BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

BAB I PENDAHULUAN. penginjil Rheinische Mission Gesellschaft (RMG) masih sedikit. Keadaan ini

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

Pendidikan Agama Kristen Protestan

PROPOSAL JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA ( ) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016

GEREJA HKBP DI SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TRADISI MASYARAKAT DESA JANJI MAULI KECAMATAN SIPIROK KABUPATEN TAPANULI SELATAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari masyarakat desa itu sendiri sesuai dengan apa yang sudah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB III ANALISIS SISTEM. yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR : 11 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) BUPATI SITUBONDO,

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA

BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

P U T U S A N. Nomor : 662/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

Hasil dan Pembahasan

Saya Dapat Menjadi Pekerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT...

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

2.1. DESKRIPSI KECAMATAN BALIGE

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Silo DKI Jakarta adalah

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

BAB V PENYAJIAN DATA. 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Pdt Gerry CJ Takaria

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu:

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

TATA IBADAH HARI MINGGU PASKAH V

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggara desa berdasarkan

MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

GPIB Immanuel Depok Minggu, 18 Maret 2018

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

Kami datang kepada-mu, kami datang kepadamu Bersyukur sebulat hati, kar na kasihmu besar

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

TATA IBADAH HARI MINGGU MINGGU II SESUDAH EPIFANIA 15 JANUARI 2017

Pdt. Gerry CJ Takaria

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari di desa Hutajulu yaitu dengan bercocok tanam, berternak hewan dan berladang. Mereka menjual hasil dari perternakan dan cocok tanam ke pasar (onan) pada hari tertentu. Secara historis, desa ini didirikan oleh Ompu Tahi Raja Banjar Nahor, yang pada awalnya hanya perkampungan kecil akan tetapi seiring berkembangnya zaman menjadi sebuah desa yang berkembang. Mayoritas penduduk di desa Hutajulu bermarga Banjar Nahor, yang merupakan keturunan dari Ompu Tahi Raja sebagai pendiri desa tersebut. Di desa ini masih berlaku sistem raja huta (kepala dusun). Apabila terjadi suatu masalah ataupun kejadian dalam suatu dusun, raja huta inilah yang berperan serta dalam mengatasi hal masalah tersebut. Raja huta di desa ini adalah bermarga Banjar Nahor sebagai pamungka huta (Pendiri desa). Dalam setiap kegiatan acara adat, raja sangat berperan penting maupun dalam kegiatankegiatan lainnya. Tanah di daerah ini merupakan tanah milik raja, akan tetapi bisa dikerjakan oleh penduduk setempat tanpa dibayar ataupun dibeli. Sebelum Injil masuk masyarakat di desa Hutajulu merupakan penyembah roh atau dalam bahasa setempat disebut dengan sipelebegu. Injil masuk ke desa

2 Hutajulu dibawa oleh Ompu Mandapot Tua Banjar Nahor, St. Johannes Banjar Nahor dan Jaihutan Banjar Nahor yang merupakan putra asli Hutajulu. Di tanah Batak saat itu telah tersiar tentang agama Kristen yang dibawa oleh Nomensen ke tanah Batak dan didaerah lain telah berdiri beberapa gereja. Ketika sedang melaksanakan perjalanan ke daerah Siborong-borong, mereka mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh Nomensen dan para Zending protestan lainnya. Mereka menerima percaya akan injil yang disampaikan oleh Nomensen tersbut. Setelah itu atas bimbingan RMG atau zending protestan dari Jerman, mereka memberitakan tentang agama Kristen di desa Hutajulu, hal ini di terima baik oleh masyarakat. Sehingga pada tahun 1913 berdirilah gereja di desa Hutajulu, dan sebagian besar masyarakat masuk menjadi jemaat. Berbeda dengan kondisi dijaman kependudukan Jepang, kegiatan ibadah minggu dan kegiatan gereja lainnya diberhentikan. Gereja sebagai tempat beribadah dijadikan Jepang sebagai markas mereka, mereka beristirahat dan menyimpan berbagai peralatan perangnya di gereja tersebut. Kondisi yang sama didapat juga hal demikian diawal kemerdekaan, perekonomian rakyat yang hancur menyebabkan kegiatan ibadah minggu tidak dilaksanakan. Demi memenuhi kebutuhan hidup, para kepala rumah tangga harus berjuang keras mencari nafkah di daerah orang lain di luar desa Hutajulu. Kegiatan ibadah minggu kembali dirintis oleh pemuda setempat pada tahun 1949. Seiring perkembangannya di tahun 1953 terpilihlah St. J. Lumban Gaol menjadi guru huria (pimpinan jemaat) yang pertama di HKBP Hutajulu. Kegiatan-

3 kegiatan sosial dilakukan penuh kebersamaan seperti ibadah gereja, acara adat, gotong royong, dan lain-lain. Hubungan sehari-hari ataupun interaksi sosial yang terjadi terjalin dengan baik, hal ini terbukti dengan pembangunan gereja, kegiatan gotong royong yang terlaksana dengan baik, kegiatan ibadah yang berjalan dengan Hikmad dan lain-lain. Tahun 1965 jabatan St. J. Lumban gaol sebagai guru huria berakhir, mulailah diadakan rapat penentuan guru huria berikutnya. Berdasarkan kesepakatan para penatua gereja, maka yang direncanakan menjadi calon guru huria yaitu St. M.C. Banjar Nahor dan St. J. Banjar Nahor. Dipandang masih baru masuk dalam kepengurusan gereja maka St. J. Banjar Nahor tidak diikutkan menjadi calon guru huria. Tidak lama setelah itu, jemaat mendukung St. M. Samosir untuk menjadi calon. Dengan adanya dua calon yang dalam kepengurusan, tentunya harus diadakanlah pemilihan. Pemilihan guru huria tersebut pun diadakan oleh seluruh jemaat yang disaksikan oleh penatua gereja. Berdasarkan penghitungan suara yang dilakukan, pemilihan guru huria tersebut St. M. Samosir memiliki lebih banyak dukungan jemaat dibanding kepada St. M. Banjar Nahor. Dengan hasil yang seperti itu, tidak ada yang mengalah sesuai dengan alasan dan keinginan masing-masing. Terjadilah konflik yang tidak bisa dihindarkan lagi, jemaat HKBP Hutajulu terpecah menjadi dua kelompok. Dalam mengikuti kegiatan ibadah minggu juga terjadi perpecahan, dimana jika St. M.C. Banjar Nahor yang memimpin ibadah minggu maka kelompok yang

4 berpihak kepada St. M. Samosir tidak mengikuti ibadah minggu tersebut. Berbeda dengan disaat St. M. Samosir yang memimpin ibadah minggu, kelompok yang berpihak kepada St. M.C. Banjar Nahor tetap mengikuti ibadah minggu. Perebutan status ini menimbulkan konflik yang berakhir dengan berdirinya sebuah organisasi gereja baru di Hutajulu yang lebih bersifat nasional yang bernama GKPI. Konflik yang terjadi tidak hanya berpengaruh terhadap kerenggangan dan perpecahan didalam gereja saja, akan tetapi di luar gereja atau lingkungan sehari-hari yang berdampak pada interaksi sosial masyarakat di desa Hutajulu. Masyarakat di desa Hutajulu juga terbentuk menjadi dua kelompok yang menimbulkan kerenggangan, dan mementingkan kelompok masing-masing. Rasa kebersamaan dan gotong royong tidak dapat terlihat lagi, kebersamaan itu hanya ada pada kelompok masing-masing. Konflik tersebut berakhir dengan adanya perdamaian yang dilakukan pada tahun 1970 oleh semua penduduk di desa Hutajulu. Mereka berjanji untuk tidak mengulang hal yang sama dan agar saling mendoakan. Sejak dari situ, hubungan sosial semakin diperbaiki baik secara individu maupun secara kelompok. Jadi di desa Hutajulu saat ini terdapat dua organisasi gereja Protestan yaitu HKBP dan GKPI. HKBP yang berpredikat sebagai gereja etnis dan GKPI yang lebih bersifat nasional. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin meneliti tentang Konflik Internal Gereja HKBP Hutajulu dan Pengaruhnya Terhadap Perubahan Sosial di Desa Hutajulu, Kec. Onan Ganjang, Kab. Humbang Hasundutan.

5 B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang permasalahan diatas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Sejarah Berdirinya Gereja HKBP Hutajulu 2. Interaksi sosial sebelum terjadinya Konflik Internal gereja HKBP Hutajulu 3. Latar belakang terjadinya Konflik HKBP Hutajulu 4. Proses terjadinya Konflik HKBP Hutajulu 5. Interaksi sosial setelah terjadinya Konflik Internal Gereja HKBP Hutajulu C. Perumusan Masalah Mengingat luasnya cakupan masalah penelitian, maka untuk mengarahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Gereja HKBP Hutajulu? 2. Bagaimana Interaksi sosial sebelum terjadinya konflik internal gereja HKBP Hutajulu? 3. Bagaimana Latar belakang terjadinya konflik HKBP Hutajulu? 4. Bagaimana Proses terjadinya konflik HKBP Hutajulu? 5. Bagaimana Interaksi sosial setelah terjadinya konflik internal Gereja HKBP Hutajulu?

6 D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Sejarah Berdirinya Gereja HKBP Hutajulu 2. Untuk mengetahui Interaksi sosial sebelum terjadinya konflik internal gereja HKBP Hutajulu 3. Untuk mengetahui Latar belakang terjadinya konflik HKBP Hutajulu 4. Untuk mengetahui Proses terjadinya konflik HKBP Hutajulu 5. Untuk mengetahui Interaksi sosial setelah terjadinya konflik internal Gereja HKBP Hutajulu E. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian ini memberikan manfaat: 1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang konflik yang pernah terjadi di kalangan jemaat HKBP Hutajulu yang akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah yaitu skripsi. 2. Memberi informasi kepada pembaca khususnya jemaat HKBP tentang konflik yang terjadi di kalangan masyarakat jemaat HKBP. 3. Sebagai bahan masukan dan sumbangan kepada masyarakat jemaat HKBP agar mampu menciptakan kerukunan intern umat beragama. 4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.