LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 2 TAHUN : 1996 SERI : B PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 6 TAHUN 1995 TENTANG WAJIB LATIH TENAGA KERJA BAGI PERUSAHAAN DAN IURAN WAJIB LATIH TENAGA KERJA BAGI PERUSAHAAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Menimbang: a. bahwa dalam rangka upaya memanfaatkan potensi sumber daya manusia yang sebesar-besarnya diperlukan latihan kerja baik bersifat teknis, manajerial dan kewirausahaan malalui latihan ketrampilan tenaga kerja yang dapat mencapai daya guna dan hasil guna terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja maupun Perusahaan pada umumnya; b. bahwa dalam penyelenggaraan latihan ketrampilan tenaga kerja, perlu adanya penanganan secara terpadu dengan dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila oleh Pemerintah dan Swasta hususnya Perusahaan, untuk melatih dan membiayai latihan kerja dalam bentuk Wajib Latih Tenaga Kerja dan Iuran Wajib Latih Tenaga Kerja; c. bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Wajib Latih Tenaga Keerja Bagi Perusahaan dan Iuran Wajib Latih Tenaga Kerja Bagi Perusahaan Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 1
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undangundang Nomor 26 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819); 2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perubahan Nomor 23 Tahun 1948(Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 4); 3. Undang-undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 tentang Peraturan Umum etribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1288); 4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara nomor 2818) jo Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943) 5. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara nomor 2853) jo Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944) 6. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912); 7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 8. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3291); 9. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390); 2
10. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1958 tentang Penyerahan Kekuasaan, Tugas dan kewajiban mengenai Urusan-urusan Kesejahteraan Buruh, Kesejahteraan Penganggur dan Pemberian Kerja Kepada Penganggur kepada Daerah-daerah (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1555); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1975 Nomor 5) 12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1991 tentang Latihan Kerja Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5458); 14. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1972 tentang Tanggungjawab Fungsional Pendidikan dan Latihan jo Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1974; 15. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1980 tentang Wajib Lapor Lowongan Kerja; 16. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Dalam Negeri Nomor KEP-564/MEN/92115 Tahun 1992 tentang Dewan Ketenagakerjaan Daerah; 17. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 770/KMK.04/90 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas Biaya Latihan Karyawan, Pemagangan dan Bea Siswa; 18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan peraturan Daerah Perubahan; 19. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 1982 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 18 Tahun 1987; 20. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemeerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 3
21. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 1990 tentang Wajib Lapor dan Pembinaan Kesejahteraan Buruh/Pekerja pada Perusahaan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG WAJIB LATIH TENAGA KERJA BAGI PERUSAHAAN DAN IURAN WAJIB LATIH TENAGA KERJA BAGI PERUSAHAAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; c. Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta; d. Dinas Tenaga Kerja adalah Dinas Tenaga Kerja Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; e. Kepala Dinas Tenaga Kerja adalah Kepala Dinas Tenaga Kerja Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; f. Perusahaan adalah suatu usaha atau Badan Usaha yang mempekerjakan buruh/pekerja dengan tujuan untuk mencari keuntungan atau tidak baik milik Swasta maupun milik Negara; g. Lembaga Latihan adalah Lembaga yang kegiatan utamanya menyelenggarakan Latihan bagi pencari kerja, calon pekerja maupun pekerjanya yang meliputi bidang teknis/ketrampilan, manajemen / kepemimpinan dan kewirausahaan; 4
h. Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang dengan menggunakan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat; i. Pencari Kerja adalah tenaga kerja yang menganggur dan aktif mencari pekerjaan, atau tenaga kerja yang ingin alih profesi; j. Calon Pekerja adalah mereka yang masih dalam proses pengangkatan menjadi pekerja, melalui suatu proses pembinaan dan atau penilaian kemampuan, pengetahuan serta etos kerjanya. k. Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja baik dalam hubungan kerja dengan menerima upah atau pekerja mandiri; l. Wajib Latih Tenaga Kerja Bagi Perusahaan yang selanjutnya disingkat WLTKP adalah suatu sistem pengelolaan latihan kerja yang wajib diikuti oleh Perusahaan yang memenuhi persyaratan tertentu; m. Iuran Wajib Latih Tenaga Kerja Bagi Perusahaan yang selanjutnya disingkat IWLTKP adalah suatu sistem pengelolaan dana pelaksanaan latihan kerja; n. Iuran Wajib Latih adalah Sumbangan dalam bentuk uang yang disetorkan kepada Kas Daerah dalam rangka pengelolaan pelaksanaan WLTKP oleh Perusahaan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Wajib Latih Tenaga Kerja Perusahaan dimaksudkan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas tenaga kerja yang diadakan dalam bentuk pelatihan kerja melalui WLTKP dengan cara menghimpun dana dari Perusahaan. (1) Setiap Perusahaan yang : BAB III WAJIB LATIH TENAGA KERJA Pasal 3 a. Dalam melakukan usahanya mempekerjakan minimal 25 (dua puluh lima) orang tenaga kerja; b. Mempekerjakan kurang dari 25 (dua puluh lima) orang tenaga kerja namun menggunakan mesin 15 (lima belas) PK atau lebih; 5
c. Membayar upah tenaga kerjanya minimal Rp.2.500.000,-(dua juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulan; wajib menyelenggarakan latihan kerja; (2) Peserta WLTKP adalah : a. Pencari kerja; b. Calon pekerja; c. Pekerja; (3) Persyaratan bagi Perusahaan yang wajib menyelenggarakan Latihan Kerja ebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB IV IURAN WAJIB LATIH TENAGA KERJA Pasal 4 (1) Setiap Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja baik yang besifat padat karya, padat modal maupun padat manajemen, wajib membayar iuran wajib latih. (2) Besarnya Iuran Wajib Latih tersebut ayat (1) Pasal ini, dihitung dari jumlah upah yang dibayar oleh Perusahaan setiap bulan, dengan ketentuan sebagai berikut : a. sistem padat karya sebesar 0,25 %; b. sistem padat modal sebesar 0,35 %; c. sistem padat manajemen sebesar 0,50 %; (3) Iuran Wajib Latih tersebut ayat (2) Pasal ini, dibayar oleh Perusahaan dengan tidak membebankan kepada tenaga kerja. (4) Tata Cara pembayaran Iuran Wajib Latih ditetapkan oleh Kepala Daerah. (1) Penyelenggara WLTKP adalah: a. Pemerintah Daerah; BAB V PENYELENGGARAAN WAJIB LATIH TENAGA KERJA BAGI PERUSAHAAN Pasal 5 6
b. Perusahaan; c. Lembaga Latihan lainnya; (2) Penyelenggara WLTKP sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf b dan c pasal ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Memiliki izin menyelenggarakan latihan kerja dari Instansi yang berwenang; b. Memiliki sarana dan fasilitas latihan kerja; c. Memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan latihan kerja. (3) Persyaratan sebagaimana tersebut ayat (2) Pasal ini ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pasal 6 (1) Penyelenggaraan Latihan Kerja bagi pencari kerja, calon pekerja dan pekerja, dilaksanakan secara sistematis, bertahap, berjenjang dan berkelanjutan sepanjang tenaga kerja sesuai dengan persyaratan jabatan. (2) Penyelenggaraan Latihan Kerja khusus bagi pencari kerja disesuaikan dengan Trilogi latihan kerja. (3) Penyelenggaraan Latihan harus berdasarkan standar latihan kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (4) Pelaksanaan Latihan Kerja ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pasal 7 Bagi Perusahaan yang belum dan atau dapat dilaksanakan Latihan Kerja sendiri bagi pencari pekerja, calon pekerja dan atau pekerjanya, dapat mengusulkan Latihan Kerja pada Kepala Daerah. Pasal 8 Pelaksnaaan penyelenggaraan WLTKP menjadi tanggung jawab Kepala Dinas Tenaga Kerja. 7
BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 9 (1) Biaya penyelenggaraan latihan kerja bersumber dari Iuran Wajib Latih, Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah dan sumber dana lain yang sah. (2) Sistem penggunaan dana tersebut ayat (1) Pasal ini diaturlebih lanjut oleh Kepala Daerah. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 10 Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan latihan kerja dilaksanakan oleh Kepala Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 11 Setiap penyelenggara WLTKP yang melaksnakan latihan kerja, harus menyampaikan laporan tertulis kepada Kepala Daerah. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 12 (1) Barang siapa melaggar ketentuan Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah). (2) Tindak pidana tersebut ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 13 Selain Pejabat Penyidik POLRI, penyidikan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dapat pula dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8
Pasal 14 Dalam melaksanakan penyidikan, para penyidiuk sebagaimana dimaksud Pasal 13 Peraturan Daerah ini berwenang; a. Menerima laporan atau pengaduan seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur oleh Kepala Daerah. Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 9
Ditetapkan di Yogyakarta Yogyakarta, 3 Maret 1994 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KETUA ttd. H. SOEDARNO SETOPRADJOKO PEJABAT GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ttd. PAKU ALAM VIII Disahkan Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Nomor : 560.34-673 Tanggal : 29 Agustus 1996 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Seri : B Nomor : 2 Tanggal : 20 September 1996 Sekretaris Wilayah / Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ttd. DRS. H. SUPRASTOWO. ------------------ NIP. 490008854. 10
PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG WAJIB LATIH TENAGA KERJA BAGI PERUSAHAAN DAN IURAN WAJIB LATIH TENAGA KERJA BAGI PERUSAHAAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I. PENJELASAN UMUM: Pembangunan sumber daya manusia perlu diselenggarakan secara menyeluruh terarah, terpadu di segala bidang, terutama pendidikan dan latihan serta penyediaan lapangan kerja yang telah disuratkan dalam Garis Garis Besar Haluan Negara. Hal tersebut berarti bahwa pembangunan dibidang ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya peningkatan sumber daya manusia diarahkan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada diri sendiri. Dalam era globalisasi dan era industrialisasi, sangat diperlukan tenaga kerja yang trampil, disiplin dan siap pakai, untuk itu diperlukan adanya pendidikan dan latihan kerja disamping perencanaan ketenagakerjaan yang terpadu yang dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila dalam rangka menyiapkan tenaga kerja siap pakai untuk memenuhi ketentuan kebutuhan pasar kerja. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1958 tentang Penyerahan Kekuasaan Tugas dan Kewajiban mengenai Urusan-Urusan Kesejahteraan Buruh, Kesejahteraan Penganggur dan Pemberian Kerja Kepada Penganggur Kepada Daerah -Daerah, Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah menetapkanperaturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 1990 tentang Wajib Lapor dan Pembinaan Kesejahteraan Buruh / Pekerja pada Perusahaan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam Pasal 4 disebutkan bahwa Setiap Perusahaan baik Besar, Sedang dan Kecil wajib menyelenggarakan pendidikan, ketramilan buruh/pekerja. Latihan kerja di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sejak lama telah dilaksanakan, baik oleh Pmeerintah Daerah, Perusahaan maupun dilaksanakan Pendidikan lain, dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan, produktivitas, disiplin dan etos kerja kepada pekerja, calon pekerja dan pencari kerja. 11
Oleh karena jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun peningkatannya cukup tinggi, sementara kemampuan pendanaan untuk melaksanakan pendidikan dan latihan kerja sangat terbatas, naka hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pendidikan dan latihan tersebut masih jauh dari apa yang kita harapkan. Dengan memperhatikan kondisi yang demiklian maka upaya untuk meningkatkan kualitas kerja yang didukung oleh dana yang cukup, merupakan permasalahan yang harus segera ditangani, sehingga Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai potensi tenaga kerja cukup besar jumlahnya, dapat dimanfaatkan secara optimal di berbagai lapangan pekerjaan, untuk itu perlu melaksnaakan Wajib Latih bagi Tenaga Kerja. Atas dasar pertimbangan -pertimbangan tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Wajib Latih Kerja Bagi Perusahaan Dan Iuran Wajib Latih Tenaga Kerja Bagi Perusahaan Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 dan 2 : Cukup jelas. Pasal 3 ayat (1) huruf a : Cukup jelas. huruf b : huruf c : ayat (2) dan (3) : yang dimaksud dengan 15 (lima belas) PK adalah jumlah seluruh PK yang ada di perushaaan. Cukup jelas. Cukup jelas. Pasal 4 ayat (1) : Yang dimaksud dengan : a. Perusahaan Padat Karya adalah Perusahaan yang dalam memproduksi barang atau jasanya lebih banyak memanfaatkan tenaga kerja terutama dari pendidikan tingkat menengah ke bawah. b. Perusahaan Padat Modal adalah Perusahaan yang dalam memproduksi barang atau jasanya memfokuskan pada pemanfaatan modal dan teknologi. 12
c. Perusahaan Padat Manajemen adalah Perusahaan yang menjalankan aktivitas usahanya lebih banyak menggunakan tenaga ahli dan teknologi tinggi. ayat( 2) : Yang dimaksud dengan jumlah upah adalah seluruh gaji yang nyata-nyata dibayarkan oleh Pengusaha kepada pekerja, termasuk segala bentuk tunjangan. ayat (3) dan (4) : Cukup jelas. Pasal 5 ayat (1) huruf a : Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan Daerah lain dalam menyelenggarakan WLTKP. huruf b : Cukup jelas. huruf c : Yang dimaksud dengan Lembaga Latihan lainnya adalah Lembaga-Lembaga Latihan, baik Pemerintah maupun Swasta. ayat (2) huruf a : Yang dimaksud dengan Instansi yang berwenang adalah kanwil Departemen Tenaga Kerja Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan atau Kanwil Departemen Pendidikan dan kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. huruf b dan c : Cukup jelas. ayat (3) : Cukup jelas. Pasal 6 ayat (1) : Cukup jelas. ayat (2) : Yang dimaksud dengan Trilogi Latihan Kerja adalah Tiga Kebijaksanaan Dasar Latihan Kerja, yaitu: a. Latihan Kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar/kesempatan kerja; b. Latihan Kerja harus senantiasa mutakhir dengan perkemabngan dan kemajuan pengetahuan dan teknologi; 13
ayat (3) dan (4) : Cukup jelas. Pasal 7 s/d 16 : Cukup jelas. c. Latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu, dalam arti proses kegiatan pendidikan dan latihan serta pengembangan satu dengan yang lain maupun implementasinya saling mengkait antara Departemen Tenaga Kerja dan Instansi terkait lainnya dan pihak Swasta. 14