BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Menjalani kehidupan sebagai ODHA yang dialami keenam subjek tidak menjadikan subjek putus asa dalam menjalani kehidupan. Keenam subjek sudah dapat menerima keadaan mereka masing-masing dengan cara yang berbeda dari setiap subjek. Keenam subjek dapat menjalani hidupnya sebagaimana adanya, serta mereka memiliki keyakinan dan optimisme dalam menjalankan kehidupan meski mereka mengetahui bahwa virus HIV tengah bersarang di dalam tubuh mereka. Keenam subjek telah dapat dikatakatan sebagai pribadi yang tengah berlatih untuk menjadi resilien, hal ini dapat terlihat dari bagaimana setiap subjek telah mampu untuk bangkit dari keadaan terpuruk saat mereka mengetahui bahwa diri mereka terinfeksi virus HIV. Keenam subjek juga sudah mampu untuk memaafkan kesalahan di masa lalu mereka, dan hidup dengan semangat untuk menata kehidupan yang lebih baik di masa kini. Setiap subjek mengalami proses menuju bangkit yang berbeda-beda, dan menjalani proses tersebut juga dengan kurun waktu yang berbeda. Subjek RS membutuhkan waktu 1 tahun sampai akhirnya ia bisa menerima keadaannya sebagai ODHA, subjek RS membutuhkan waktu selama 12 "#$
"#% tahun untuk membuka diri dan melakukan pemulihan bagi kesehatannya, subjek AA sudah 5 tahun hidup sebagai ODHA dan masih berusaha untuk memaafkan setiap kesalahan yang dilakukannya di masa lalu, subjek S membutuhkan waktu selama 2 tahun untuk menyadari bahwa terapi pemulihan penting untuk membuatnya tetap bertahan hidup, subjek NY membutuhkan waktu selama 1 tahun untuk menerima keadaannya dan bangkit dari diskriminasi yang dialaminya, dan subjek NI membutuhkan waktu selama 1 tahun untuk membuka diri dan menerima keadaannya sebagai ODHA Setiap subjek mengalami proses bangkit yang berbeda-beda dan tiap subjek menunjukan bahwa munculnya penerimaan diri merupakan awal dari proses mereka mampu melewati keterpurukan yang mereka alami. Salah satu proses yang membantu subjek untuk mencapai keadaan resilien adalah faktor spiritual. Dimana subjek RS, HS, AA, S, NY, dan NI memiliki kepercayaan bahwa apa yang menimpa diri mereka adalah sebuah takdir yang telah Tuhan berikan untuk hidup mereka. Faktor lingkungan sosial juga hadir sebagai faktor yang memegang peranan penting untuk membantu tiap subjek bangkit dari keterpurukan mereka. Seperti subjek RS, HS, AA, S, NY, dan NI yang baru bisa menerima keadaan mereka setelah mereka bergabung ke lembaga yang konsentrasi dalam menangani ODHA. Kemampuan resiliensi subjek dalam menghadapi setiap permasalahan hidup berbeda-beda, namun semakin cepat subjek dapat bangkit dari
"#" keterpurukan semakin terlihat bahwa subjek tersebut merupakan pribadi yang resilien. Penerimaan diri subjek akan terjadi apabila subjek mampu meregulasi perasaan yang mereka rasakan, lalu menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan diri mereka sendiri, dan mampu untuk menganalisa setiap penyebab dari permasalahan yang mereka alami. Hasil dari proses yang mereka alami adalah tumbuhnya rasa penerimaan diri bagi diri mereka masing-masing. Tingkat kesejahteraan subjek pun berbeda-beda, bagi subjek RS, HS, S, NY, dan NI sudah mampu untuk menumbuhkan rasa syukur atas apa yang mereka alami di dalam kehidupan dan terus optimis untuk mencapai tujuan hidup mereka. Subjek AA masih memiliki kesulitan untuk memaafkan kesalahannya di masa lalu dan masih berusaha menumbuhkan semangat untuk menata masa depannya. Setiap subjek juga telah menjalin hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya, subjek RS, HS, S, NY, dan NI pun memilih mendedikasikan hidup mereka dengan bekerja menjadi petugas sosial yang konsen menangani ODHA. Subjek AA masih berusaha untuk menata kehidupan dan mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Bagi setiap subjek, dengan memutuskan menggunakan ARV maka itu merupakan awal proses mereka memiliki niat untuk bertahan hidup. Seperti subjek RS, HS, AA, S, NY, dan NI yang memulai usaha
"#& penerimaan diri setelah mereka memutuskan untuk mengakses terapi pemulihan. Keenam subjek memiliki tingkat optimis yang tinggi untuk meraih kesuksesan di hidup mereka masing-masing, dan mereka merasa layak untuk mendapat kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. 5.2 Diskusi Setiap manusia yang hidup di dunia ini telah terlahir dengan tipe yang berbeda-beda, ada sebagian dari mereka yang dengan mudahnya dapat bertahan dan bangkit disaat menghadapi kesulitan, namun ada juga diantara mereka yang membutuhkan waktu lama untuk dapat bangkit dan bertahan, bahkan ada juga diantara a mereka yang tidak mampu bangkit dalam menghadapi kesulitan dan memilih jalan pintas yang dapat merugikan diri mereka sendiri. Proses bangkitnya seseorang akan dapat terlihat apabila diri mereka mampu menghadapi segala kesulitan dan mampu melihat bahwa masih banyak nilai-nilai positif di balik peliknya persoalan yang mereka alami. Disamping itu, merasakan bahwa kehidupan sudah sampai pada titik kesejahteraan yang diidamkan juga bukan perkara yang mudah bagi mereka yang melalui banyak kesulitan di dalam hidup. Hal ini dikarenakan tidak ada tolak ukur pasti bagi seseorang untuk menentukan kesejahteraannya. Seperti hal nya ketika seseorang merasa bahwa kesejahteraan mereka dapat terukur oleh tingkat materi yang sudah mereka miliki, dengan seseorang yang berpikir bahwa kesejahteraan akan sampai pada titik dimana kepuasan hidup diukur oleh ketenangan dan kepuasan hati. Kesejahteraan pun
"#' sama hal halnya seperti itu, setiap orang memiliki makna yang berbeda untuk mengatakan bahwa kehidupannya sudah mencapai titik kesejahteraan. Berdasarkan hasil dari wawancara, keenam subjek telah memenuhi faktor dan aspek resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich & Shatte, serta memenuhi aspek well-being (flourishing) yang terdapat pada pernyataan Seligman tentang kesejahteraan dalam positif psikologi. Keenam subjek telah menunjukan bahwa mereka mampu bangkit melewati kesulitan yang mereka hadapi meski melalui tahap-tahap yang berbeda mereka telah mampu untuk meninggalkan masa lalunya dengan baik. Meski keenam subjek mengalami proses dan kurun waktu yang berbeda-beda dalam usaha mereka untuk bangkit dan mencapai kesejahteraan, keenam subjek masih memiliki keyakinan dan percaya diri bahwa mereka masih mampu untuk meraih masa depan yang lebih baik. Subjek RS, HS, S, NY, dan NI memilih untuk bangkit serta menerima dirinya tanpa merasa bersalah dengan apa yang terjadi di kehidupan mereka dan merasa bahwa apa yang mereka alami merupakan takdir Tuhan yang harus mereka hadapi. Sedangkan subjek AA juga sudah dapat dikatakan dapat bangkit dalam menghadapi kesulitan, meskipun masih menyisakan penyesalan atas kesalahan di masa lalu, namun AA memiliki niat dan optimisme yang tinggi bahwa kehidupannya akan menjadi lebih baik. Selanjutnya Seligman mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan sejahtera (flourish) apabila mereka mampu berkembang dalam perseorangan atau komunitas secara penuh, dimana virtue dan strenghs mereka dapat diwujudkan dan direalisasi secara penuh. Dari keenam subjek telah menunjukan bahwa mereka telah berada dalam proses untuk meraih
"#( flourish di dalam kehidupan mereka. mereka mampu menyadari kekuatan diri mereka masing-masing dan berusaha berkemabang untuk meraih kesejahteraan hidup yang sesungguhnya. Keenam subjek dalam penelitian ini masing-masing merupakan petugas sosial di sebuah lembaga yang bergerak di bidang kesehatan khusus ODHA. Pengaruh positif dari lingkungan lembaga juga menjadi faktor penguat yang kerap muncul di dalam proses mereka bangkit. Namun pada kenyataannya, tidak semua ODHA memilih LSM sebagai tempat dimana mereka dapat termotivasi untuk bangkit dari keterpurukan. Terdapat ODHA lain yang mungkin mengambil jalan serta tujuan lain untuk memotivasi diri mereka untuk bangkit, diluar menjadi pekerja LSM yang mungkin dapat menjadi pertimbangan karakteristik baru bagi penelitian ian selanjutnya. 5.3 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diajukan an beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 5.3.1 Saran Teoritis a. Peneliti menyadari bahwa karena keterbatasan waktu yang dimiliki, sehingga hasil penelitian ini masih belum sempurna. Peneliti menyarankan perlunya dilakukan penelitian sejenis dengan menggabungkan aspek yang lebih beragam, serta wawancara dan observasi yang lebih mendalam.
"#) b. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk lebih memperkaya pertanyaan dalam wawancara agar dapat terlihat lebih jelas faktor dan aspek yang mempengaruhi proses resiliensi dan pencapaian well-being (flourish) pada diri subjek. c. Peneliti selanjutnya pun diharapkan mampu memperluas teknik pengumpulan data dengan melakukan probing yang mendalam lagi untuk menggali perasaan dan pengkhayatan subjek. 5.3.2 Saran Praktis a. Semoga para pembaca dapat mengambil hikmah dari setiap permasalahan yang dialami, bahwa tidak ada suatu permasalahan yang berat dan tidak dapat diselesaikan apabila kita memiliki kemampuan untuk merubah cara pandang kita dengan lebih memaknai nilai-nilai positif yang terdapat dibalik setiap permasalahan tersebut. b. Diharapkan para pembaca dapat lebih menghargai dan menghilangkan stigma akan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS, serta mendukung berbagai hal-hal yang dirasa positif dan layak untuk mereka dapatkan. c. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang berartui bagi semua pihak (Pemerintah, LSM, Aktivis, dan Komunitas Perduli ODHA) dalam memahami masyarakat yang hidup dengan virus HIV di dalam tubuhnya. d. Semoga penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian berikutnya.