 (tidak sesuai) 1,3 1,95 (cukup sesuai) 1,95 2,6 (sesuai) Penilaian scoring dari analisis potensi objek wisata dan atraksi wisata dapat dilihat dalam tabel 12. 38

Tabel 3. Analisis Potensi Objek Wisata dan Atraksi Wisata No Faktor Bobot 1 Letak dari Jalan utama 2 Estetika dan Keaslian 1 Sangat Buruk 2 Buruk Nilai 3 Baik 4 Sangat Baik 10 >3 Km 2-3 Km 1-2 Km <1 Km 25 Sudah berubah sama sekali 3 Atraksi 25 Terdapat >5 ditempat lain 4 Fasilitas Pendukung 5 Transportasi dan Aksesibilitas 10 Sarana dan prasarana tidak tersedia 15 Jalan berbatu, tanah, tanpa kendaraan umum Asimilasi Dominan bentuk baru Terdapat 3-5 ditempat lain Kondisi kurang baik Sumber : MacKinnon (1989) dalam Wakyudi (2016) d) Sosial Budaya Jalan aspal berbatu tanpa kendaraan umum Asimilasi, Dominan bentuk asli Terdapat <3 dilokasi lain Dalam kondisi baik Jalan aspal berbatu dan ada kendaraan umum Keindahan alam yang masih alami Hanya terdapat di tapak Tersedia dalam kondisi sangat baik Jalan aspal ada kendaraan umum Analisis sosial budaya dilakukan dengan cara analisis deskriptif yang dihasilkan dari hasil wawancara maupun penyebaran kuisioner terhadap resepsi pengunjung dan masyarakat di sekitar kawasan hutan mangrove Blanakan. e) Sintesis Hasil analisis selanjutnya dijadikan dasar untuk menghasilkan solusi alternatif pengembangan ruang yang direncanakan. Pada tahap sintesis ini adalah konsep dasar perencanaan berupa konsep dasar perencanaan lanskap hutan mangrove berbasis ekowisata. Konsep dasar ini 39

dijadikan sebagai dasar pengembangan selanjutnya yaitu berupa konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, dan konsep aktivitas serta fasilitas. f) Perencanaan Lanskap Pada tahap ini dilakukan pengembangan konsep yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya. Rencana konsep ini difokuskan pada rencana lanskap hutan mengrove sebagai area konservasi juga area wisata berbasis ekowisata. C. Jenis Data Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil survei atau observasi secara langsung yang di dapat dari kuisioner dan hasil wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan data yang berkaitan dengan kondisi fisik yang didapat dari laporan studi dari lembaga-lembaga pemerintah maupun studi pustaka. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 13. 40

Tabel 4. Jenis Data Penelitian No Jenis Data Lingkup Bentuk Data Sumber 1 Peta Wilayah Desa Blanakan Sekunder Pustaka dan Pemerintah Daerah 2 Geografis Batas wilayah Luas wilayah Topografi Jenis Tanah 3 Iklim Suhu udara Curah hujan 4 Hidro- Oceanografi Kelembapan udara Aliran Sungai Sumber Air Kecepatan Arus Batimetri 5 Ekologi Kualitias akuatik hutan mangrove 6 Aksesibilitas Jenis, kondisi, dan presepsi pengunjung 7 Kondisi Jumlah penduduk sosial dan Pendidikan ekonomi Mata pencaharian 8 Objek dan Wisata 9 Persepsi masyarakat Pendapatan Fasilitas existing Pengunjung Kondisi fisik Sumberdaya wisata Pengembangan wisata, kondisi wilayah dan fenomena yang sering terjadi di lokasi penelitian Sekunder Sekunder Sekunder Primer dan Sekunder Sekunder dan Primer Primer dan sekunder Primer dan Sekunder Primer D. Luaran Penelitian Pustaka dan Dinas Tata Ruang Pustaka dan BPS/BMKG Dinas Tata Ruang dan Pekerjaan Umum Dinas Kehutan dan Dinas Lingkungan Hidup PT.Perhutani Wawancara BPS, Bappeda, Kuisioner, wawancara dan data desa. PT. Perhutani III Pengelola dan Kuisioner wawancara Kuisoner dan wawancara langsung Penelitian ini akan menghasilkan sebuah gambar rencana tapak (site plan) ekowisata hutan mangrove di desa Blanakan yang akan dituangkan dalam naskah skripsi dan publikasi dalam jurnal ilmiah serta poster berukuran 90 x 60 cm. 41

E. Jadual Penelitian Jadual kegiatan penelitian akan melakukan beberapa kegiatan dari mulai pembuatan proposal bulan januari hingga seminar hasil Juli 2017 yang dituangkan dalam tabel 14. Tabel 5. Jadual Penelitian No Kegiatan Januari 2017 1 Pembuatan proposal 2 Survei pendahuluan 3 Seminar proposal 4 Perijinan Februari 2017 Maret 2017 April 2017 Mei 2017 Juni 2017 5 Pengambilan data sekunder 6 Pengambilan data primer 7 Analisis deskriptif dan spatial 8 Penyusunan laporan 42