DO = ml sampel. ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x (ml botol BOD ml reagen terpakai ) ml botol BOD

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Gambar Lembar Pengamatan yang digunakan (Mckenzie & Yoshida 2009)

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan. Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan

Lampiran 5. Baku Mutu Air laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Tahun 2004

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Nama Ind plot. Lampiran 1. Data Analisis Vegetasi Mangrove. Stasiun I. Semai. Universitas Sumatera Utara

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT

3. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Data hasil tangkapan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2

Lampiran 4. Tabel Hasil Analisa Pengambilan Sampel Air Laut Kota Surabaya Tahun 2012

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG BAKU MUTU AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

Lampiran 1. Prosedur Analisis

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

Lampiran 1. Perhitungan komposisi pencampuran air

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan dan pengambilan contoh. Alat dan bahan

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2007 bertempat

Lampiran 1 Hasil pengukuran kualitas air

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

3. METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian di pantai Carita, Pandeglang, Banten

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data Komponen Lingkungan Metode Analisis Dampak Lingkungan Metode dan Teknik Indentifikasi, Prediksi, Evaluasi dan Interpretasi

III. METODE PENELITIAN. B. Materi Penelitian Alat dan bahan yang digunakan terlampir (Lampiran 1 dan 2). bio.unsoed.ac.id

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DOMESTIK

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 50 TAHUN 2015

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

Oleh : Putri Paramita ( )

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

II. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sokaraja dengan kondisi lingkungan dominan pemukiman penduduk

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

TARIF LINGKUP AKREDITASI

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

III. METODE PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9

Lampiran F - Kumpulan Data

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar lokasi penelitian dan kondisi perairan Danau Lido. Stasiun KJA di bagian utara. Stasiun non-kja di bagian tengah

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

Transkripsi:

57

58 Lampiran 1. Prosedur kerja pengukuran kualitas air a. Pengukuran DO 1. Pindahkan air sampel ke dalam botol BOD sampai meluap, tutup kembali dan jangan sampai terbentuk gelembung 2. Tambahkan 0,5 ml Sulfamic Acid dengan pipet ke dalam air sampel, tutup botol BOD tersebut lalu aduk dengan cara membolak-balikan botol 3. Tambahkan 1 ml MnSO 4 dan 1 ml NaOH+KI ke dalam air sampel, kemudian tutup dan aduk botol dengan cara yang sama. Biarkan beberapa saat hingga endapan coklat terbentuk di dasar botol BOD secara sempurna. 4. Lalu tambahkan 1 ml H2SO4 pekat dengan hati-hati, aduk dengan cara yang sama hingga semua endapan terlarut. 5. Ambil 25 ml air dari botol BOD dengan pipet mohr atau gelas ukur, masukkan ke dalam erlenmeyer dan usahakan jangan terjadi aerasi. 6. Titrasi dengan Na2S2O3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning tua kekuning muda, kemudian tambahkan indikator amylum 2-3 tetes hingga terbentuk warna biru dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. DO = ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x 1000 ml sampel (ml botol BOD ml reagen terpakai ) ml botol BOD b. Pengukuran Nitrat 1. Saring sebanyak 25-50 ml air sampel dengan kertas saring Whatman No.42 atau yang setara. 2. Pipet 5 ml air sampel yang telah disaring, masukkan ke dalam gelas piala. 3. Tambahkan 0,5 ml Brucine, aduk. 4. Tambahkan 5 ml asam sulfat pekat (gunakan ruang asam), aduk. 5. Buat larutan blanko dari 5 ml akuades, lakukan prosedur 3 dan 4. 6. Buat larutan standar nitrat dengan konsentrasi 0,025; 0,05; 0,10; 0,25; 0,50; 0,75; 1,00. 7. Dengan larutan blanko dan pada panjang gelombang 410 nm, set spektofotometer pada 0,000 absorbance, kemudian ukur sampel dan larutan standar.

59 Lampiran 1. (lanjutan) 8. Buat persamaan regresi dari larutan standar untuk menentukan kadar nitrat air sampel. c. Pengukuran Ortofosfat 1. Persiapan peralatan gelas dan filter. Semua wadah dan peralatan yang akan digunakan harus benar-benar bersih, bebas dari kontaminasi P. 2. Saring 25-50 ml air sampel dengan millipore (0,45 µm), atau glass fibre filter atau yang setara, gunakan vacuum pump. 3. Pipet sebanyak 25 ml sampel tersaring. 4. Tambahkan 1 ml Ammonium molybdate, aduk. 5. Tambahkan 5 tetes SnCl 2, aduk diamkan (10 menit). 6. Buat larutan blanko dari 25 ml akuades, lakukan prosedur 3 dan 4. 7. Buat larurtan standar ortofosfat dengan konsntrasi : 0,01; 0,05; 0,10; 0,25; 0,50; 0,75; dan 1,00 ppm-p. 8. Setelah didiamkan 10 menit dan sebelum 12 menit, ukur air sampel dan larutan standar dengan spektofotometer pada panjang gelombang 690 nm. 9. Buat persamaan regresi atau grafik untuk menentukan kadar ortofosfat air sampel.

Lampiran 2. Standar pengukuran persentase penutupan lamun dan algae 60

61 Lampiran 3. Baku mutu air laut untuk biota laut (Kepmen LH no.51 tahun 2004) No. Parameter Satuan Baku Mutu FISIKA 1. Kecerahan a m 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kebauan Kekeruhan a Padatan tersuspensi total b Sampah Suhu c Lapisan minyak 5 - NTU - 0C - coral: >5 mangrove: - lamun: >3 alami 3 <5 coral: 20 mangrove: 80 lamun: 20 nihil 1(4) alami 3(c) coral: 28-30 mangrove: 28-32 lamun: 28-30 nihil 1(5) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. KIMIA ph d Salinitas e Oksigen terlarut (DO) BOD5 Ammonia total (NH 3-N) Fosfat (PO 4-P) Nitrat (NO 3-N) Sianida (CN - ) Sulfida (H 2S) PAH (Poliaromatik hidrokarbon) Senyawa Fenol total PCB total (poliklor bifenil) Surfaktan (deterjen) Minyak & lemak Pestisida TBT (tributil tin) 7 Logam Terlarut Raksa (Hg) Kromium hesavalen (Cr(VI)) Arsen (AS) Kadmium (Cd) tembaga (Cu) Timbal (Pb) Seng (Zn) Nikel (Ni) - 0 / 00 µg/l MBAS µg/l µg/l 7-8,5 (d) alami 3(e) coral: 33-34 (e) mangrove: s/d 34 (e) lamun: 33-34 (e) >5 20 0,3 0,015 0,008 0,5 0,01 0,003 0,002 0,01 1 1 0,01 0,01 0,001 0,005 0,012 0,001 0,008 0,008 0,05 0,05 1. 2. 3. BIOLOGI Coliform (total) g Patogen Plankton MPN/100 ml sel/100 ml sel/100 ml 1000 (g) nihil 1 tidak bloom 5 1. RADIO NUKLIDA Komposisi yang tidak diketahui Bq/l 4

62 Lampiran 3. (lanjutan) Catatan: 1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan). 2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional. 3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim). 4. Pengamatan oleh manusia (visual ). 5. Pengamatan oleh manusia (visual ). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer ) dengan ketebalan 0,01mm. 6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri. 7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal. a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi ratarata musiman c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 o C dari suhu alami d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan ph e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi ratarata musiman

63 Lampiran 4. Peta sebaran unit transplantasi di Pulau Pramuka (Thalassia hemprichii, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, dan Cymodocea serulata) Lampiran 5. Peta sebaran unit transplantasi di Pulau Kelapa Dua (Thalassia hemprichii, Halodule uninervis dan Cymodocea rotundata)

55 Lampiran 6. Data struktur komunitas lamun di Pulau Pramuka Stasiun Quadrat Kedalaman (cm) % Penutupan Lamun % Komposisi Spesies Lamun Cr Cs Ea Th Ho Hp Tinggi Kanopi (cm) % Penutupan Epifit 1 (0m) 63 20 8 0 0 12 0 0 11 2 2 (5m) 59 20 10 0 0 9 1 0 10,3 1 3 (10m) 55 5 3 0 0 2 0 0 8,3 1 4 (15m) 57 1 0 0 0 1 0 0 9 8 5 (20m) 62 15 0,75 0 0 14,25 0 0 7 6 1 6 (25m) 63 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 (30m) 64 1 1 0 0 0 0 0 9,3 39 8 (35m) 64 0,5 0,5 0 0 0 0 0 2,5 5 9 (40m) 69 5 0 0 0 5 0 0 8,7 35 10 (45m) 67 0,5 0 0 0 0,5 0 0 2,7 13 11 (50m) 71 5 0 0 0 5 0 0 2,7 12 Rata-rata 63,09 6,64 2,11 0,00 0,00 4,43 0,09 0,00 6,50 11,09 1 (0m) 77 30 15 0 0 15 0 0 10,7 30 2 (5m) 72 5 1,5 0 1 2,5 0 0 13,3 12 3 (10m) 83 15 10,5 0 0 4,5 0 0 11,7 15 4 (15m) 77 15 6 0 4,5 4,5 0 0 19,7 9 5 (20m) 73 30 18 0 0 9 3 0 10,3 10 2 6 (25m) 76 40 20 0 0 16 4 0 11 18 7 (30m) 69 5 3,5 1,4 0,1 0 0 0 8 18 8 (35m) 70 20 8 4 4 4 0 0 21 35 9 (40m) 69 40 18,8 0 0 20 1,2 0 15,3 15 10 (45m) 77 60 36 0 0 24 0 0 10,7 12 11 (50m) 82 0,5 0 0 0 0,5 0 0 6,3 8 Rata-rata 75,00 23,68 12,48 0,49 0,87 9,09 0,75 0,00 12,55 16,55 1 (0m) 90 30 12 9 9 0 0 0 9,7 12 2 (5m) 85 40 0 16 12 12 0 0 20,7 4 3 (10m) 94 40 0 12 12 16 0 0 12 1 4 (15m) 102 80 0 80 0 0 0 0 20,3 1 5 (20m) 83 50 0 15 5 15 0 15 22 6 3 6 (25m) 78 30 15 0 0 7,5 0 7,5 14,7 6 7 (30m) 84 45 13,5 0 0 9 4,5 18 14 3 8 (35m) 76 25 0 6,25 0 6,25 1,25 11,25 9,7 35 9 (40m) 80 15 0 0 0 6 1,5 7,5 9,7 6 10 (45m) 78 10 0 0 0 7,5 0,5 2 7,3 5 11 (50m) 81 40 24 0 0 12 2 2 9,7 25 Rata-rata 84,64 36,82 5,86 12,57 3,45 8,30 0,89 5,75 13,62 9,45 Rata-Rata Total 74,24 22,38 6,82 4,35 1,44 7,27 0,58 1,92 10,89 12,36 64

56 Lampiran 7. Data struktur komunitas lamun Pulau Kelapa Dua Stasiun Quadrat Kedalaman (cm) % Penutupan Lamun % Komposisi Spesies Lamun Cr Cs Ea Th Ho Hp Tinggi Kanopi (cm) % Penutupan algae % Penutupan Epifit 1 (0m) 46 15 7,5 0 0 5 2,5 0 12 0 53 2 (5m) 30 2 1 0 0 1 0 0 3,3 0 1 3 (10m) 57 3 0,5 0 0 2,5 0 0 9,7 0 5 4 (15m) 51 10 1 0 0 7 0 2 7,7 0 21 5 (20m) 67 0,5 0 0 0 0,5 0 0 4,3 0 50 1 6 (25m) 62 25 0 0 0 3 0 22 19,7 0 10 7 (30m) 64 6 0 0 0 3 0 3 6,7 0 35 8 (35m) 74 20 1 0 0 1 1 17 23,3 0 24 9 (40m) 72 70 5 0 0 10 0 55 20,3 0 35 10 (45m) 73 35 5 0 0 5 0 25 22 0 45 11 (50m) 83 20 0 0 0 5 0 15 12,7 0 45 Rata-Rata 61,73 18,77 1,91 0,00 0,00 3,91 0,32 12,64 12,88 0,00 29,45 1 (0m) 60 0,5 0 0 0 0,5 0 0 3,7 0 0 2 (5m) 59 0,1 0 0 0 0,1 0 0 3,5 0 0 3 (10m) 61 0,1 0 0 0 0,1 0 0 3,3 0 0 4 (15m) 68 3 0 0 0 3 0 0 8 0 24 5 (20m) 68 4 0 2 0 2 0 0 9 0 20 2 6 (25m) 75 7 0 0 0 7 0 0 9,7 0 8 7 (30m) 68 8 0 1 0 5 2 0 8,7 0 35 8 (35m) 71 1 0 0 0 1 0 0 7 0 1 9 (40m) 76 5 3 0 0 2 0 0 10,7 0 24 10 (45m) 78 2 0 0 0 0,5 0 1,5 4 0 2 11 (50m) 94 3 0 0 0 3 0 0 7,3 0 0 Rata-Rata 70,73 3,06 0,27 0,27 0,00 2,20 0,18 0,14 6,81 0,00 10,36 1 (0m) 60 2 0 0 0 2 0 0 7,3 0 72 2 (5m) 64 0,5 0 0 0 0,3 0,2 0 2,3 5 25 3 (10m) 66 6 0 0 0 3 3 0 7,7 0 35 4 (15m) 79 5 0 0 0 2 3 0 6,7 3 63 5 (20m) 81 3 0 0 0 3 0 0 7,3 2 35 3 6 (25m) 80 1 0 0 0 1 0 0 2,3 1 2 7 (30m) 78 1 0 0 0 1 0 0 5,3 0 1 8 (35m) 81 8 0 0 0 0 0 8 20,7 0 72 9 (40m) 73 0,25 0 0 0 0,25 0 0 4 0 1 10 (45m) 83 40 0 0 0 0 0 40 26,7 0 56 11 (50m) 89 60 0 0 0 2 0 58 20,3 0 15 Rata-Rata 75,82 11,52 0,00 0,00 0,00 1,32 0,56 9,64 10,05 1,00 34,27 Rata-Rata Total 69,42 11,12 0,73 0,09 0,00 2,48 0,35 7,47 9,92 0,33 24,70 65

66 Lampiran 8. Data keberhasilan transplantasi lamun metode Plugs di Pulau Pramuka No. Jenis Plug 1-Mar 15-Mar 21-Mar 27-Mar 21 Mei 21 Mei PK 1 Thalassia hemprichii 8 6 7 7 13 15 2 Halodule pinifolia 3 1 0 3 0 2 3 Cymodocea rotundata 9 3 4 9 2 5 4 Enhalus acoroides 2 2 2 1 0 1 5 Cymodocea serulata 1 2 0 0 0 No. Jenis Tegakan 1 Thalassia hemprichii 23 19 36 20 65 76 2 Halodule pinifolia 21 8 0 0 0 12 3 Cymodocea rotundata 58 21 12 25 19 120 4 Enhalus acoroides 4 3 6 0 0 2 5 Cymodocea serulata 1 7 0 0 0 No. Jenis Daun 1 Thalassia hemprichii 73 40 64 52 182 214 2 Halodule pinifolia 63 22 0 6 0 22 3 Cymodocea rotundata 152 21 25 26 44 290 4 Enhalus acoroides 16 9 13 0 0 5 5 Cymodocea serulata 3 14 0 0 0 Lampiran 9. Data keberhasilan transplantasi lamun metode Plugs di Pulau Kelapa Dua No. Jenis Plug 27-Feb 13-Mar 20-Mar 27-Mar 23 Mei 1 Thalassia hemprichii 5 9 7 6 8 2 Halodule uninervis 8 7 3 2 5 3 Cymodocea rotundata 4 4 6 2 No. Jenis Tegakan 1 Thalassia hemprichii 6 14 15 14 15 2 Halodule uninervis 71 72 38 28 58 3 Cymodocea rotundata 13 12 33 5 No. Jenis Daun 1 Thalassia hemprichii 32 40 41 41 2 Halodule uninervis 147 87 55 125 3 Cymodocea rotundata 16 17 68 9

67 Lampiran 10. Data biomasa basah dan kering lamun di Pulau Pramuka Stasiun Substasiun Biomas basah (grm/m 2 ) Biomas Kering (grm/m 2 ) Atas Bawah Atas Bawah 111 4,656 5,9376 0,8187 6,7563 112 113 0,6705 2,4300 0,1964 2,6264 121 1,8554 1,3906 0,4246 1,8152 1 122 0,0063 0,7508 0,0042 0,7550 123 0,0048 0,0418 0,0038 0,0456 131 1,0837 0,0675 0,2554 0,3229 132 133 2,3787 9,469 0,7613 10,2303 Rata-rata 33,9344 50,2376 94,7067 11,6190 211 1,1421 3,2539 0,4167 3,6706 212 0,8326 0,3036 0,3036 213 1,7938 221 0,0675 0,7201 0,7201 2 222 1,2973 0,3164 0,4414 0,7578 223 0,0237 231 0,0265 232 233 6,3357 Rata-rata 17,7256 15,7449 58,7935 5,4771 311 10,2369 33,5813 1,9492 21,6950 312 8,2280 6,5955 1,8009 2,0991 313 2,1327 4,2441 1,1582 1,4451 321 9,8775 5,4304 0,1121 1,7793 3 322 0,4372 1,5328 1,6331 0,5039 323 1,9692 4,6451 0,1613 1,5045 331 0,1392 0,1617 0,5102 0,0993 332 19,2866 50,4990 5,3158 25,6211 333 Rata-rata 246,6162 503,0170 59,5983 258,1202 Total rata-rata 104,1996 218,8391 25,5648 130,0504

68 Lampiran 11. Data biomasa basah dan kering lamun di Pulau Kelapa Dua Stasiun Substasiun Biomas basah (grm/m 2 ) Biomas Kering (grm/m 2 ) Atas Bawah Atas Bawah 111 0,1800 0,1733 0,0730 0,0839 112 0,0369 0,0890 0,0284 0,0712 113 1,8989 2,0209 0,6367 0,8684 114 1,4019 6,8585 0,4686 2,7886 115 0,5767 0,3259 0,1854 0,2188 121 0,0874 0,6224 0,0242 0,2772 122 1,3852 2,1268 0,5099 0,7489 1 123 0,6465 1,8253 0,2825 0,9684 124 125 131 1,2987 5,2869 0,3921 2,8868 132 1,2256 7,7322 0,4490 4,2266 133 2,4703 10,1723 0,7187 4,7030 134 135 Rata-rata 23,7964 31,7151 105,3580 10,6636 211 0,0492 0,1462 0,0308 0,1140 212 1,9551 6,9157 0,7667 3,8205 213 1,5433 4,7430 0,4502 2,0137 214 0,6095 0,3271 215 221 0,1015 0,5544 0,0343 0,2582 222 0,5562 11,2779 0,1793 4,3645 2 223 0,7591 16,6314 0,2466 11,1314 224 2,2017 5,2075 0,4385 2,8628 225 231 232 0,3718 0,8520 0,1256 0,2643 233 234 235 Rata-rata 16,0040 21,3297 132,8172 6,4290 311 0,6048 0,2545 312 3,3857 8,8406 1,2605 5,7562 313 0,3848 1,0043 0,1040 0,3681 314 315 321 0,1086 0,2805 0,0606 0,1351 322 0,0036 0,0999 0,0026 0,0644 3 323 0,0089 0,1579 0,0059 0,1268 324 325 331 332 1,8188 0,7721 333 334 335 Rata-rata 33,0357 108,7165 12,1698 63,4737 Total Rata-rata 28,6935 115,6305 9,7541 61,7147

69 Lampiran 12. Data pertumbuhan daun lamun di Pulau Pramuka TAG Jenis Panjang Daun I II III Pertumbuhan Rata-rata total Pertumbuhan rata2 daun utuh 17 Thalassia hemprichii 4,14 6,26 3,07-0,535 2,12 4,96 6,7 2,62-1,17 1,74 2,58 2,99 3,64 0,53 0,41 Cymodocea rotundata 3,63 4,11 4,50 0,435 0,48 4,12 0,72 2,66 5 Cymodocea rotundata 5,97 4,85 0,55-2,71 1,51 2,44 0,44 1,11 19 Enhalus acoroides 23,77 16,02-7,75 23,28 18,33-4,95 5,83 14 Thalassia hemprichii 3,85 1,15 2,38-0,735 1,23 5,65 3,24 4,01-0,82 0,77 1,83 2,16

70 Lampiran 13. Data pertumbuhan daun lamun di Pulau Kelapa Dua TAG Spesies Panjang Daun Pertumbuhan Pertumbuhan I II III Rata-rata total rata2 daun utuh 4 Thalassia hemprichii 2,31 3,34 6,56 2,125 2,125 2,51 2,13 1,91-0,3 4,02 4,3-4,02 1,66 4,43 2,77 2,77 5 Cymodocea rotundata 2,72 4,76 7,43 2,355 2,355 5,64 8,58 5,36-0,14 2,94 11,61 12,59 0,98 0,98 0,66 0,66 0,66 Thalassia hemprichii 6,41 5,76 1,16 7,76 13 Thalassia hemprichii 7,29 2,76 8,55 12,61 2,03 2,03 5,83 10,76 2,465 2,465 0,9 0,9 9 Cymodocea rotundata 7,64 9,47 6,13-0,755 1,83 2,51 8,68 9,24 3,365 3,365 1,88 2,25 4,69 1,405 1,405 14 Cymodocea rotundata 2,41 3,9 1,49 1,49 2,19 5,02 6,16 1,14 1,51 2,25 1,125 0,74 1,54 1,54 6 Halodule uninervis 7,45 8,1 7,2-0,125 4,66 1,92 4,55 2,275 2,63 0,91 0,91 13 Thalassia hemprichii 2,54 5,89 13,15 5,305 7,26 1,27 2,02 6,16 2,445 2,445 1,92 1,45 5,22 1,65 1 Halodule uninervis 8,53 9,28 7,8-0,365 0,75 6,58 1,87-4,71 3,63 6,86 9,11 2,74 2,74 1,79 1,79 Thalassia hemprichii 12,62 8,81 10,87 2,06 2,06 1,75 5,8 6,56 2,405 2,405 1,11 1,11 2,56 2,56 11 Thalassia hemprichii 7,91 9,58 1,67 1,67 2,44 6,75 2,71-4,04 3,31 7,7 4,39 4,39 3 Thalassia hemprichii 2,17 5,51 7,56 2,05 2,05 2,16 5,79 3,63 3,63 4,06 2,88 2,88

71 Lampiran 14. Foto kegiatan penelitian Kawasan transplantasi Pulau Pramuka Kawasan transplantasi Pulau Kelapa Dua Pengamatan lamun di Pulau Pramuka Pengamatan lamun di Pulau Kelapa Dua Penandaan pada daun lamun Unit transplantasi metode Plugs Pengambilan sampel substrat Unit transplantasi yang siap ditanam dengan corer