BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

APA ITU GLOBAL WARMING???

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Iklim Perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERDAGANG KARBON DENGAN MENANAN POHON: APA DAN BAGAIMANA? 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI SEKTOR KEHUTANAN KEBAKARAN HUTAN PENEBANGAN POHON PERUBAHAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN (LEGAL DAN ILLEGAL)

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dan Salomon, dalam Rahayu et al. (2006), untuk mengurangi dampak perubahan

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. karbon dalam jumlah besar. Akumulasi karbon di atmosfer bumi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahan fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

HUTAN: FUNGSI DAN PERANANNYA BAGI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan yang dimaksud

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA PUNCAK ACARA PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SE-DUNIA TINGKAT KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014 TANGGAL : 27 JUNI 2014

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

PEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Emisi CO 2 di Dunia terhadap Peningkatan Pencairan Es di Berbagai Benua Peningkatan Emisi CO 2 yang menyebabkan pemanasan global secara fakta telah terjadi dengan peningkatan suhu udara menyebabkan kecepatan pencairan es di belahan dunia meningkat. Data pencairan es di berbagai benua di dunia terdapat pada lampiran. Data tersebut menjadi indikator bahwa pemanasan global dengan meningkatnya Emisi CO 2 di dunia, data terbesar pencairan es di Antartic penisula mencair seluas 8000 km 2 hingga tahun 2000 dan Sub-antartic sebesar 65% daerah tersebut sampai tahun 1990. Kenaikan konsentrasi CO 2 di atmosfer yaitu dari 285±5 ppmv menjadi 366 ppmv atau sekitar 28%. Hal ini membawa masalah pada pemanasan global dan dapat mempengaruhi ekosistem, kenaikan permukaan laut, percepatan pencairan es di kutub, perubahan sistem iklim global dan sebagainya (Boer 2000). Meningkatnya karbondioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia berupa penggunaan bahan bakar pada kendaraan, industri dan sebagainya. Karbondioksida yang dihasilkan pembakaran sesuai tipe bahan bakar menurut Departement of Environment, Food and Rural Affairs dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Emisi CO 2 yang dihasilkan oleh beberapa jenis bahan bakar No Jenis Bahan Bakar Emisi CO 2 Satuan 1 Bensin 2,33 kg/liter 2 Solar 2,64 kg/liter 3 Batu Bara 2,96 kg/liter 4 Gas (LPG) 2,06 kg/m 3 Sumber : DEFRA (2001) Sebagian besar kendaraan bermotor yang digunakan di seluruh dunia berbahan bakar bensin, lalu berikutnya berbahan bahan bakar solar. Bensin menghasilkan emisi CO 2 yaitu 2,33 kg per liternya, sedangkan solar menghasilkan emisi CO 2 yang lebih besar yaitu 2,64 kg per liter.

11 4.2 Analisis Pengaruh Hutan Tropis dalam Menurunkan Emisi CO 2 Perubahan iklim global dapat ditanggulangi dengan menyimpan karbon sebesar-besarnya tetapi hutan tropis rusak jauh lebih cepat dengan hutan di wilayah iklim sedang (Riyanto 2004). Indonesia memiliki potensi untuk mengurangi laju tersebut karena memiliki hutan tropis terbesar di dunia dan kelestarian hutan tropis harus terjaga. Sumberdaya alam ini menjadi potensial untuk meningkatkan daya saing bangsa. Maria (2004) menyatakan presentasi cadangan karbon yang tersebar di hutan tropis sebesar 53,1% ada di Indonesia. Hutan memiliki tegakan pohon, jumlah karbon yang diserap oleh sebuah pohon yang sedang tumbuh tergantung dari spesies, iklim, dan tanah serta umur pohon, hutan yang sedang tumbuh membentuk sekitar 10 ton karbon per hektar per tahun (Foley 1993). Dalam melangsungkan hidupnya, pohon melakukan proses fotosintesis di siang hari untuk memperoleh cadangan makanan. Melalui proses tersebut, pohon menyerap CO 2 di udara sehingga jumlah CO 2 di udara berkurang dan berubah menjadi penambahan O 2 (oksigen). Penyerapan CO 2 dalam proses fotosintesis menyebabkan pengurangan emisi CO 2 sebagai gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Daya serap vegetasi terhadap gas CO 2 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Daya serap vegetasi terhadap gas CO 2 No Tipe Penutupan Daya serap (kg/ha.hari) 1 2 3 4 Pohon Semak belukar Padang Rumput Sawah Sumber: Permana (2006) 1.559,10 150,68 32,88 32,88 Daya serap (kg/ha.jam) 129,92 12,56 2,74 2,74 4.3 Program Penanaman Pohon Adop Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Meningkatnya laju pencairan es di dunia menjadi ancaman bagi negara di dunia, indikasi dari kondisi alam menjadi tidak mendukung dalam kehidupan manusia sehingga menjaga kelestarian hutan tropis dan meningkatkan penanaman pohon di daerah tropis. Kondisi tersebut disebabkan dari laju penurunan luas hutan di dunia meningkat pesat, khususnya hutan tropis di Indonesia. Laju

12 kerusakan akan semakin meningkat akibat aktivitas penebangan liar, penyelundupan kayu, konversi hutan tanpa izin dan kebakaran hutan. Dalam menjaga kelestarian hutan tropis perlu meningkatkan partisipasi masyarakat di sekitar hutan dalam mengelola hutan. Program penanaman pohon adop berbasis pemberdayaan masyarakat salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam mengelola hutan. Konsep pohon adop terletak pada tegakan pohon yang sudah tumbuh baik pada tingkat pancang, tiang maupun pohon. Program penanaman pohon adop dapat dilakukan pada lahan milik maupun lahan negara. Pada prinsipnya bahwa program pembangunan hutan dalam bentuk pohon adop yang menjadi pemilikan bersama dalam periode tertentu yang berdasarkan asas manfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi. Masyarakat sekitar hutan mendapatkan kompensasi berupa finansial selama periode tertentu dalam pemeliharaan dan pengawasan pohon tersebut. 4.4 Program Penanaman Pohon Asuh Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Program reboisasi, penghijauan, dan gerakan rehabilitasi lahan dan hutan (GRLK). Upaya ini telah dilakukantapi masih belum memuaskan. Kegiatan ini disambut baik akan tetapi kegiatan program tersebut berdifat top down dan pendanaan terlambat (Wirakartakusumah 2005). Pengembangan program penanaman pohon asuh merupakan salah satu bentuk tindak lanjut dari Program tersebut yang secara langsung melibatkan masyarakat sekitar hutan dalam memelihara dan mengelola pengembangan penanaman pohon asuh. Konsep pohon asuh terletak pada pohon yang akan ditanam melibatkan masyarakat sekitar hutan dalam memelihara pohon tersebut sebagai pohon kepemilikan bersama sampai masa periode tertentu berdasarkan asas manfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi. Dengan demikian perkembangan pohon yang terpelihara baik secara kualitas maupun kuantitas pohonnya, disamping masyarakat sekitar hutan mendapatkan kompensasi finasial secara langsung ketika tanaman telah di tanam selama masa periode tertentu. Prioritas pengembangan penanaman pohon asuh pada lahan kritis karena jumlah lahan kritis di Indonesia yang cukup besar. Hampir seluruh propinsi di Indonesia memiliki luasan lahan

13 kritis yang besar, data luasan seluruh provinsi terdapat di lampiran. Luas lahan yang tegolong agak kritis di Indonesia yaitu 47.610.080,86 ha, luas lahan yang tergolong kritis yaitu 23.306.233,01 ha, dan luas lahan yang tergolong sangat kritis yaitu 6.890.566,91 ha, sehingga luasan total lahan kritis seluruh Indonesia ialah 77.806.880,78 ha. Dalam pengembangannya dilakukan pemilihan jenis pohon yang berfungsi sebagai perbaikan hidroorologi antara lain: Trembesi (Samanea saman) yang direkomendasikan oleh Presiden Indonesia sebanyak satu juta bibit di seluruh Indonesia, puspa (Schima noranhae), sono kembang (Pterocarpus indicus), Balsa (Ochroma bicolor), Beringin (Ficus benyamina), Mindi (Melia azedarach) serta Kesambi (Schleichera oleosa). Sedangkan yang berfungsi sebagai kayu bakar antara lain: Lamtorogung (Leucaena leucocephala), Akasia (Acacia auriculiformis), Kaliandra (Caliandra calothyrus), Gamal (Gliricidea maculate), Jabon (Anthocephalus cadamba), Johar (Cassia siamea) serta yang berfungsi sebagai penghasil buah-buahan antara lain: Duwet (Eugenia cuminia), Durian (Durio Zibenthinus), Nangka (Arthocarpus integra), Kemiri (Aleurites moluccana), Jambu air (Eugenia aquatic), bamboo (Giganthochloa sp), Kapuk rindu (Ceiba pentandra), Melinjo (Gnetum gnemon). Penanaman di lahan kritis akan mengatasi berbagai masalah sekaligus yaitu masalah penyerapan emisi CO 2 dan masalah perbaikan lahan kritis sehingga mengurangi jumlah lahan kritis yang ada. 4.5 Program Pohon Asuh dan Pohon Adop sebagai Solusi Dari Konferensi Iklim Dunia dalam Permasalahan Global Warming Saat ini telah terjadi pergeseran bentuk interaksi manusia dengan hutan yang bersifat melingkar. Pergesaran interaksi tersebut saat ini telah pada periode kehidupan manusia memerlukan hutan yang akan memasuki periode kehidupan manusia mendambakan hutan (Suhendang 2002). Meningkatnya laju pencairan es dan peningkatan suhu global 2 o C di dunia menjadi nilai penting bagi negara di dunia. Peristiwa tersebut menjadi indikasi dari periode kehidupan manusia memerlukan hutan yang akan masuk ke dalam periode manusia mendambakan

14 hutan. Sehingga jasa lingkungan menjadi strategi sisi penawaran dalam menanggulangi global warming. Komitmen untuk mengurangi emisi gas pada Rio Earth Summit dan Protokol Kyoto, kedua komitmen itu gagal dipenuhi. Protokol Kyoto, sebagai perluasan kesepakatan Earth Summit 1992 di Rio de Janeiro, mencatat komitmen negara-negara industri, untuk sampai tahun 2012 mengurangi emisi gas kaca sedikitnya 5% di bawah emisi pada tahun 1990 (Koesoemawiria 2009). Menurut Tim Flanner 2010 dalam Koesoemawiria 2010 Konferensi iklim di Copenhagen adalah upaya diplomasi selama bertahun-tahun menentukan masa depan dunia. Program pengembangan pembangunan hutan berbasis pemberdayaan masyarakat dengan pola pohon asuh dan pohon adop. Perbedaan pohon asuh dan pohon adop terletak pada pohon yang akan ditanam dan pohon yang telah tumbuh menjadi kepemilikan bersama selama periode tertentu, penawaran kerjasama bersama masyarakat sekitar hutan akan pemeliharaan dan kelestarian hutan dan pengembangan pembangunan hutan memiliki strategi sisi penawaran (suplly side) dalam pengembangan suatu jasa lingkungan yang diupayakan melalui investasi modal untuk kegiatan-kegiatan produksi yang berorientasi keluar (Saefulhakim et all 2009). Hal ini menjadi nilai penting untuk penawaran kepada negara maju di dunia dalam konfrensi iklim dunia, karena keunggulan program ini melibatkan masyarakat secara langsung sehingga mendapatkan perkembangan pohon yang terpelihara baik secara kualitas maupun kuantitas pohonnya. Program ini melibatkan berbagai pihak dalam mewujudkannya. Negara maju yang mengeluarkan emisi CO 2 tinggi berperan sebagai donator (jasa lingkungan), masyarakat desa hutan dalam kelembagaan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) sebagai inisiator/pelaksana dan pemerintah menjadi fasilitator. Pengembangan program ini memberikan kontribusi secara ekologi, ekonomi, dan sosial untuk semua pihak. Kontribusi dalam penyerapan karbon dunia sebagai fungsi ekologi yang mempengaruhi iklim global dengan data jumlah pohon yang akurat bagi pihak yang mendanai yaitu negara maju, sedangkan fungsi sosial meningkatkan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat sekitar.