BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sistem 2.1.1.1. Pengertian Sistem Menurut A.Hall (2001:5), sebuah sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. Melalui sistem maka penyelenggaraan operasional perusahaan diharapkan dapat terjalin rapi dan terkoordinasi. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:5), sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian sistem bahwa sistem adalah prosedur/tahapan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang sama. 2.1.1.2. Elemen Sistem Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem (http://id.wikipedia.org/wiki/sistem), yaitu : a. Tujuan Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda. b. Masukan Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud
(tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan). c. Proses Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. d. Keluaran Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. e. Batas Batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana. f. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback). Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. g. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem. 2.1.2. 2.1.2.1. Pengertian Menurut PSAP No.5 yang termuat dalam PP No.71 Tahun 2010 menjelaskan bahwa persediaan merupakan aset yang berupa: a. Barang/ perlengkapan (Supplies) yang akan digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah; seperti barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa. b. Bahan/ perlengkapan (Supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi;
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; seperti bahan yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian. Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya alat-alat pertanian setengah jadi. d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan. dapat terdiri dari: 1) Barang konsumsi; 2) Barang amunisi; 3) Bahan untuk pemeliharaan; 4) Suku cadang; 5) untuk tujuan strategis/ berjaga-jaga, seperti: cadangan energi misalnya minyak, cadangan pangan misalnya beras, dan Dinas Sosial menyiapkan kantong mayat. 6) Materai, pita cukai, dan leges. 7) Bahan baku; 8) Barang dalam proses/ setengah jadi 9) Tanah/ bangunan untuk dijual/ diserahkan kepada masyarakat; 10) Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat contohnya sapi, kuda, ikan, benih padi dan bibit tanaman. dalam kondisi rusak tidak dilaporkan dalam neraca tetapi dicatat dalam catatan atas laporan keuangan. 2.1.2.2. Pengakuan dan Pengukuran diakui: a. Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. b. Pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau kepenguasaannya berpindah. hasil inventarisasi fisik. Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan disesuaikan dengan disajikan sebesar: a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/ rampasan. dapat dinilai dengan menggunakan: a. Metode sistematis seperti FIFO atau rate-rate tertimbang. b. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam jenis. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir. Harga pokik produksi persediaan dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis. hewan dan tanaman yang dikembangbiakan dinilai dengan menggunakan nilai wajar. Harga/ nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar asset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar. 2.1.2.3. Beban dan pengungkapan Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods). Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajiaan laporan operasional. Dalam hal persediaan dicatat secara perpeptual, maka pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan. Dalam hal persediaan dicatat secara priodik maka pengukuran pemakain persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembeliaan atau perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan.
Laporan keuangan mengungkapkan: a. Kebijakan Akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan. b. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahakan kepada masyarakat. c. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang. 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahun Peneliti Judul Uraian 2010 Putri Wuland ari 2010 Putri Rahma Febriani P Analisis Sistem Informasi Akuntansi Secara Komputeri sasi Pada PT Amal Tani Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Barang Dagang Pada Perum Bulog Subdivisi 1 Bandung Dengan Mengguna Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas sistem informasi persediaan secara komputerisasi di PT. Amal Tani kurang efektif, selain itu hasil penelitian menunjukkan walaupun pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan telah cukup baik, namun masih ada faktorfaktor tertentu yang menimbulkan keterlambatan proses penyusunan laporan persediaan. Penulis menyarankan agar perusahaan meningkatkan kualitas SDM yang ada melalui pelatihanpelatihan, mengganti sistem batch dengan sistem real time. Sistem Informasi Akuntansi Barang Dagang Pada Perum BULOG Bandung masih belum memenuhi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) akan tetapi menggunakan standar Dasar Akuntansi Bulog (DAB) sehingga dalam penggunaan dan pencatatan akuntansi masih sulit dipahami. Selain itu, dalam proses pembuatan laporan keuangan dan laporan persediaan masih menggunakan Microsoft Excel yang telah di Hyperlink sehingga membutuhkan
kan Microsoft Visual Basic 6.0 Dan Sql Server 2000 Berbasiska n Client Server Tabel.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu waktu yang relatif lama dan informasi yang di butuhkan kurang akurat. Dengan adanya Sistem Informasi Akuntansi barang Dagang ini, dapat memudahkan perusahaan dalam proses pembuatan laporan keuangan dan laporan persediaan. Sistem Informasi Akuntansi persediaan barang Dagang ini berbasis komputer dan menggunakan database sebagai penyimpanan data. 2.3. Kerangka Konseptual merupakan salah satu komponen Barang Milik Negara (BMN) yang penyajiannya tidak dapat dipisahkan didalam laporan Barang Milik Negara, sebagaimana diatur dalam standart akuntansi pemerintahan PSAP No.5. Dengan semakin berkembangnya tekhnologi informasi dan kompleksnya transaksi persediaan menuntut pemerintah untuk mencatat/record transaksi persediaan yang dilakukan secara komputerisasi dalam bentuk aplikasi persediaan yang mampu mensederhanakan transaksi dan meminimalisir kesalahan yang mungkin akan terjadi jika dicatat secara manual. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Input Kanwil BPN Record Proses Aplikasi Output Ou Buku Laporan Lap. Rincian Lap. Posisi di Gambar.1 Skema Kerangka Konseptual