INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) SERENTAK Tingkat provinsi (7 daerah) Tingkat kabupaten / kota. Aceh (Kota, 4 daerah dan Kabupaten, 16 daerah)

DAFTAR NAMA DAERAH PESERTA KEGIATAN PEMANTAPAN DUKUNGAN PENGGUNAAN TI DALAM PROSES PENCALONAN PILKADA 2017 GELOMBANG I JUMAT, 29 JULI 2016

Nomor : Sifat Lampiran : Perihal. r1.9/s/8/2a"5. Pengadaan Perlengkapan Pemungutan Suara keperluan Pemilihan Tahun 2017 melalui e-katalog.

RAKORNAS PEMANTAPAN PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK 2017

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T)

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM R E P U B L I K I N D O N E S I A JL. M.H. TAMRIN NO. 14 JAKARTA PUSAT N O T A D I N A S

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T)

RINCIAN PEMBIAYAAN DEKONSENTRASI TAHUN ANGGARAN 2014 BIDANG MINERAL DAN BATUBARA

DAFTAR DAERAH DAN JUMLAH PIUTANG AWAL DANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN SK DAN SOP (DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID) KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 (UPDATED 12 APRIL 2016)

Tabel 2 Perkembangan dan Proyeksi Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Tertinggal KODE KABUPATEN

A. GAMBARAN UMUM. pada tanggal 14 Juli KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota saat ini sedang memasuki tahapan Kampanye

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T)

Daftar Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR KAB/ KOTA REKRUI TMEN SAKTI PEKSOS

DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN SK DAN SOP (DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID) KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 (UPDATED 5 FEBRUARI 2016)

B. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota Wilayah Indonesia Barat

Daftar Instansi Pemerintah Daerah Yang Mendapatkan Formasi Khusus Tenaga Dokter PTT 2014 Keadaan sampai dengan 12 Agustus 2014

BAWASLU DALAM ANGKA PILKADA SERENTAK 2017 BAWASLU BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INDEKS KERAWANAN PILKADA 2015

Luas Kawasan Mangrove Per Kabupaten

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL

Daftar Daerah Tertinggal

DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

Analisis Belanja Infrastruktur D i a n t a r a J a l a n B e r l u b a n g. T. Triansa Putra Banda Aceh, 26 Februari 2013

PENGAJUAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016

DAFTAR USULAN PENILAIAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA (UPDATE JANUARI 2016)

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016

DAFTAR KABUPATEN / KOTA YANG BELUM MENYALURKAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PERIODE JANUARI - MARET TAHUN 2011 Status 17 Maret 2011 ACEH

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.32/MEN/2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN MINAPOLITAN

Lampiran Surat Nomor : 331/KN.320/J/07/2016 Tanggal : 14 Juli 2016

KAB/KOTA PRIORITAS SASARAN DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA JENJANG SMK TAHUN 2012

PENGUMUMAN. Nomor : Peng/ 02 /VII/SU/KP.02.00/2017/BNN

Lampiran 1 Nomor : 7570 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan

DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2015


ALOKASI TRANSFER KE DAERAH (DBH dan DAU) Tahun Anggaran 2012 No Kabupaten/Kota/Provinsi Jenis Jumlah 1 Kab. Bangka DBH Pajak 28,494,882, Kab.

PENGUMUMAN

DAERAH JUMLAH PROPINSI (A)

Mewujudkan Profesionalisme ASN dengan Perangkat & kewenangan yang terbatas?

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG

M E M O R A N D U M NO. 072 /Dt.2.3.M/05/2017

RINCIAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DALAM APBN T.A. 2018

Prof. Dr. Muhammad (Ketua Bawaslu RI)

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KAB/KOTA PRIORITAS SASARAN DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA JENJANG SMP TAHUN 2012

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PEMBEKALAN DOKTER/DOKTER GIGI PTT PERIODE SEPTEMBER 2013 PROVINSI LULUSAN DKI JAKARTA

LAMPIRAN XV PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

SARANA PRASARANA PENGOLAHAN YANG DIBANGUN DITJEN P2HP,

INDEKS KERAWANAN PEMILU PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2018

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

NO. JUMLAH PENCA BERAT NO. JUMLAH PENCA BERAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA

PROGRAM BANTUAN PREMI ASURANSI BAGI NELAYAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Lampiran Surat No: UM DC/348.1 Tanggal: 21 Agustus 2015

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)

NAMA SATKER LINGKUP BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I

PENYALURAN DANA DESA TAHAP I TAHUN 2016

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/P/2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

KAWASAN PERKEBUNAN. di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014

Lampiran 1 Nomor : 6517 /D.3.2/06/2017 Tanggal : 22 Juni Daftar Undangan

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 07/PMK.07/2011 TENTANG

PENYALURAN DANA DESA TAHAP I TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN PER SATKER PER KEWENANGAN TAHUN ANGGARAN 2015 KONDISI PER TANGGAL 4 JULI 2015

LAMPIRAN XIX PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

DAERAH BELUM MENYAMPAIKAN LAPORAN PENYALURAN DANA DESA TAHAP I DAN TAHAP II

JUMLAH MASYARAKAT MISKIN DAN TIDAK MAMPU PER PROPINSI/ KABUPATEN/KOTA UNTUK JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2009

I (satu) berkas Pelaksanaan Tahapan Pencalonan

PENYALURAN DANA DESA TAHAP I TAHUN 2016

Nomor : UND/947/S.PAN-RB/09/ September 2015 Lampiran : 1 (satu) exp. Hal : Rapat Koordinasi Penyusunan Soal TKB

Profile Permohonan Sengketa Hasil Pilkada di Mahkamah Konstitusi Tahun 2017

Catatan : 26 Mei 2017

PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2 yang didanai melalui Dana Tugas Pembantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2

HASIL PENGAWASAN TAHAPAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2018 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM

LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 517 K/81/MEM/2003 TANGGAL : 14 April 2003

LAMPIRAN 2 KABUPATEN/KOTA DISETUJUI

DAERAH OTONOM BARU (DOB)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL NOMOR : 040/PER/M-PDT/II/2007 TENTANG

PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN SATKER LINGKUP BKP PER 11 NOVEMBER 2013

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMA KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 JML. PESERTA PROVINSI

Transkripsi:

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 i

TIM PENYUSUN Pengarah 1. Prof. Dr. Muhammad, S.IP., M.Si 2. Nasrullah, S.H., M.H. 3. Ir. Nelson Simanjuntak, S.H. 4. Endang Wihdatiningtyas, S.H. 5. Daniel Zuchron Pembina Gunawan Suswantoro, S.IP., M.Si. Penanggung Jawab Ferdinand Eskol Tiar Sirait Ketua Tim Feizal Rahman Wakil Ketua 1. R. Alief Sudewo 2. Fathul Andi Rizky Harahap Tim Peneliti 1. Dirga Ardiansa, S.IP., M.Si.(Koor) 2. Rikson Nababan 3.Yusfitriadi 4. M. Afiffudin 5. Masykuruddin Hafidz 6. Sunanto 7. Toto Sugiarto 8. Veri Junaedi 9. Jojo Rohi 10. Erik Kurniawan 11. Tarmizi 12. Muslim Aisha 13. Abdul Ghofur 14. Siti Khofifah 15. Nurlia Dian Paramitha 16. Muamarullah Sekretariat 1. Ike Meisye Laksmi 2. Djoni Irfandi 3. Andika Asykar 4. Inti Priswari 5. Abdul Rahman Mansyur 6. Adriansyah Pasga Dagama 7. M. Qodri Imaduddin 8. Anjar Arifin ii

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-nya Indeks Kerawanan Pemilihan Umum (IKP) Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2017 ini dapat diselesaikan. IKP 2017 ini merupakan salah satu produk hasil penelitian Bawaslu RI terhadap pelaksanaan pemilihan umum (pemilu), baik Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). IKP 2017 merupakan upaya dari Bawaslu RI untuk melakukan pemetaan dan deteksi dini terhadap berbagai potensi pelanggaran dan kerawanan dalam menghadapi pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak tahun 2017. Kerawanan yang dimaksud adalah berbagai hal yang berpotensi mengganggu atau menghambat proses Pemilu yang demokratis. Pada tahun 2017, terdapat 101 daerah yang akan melaksanakan Pilkada, yang terdiri dari 7 provinsi dan 94 kabupaten/kota. Bawaslu menyusun IKP di 101 daerah tersebut dengan mengukur 3 (tiga) aspek utama yang saling berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu yang demokratis. Ketiga aspek tersebut adalah aspek penyelenggaraan, aspek kontestasi, dan aspek partisipasi. Dari ketiga aspek tersebut, kami merumuskannya menjadi 10 variabel dan 31 indikator. Hasil pengukuran dari masing-masing aspek, variabel, dan indikator 101 daerah tersebut yang kemudian Bawaslu susun menjadi IKP 2017. iii

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan dan Kegunaan Indeks Kerawanan Pemilu 2 Definisi dan Operasionalisasi Konsep 3 Tahapan Penyusunan IKP 2017 6 Data dan Metode 8 Metode Pengukuran dan Analisis Data 8 Gambaran Umum Hasil Indeks Kerawanan Pemilu (Pilkada 2017) 9 HASIL SKOR DIMENSI, VARIABEL, DAN INDIKATOR 27 Dimensi Penyelenggaraan 27 Dimensi Kontestasi 43 Dimensi Partisipasi 59 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 75 Kesimpulan 75 Rekomendasi Internal 77 Rekomendasi Eksternal 78 LAMPIRAN 83 V

viii

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Republik Indonesia merupakan lembaga negara yang memiliki tugas dalam pengawasan baik dalam penindakan dan pencegahan. Dalam konteks pencegahan dalam pengawasan pemilu, maka diperlukan upaya pemetaan yang lebih komprehensif terkait potensi pelanggaran dan kerawanan dalam penyelenggaraan pemilu. Oleh karena itu, serangkaian kajian dan analisis secara deret waktu (time series) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan publik dan para stakeholders akan informasi yang akurat dan valid. Penguatan dan peningkatan kapasitas riset terus dilakukan Bawaslu RI guna menghasilkan analisis dan kajian kepemiluan yang bisa diandalkan. Hal tersebut dilakukan seiring dengan revitalisasi peran dan fungsi Bawaslu sebagai pusat kajian dan analisis kepemiluan di Indonesia. Dalam pelaksanaan tugas di atas, Bawaslu menyusun Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) sebagai suatu rangkaian riset yang menjadi dasar perumusan kebijakan, program dan strategi dalam konteks pengawasan di bidang kepemiluan. Melalui pendekatan pencegahan, IKP dibutuhkan sebagai instrumen deteksi dini dari potensi kerawanan di setiap wilayah yang hendak melangsungkan Pilkada. Harapannya segala bentuk potensi kerawanan dapat diantisipasi, diminimalisasi, dan dicegah. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap proses dan hasil Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) Pilkada 2015 lalu, terdapat beberapa 1

hal yang telah diperbaiki dan dirumuskan ulang untuk perbaikan pelaksanaan IKP tahun 2017. Perbaikan dimaksud meliputi (1) Perumusan tujuan dan kegunaan Indeks Kerawanan Pemilu (Pilkada); (2) Definisi konseptual dari Kerawanan Pemilu; (3) Operasionalisasi konsep yang meliputi penentuan dimensi, variabel, indikator, dan item indikator berupa pertanyaan; (4) Melakukan pembobotan ulang setiap variabel dan indikator melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) yang melibatkan para ahli dalam expert judgement, (terdiri dari para akademisi, praktisi dan kementerian/lembaga terkait); serta (5) Perubahan mekanisme pengukuran dan analisis instrumen Indeks Kerawanan Pemilu. Dalam melakukan sejumlah perbaikan di atas, pada pelaksanaan riset Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) tahun 2017, Bawaslu memfasilitasi proses perbaikan dan penyusunan instrumen IKP untuk periode pelaksanaan tahun 2017. Bawaslu melakukan serangkaian workshop yang lebih intensif serta pelibatan berbagai pihak yang lebih luas. Proses riset melibatkan berbagai pihak yang terdiri dari akademisi, praktisi, dan pegiat di bidang kepemiluan serta kementerian/ lembaga terkait. Bawaslu juga melibatkan seluruh Bawaslu Provinsi dan Panwas Kabupaten/kota dalam proses pengumpulan data. TUJUAN DAN KEGUNAAN INDEKS KERAWANAN PEMILU (1) Melakukan pemetaan dan deteksi dini dalam menentukan wilayah-wilayah prioritas yang didentifikasi sebagai wilayah rawan dalam proses pemilu yang demokratis; (2) Mengidentifikasi ciri, karakteristik, dan kategori kerawanan dari berbagai wilayah yang akan melangsungkan pemilu; (3) Sebagai referensi dalam menentukan strategi dan langkahlangkah antisipasi, pencegahan, dan meminimalisasi 2

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 kerawanan pelaksanaan pemilu. Indeks Kerawanan Pemilu selain berguna bagi internal Bawaslu RI juga berguna bagi stakeholders (kementerian dan lembaga negara, institusi akademik, masyarakat sipil, media, serta publik secara luas). Indeks Kerawanan Pemilu bisa dijadikan sumber data rujukan dalam produksi data, informasi, dan pengetahuan serta rekomendasi dalam mengambil keputusan, terutama untuk langkah-langkah antisipasi terhadap berbagai hal yang dapat menghambat dan mengganggu proses pemilu di berbagai daerah di Indonesia. DEFINISI DAN OPERASIONALISASI KONSEP Konsep pemilihan umum yang demokratis bersandar pada dua dimensi penting yakni kontestasi dan partisipasi (Robert Dahl, 1982). Kontestasi yakni menyangkut subjek peserta pemilu (partai politik dan kandidat) yang saling berkompetisi dalam meraih posisi politik terntentu. Dalam dimensi kontestasi, akan dilihat seberapa adil dan setara proses kompetisi yang berlangsung diantara para kontestan. Sementara dimensi partisipasi menyangkut subjek masyarakat sebagai pemilih yang memiliki hak. Dimensi ini melihat bagaimana hak masyarakat dijamin serta diberikan ruang keterlibatan untuk mengawasi dan mempengaruhi dalam proses pemilihan umum. Selain dua dimensi yang menjadi dasar dalam pemilihan umum yang demokratis juga ada satu hal yang berpengaruh dalam literasi kontemporer manajemen pelaksanaan pemilu yakni faktor penyelenggaraan pemilu yang dilakukan oleh subjek penyelenggara pemilu. Hal ini terkait bagaimana integritas dan profesionalitas penyelenggara dalam menjamin pemilu berjalan demokratis. Mengacu pada tiga konsep dasar di atas dalam workshop yang diikuti oleh para ahli yang terdiri dari akademisi, pegiat pemilu 3

dan unsur kementerian/lembaga terkait dirumuskan definsi tentang kerawanan pemilu serta bagaimana mengukur kerawanan melalui berbagai dimensi, variabel, dan indikator. Definisi dari konsep Kerawanan Pemilu (Pilkada) : Segala hal yang berpotensi mengganggu atau menghambat proses pemilu yang demokratis Berdasarkan definsi di atas operasionalisasi Konsep Kerawanan Pemilu terdiri dari: 3 Dimensi, 10 Variabel, dan 31 Indikator yang masing-masing memiliki bobot kontribusi yang berbeda. Proses pemberian bobot dilakukan melalui metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang melibatkan para ahli dalam expert judgement. Hasilnya dapat dilihat di tabel berikut: Tabel 1 : Pembobotan Dimensi, Variabel, dan Indikator Dimensi, Variabel, dan Indikator DIMENSI 1 : Penyelenggaraan Integritas Penyelengara (variabel 1) Netralitas Penyelenggara (Indikator 1) Penyalahgunaan Wewenang (Indikator 2) Profesionalitas Penyelenggara (variabel 2) Penganggaran untuk penyelenggara (Indikator 3) Ketegasan penyelenggara dalam pelaksanaan tahapan (Indikator 4) Kualitas DPT (Indikator 5) Penyediaan akses informasi oleh penyelenggara (Indikator 6) Dukungan kesekretariatan (indikator 7) Bobot 30% 20.1% 11.9% 8.2% 7.1% 1.1% 2.1% 2.7% 0.7% 0.6% Kekerasan terhadap Penyelenggara (variabel 3) Perusakan terhadap fasilitas penyelenggara (Indikator 8) Kekerasan fisik terhadap penyelenggara 4 BADAN PENGAWAS (Indikator PEMILIHAN 9) UMUM REPUBLIK INDONESIA Intimidasi terhadap penyelenggara (Indikator 10) 2.7% 0.7% 1.5% 0.5%

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 Dimensi, Variabel, dan Indikator DIMENSI 2 : Kontestasi Pencalonan (variabel 4) Dukungan ganda calon independen (Indikator 11) Dukungan ganda oleh partai politik (Indikator 12) Identifikasi petahana yang mencalonkan diri (Indikator 13) Identifikasi sengketa pencalonan (Indikator 14) Kampanye (variabel 5) Substansi materi kampanye (Indikator 15) Pelaporan praktik politik uang (Indikator 16) Penggunaan fasilitas negara (Indikator 17) Kontestan(variabel 6) Kepengurusan ganda partai politik (Indikator 18) Konflik antar peserta (kandidat, timses, pendukung) (Indikator 19) Kekerabatan (variabel 7) Identifikasi hubungan keluarga / kekerabatan calon (Indikator 20) DIMENSI 3 : Partisipasi Hak Pilih (variabel 8) Pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya (indikator 21) Laporan tidak tercatatnya pemilih dalam DPT (Indikator 22) Karakteristik Lokal (variabel 9) Kategori kemiskinan masyarakat (Indikator 23) Tantangan geografis (Indikator 24) Kondisi budaya patriarki (Indikator 25) Pengaruh pemuka agama/adat (Indikator 26) Bobot 35% 7.9% 0.7% 4.5% 1.3% 1.5% 17.2% 2.7% 6.3% 8.2% 4.7% 1% 3.7% 5.4% 5.4% 35% 8.2% 1.9% 6.3% 11.1% 1.4% 2.7% 2.1% 4.9% 5

Dimensi, Variabel, dan Indikator Pengawasan /kontrol masyarakat (variabel 10) Keberadaan pemantau pemilu (CSO, NGO, Ormas) (Indikator 27) Akses Partisipasi kelompok diasibilitas (Indikator 28) Pemberitaan media atas laporan masyarakat & penyelenggara (Indikator 29) Jumlah laporan pelanggaran dan pemantauan oleh warga negara (Indikator 30) Kekerasan terhadap pemilih (Indikator 31) Bobot 15.5% 1.6% 1.1% 4.6% 1.2% 7% TAHAPAN PENYUSUNAN IKP 2017 Dalam pelaksanaan riset Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) 2017 ada beberapa rangkaian tahapan yang dilalui: Workshop Workshop Evaluasi IKP 2015 Workshop penyusunan devinisi konseptual (penentuan dimensi, variabel, indikator) dan pembobotan expert judgment Sosialisasi dan pengumpulan data Sosialisasi ke daerah Pengumpulan data Proses verifikasi dan skoring Verifikasi dan konfirmasi data Skoring Finalisasi skoring/ penetapan indeks Skoring penyusunan indeks melalui metode AHP Workshop penyusunan instrumen pengumpulan data Penulisan Laporan Akhir 6

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 Workshop (Januari s.d Juni 2016) Rangkaian workshop diawali dengan proses evaluasi atas hasil dan instrumen IKP 2015. Workshop dilanjutkan dengan perumusan, penyusunan, dan penetapan instrumen IKP 2017, termasuk penentuan prioritas dan bobot nilai dilakukan melalui metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan software komputasi yang dilakukan oleh Bawaslu, akademisi, praktisi dan pegiat kepemiluan. Sosialisasi (Juni - Juli 2016) Proses sosialiasi dan penjelasan pengisian instrumen dilakukan kepada Bawaslu Provinsi dan Panwas Kabupaten/kota. Proses pengumpulan dan pengisian data dilakukan selama 1 bulan oleh Bawaslu Propinsi dan Panwas kabupaten/kota. Verifikasi dan Skoring (Juli Agustus 2016) Proses verifikasi dan konfirmasi data dengan menghadirkan Bawaslu Propinsi dan Panwas Kabupaten/Kota. Proses skoring oleh Bawaslu Provinsi dan Panwas Kabupaten/Kota (sebagai salah satu komponen skoring). Proses skoring akhir oleh peneliti berdasarkan triangulasi data isian dan data skoring Bawaslu Provinsi dan Panwas Kabupaten/Kota. Hasil Skoring akhir seluruh indikator untuk tiap wilayah akan diperbandingkan satu per satu secara berpasangan antar wilayah dengan metode AHP. Penyusunan Laporan Akhir (Agustus 2016) 7

DATA DAN METODE Sumber data dalam penyusunan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) Pilkada 2017 terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer disusun dan dikumpulkan berdasarkan isian data item indikator yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi dan Panwas Kabupaten/Kota, serta dilakukan proses verifikasi dan validasi data melalui wawancara tatap muka oleh peneliti. Data Sekunder merupakan data resmi yang bersumber dari DKPP, KPU, kementerian/lembaga, dan media. Proses pengumpulan data dilakukan dalam beberapa langkah. Pertama, Tim peneliti menyusun kerangka item data indikator yang terdiri dari 2 jenis data baik primer maupun sekunder (kerangka item data terlampir dalam lampiran laporan). Kedua, Bawaslu Provinsi dan Panwas Kabupaten/Kota melakukan pengumpulan data di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan pada kerangka item data selama kurun waktu satu bulan. Ketiga, tim peneliti melakukan proses verifikasi dan validasi isian item data indikator dengan wawancara tatap muka kepada Bawaslu Provinsi dan Panwas Kabupaten/Kota. METODE PENGUKURAN DAN ANALISIS DATA Pengukuran untuk menghasilkan skor akhir IKP menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini bekerja dengan cara membandingkan secara berpasangan (pairwise comparison) setiap wilayah (Provinsi atau Kabupaten/Kota) satu persatu untuk tiap indikator. Prinsip kerja penentuan skor akhir melalui metode AHP seperti layaknya kompetisi yang mempertemukan head to head setiap wilayah pilkada 2017 untuk menghasilkan klasemen peringkat. 8

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 Tabel 2 : Kategori skor IKP Skor Kategori Keterangan 0 1,99 Kerawanan Rendah 2,00 2,99 Kerawanan Sedang 3,00 5,00 Kerawanan Tinggi Indikasi kerawanan relatif kecil cenderung tidak rawan Ada indikasi potensi kerawanan yang cukup signifikan sehingga perlu diperhatikan dan diantisipasi Ada indikasi potensi kerawanan yang signifikan yang perlu diperhatikan, diantisipasi serta diambil langkah-langkah untuk meminimalisasi kerawanan GAMBARAN UMUM HASIL INDEKS KERAWANAN PEMILU (PILKADA 2017) Hasil IKP 2017 Pilkada Provinsi Terdapat tujuh Provinsi yang melaksanakan Pilkada di tahun 2017, yaitu Aceh, Bangka Belitung, Banten, Jakarta, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Dari hasil skor akhir yang merangkum nilai dari keseluruhan dimensi (Penyelenggaraan, Kontestasi, dan Partisipasi), terdapat tiga daerah yang berada pada kategori kerawanan tinggi (skor 3). Daerah tersebut secara berurutan dari yang tertinggi yaitu Papua Barat (3,38), Aceh (3,32) kemudian Banten (3,13). Sementara sisanya adalah daerah dengan kategori kerawanan sedang (skor antara 2,00 2,99), daerah tersebut secara berurutan adalah Sulawesi Barat (2,36), Jakarta (2,29), Bangka Belitung (2,29) dan Gorontalo (2,01). Secara keseluruhan, tingkat kerawanan bagi Pilkada tingkat Provinsi terbagi dalam dua kerawanan yaitu kerawanan tinggi dan kerawanan sedang. 9

Tabel 3 : Skor IKP 2017 Provinsi No Propinsi Total IKP Dimensi Penyelenggaraan Dimensi Kontestasi Peringkat IKP (Bobot AHP) Nilai Rata-rata Nilai Ratarata Dimensi Partisipasi Nilai Ratarata Tertinggi-Terendah Range 0-5 Range 0-5 Range 0-5 Range 0-5 1 Papua Barat 3.381 3.378 2.917 2.667 2 Aceh 3.327 3.267 3.125 3.000 3 Banten 3.147 3.133 3.708 2.433 4 Sulawesi Barat 2.367 2.556 2.083 2.233 5 DKI Jakarta 2.297 1.822 2.958 1.500 6 Kep. Bangka 2.293 1.956 2.625 1.900 Belitung 7 Gorontalo 2.015 1.556 2.083 2.067 Dimesi Penyelaenggara Integritas Penyelenggara Profesionalitas Penyelenggara Kekerasan Terhadap Penyelenggara No Nama Daerah Bobot 20.1% Bobot 7.1% Bobot 2.7% Range 1-5 Range 1-5 Range 1-5 1 Papua Barat 4,00 3,80 2,33 2 Aceh 3,00 3,80 3,00 3 Banten 3,00 3,40 3,00 4 Sulawesi Barat 3,00 3,00 1,67 5 DKI Jakarta 2,00 1,80 1,67 6 Kep. Bangka Belitung 2,00 2,20 1,67 7 Gorontalo 2,00 1,00 1,67 10

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 No Nama Daerah Dimensi Kontestasi Pencalonan Kampanye Kontestan Kekerabatan politik Calon Bobot 7,9% Bobot 17,2% Bobot 4,7% Bobot 5,4% Range 1-5 Range 1-5 Range 1-5 Range 1-5 1 Papua Barat 3,00 3,67 2,00 3,00 2 Aceh 3,50 3,00 3,00 3,00 3 Banten 3,50 4,33 2,00 5,00 4 Sulawesi Barat 1,00 2,33 2,00 3,00 5 DKI Jakarta 3,50 4,33 3,00 1,00 6 Kep. Bangka Belitung 2,50 3,00 2,00 3,00 7 Gorontalo 3,00 2,33 2,00 1,00 Dimensi Partisipasi Karakteristik Lokal Keterlibatan Masyarakat Hak Pilih No Nama Daerah Bobot 8,2 % Bobot 11,1% Bobot 15,5% Range 1-5 Range 1-5 Range 1-5 1 Papua Barat 1,00 4,00 3,00 2 Aceh 2,00 4,00 3,00 3 Banten 2,00 3,50 1,80 4 Sulawesi Barat 2,00 2,50 2,20 5 DKI Jakarta 2,00 1,50 1,00 6 Kep. Bangka Belitung 2,00 1,50 2,20 7 Gorontalo 2,00 2,00 2,20 11

Wilayah Kerawanan Tinggi Dari tujuh Provinsi tersebut, kerawanan tinggi di Provinsi Papua Barat terdapat pada dimensi penyelenggaraan (3,37) diikuti dimensi kontestasi (2,91) dan dimensi partisipasi (2,66) yang menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Keputusan dan tindakan penyelenggara Pemilu menjadi faktor dominan atas kerawanan Pilkada di Provinsi Papua Barat. Tingginya kerawanan dimensi penyelenggaraan dikontribusikan oleh aspek integritas (4.00) dan profesionalitas (3,80) penyelenggara Pemilu dibanding kekerasan terhadap penyelenggara (2,33). Sementara dalam dimensi kontestasi, tingginya kerawanan dikontribusikan secara setara oleh aspek aktivitas kampanye (3,67), proses pencalonan (3,50), dan hubungan kekerabatan antarcalon (3,00) dibanding peserta Pemilu (2,00). Terakhir, dimensi partisipasi, aspek paling rawan di Papua Barat adalah aspek karakteristik lokal (4,00) diikuti oleh aspek keterlibatan masyarakat (3,00), dan hak pilih masyarakat (1,00). Daerah kedua dengan kategori kerawanan tinggi adalah Provinsi Aceh. Tingkat kerawanan masing-masing dimensi di Provinsi ini relatif setara. Dimensi penyelenggaraan (3,26), kontestasi (3,12), dan partisipasi (3,00) berkontribusi secara berimbang terhadap kerawanan Pilkada Aceh. Semua pihak dalam pelaksanaan Pilkada Aceh berpotensi menimbulkan kerawanan dengan kategori kerawanan tinggi. Dalam dimensi penyelenggaraan, tingginya kerawanan dikontribusikan secara setara dari aspek profesionalitas penyelenggara (3,80), integritas penyelenggara (3,00), dan kekerasan terhadap penyelenggara (3,00). Tingginya kerawanan dalam level ini juga terdapat pada dimensi kontestasi yang dikontribusikan secara setara oleh aspek pencalonan (3,50), kampanye (3,00), dan peserta Pemilu (3,00). Sementara dimensi partisipasi, kerawanan tinggi dikontribusikan oleh karakteristik lokal (4,00) dan keterlibatan masyarakat (3,00) dibanding hak pilih (2,00). 12

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 Daerah ketiga dengan kategori kerawanan tinggi adalah Provinsi Banten. Aspek kontestasi menjadi dimensi kerawanan paling tinggi (3,70) dibandingkan dimensi penyelenggaraan (3,13) dan partisipasi (2,23) dengan perbedaan yang cukup siginifikan. Adanya hubungan kekerabatan antarcalon yang berpotensi mencalonkan dalam Pilkada Banten menjadi faktor determinan dalam tingkat kerawanan daerah ini. Dalam dimensi penyelenggaraan, ketiga aspek yang diukur dalam kategori ini relatif tingkat kerawanan yang setara yaitu profesionalitas penyelenggara (3,40), integritas penyelenggara (3,00), dan kekerasan terhadap penyelenggara (3,00). Sementara dalam dimensi kontestasi, kekerabatan politik calon menjadi faktor kerawanan dengan skor paling tinggi yaitu (5,00), kampanye (4,33), pencalonan (3,50) dibanding peserta Pemilu (2,00). Adapun dimensi partisipasi aspek paling tinggi kerawanannya adalah karakteristik lokal (3,50) dibanding dengan hak pilih (2,00) dan keterlibatan masyarakat (1,80). Wilayah Kerawanan Sedang Kategori kerawanan sedang terdapat pada Provinsi Sulawesi Barat, DKI Jakarta, Bangka Belitung dan Gorontalo. Tingkat kerawanan daerah ini masing-masing adalah Sulawesi Barat (2,36), Jakarta (2,29), Bangka Belitung (2,29), dan Gorontalo (2,01). Di Provinsi Sulawesi Barat, aspek kerawanan tertinggi terdapat dalam dimensi penyelenggaraan (2,55) dibanding dimensi partisipasi (2,23) maupun dimensi kontestasi (2,08). Dalam dimensi penyelenggaraan, kerawanan tertinggi terletak pada variabel integritas dan profesionalitas penyelenggara (3,00) dibanding dengan kekerasan terhadap penyelenggara (1,67). Sementara dimensi kontestasi memiliki kerawanan tertinggi di variabel kampanye (4,33), pencalonan (3,50), peserta Pilkada (3,00) dan kekerabatan politik calon (1,00). Dimensi partisipasi sendiri memiliki kerawanan 13

tertinggi pada karakteristik lokal (2,50), keterlibatan masyarakat (2,20), dan hak pilih (2,00). Di Provinsi DKI Jakarta, aspek kerawanan tertinggi terdapat dalam dimensi kontestasi (2,95) dibanding penyelenggaraan (1,82) atau dimensi partisipasi (1,50). Dimensi penyelenggaraan memiliki kerawanan pada variabel integritas penyelenggara (2,00), profesionalitas penyelenggara (1,80), lalu kekerasan terhadap penyelenggara (1,67). Sementara dalam dimensi kontestasi, variable paling rawan terdapat pada kampanye (4,33), pencalonan (3,50), peserta Pemilu (3,00) dibandingkan kekerabatan politik calon (1,00). Adapun dalam dimensi partisipasi, variabel rawan tertinggi pada hak pilih (2,00) dibandingkan karakteristik lokal (1,50) dan keterlibatan masyarakat (1,00). Di Provinsi Bangka Belitung, aspek kerawanan terdapat pada dimensi kontestasi (2,62) dibanding dimensi penyelenggaraan (1,95) dan partisipasi (1,90). Dimensi penyelenggaraan mempunyai kerawanan tertinggi pada variabel profesionalitas penyelenggara (2,20) dibanding integritas penyelenggara (2,00) dan kekerasan terhadap penyelenggara (1,67). Sementara dimensi kontestasi, kerawanan tertinggi terdapat pada variabel kampanye (3,00) dan kekerabatan politik calon (3,00) dibanding dengan variabel pencalonan (2,50) dan peserta Pemilu (2,00). Adapun dimensi partisipasi, kerawanan tertinggi terdapat pada keterlibatan masyarakat (2,20) dibandingkan karakteristik lokal (2,00) dan hak pilih (2,00). Di Provinsi Gorontalo, aspek kerawanan terdapat pada dimensi kontestasi (2,08) dan partisipasi (2,06) dibanding penyelenggaraan (1,55). Dimensi penyelenggaraan mempunyai kerawanan tertinggi pada variabel integritas penyelenggara (2,00) dibanding kekerasan terhadap penyelenggaran (1,67) dan profesionalitas penyelenggara (1,00). Sementara dimensi kontestasi mempunyai kerawanan 14

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 tertinggi pada variabel pencalonan (3,00) dibanding dengan variabel kampanye (2,33), peserta Pemilu (2,00), dan kekerabatan politik calon (1,00). Adapun dimensi partisipasi, kerawanan relatif sama pada variabel keterlibatan masyarakat (2,20), hak pilih (2,00), dan karakteristik lokal (2,00). Hasil IKP 2017 Pilkada Kabupaten/Kota Berdasarkan dari skor total IKP mencakup keseluruhan dimensi (Penyelenggaraan, Kontestasi, dan Partisipasi), dari 94 Kabupaten/ kota yang akan melaksanakan Pilkada pada tahun 2017 terdapat 4 (empat) daerah yang masuk dalam kategori kerawanan tinggi, sementara ada 40 (empat puluh) daerah dengan kategori kerawanan sedang dan 50 (lima puluh) daerah dengan kategori kerawanan rendah. Wilayah Kerawanan Tinggi Empat daerah dengan kategori kerawanan tinggi adalah Kabupaten Tolikara (3,50), Kabupaten Intan Jaya (3,30), Kabupaten Nduga (3,24), dan Kabupaten Lanny Jaya (3,03). Kerawanan tinggi di empat wilayah tersebut memiliki pola yang cenderung sama, di mana dimensi penyelenggaraan memiliki skor lebih tinggi dibanding dimensi partisipasi dan kontestasi. Dimensi partisipasi memiliki skor lebih tinggi dibanding dimensi kontestasi. Meskipun keempat daerah tersebut ada dalam tingkat kerawanan tinggi, untuk dimensi kontestasi Kabupaten Lanny Jaya memiliki skor kerawanan rendah. Sementara tiga daerah lainnya masuk dalam skor kerawanan sedang. 15

Tabel 4 : Kabupaten/Kota dengan Tingkat Kerawanan Tinggi Peringkat Kabupaten / Kota TOTAL IKP Dimensi Penyelenggaraan Dimensi Kontestasi Dimensi Partisipasi Peringkat IKP (Bobot 100%) (Bobot 30%) Bobot (35%) Bobot (35%) Tertinggi- Range 0-5 Range 0-5 Range 0-5 Range 0-5 Terendah 1 Tolikara 3,503 4,200 2,500 3,182 2 Intan Jaya 3,301 3,600 2,333 3,182 3 Nduga 3,241 3,400 2,208 3,182 4 Lanny Jaya 3,035 3,600 1,458 3,000 Wilayah Kerawanan Sedang Wilayah dengan kategori kerawanan sedang sebanyak 40 daerah, yaitu: Aceh Tengah (2,91), Kepulauan Yapen (2,88), Takalar (2,87), Kepulauan Mentawai (2,68), Buton (2,65), Mappi (2,64), Jayapura (2,64), Kota Tebing Tinggi (2,64), Tambraw (2,60), Aceh Barat Daya (2,57), Tapanuli tengah (2,57), Kota Jayapura (2,53) dan Puncak Jaya (2,50). Daerah lainnya dengan kategori kerawanan sedang adalah Maybrat (2,47), Aceh Utara (2.45), Sarmi (2.34), Aceh Singkil, (2.32), Kota Cimahi (2.30), Kendari (2.29), Nagan Raya (2.29), Aceh Besar (2.29), Langsa (2.29), Barito Selatan (2.29), Dogiyai (2.27), Musi Banyuasin (2.25), Barito Kuala (2.22), Bombana (2.22), Aceh Timur (2.21), Kampar (2.20), Lhokseumawe (2.19), Maluku Tenggara Barat (2.15), Buol (2.14), Pulau Morotai (2.10), Gayo Lues (2.08), Pekanbaru (2.08), Banda Aceh (2.05), Kota Sabang (2.05), Bekasi (2.05), Sorong (2.05), Brebes (2.00). Meskipun keempat puluh wilayah tersebut berada di kategori kerawanan sedang, ada delapan daerah yang memiliki skor kerawanan tinggi pada dimensi penyelenggaraan. Kedelapan daerah 16

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 tersebut adalah: Kepulauan Yapen (3,00), Tambrauw (3,40), Aceh Barat Daya (3,20), Kota Jayapura (3,00), Puncak Jaya (3,00), Aceh Utara (3,00), Sarmi (3,00) dan Dogiyai (3,00). Tabel 5 : Kabupaten/Kota dengan Tingkat Kerawanan Sedang Peringkat Kabupaten / Kota TOTAL IKP Dimensi Penyelenggaraan Dimensi Kontestasi Dimensi Partisipasi Peringkat IKP (Bobot 100%) (Bobot 30%) Bobot (35%) Bobot (35%) Tertinggi- Range 0-5 Range 0-5 Range 0-5 Range 0-5 Terendah 5 Aceh Tengah 2,915 2,600 2,542 2,091 6 Kep. Yapen 2,885 3,000 2,083 2,636 7 Takalar 2,877 2,400 1,875 2,818 8 Kepulauan 2,681 2,400 1,458 2,636 Mentawai 9 Buton 2,653 2,400 1,708 2,273 10 Mappi 2,649 2,400 2,375 2,636 11 Jayapura 2,645 2,600 2,000 2,636 12 Kota Tebing 2,645 2,800 1,600 2,455 Tinggi 13 Tambrauw 2,601 3,400 1,958 2,636 14 Aceh Barat 2,579 3,200 1,667 2,818 Daya 15 Tapanuli 2,577 2,400 1,583 2,273 Tengah 16 Kota Jayapura 2,531 3,000 1,833 2,091 17 Puncak Jaya 2,505 3,000 1,583 1,727 18 Maybrat 2,479 2,400 2,208 1,545 19 Aceh Utara 2,459 3,000 1,542 2,818 20 Sarmi 2,343 3,000 1,417 1,909 21 Aceh Singkil 2,321 2,200 1,458 2,636 22 Kota Cimahi 2,309 2,000 2,417 1,545 23 Kendari 2,297 2,000 1,333 1,364 24 Nagan Raya 2,295 2,400 2,375 1,909 17

25 Aceh Besar 2,293 2,600 1,583 2,636 26 Langsa 2,293 2,000 1,458 2,091 27 Barito Selatan 2,293 2,000 2,250 2,273 28 Dogiyai 2,277 3,000 1,583 1,727 29 Musi Banyuasin 2,259 2,400 1,917 1,545 30 Barito Kuala 2,229 1,800 2,375 2,455 31 Bombana 2,229 2,400 1,583 1,727 32 Aceh Timur 2,219 2,200 1,708 2,818 33 Kampar 2,207 1,600 2,250 2,273 34 Lhokseumawe 2,197 2,400 1,417 2,091 35 Maluku Tenggara Barat 2,157 2,400 2,250 1,909 36 Buol 2,143 2,000 1,875 1,909 37 Pulau Morotai 2,109 1,600 1,750 1,545 38 Gayo Lues 2,085 2,200 2,458 1,545 39 Pekanbaru 2,081 1,800 2,042 1,909 40 Banda Aceh 2,059 2,400 1,458 1,909 41 Kota Sabang 2,059 2,400 1,458 1,909 42 Bekasi 2,053 1,200 2,250 2,273 43 Kab Sorong 2,051 2,000 2,333 2,455 44 Brebes 2,001 1,600 2,542 1,909 Wilayah Kerawanan Rendah Sementara daerah dengan kategori rendah adalah Aceh Tamiang (1.96), Kota Tasikmalaya (1.96), Bireuen (1.91), Kulonprogo (1.90), Seram Bagian Barat (1.88), Tulang Bawang (1.87), Hulu Sungai Utara (1.86), Kota Jogjakarta (1.86), Kota Payakumbuh (1.85), Aceh Barat (1.85), Kota Singkawang (1.83), Landak (1.83), Bolaang Mongondow (1.827), Banggai Kepulauan (1.79), Mesuji (1.78), Simeulue (1.75), Buleleng (1.73), Kabupaten, Jepara (1.735), Aceh Jaya (1.71), Tebo (1.70), Kolaka Utara (1.69), Kota Ambon (1.69), Tulang Bawang Barat 18

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 (1.67), Flores Timur (1.67), Bener Meriah, (1.66), Bengkulu Tengah (1.66). Pringsewu (1.65), Aceh Tenggara (1.64), Cilacap (1.63), Muna Barat (1.63), Kota Kupang (1.59), Buton Selatan (1.59), Kotawaringin Barat (1.57), Halmahera Tengah (1.55), Pati (1.53), Boalemo (1.53), Buton Tengah (1.50), Pidie (1.49), Lembata (1.49), Kab Sangihe (1.48), Banjarnegara (1.45), Kota Sorong (1.45), Lampung Barat (1.42), Kota Salatiga (1.42), Maluku Tengah (1.39), Buru 1.385, Kota Batu (1.25),Muaro Jambi (1.25), Sarolangun (1.21), Batang, (1.21). Aceh Barat memiliki temuan yang menarik karena berada dalam kategori kerawanan rendah. Akan tetapi, pada dimensi penyelenggaraan daerah ini memiliki skor yang masuk dalam kategori kerawanan tinggi. Tabel 6 : Kabupaten/Kota dengan Tingkat Kerawanan Rendah Peringkat Kabupaten / Kota TOTAL IKP Dimensi Penyelenggaraan Dimensi Kontestasi Dimensi Partisipasi Peringkat IKP (Bobot 100%) (Bobot 30%) Bobot (35%) Bobot (35%) Tertinggi- Range 0-5 Range 0-5 Range 0-5 Range 0-5 Terendah 45 Aceh Tamiang 1,969 1,800 2,625 2,091 46 Kota Tasikmalaya 1,965 1,600 2,083 1,727 47 Bireuen 1,915 1,600 1,625 2,091 48 Kulonprogo 1,907 1,600 1,458 2,455 49 Seram Bagian 1,885 1,800 1,792 1,000 Barat 50 Tulang Bawang 1,875 2,000 1,458 1,364 51 Hulu Sungai Utara 1,869 1,600 1,708 2,273 52 Kota Jogjakarta 1,861 1,800 1,583 1,727 19

53 Kota Payakumbuh 1,859 2,200 1,583 2,273 54 Aceh Barat 1,851 3,000 1,167 2,091 55 Kota 1,839 1,800 1,792 1,909 Singkawang 56 Landak 1,835 1,600 2,083 2,273 57 Bolaang Mongondow 1,827 1,600 1,292 2,636 58 Banggai Kepulauan 1,795 2,000 1,625 2,091 59 Mesuji 1,785 1,600 1,833 1,727 60 Simeulue 1,757 2,200 1,250 1,727 61 Buleleng 1,737 1,400 1,583 1,545 62 Jepara 1,735 1,600 1,792 1,182 63 Aceh Jaya 1,717 1,600 1,333 2,091 64 Tebo 1,709 2,000 1,458 1,727 65 Kolaka Utara 1,699 1,600 1,583 1,909 66 Kota Ambon 1,695 1,600 1,708 1,727 67 Tulang Bawang 1,679 1,400 1,458 1,909 Barat 68 Flores Timur 1,677 2,400 1,292 2,091 69 Bener Meriah 1,669 1,200 2,333 1,909 70 Bengkulu 1,661 1,400 1,458 1,909 Tengah 71 Pringsewu 1,659 1,600 1,458 1,545 72 Aceh Tenggara 1,645 1,200 1,417 2,455 73 Cilacap 1,635 1,600 1,583 1,727 74 Muna Barat 1,631 1,400 1,458 1,909 75 Kota Kupang 1,597 1,800 1,917 1,545 76 Buton Selatan 1,593 1,400 1,708 1,545 77 Kotawaringin 1,577 1,600 1,292 2,091 Barat 78 Halmahera Tengah 1,551 1,400 1,667 1,727 20

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 79 Pati 1,535 1,400 1,875 1,545 80 Boalemo 1,535 1,400 1,625 1,545 81 Buton Tengah 1,503 1,200 1,708 1,182 82 Pidie 1,493 1,600 1,167 1,909 83 Lembata 1,491 2,000 1,667 1,727 84 Kab Sangihe 1,485 1,200 1,292 1,727 85 Banjarnegara 1,457 1,600 1,458 1,182 86 Kota Sorong 1,455 1,800 1,458 1,364 87 Lampung Barat 1,425 1,200 1,667 1,727 88 Kota Salatiga 1,423 1,800 1,292 1,545 89 Maluku Tengah 1,397 1,800 1,292 1,545 90 Buru 1,385 1,000 1,292 1,727 91 Kota Batu 1,257 1,400 1,292 1,182 92 Muaro Jambi 1,257 1,000 1,458 1,364 93 Sarolangun 1,219 1,000 1,167 1,545 94 Batang 1,213 1,400 1,167 1,182 Dimensi Penyelenggaraan Dalam dimensi penyelenggaraan daerah dengan kerawanan tinggi terdapat di 13 daerah yaitu: Tolikara (4.20), Intan Jaya (3.60), Nduga (3.600), Lanny Jaya (3.40), Aceh Tengah (3.40), Kep. Yapen (3.20), Takalar (3.00), Kepulauan Mentawai (3.00), Buton (3.00), Mappi (3.00), Kab Jayapura (3.00), Kota Tebing Tinggi (3.00), Tambrauw (3.00). Sementara untuk kategori kerawanan sedang terdapat di 34 daerah yaitu: Aceh Barat Daya (2.80), Tapanuli Tengah (2.60), Kota Jayapura (2.60), Puncak Jaya (2.60), Maybrat (2.40), Aceh Utara (2.400), 21

Sarmi (2.40), Aceh Singkil (2.40), Kota Cimahi (2.40), Kendari (2.40), Nagan Raya (2.40), Aceh Besar (2.40), Langsa (2.40), Barito Selatan (2.40), Dogiyai (2.40), Musi Banyuasin (2.40), Barito Kuala (2.40), Bombana (2.40), Aceh Timur Kampar (2.20), Lhokseumawe (2.20), Maluku Tenggara Barat (2.20), Buol (2.20), Pulau Morotai (2.00), Gayo Lues (2.00), Pekanbaru (2.00), Banda Aceh (2.00), Kota Sabang (2.00), Bekasi (2.00), Kab Sorong (2.00), Brebes (2.00), Aceh Tamiang (2.00), Kota Tasikmalaya (2.00). Grafik 1. Dimensi Penyelenggaraan 47 34 13 Tingkat Kerawanan Tinggi Tingkat Kerawanan Sedang Tingkat Kerawanan Rendah 22

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 Dimensi Kontestasi Dalam dimensi Kontestasi, tidak ada wilayah Kabupaten/kota masuk dalam kategori kerawanan tinggi. Terdapat 23 daerah yang masuk dalam kategori kerawanan sedang yaitu: Tolikara (2.62), Intan Jaya (2.54), Nduga (2.54), Lanny Jaya (2.50), Aceh Tengah (2.450), Kepulauan Yapen (2.41), Takalar (2.37), Kepulauan Mentawai (2.37), Buton (2.37), Mappi (2.33), Kab Jayapura (2.33), Kota Tebing Tinggi (2.33), Tambrauw (2.25), Aceh Barat Daya (2.25), Tapanuli Tengah (2.25), Kota Jayapura (2.25), Puncak Jaya (2.20), Maybrat (2.20), Aceh Utara (2.08), Sarmi (2.08), Aceh Singkil (2.08), Kota Cimahi (2.04), Kendari (2.00). Grafik 2 Dimensi Kontestasi 71 23 0 Tingkat Kerawanan Tinggi Tingkat Kerawanan Sedang Tingkat Kerawanan Rendah 23

Dimensi Partisipasi Dalam dimensi Partisipasi, daerah dengan kerawanan tinggi terdapat di empat yaitu Tolikara (3.18), Intan Jaya (3.18), Nduga (3.18) dan Lanny Jaya (3.00). Sementara, wilayah yang berada di kategori kerawanan sedang terdapat di Aceh Tengah (2.81), Kepulauan Yapen (2.81), Takalar (2.81), Kepulauan Mentawai (2.81), Buton (2.63), Mappi (2.63), Jayapura (2.63), Kota Tebing Tinggi (2.63), Tambrauw (2.63), Aceh Barat Daya (2.63), Tapanuli Tengah (2.63), Kota Jayapura (2.63), Puncak Jaya (2.45), Maybrat (2.45), Aceh Utara (2.45), Sarmi (2.45). Aceh Singkil (2.45), Kota Cimahi (2.27), Kendari (2.27), Nagan Raya (2.27), Aceh Besar (2.27), Langsa (2.27), Barito Selatan (2.27), Dogiyai (2.27), Musi Banyuasin (2.27), Barito Kuala (2.09), Bombana (2.09), Aceh Timur (2.09), Kampar (2.09), Lhokseumawe (2.091), Maluku Tenggara Barat (2.091), Buol (2.09), Pulau Morotai (2.09), Gayo Lues (2.09), Pekanbaru (2.09), Banda Aceh (2.09). Sementara wilayah yang berada di kategori kerawanan rendah terdapat di Kota Sabang (1.90), Bekasi (1.90), Kab Sorong (1.90), Brebes (1.90), Aceh Tamiang (1.90), Kota Tasikmalaya (1.90), Bireuen (1.90), Kulonprogo (1.90), Seram Bagian Barat (1.90), Tulang Bawang (1.90), Hulu Sungai Utara (1.90), Kota Jogjakarta (1.90), Kota Payakumbuh (1.90), Aceh Barat (1.90), Kota Singkawang (1.90), Landak (1.72), Bolaang Mongondow (1.72), Banggai Kepulauan (1.72), Mesuji (1.72), Simeulue (1.72), Buleleng (1.72), Jepara (1.72), Aceh Jaya (1.72), Tebo (1.72), Kolaka Utara (1.72), Kota Ambon (1.72), Tulang Bawang Barat (1.72), Flores Timur (1.72), Bener Meriah (1.72), Bengkulu Tengah (1.72), Pringsewu (1.54), Aceh Tenggara (1.54), Cilacap (1.54), Muna Barat (1.54), Kota Kupang (1.54), Buton Selatan (1.54), Kotawaringin Barat (1.54), Halmahera 24

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 Tengah (1.54), Pati (1.54), Boalemo (1.54), Buton Tengah (1.54), Pidie (1.54), Lembata (1.54), Kab Sangihe (1.54), Banjarnegara (1.36), Kota Sorong (1.36), Lampung Barat (1.36), Kota Salatiga (1.36), Maluku Tengah (1.18), Buru (1.18), Kota Batu (1.18), Muaro Jambi (1.18), Sarolangun (1.18), Batang (1.00). Grafik 3. Dimensi Partisipasi 54 36 4 Tingkat Kerawanan Tinggi Tingkat Kerawanan Sedang Tingkat Kerawanan Rendah 25

26

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 HASIL SKOR DIMENSI, VARIABEL, DAN INDIKATOR DIMENSI PENYELENGGARAAN Dimensi penyelenggaraan terdiri dari 3 variabel, yaitu integritas penyelenggara; profesionalitas penyelenggara; dan kekerasan terhadap penyelenggara. Variabel integritas penyelenggara terdiri dari 2 indikator, yaitu netralitas penyelenggara dan penyalahgunaan wewenang. Variabel profesionalitas penyelenggara terdiri dari 5 indikator, yaitu penganggaran untuk penyelenggara; ketegasan penyelenggara dalam pelaksanaan tahapan; kualitas DPT; penyediaan akses informasi oleh penyelenggara; dan dukungan kesekretariatan. Variabel kekerasan terhadap penyelenggara terdiri dari 3 indikator, yaitu perusakan terhadap fasilitas penyelenggara; kekerasan fisik terhadap penyelenggara; dan intimidasi terhadap penyelenggara. a. Provinsi Dilihat dari dimensi penyelenggaraan, ada 3 daerah rawan dari 7 Provinsi yang menyelenggarakan pilkada 2017. Ketiga daerah ini adalah Provinsi Papua Barat dengan skor (3.37), Provinsi Aceh (3.26) dan Provinsi Banten (3.13). Seperti tampak dalam tabel di bawah ini 27

Tabel 7 : Skor Variabel dari Dimensi Penyelenggaraan (Provinsi) Peringkat Dimensi Variabel Integritas Penyelenggara Penyelenggaraan Profesionalitas Penyelenggara Kekerasan Terhadap Penyelenggara SKOR Penyelenggaraan 1 Papua Barat 4.00 3.80 2.33 3.378 2 Aceh 3.00 3.80 3.00 3.267 3 Banten 3.00 3.40 3.00 3.133 4 Sulawesi Barat 3.00 3.00 1.67 2.556 5 Kep. Bangka 2.00 2.20 1.67 1.956 Belitung 6 DKI Jakarta 2.00 1.80 1.67 1.822 7 Gorontalo 2.00 1.00 1.67 1.556 Papua Barat dinilai paling rawan karena ada 2 variabel yang tingkat kerawanannya cukup tinggi. Kedua variabel ini adalah integritas penyelenggara dengan skor 4,00 dan profesionalitas penyelenggara skor 3,80. Variabel integritas penyelenggara menyumbang kerawanan paling tinggi yang dipengaruhi oleh dua indikator yakni netralitas penyelenggara dengan skor 5 dan penyalahgunaan wewenang oleh penyelenggara dengan tingkat kerawanan skor 3. Kerawanan di Papua Barat juga dipengaruhi variabel profesionalitas penyelenggara. Indikator dari variabel profesionalitas penyelenggara dalam beberapa isu memperlihatkan kondisi sangat rawan (skor 5). Indikator yang sangat rawan antara lain persoalan penganggaran yakni belum adanya NPHD (Naskah Perjanjian Hibah Daerah), pencairan anggaran, serta masalah kualitas daftar pemilih. Sedangkan kasus lain dinilai cukup rawan dengan skor 3 untuk indikator ketegasan penyelenggara, penyediaan dan aksesibilitas informasi, serta dukungan kesekretariatan. 28

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 Selain Papua Barat, dua Provinsi lainnya juga dinilai rawan yakni Aceh dan Banten. Kerawanan dua Provinsi ini cukup merata untuk 3 variabel yakni integritas, profesionalitas penyelenggara hingga kasus-kasus kekerasan terhadap penyelenggara. Rata-rata tingkat kerawanannya mencapai 3 point (rawan). Kerawanan untuk Provinsi Aceh yang harus diantisipasi adalah persoalan penganggaran dan dukungan kesekretariatan yang dinilai sangat rawan. Sedangkan untuk Provinsi Banten, kerawanan terjadi dalam penganggaran dan persoalan kualitas daftar pemilih. Selain tiga Provinsi rawan di atas, Provinsi Sulawesi Barat juga perlu diantisipasi untuk beberapa variabel yakni soal integritas dan profesionalitas penyelenggara. Kedua variabel ini memiliki indikator yang cukup rawan. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kualitas daftar pemilih yang dinilai sangat rawan. Kerawanan daftar pemilih ini juga perlu diantisipasi di Provinsi DKI Jakarta yang dinilai sangat rawan. Tabel 8 : Skor Indikator dari Dimensi Penyelenggaraan (Provinsi) Dimensi Penyelenggaraan Peringkat Variabel Integritas Penyelenggara Profesionalitas Penyelenggara Kekerasan Terhadap Penyelenggara Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Papua Barat 5 3 5 3 5 3 3 3 1 3 2 Aceh 3 3 5 3 3 3 5 3 3 3 3 Banten 3 3 5 1 5 3 3 3 3 3 4 Sulawesi Barat 3 3 3 3 5 3 1 1 1 3 29

5 DKI Jakarta 3 1 1 1 5 1 1 1 1 3 6 Kep. Bangka 3 1 3 1 3 3 1 1 1 3 Belitung 7 Gorontalo 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 Keterangan Indikator 1 : Netralitas Penyelenggara Indikator 2 : Penyalahgunaan Wewenang Indikator 3 : Penganggaran untuk penyelenggara Indikator 4 : Ketegasan penyelenggara dalam pelaksanaan tahapan Indikator 5 : Kualitas DPT Indikator 6 : Penyediaan akses informasi oleh penyelenggara Indikator 7 : Dukungan kesekretariatan Indikator 8 : Perusakan terhadap fasilitas penyelenggara Indikator 9 : Kekerasan fisik terhadap penyelenggara Indikator 10 : Intimidasi terhadap penyelenggara b. Kabupaten / Kota Wilayah dengan Tingkat Kerawanan Tinggi Dilihat dari seluruh variabel dan indikator pada dimensi penyelenggaraan, ada 10 daerah rawan. Kesepuluh daerah rawan secara berurutan (dari tertinggi ke terendah) adalah Tolikara, Intan Jaya, Lanny Jaya, Nduga, Tambrauw, Kepulauan Yapen, Sarmi, Aceh Barat Daya, Puncak Jaya dan Kota Jayapura. Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: 30

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 Tabel 9 : Skor Variabel Dimensi Penyelenggaraan dengan Tingkat Kerawanan Tinggi (Kabupaten/Kota) Dimensi Penyelenggaraan Peringkat Variabel Integritas Penyelenggara Profesionalitas Penyelenggara Kekerasan Terhadap Penyelenggara SKOR Penyelenggaraan 1 Tolikara 5.00 4.20 3.67 4.29 2 Intan Jaya 5.00 3.80 2.33 3.71 3 Lanny Jaya 5.00 3.80 2.33 3.71 4 Nduga 5.00 3.80 1.67 3.49 5 Tambrauw 3.00 3.80 3.00 3.27 6 Kep. Yapen 5.00 3.00 1.67 3.22 7 Sarmi 5.00 3.00 1.67 3.22 8 Aceh Barat Daya 3.00 3.80 2.33 3.04 9 Puncak Jaya 4.00 3.40 1.67 3.02 10 Kota Jayapura 3.00 3.00 3.00 3.00 Daerah paling rawan berdasarkan data di atas adalah Tolikara dengan skor 4,29. Ketiga variabelnya menunjukkan tingkat kerawanan tinggi, baik integritas, profesionalitas maupun persoalan kekerasan terhadap penyelenggara pemilu. Merujuk ketiga variabel itu, skor kerawanan paling tinggi ada pada persoalan integritas penyelenggara dengan nilai 5. Persoalan integritas mendapatkan skor kerawanan yang tinggi karena dua indikatornya yakni netralitas dan potensi penyalahgunaan wewenang oleh penyelenggara mengindikasikan kerawanan yang tinggi pula. Variabel profesionalitas penyelenggara di Tolikara ini juga menunjukkan tingkat kerawanan sangat tinggi yakni skor 5,00. 31

Beberapa indikator yang dinilai sangat rawan antara lain: persoalan penganggaran, kualitas daftar pemilih, dan dukungan kesekretariatan. Sedangkan untuk variabel kekerasan terhadap penyelenggara sangat rawan untuk kasus-kasus perusakan terhadap fasilitas penyelenggara pemilu. Kesembilan daerah lainnya juga memiliki variabel maupun indikator yang menunjukkan kerawanan baik keseluruhan maupun sebagian. Untuk Intan Jaya dengan tingkat kerawanan (3,71), kemudian Lanny Jaya (3,71), dan Nduga (3.49) memiliki pola kerawanan yang cenderung sama dan perlu antisipasi terhadap dua variabel yakni integritas penyelenggara dan profesionalitas penyelenggara. Pada variabel integritas yang memiliki kerawanan tinggi adalah indikator netralitas dan penyalahgunaan wewenang penyelenggara. Sedangkan pada variabel profesionalitas penyelenggara, indikator yang rawan dipersoalan penganggaran dan dukungan kesekretariatan. Tambrauw dengan tingkat kerawanan (3.27) perlu antisipasi terhadap semua variabel yakni integritas penyelenggara (3.00), profesionalitas penyelenggara (3.80) dan kekerasan terhadap penyelenggara (3.00). Variabel integritas cukup merata kerawanannya. Namun yang perlu menjadi perhatian serius adalah variabel profesionalitas penyelenggara untuk indikator penganggaran dan kualitas daftar pemilih. Kepulauan Yapen dan Sarmi memiliki karakteristik kerawanan yang sama dengan skor kerawanan (3.22). Pada dua wilayah ini diperlukan antisipasi terhadap dua variabel yakni integritas penyelenggara (5.00) dan profesionalitas penyelenggara (3.00). Variabel integritas sangat rawan untuk kasus netralitas dan penyalahgunaan wewenang penyelenggara. Sedangkan variabel profesionalitas sangat rawan untuk kasus penganggaran dan pendaftaran pemilih. 32

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 Aceh Barat Daya dengan skor kerawanan (3.04) perlu antisipasi terhadap dua variabel yakni integritas penyelenggara (3.00) dan profesionalitas penyelenggara (3.80). Variabel yang sangat rawan dilihat dari indikatornya adalah variabel profesionalitas penyelenggara untuk indikator penganggaran dan dukungan kesekretariatan. Puncak Jaya dengan tingkat kerawanan (3.02) perlu diantisipasi terhadap dua variabel yakni integritas penyelenggara (4.00) dan profesionalitas penyelenggara (3.40). Dalam variabel integritas penyelenggara yang rawan adalah indikator netralitas penyelenggara. Sedangkan untuk variabel profesionalitas yang rawan adalah indikator penganggaran dan pendaftaran pemilih. Kota Jayapura skor kerawanan (3.00) perlu diantisipasi terhadap tiga variabel yakni integritas penyelenggara (3.00), profesionalitas penyelenggara (3.00) dan kekerasan terhadap penyelenggara (3.00). Untuk variabel profesionalitas penyelenggara, indikator yang sangat rawan adalah kasus penganggaran. Wilayah dengan Tingkat Kerawanan Sedang Selain sepuluh daerah di atas, ada beberapa daerah yang masuk ketagori kerawanan tinggi jika dilihat dari masing-masing variabel. Misalnya, untuk variabel integritas penyelenggara pemilu, ada daerah kerawanan tinggi antara lain Aceh tengah, Buton, Dogiyai, Aceh Utara, Kota Tebing Tinggi, Kepulauan Mentawai, Tapanuli Tengah, Musi Banyuasin, Bombana, Kab Jayapura, Kab Takalar, Maybrat, Kendari, Lhokseumawe, Mappi, Aceh Singkil, Simelue, Kota Cimahi, Buol, Tulang Bawang, Seram Bagian Barat, Langsa, dan Pulau Morotai. 33

Berdasarkan variabel profesionalitas penyelenggara ada wilayah, selain wilayah sepuluh besar, yang memiliki tingkat kerawanan tinggi antara lain: Dogiyai, Aceh Utara, Kota Tebing Tinggi, Mappi, Aceh Besar, Banda Aceh, Kota Sabang, Flores Timur, dan Lembata. Sedangkan daerah rawan berdasarkan variable kekerasan terhadap penyelenggara tidak terlalu banyak daerah yang mengalami kerawanan. Hanya beberapa daerah rawan antara lain: Aceh Barat, Nagan Raya, Maluku Tenggara Barat, Kota Payakumbuh, dan Maluku Tengah. Tabel 10 : Skor Variabel Dimensi Penyelenggaraan dengan Tingkat Kerawanan Sedang (Kabupaten/Kota) Dimensi Penyelenggaraan Peringkat Variabel Integritas Penyelenggara Profesionalitas Penyelenggara Kekerasan Terhadap Penyelenggara SKOR Penyelenggaraan 11 Aceh Barat 2.00 2.60 4.33 2.98 12 Aceh Tengah 5.00 2.20 1.67 2.96 13 Buton 5.00 1.40 2.33 2.91 14 Dogiyai 3.00 3.40 2.33 2.91 15 Aceh Utara 3.00 3.80 1.67 2.82 16 17 Kota Tebing Tinggi Kepulauan Mentawai 4.00 3.40 1.00 2.80 5.00 2.20 1.00 2.73 18 Tapanuli Tengah 5.00 2.20 1.00 2.73 19 Musi Banyuasin 5.00 2.20 1.00 2.73 20 Bombana 4.00 1.80 2.33 2.71 21 Jayapura 3.00 2.60 2.33 2.64 22 Takalar 4.00 2.20 1.67 2.62 34

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 23 Maybrat 4.00 2.60 1.00 2.53 24 Nagan Raya 2.00 1.80 3.67 2.49 25 Maluku Tenggara Barat 2.00 1.80 3.67 2.49 26 Kendari 5.00 1.40 1.00 2.47 27 Lhokseumawe 3.00 2.60 1.67 2.42 28 Mappi 3.00 3.00 1.00 2.33 29 Aceh Singkil 3.00 2.20 1.67 2.29 30 Aceh Besar 2.00 3.80 1.00 2.27 31 Gayo Lues 2.00 1.80 3.00 2.27 32 Banda Aceh 2.00 3.00 1.67 2.22 33 Kota Sabang 2.00 3.00 1.67 2.22 34 Simeulue 3.00 2.60 1.00 2.20 35 Kota Cimahi 3.00 1.80 1.67 2.16 36 Buol 3.00 1.80 1.67 2.16 37 Tulang Bawang 3.00 1.80 1.67 2.16 38 Seram Bagian Barat 4.00 1.40 1.00 2.13 39 Flores Timur 1.00 3.00 2.33 2.11 40 Aceh Timur 2.00 2.60 1.67 2.09 41 Langsa 3.00 2.20 1.00 2.07 42 Kota Payakumbuh 1.00 2.20 3.00 2.07 43 Tebo 2.00 1.80 2.33 2.04 44 Pulau Morotai 4.00 1.00 1.00 2.00 35

Wilayah dengan Tingkat Kerawanan Rendah Selain daerah yang dikategorikan memiliki tingkat kerawanan tinggi dan sedang, ada 50 Kabupaten/kota yang masuk pada kategori tingkat kerawanan rendah. Beberapa daerah yang masuk kedalam kategori rendah adalah sebagai berikut: Tabel 11 : Skor Variabel Dimensi Penyelenggaraan dengan Tingkat Kerawanan Rendah (Kabupaten/Kota) Peringkat Dimensi Variabel Integritas Penyelenggara Penyelenggaraan Profesionalitas Penyelenggara Kekerasan Terhadap Penyelenggara SKOR Penyelenggaraan 45 Barito Selatan 2.00 2.20 1.67 1.96 46 Pekanbaru 2.00 1.80 1.67 1.82 47 Kota Jogjakarta 2.00 1.80 1.67 1.82 48 Maluku Tengah 1.00 1.40 3.00 1.80 49 Sorong 1.00 2.60 1.67 1.76 50 Banggai Kepulauan 1.00 2.60 1.67 1.76 51 Kota Singkawang 2.00 2.20 1.00 1.73 52 Kota Sorong 1.00 1.80 2.33 1.71 53 Bireuen 2.00 1.40 1.67 1.69 54 Mesuji 2.00 1.40 1.67 1.69 55 Lembata 1.00 3.00 1.00 1.67 56 Aceh Tamiang 1.00 2.20 1.67 1.62 57 Kota Salatiga 1.00 2.20 1.67 1.62 58 Kampar 2.00 1.80 1.00 1.60 36

INDEKS KERAWANAN PEMILU (IKP) PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2017 59 Kota Tasikmalaya 2.00 1.80 1.00 1.60 60 Bolaang Mongondow 2.00 1.80 1.00 1.60 61 Pringsewu 2.00 1.80 1.00 1.60 62 Cilacap 1.00 1.40 2.33 1.58 63 Barito Kuala 1.00 2.60 1.00 1.53 64 Kota Kupang 1.00 2.60 1.00 1.53 65 Brebes 1.00 1.80 1.67 1.49 66 Jepara 1.00 1.80 1.67 1.49 67 Kota Ambon 1.00 1.80 1.67 1.49 68 Pidie 1.00 1.80 1.67 1.49 69 Buleleng 2.00 1.40 1.00 1.47 70 Tulang Bawang Barat 2.00 1.40 1.00 1.47 71 Kulonprogo 1.00 2.20 1.00 1.40 72 Hulu Sungai Utara 1.00 2.20 1.00 1.40 73 Landak 1.00 2.20 1.00 1.40 74 Aceh Jaya 1.00 2.20 1.00 1.40 75 Kolaka Utara 1.00 2.20 1.00 1.40 76 Kotawaringin Barat 1.00 2.20 1.00 1.40 77 Banjarnegara 1.00 2.20 1.00 1.40 78 Buton Selatan 1.00 1.40 1.67 1.36 79 Pati 1.00 1.40 1.67 1.36 80 Batang 1.00 1.40 1.67 1.36 81 Bengkulu Tengah 1.00 1.80 1.00 1.27 82 Muna Barat 1.00 1.80 1.00 1.27 83 Halmahera Tengah 1.00 1.80 1.00 1.27 37

84 Boalemo 1.00 1.80 1.00 1.27 85 Kota Batu 1.00 1.80 1.00 1.27 86 Bekasi 1.00 1.40 1.00 1.13 87 Bener Meriah 1.00 1.40 1.00 1.13 88 Aceh Tenggara 1.00 1.40 1.00 1.13 89 Buton Tengah 1.00 1.40 1.00 1.13 90 Sangihe 1.00 1.40 1.00 1.13 91 Lampung Barat 1.00 1.40 1.00 1.13 92 Buru 1.00 1.00 1.00 1.00 93 Muaro Jambi 1.00 1.00 1.00 1.00 94 Sarolangun 1.00 1.00 1.00 1.00 Meskipun masuk ke dalam kategori kerawanan rendah, beberapa Kabupaten/kota itu justru memiliki tingkat kerawanan pada indikator-indikator tertentu. Misalnya, persoalan netralitas penyelenggara sangat rawan di daerah Aceh Tengah, Buton, Dogiyai, Kota Tebing Tinggi, Kepulauan Mentawai, Tapanuli Tengah, Musi Banyuasin, Takalar, Maybrat dan Kendari. Persoalan penyalahgunaan wewenang penyelenggara sangat rawan di daerah Aceh Tengah, Buton, Kepulauan Mentawai, Kabuapten Tapanuli Tengah, Musi Banyuasin, Bombana, Kendari, Seram Bagian Barat dan Pulau Morotai. Persoalan Penganggaran untuk penyelenggara pemilu sangat rawan di daerah Aceh Barat, Dogiyai, Aceh Utara, Musi Banyuasin, Banda Aceh, Kota Sabang, Simeuleu, Aceh Timur, Lembata dan Aceh Tamiang. Persoalan Ketegasan penyelenggara dalam pelaksanaan tahapan sangat rawan di daerah Kota Tebing Tinggi, dan Aceh Besar. Persoalan 38