TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP ARUS JANGKAR DAN FAKTOR DAYA PADA MOTOR SINKRON 3 FASA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

GENERATOR SINKRON Gambar 1

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK TEGANGAN DAN EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA SEBAGAI GENERATOR INDUKSI DENGAN KELUARAN SATU FASA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA. berupa putaran menjadi energi listrik bolak-balik (AC).

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB II DASAR TEORI. Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi

ERY BRENDY GINTING ( )

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP ARUS JANGKAR DAN FAKTOR DAYA MOTOR SINKRON TIGA FASA. Elfizon. Abstract

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Mesin AC. Dian Retno Sawitri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Manfaat Penulisan Tugas Akhir

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

PENGENDALIAN TEGANGAN TERMINAL GENERATOR SINKRON TERHADAP PERUBAHAN ARUS DAN FAKTOR DAYA BEBAN

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan 1

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh : ANTONIUS P. NAINGGOLAN NIM : DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA. Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan ditemukannya Generator Sinkron atau Alternator, telah memberikan. digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perubahan beban terhadap karakteristik generator sinkron 3 fasa PLTG Pauh

MAKALAH MOTOR SINKRON

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI DENGAN KOMPENSASI TEGANGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN METODE BLONDEL (TWO REACTION THEORY)

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

BAB II GENERATOR SINKRON 3 FASA

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR STUDI SISTEM EKSITASI DENGAN MENGGUNAKAN PERMANENT MAGNET GENERATOR (APLIKASI PADA GENERATOR SINKRON DI PLTD PT. MANUNGGAL WIRATAMA)

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

Motor Sinkron. Dosen Pembimbing : Bpk. Chairul Hudaya. Kelompok : 8 Cakra Wirabuana Febi Hadi Permana Ihin Solihin

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

BAB III PENDAHULUAN 3.1. LATAR BELAKANG

PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON. Abstrak :

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor induksi tiga fasa rotor belitan merupakan salah satu mesin ac yang

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

TUGAS AKHIR PANAS PADA GENERATOR INDUKSI SAAT PEMBEBANAN AHMAD TAUFIQ

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja

ANALISIS PERFORMA GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TIGA PHASA PADA KONDISI STEADY STATE

Transkripsi:

TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP ARUS JANGKAR DAN FAKTOR DAYA PADA MOTOR SINKRON 3 FASA (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh: BUHARI TONGAM RAJAGUKGUK 030402066 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP ARUS JANGKAR DAN FAKTOR DAYA PADA MOTOR SINKRON 3 FASA (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) Oleh : BUHARI TONGAM RAJAGUKGUK NIM : 030402066 Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro Disetujui Oleh : Pembimbing IR.SATRIA GINTING NIP : 131836676 Diketahui Oleh : A.n. Ketua Departemen Teknik Elektro Sekretaris Departemen Teknik Elektro RACHMAD FAUZI, ST, MT NIP : 132161239 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas berkat dan perlindungan serta segala tuntunan yang diberikan-nya dalam penyelesaian tugas akhir ini. Tugas akhir ini merupakan suatu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Adapun judul tugas akhir ini adalah: Pengaruh Perubahan Arus Eksitasi Terhadap Arus Jangkar dan Faktor Daya Pada Motor Sinkron Tiga Fasa (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU). Selama penulisan tugas akhir ini, penulis mendapatkan banyak bantuan baik berupa bimbingan dan saran. Dengan rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang tuaku bapak D. Rajagukguk dan ibu (Almh) M. Simanjuntak dan ibu R.M. Simanjuntak serta saudara-saudaraku, bang Sunan, bang Rudy, kak Titin serta adikku Lenny yang tidak pernah berhenti memberi dukungan, semangat dan doa serta segala pengorbanan yang tidak ternilai besarnya. 2. Bapak Ir. Satria Ginting, selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah banyak membantu dalam penyelesaikan tugas akhir ini. 3. Bapak (Alm) Ir. Nasrul Abdi, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU. 4. Bapak Ir. Rahmad Fauzi, ST, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU. 5. Seluruh staff pengajar dan pegawai Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU.

6. Staff administrasi dan asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik yang sudah menyediakan waktunya. 7. Oppung br.sianipar, Bapauda Ir. S. Rajagukguk dan Ir. A. Rajagukguk yang banyak memberikan motivasi dan inspirasi selama masa perkuliahan. 8. Seluruh teman-teman di Teknik Elektro khususnya stambuk 2003 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas bantuan yang diberikan kepada saya. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis baik moral, spiritual maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam tugas akhir ini masih terdapat kekurangan. Kritik dan saran yang membangun demi tujuan menyempurnakan dan mengembangkan tugas akhir ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Medan, Juni 2009 (Buhari Rajagukguk)

Abstrak Keuntungan terbesar motor sinkron adalah faktor dayanya dapat diatur dengan pengaturan arus eksitasi pada medan rotornya. Ketika arus eksitasi dinaikkan melebihi eksitasi normalnya (over-excitation), faktor daya, seperti terukur pada terminal motor menjadi leading karena motor sinkron dengan eksitasi lebih menghasilkan daya reaktif. Dengan mengoperasikan motor sinkron pada faktor daya leading, faktor daya sistem dapat ditingkatkan dan dapat memperbaiki jatuh tegangannya. Jika eksitasi kurang dari eksitasi normalnya (under-excitation), faktor daya motor menjadi lagging dan akan menarik daya reaktif dari sistem. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana pengaruh perubahan arus eksitasi terhadap arus jangkar (Ia) dan faktor daya (cos φ) pada perilaku motor sinkron 3 fasa.

DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Abstrak... iii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... x BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penulisan... 2 1.3 Manfaat Penulisan... 2 1.4 Batasan Masalah... 3 1.5 Metode Penelitian... 3 1.6 Sistematika Penulisan... 5 BAB II: MOTOR SINKRON TIGA FASA 2.1 Umum... 6 2.2 Konstruksi Motor Sinkron Tiga Fasa... 7 2.2.1 Stator... 7 2.2.2 Rotor... 9 2.3 Kumparan Peredam (Damper Winding)... 10 2.4 Reaksi Jangkar... 11 2.5 Rangkaian Ekivalen Motor... 13 2.6 Prinsip Kerja Motor Sinkron... 16

2.7 Daya Kopel Yang Dibangkitkan Motor Sinkron... 20 2.8 Metode Menjalankan Motor Sinkron... 22 2.8.1 Starting Motor Sinkron Dengan Penggerak Mula... 24 2.8.2 Starting Motor Sinkron Dengan Mereduksi Frekuensi... 24 2.8.3 Starting Motor Sinkron Dengan Kumparan Peredam... 25 2.9 Sistem Eksitasi Motor Sinkron... 25 2.9.1 Sistem Eksitasi Tipe Sikat... 26 2.9.2 Sistem Eksitasi Tipe Tanpa Sikat... 26 2.10 Karakteristik Motor Sinkron... 27 2.10.1 Karakteristik Torsi-Putaran... 28 2.10.2 Pengaruh Kenaikan Beban Pada Eksitasi Konstan... 28 2.11 Kondensor Sinkron... 29 2.12 Kerugian, Keuntungan Dan Aplikasi Motor Sinkron... 31 2.12.1 Kerugian Motor Sinkron... 31 2.12.2 Keuntungan Motor Sinkron... 31 2.12.3 Aplikasi Dan Penggunaan Motor Sinkron... 32 BAB III : PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI PADA MOTOR SINKRON TIGA FASA 3.1 Umum... 33 3.2 Pengaruh Perubahan Arus Eksitasi... 33 3.2.1 Karakteristik Kurva V Motor Sinkron... 38 3.2.2 Karakteristik Kurva V Invers Motor Sinkron... 39

BAB IV : PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP ARUS JANGKAR DAN FAKTOR DAYA PADA MOTOR SINKRON TIGA FASA 4.1 Umum... 40 4.2 Peralatan Yang Digunakan... 40 4.3 Menentukan Reaktansi Mesin Sinkron Tiga Fasa... 42 4.3.1 Pengujian Beban Nol Mesin Sinkron (Dioperasikan Sebagai Generator)... 42 a. Rangkaian Pengujian... 42 b. Prosedur Pengujian... 42 c. Data Hasil Pengujian... 43 d. Grafik Data Hasil Pengujian... 43 4.3.2 Pengujian Hubung Singkat Mesin Sinkron (Dioperasikan Sebagai Generator)... 44 a. Rangkaian Pengujian... 44 b. Prosedur Pengujian... 44 c. Data Hasil Pengujian... 45 d. Grafik Data Hasil Pengujian... 46 4.3.3 Pengukuran Tahanan Jangkar... 46 a. Rangkaian Pengukuran... 46 b. Prosedur Pengukuran... 47 c. Data Hasil Pengukuran... 47 d. Analisis Data Hasil Pengukuran... 47 4.3.4 Perhitungan Reaktansi Sinkron (X S )... 48

4.4 Pengujian Motor Sinkron Tiga Fasa... 49 a. Rangkaian Pengujian... 49 b. Prosedur Pengujian... 49 c. Data Hasil Pengujian... 50 d. Analisis Data Hasil Pengujian... 51 4.5 Karakteristik Kurva V dan Kurva V Invers Motor Sinkron 3 Fasa Untuk Beban Berbeda... 64 BAB V : PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 66 DAFTAR PUSTAKA... 67 LAMPIRAN... 68

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kontruksi Motor Sinkron 7 Gambar 2.2 Penampang Stator 8 Gambar 2.3 Penampang Rotor Kutub Silinder 9 Gambar 2.4 Penampang Rotor Kutub Menonjol 10 Gambar 2.5 Kumparan Peredam Pada Rotor Kutub Menonjol 10 Gambar 2.6 Pengaruh Demagnetisasi (Demagnetising Effect) 11 Gambar 2.7 Pengaruh Distorsi Magnet (Cross-Magnetising Effect 12 Gambar 2.8 Pengaruh Magnetisasi (Magnetising Effect) 12 Gambar 2.9 Rangkaian Ekivalen Motor Sinkron Perfasa 13 Gambar 2.10 Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Motor Sinkron Perfasa 14 Gambar 2.11 Rangkaian Ekivalen Motor SinkronTiga Fasa 14 Gambar 2.12 Diagram Fasor Motor Sinkron Pada (a) Faktor Daya Lagging 15 (b) Faktor Daya Unity 15 (c) Faktor Daya Leading 15 Gambar 2.13 (a) Kumparan a-a, b-b, cc 17 (b) Distribusi i a, i b, i c Sebagai Fungsi Waktu 17 (c) Arah Fluks Secara Vektoris saat t 1 18 (d) Arah Fluks Secara Vektoris saat t 2 18 (e) Arah Fluks Secara Vektoris saat t 3 18 (f) Arah Fluks Secara Vektoris saat t 4 18 Gambar 2.14 Diagram Medan Magnet Motor Sinkron 19 Gambar 2.15 Ilustrasi Pembangkitan Daya Listrik Pada Motor Sinkron 20

Gambar 2.16 Kurva Hubungan Antara Kopel Dan Sudut δ 21 Gambar 2.17 Masalah Arah Putaran Motor Sinkron 22 Gambar 2.18 Skema Motor Sinkron Dengan Sistem Eksitasi Tipe Sikat 26 Gambar 2.19 Skema Motor Sinkron Dengan Sistem Eksitasi Tanpa Sikat 27 Gambar 2.20 Karakteristik Torsi-Putaran Motor Sinkron 28 Gambar 2.21 Pengaruh Bertambahnya Beban Pada Operasi Motor Sinkron 29 Gambar 2.22 Ilustrasi Besarnya Beban Yang Dipikul Motor Sinkron 29 Gambar 2.23 Diagram Vektor Daya Reaktif Motor Sinkron Tanpa Beban 30 Gambar 3.1 (a) Operasi motor sinkron dengan faktor daya lagging (Ra diabaikan) 36 (b) Pengaruh Bertambahnya Arus Eksitasi Pada Operasi Motor Sinkron (Ra diabaikan) 37 Gambar 3.2 (a) Diagram Fasor Motor Sinkron Eksitasi Kurang 37 (b) Diagram Fasor Motor Sinkron Eksitasi Lebih 37 Gambar 3.3 Kurva V Motor Sinkron 39 Gambar 3.4 Kurva V Invers Motor Sinkron 39 Gambar 4.1 Rangkaian Perngujian Beban Nol Mesin Sinkron 42 Gambar 4.2 Grafik Perngujian Beban Nol Mesin Sinkron 44 Gambar 4.3 Rangkaian Perngujian Hubung Singkat Mesin Sinkron 44 Gambar 4.4 Grafik Data Perngujian Hubung Singkat Mesin Sinkron 46 Gambar 4.5 Rangkaian Pengukuran Tahanan Jangkar Motor Sinkron 46 Gambar 4.6 Rangkaian Pengujian Berbeban Motot Sinkron 49 Gambar 4.7 Diagram Fasor Pengaruh Perubahan Arus Eksitasi Motor Sinkron Pada Beban nol 55

Gambar 4.8 Kurva V dan Kurva V Invers Motor Sinkron Beban Nol 57 Gambar 4.9 Diagram Fasor Pengaruh Perubahan Arus Eksitasi Motor Sinkron Pada Setengah Beban Penuh 59 Gambar 4.10 Kurva V dan Kurva V Invers Motor Sinkron Untuk Setengah Beban Penuh 61 Gambar 4.11 Diagram Fasor Pengaruh Perubahan Arus Eksitasi Motor Sinkron Pada Beban Penuh 62 Gambar 4.12 Kurva V dan Kurva V Invers Motor Sinkron Untuk Beban Penuh 64 Gambar 4.13 Kurva V Motor Sinkron Untuk Beban Berbeda 64 Gambar 4.14 Kurva V Invers Motor Sinkron untuk Beban Berbeda 65

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Data Hasil Perngujian Beban Nol Mesin Sinkron 43 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Hubung Singkat Mesin Sinkron 45 Tabel 4.3 Data Hasil Pengukuran Tahanan Jangkar 47 Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan Reaktansi Sinkron 48 Tabel 4.5 Data Hasil Pengujian Berbeban Motor Sinkron 50 Tabel 4.6. Data Hasil Perhitungan Untuk Beban Nol 54 Tabel 4.7. Data Hasil Perhitungan I F vs I A dan I F vs cos θ Untuk Beban Nol 55 Tabel 4.8 Data Hasil Perhitungan Untuk Setengah Beban Penuh 58 Tabel 4.9 Data Hasil Perhitungan I F vs I A dan I F vs cos θ Untuk Setengah Beban Penuh 59 Tabel 4.10 Data Hasil Perhitungan Untuk Beban Penuh 61 Tabel 4.11 Data Hasil Perhitungan I F vs I A dan I F vs cos θ Untuk Beban Penuh 63

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor sinkron tiga fasa adalah mesin listrik arus bolak-balik (AC) yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Sesuai dengan namanya, motor ini beroperasi pada sumber tegangan tiga fasa dimana kecepatan medan putar stator (N s ) sinkron dengan kecepatan putaran rotornya (N r ). Ada dua sumber pembangkitan fluks pada motor sinkron tiga fasa yaitu sumber arus bolak-balik (AC) yang dihubungkan ke kumparan jangkar di stator dan sumber arus searah (DC) yang dihubungkan ke kumparan medan di rotornya sebagai medan penguat/ eksitasi. Eksitasi ini dialirkan ke rotor melalui dua cara yaitu dengan sistem eksitasi tipe sikat (brush-type exitation system) dan sistem eksitasi tanpa sikat (brushless exitation system). Tidak seperti halnya motor induksi yang selalu bekerja pada faktor daya lagging, motor sinkron dapat dioperasikan pada daerah faktor daya yang luas yaitu dari faktor daya lagging, faktor daya unity dan faktor daya leading dengan pengaturan arus eksitasinya. Ketika arus eksitasi pada rotor cukup untuk membangkitkan fluks yang diperlukan motor, maka stator tidak perlu memberikan arus magnetisasi atau daya reaktif dan motor bekerja pada faktor daya unity. Ketika arus eksitasi pada rotor kurang, stator akan menarik arus magnetisasi dari jala-jala sehingga motor bekerja pada faktor daya lagging. Sebaliknya bila arus eksitasi lebih, kelebihan fluks ini harus diimbangi dan stator akan menarik arus yang bersifat kapasitif dari jala-jala

sehingga motor bekerja pada faktor daya leading. Motor sinkron dengan faktor daya leading ini dapat memperbaiki faktor daya pada suatu sistem. Pada tulisan ini akan dipelajari pengaruh perubahan arus eksitasi terhadap arus jangkar dan faktor daya motor sinkron tiga fasa. 1.2. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Mendapatkan pengaruh perubahan arus medan terhadap arus jangkar pada motor sinkron tiga fasa. 2. Mendapatkan pengaruh perubahan arus medan terhadap faktor daya pada motor sinkron tiga fasa. 1.3. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan mahasiswa tentang motor sinkron tiga fasa. 2. Sebagai bahan tulisan untuk menambah percobaan/ praktikum mesinmesin elektrik dan konversi energi listrik di Laboratorium Konversi Energi Listrik FT USU. 1.4. Batasan Masalah Agar tujuan dan pembahasan dari penulisan tugas akhir ini lebih terfokus dan dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis membuat batasan cakupan

masalah yang akan dibahas. Adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Analisa percobaan berdasarkan peralatan yang tersedia pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU. 2. Tidak membahas mengenai pengaturan kecepatan motor sinkron. 3. Tidak membahas rugi-rugi motor sinkron tiga fasa 1.5. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Studi Literatur Berupa studi kepustakaan dan kajian dari berbagai sumber pustaka yang relevan mendukung dalam penulisan tugas akhir ini. 2. Studi Laboratorium Melakukan pengujian di laboratorium untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. 3. Studi Bimbingan Dalam hal ini penulis melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh Departemen Teknik Elektro. 1.6. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran mengenai tulisan ini, secara singkat dapat diuraikan sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan. BAB II MOTOR SINKRON 3 FASA Bab ini menjelaskan teori umum mengenai motor sinkron, konstruksi motor sinkron tiga fasa, kumparan bantu (damper winding), reaksi jangkar, rangkaian ekivalen, prinsip kerja, daya dan kopel yang dibangkitkan, metode menjalankan motor sinkron, sistem eksitasi, karakteristik torsiputaran, pengaruh perubahan beban pada eksitasi konstan, kondensor sinkron, keuntungan dan kerugian serta aplikasi motor sinkron BAB III PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI PADA MOTOR SINKRON 3 FASA Bab ini akan menjelaskan mengenai pengaruh perubahan eksitasi pada perilaku motor sinkron, diagram fasornya, karakteristik Kurva V (I A = f(i F )) dan Kurva V Invers (Cos φ = f(i F )) motor sinkron. BAB IV ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP ARUS JANGKAR DAN FAKTOR DAYA PADA MOTOR SINKRON 3 FASA Bab ini berisikan tentang jenis komponen dan spesfikasi peralatan percobaan, rangkaian percobaan, prosedur percobaan, data percobaan, dan

analisis pengaruh perubahan arus eksitasi terhadap arus jangkar dan faktor daya. BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh penulis dari hasil pembahasan.

BAB II MOTOR SINKRON TIGA FASA 2.1. Umum Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi pada sumber tegangan tiga phasa yang dihubungkan dengan kumparan jangkar di stator. Selain mendapat suplai tegangan tiga fasa, motor sinkron juga mendapat arus eksitasi/arus medan dari sumber arus searah (DC) pada kumparan medan di rotornya. Motor sinkron pada pengoperasiannya tidak dapat melakukan start awal (self starting). Oleh karena itu, motor sinkron tiga phasa membutuhkan penggerak mula (prime mover) untuk memutar rotor sampai pada kecepatan putar medan putar stator. Perubahan beban pada motor sinkron tidak mempengaruhi kecepatan putar motor karena ketika motor bekerja, rotor akan selalu terikat atau terkopel secara magnetis dengan medan putar dan dipaksa untuk berputar dengan kecepatan sinkronnya sehinga motor sinkron biasanya digunakan pada sistem operasi yang membutuhkan kecepatan konstan dengan beban yang berubah-ubah. Keuntungan lain dari motor sinkron adalah dapat digunakan untuk memperbaiki faktor daya sistem karena karakteristiknya pada saat eksitasi lebih. Stator akan menarik arus yang bersifat kapasitif dari jala-jala dan sehingga motor bekerja pada faktor daya leading (leading). Hal ini akan dapat memperbaiki faktor daya pada sistem.

2.2. Konstruksi Motor Sinkron Tiga Fasa Konstruksi motor sinkron pada prinsipnya adalah sama dengan generator sinkron. Kalaupun ada perbedaan secara fisik yaitu adanya kumparan peredam (Damper Winding) yang ditanamkan pada muka kutub rotor yang berfungsi untuk start awal pada motor sinkron. Secara umum, konstruksi dari sebuah motor sinkron terdiri dari : 1. Stator adalah bagian dari motor yang diam 2. Rotor adalah bagian dari motor yang berputar 3. Celah udara adalah ruang antara stator dan rotor Konstruksi dari motor sinkron dapat dilihat dari gambar 2.1 dibawah ini: Gambar 2.1. Kontruksi Motor Sinkron 2.2.1. Stator Stator merupakan bagian yang diam dan mempunyai alur atau slot memanjang yang di dalamnya terdapat belitan yang disebut dengan belitan jangkar (Armature Winding).

Secara umum stator terdiri dari kerangka stator, inti stator, belitan stator dan slot. 1. Rangka Stator Rangka stator berfungsi sebagai tempat melekatnya kumparan jangkar. Pada rangka stator terdapat lubang pendingin dimana udara dan gas pendingin disirkulasikan. Rangka stator biasanya dibuat dari besi campuran baja atau plat baja giling yang dibentuk sedemikian rupa sehingga diperoleh rangka yang sesuai dengan kebutuhan. 2. Inti Stator Inti stator melekat pada rangka stator dimana inti ini terbuat dari laminasilaminasi besi khusus atau campuran baja. Hal ini dilakukan untuk memperkecil rugi arus eddy. Tiap laminasi diberi isolasi dan diantaranya dibentuk celah sebagai tepat aliran udara. 3. Slot Slot adalah tempat konduktor berada yang letaknya pada bagian dalam sepanjang keliling stator. Bentuk slot ada 3 jenis yaitu slot terbuka, slot setengah terbuka, slot tertutup. Gambar 2.2. Penampang Stator

2.2.2. Rotor Rotor berfungsi sebagai tempat belitan medan (eksitasi) yang membentuk kemagnetan listrik kutub utara-selatan pada inti rotor. Belitan medan tersebut dihubungkan dengan sumber eksitasi DC. Berdasarkan bentuknya ada 2 jenis rotor pada motor sinkron yaitu kutub silinder dan kutub menonjol. 1. Rotor Kutub Silinder (Non-Salient Pole Rotor) Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang mempunyai sejumlah slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya slot-slot dan kumparan medan yang terletak pada rotor mengakibatkan jumlah kutub sedikit. Selain itu motor ini memiliki putaran yang tinggi pada frekuensi yang konstan. Tipe rotor biasanya berdiameter kecil dan sumbunya sangat panjang. Konstruksinya memberikan keseimbangan mekanis yang lebih baik karena rugi-rugi anginnya lebih kecil dibandingkan rotor kutub menonjol. Gambar 2.3. Penampang Rotor Kutub Silinder 2. Rotor kutub menonjol (Salient Pole Rotor) Rotor tipe ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak dan putarannya rendah. Kutub menonjol ditandai dengan rotor berdiameter besar dan panjang sumbunya pendek. Kumparan dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-

kutub diberi laminasi untuk mengurangi panas yang ditimbulkan oleh arus Eddy. Gambar 2.4. Penampang Rotor Kutub Menonjol 2.3. Kumparan Peredam (Damper Winding) Kumparan ini berfungsi untuk membantu motor sinkron melakukan start langsung dan juga memberikan keuntungan pada stabilitas motor karena kumparan ini mempunyai kecenderungan untuk meredam gejala peralihan (transient) pada motor. Kumparan peredam yang juga sering dikatakan amortisseur winding, merupakan pelat kumparan dengan tonjolan pada bagian muka kumparan rotor yang ujung-ujungnya dihubung-singkatkan dengan cincin logam seperti kumparan sangkar bajing (squirrel cage ) pada motor induksi. Gambar 2.5. Kumparan Peredam Pada Rotor Jenis Kutub Menonjol

2.4. Reaksi Jangkar Ketika motor sinkron dioperasikan, arus jangkar I A akan mengalir dan membentuk fluksi jangkar ϕ a di stator. Fluksi jangkar ini kemudian akan berinteraksi dengan fluksi medan ϕ m dari rotor dan akan mempengaruhi nilai tegangan fasanya. Interaksi antara ϕ a dan ϕ m ini kemudian dikenal sebagai reaksi jangkar. Pengaruh yang ditimbulkan reaksi jangkar dapat berupa distorsi, penguatan (magnetising), maupun pelemahan (demagnetising) fluksi arus medan pada celah udara. Pengaruh yang ditimbulkan reaksi jangkar dapat dilihat pada: a. cosφ = lagging Arus akan tertinggal sebesar 90 0 dari tegangan. Fluksi yang dihasilkan oleh arus jangkar ϕ a akan melawan fluksi arus medan ϕ m sehingga fluks resultan ϕ g pada celah udara akan berkurang dari ϕ m. Dengan kata lain reaksi jangkar akan demagnetising artinya pengaruh reaksi jangkar akan melemahkan fluksi arus medan (Demagnetising Effect). E lagging dari ϕ m sebesar 90 I lagging dari E sebesar 90 Oleh karena itu I lagging dari ϕ m sebesar 180 Karena ϕ a sefasa dengan I, ϕ a lagging dari ϕ m sebesar 180 Gambar 2.6. Pengaruh Demagnetisasi (Demagnetising Effect) b. cosφ = unity Pengaruh fluksi jangkar terhadap fluksi medan hanyalah sebatas mendistorsinya saja tanpa mempengaruhi kekuatannya (cross magnetising)

E lagging dari ϕ m sebesar 90 ϕ a lagging dari ϕ m sebesar 90 Gambar 2.7. Pengaruh Distorsi Magnet (Cross-Magnetising Effect) c. cosφ = leading Arus akan mendahului tegangan sebesar 90 0. Fluksi yang yang dihasilkan arus jangkar akan searah dengan fluksi arus medan sehingga fluks resultan ϕ g pada celah udara akan bertambah dari ϕ m. Reaksi jangkar yang terjadi akan magnetising artinya pengaruh reaksi jangkar akan menguatkan fluksi arus medan (Magnetising Effect). E lagging dari ϕ m sebesar 90 I leading dari E sebesar 90 Sehingga I sefasa ϕ m Karena ϕ a sefasa dengan I, ϕ a akan sefasa dengan ϕ m Gambar 2.8. Pengaruh Magnetisasi (Magnetising Effect) Perubahan nilai tegangan terminal V t akibat perubahan fluksi karena reaksi jangkar dinyatakan sebagai reaktansi reaksi jangkar X M. Untuk jatuh tegangan akibat adanya reaksi jangkar dinyatakan dengan jx M I A.

2.5. Rangkaian Ekivalen Stator terdiri dari belitan-belitan dimana suatu belitan konduktor akan terdiri dari tahanan R A dan induktansi L. Ketika motor bekerja maka arus akan mengalir pada konduktor membentuk fluksi jangkar ϕ a yang akan membangkitkan medan putar. Fluksi jangkar ϕ a akan berinteraksi dengan fluks medan ϕ m sehingga akan terjadi konversi energi dari energi listrik menjadi energi mekanik. Pada kondisi ini, ada fluks sisa yang tidak dapat berinteraksi dengan fluks medan disebut reaktansi bocor X A. Akibatnya adanya pengaruh reaksi jangkar dan reaktansi bocor X A maka rangkaian ekivalen suatu motor sinkron adalah seperti gambar 2.9: Radj jxa jxm RA IA Rf Vf Ea VΦ Lf Gambar 2.9 Rangkaian Ekivalen Motor Sinkron Perfasa Dengan melihat gambar 2.9 maka dapat ditulis persamaan tegangan motor sinkron sebagai berikut : Vϕ = E A + j.x A.I A + j.x M.I A + R A.I A (Volt)...(2.1) Dari persamaan (2.1) dapat dilihat bahwa selain karena adanya tahanan R A, penyebab perbedaan antara tegangan induksi E A dan tegangan terminal V t adalah reaktansi bocor (X A ) dan reaktansi reaksi jangkar (X M ). Kedua reaktansi ini memiliki arah yang sama, yaitu leading dari arus sebesar 90. Karena itu keduanya dapat disederhanakan menjadi X S yang disebut dengan reaktansi sinkron (X S = X A + X M ) sehingga persamaan (2.1) menjadi:

Vϕ = E A + j.x S.I A + R A.I A (Volt)...(2.2) atau E A = Vϕ - j.x S.I A - R A.I A (Volt)...(2.3) Persamaan ini sama dengan persamaan generator sinkron, kecuali tanda untuk arusnya adalah terbalik. Radj XS RA IA Rf Vf EA Vϕ Lf Gambar 2.10. Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Motor Sinkron Perfasa Gambar 2.11. Rangkaian Ekivalen Motor Sinkron Tiga Fasa

Dari persamaan (2.3) dapat digambarkan diagram fasor motor sinkron seperti ditunjukkan pada gambar 2.12 berikut : Gambar 2.12.a. Diagram Fasor Motor Sinkron Pada Faktor Daya Lagging b. Diagram Fasor Motor Sinkron Pada Faktor Daya Unity c. Diagram Fasor Motor Sinkron Pada Faktor Daya Leading

Keterangan : E A = Tegangan Jangkar (ggl lawan) I A = Arus Jangkar V Φ = Tegangan Terminal X S = Reaktansi Sinkron Zs = Impedansi Sinkron R A = Tahanan Jangkar R adj = Tahanan Variabel δ θ = Sudut Kopel = Sudut Daya Saat motor sinkron dibebani tanpa pengaturan eksitasi, motor sinkron akan beroperasi pada faktor daya lagging dan diagram fasornya seperti yang ditunjukkan pada gambar (2.12.a). Oleh karena itu, untuk menganalisis motor sinkron digunakan diagram fasor motor sinkron dengan faktor daya lagging. 2.6. Prinsip Kerja Pada motor sinkron tiga fasa terdapat 2 sumber tegangan dari luar yaitu arus bolak-balik (AC) yang dialirkan kebelitan jangkar dan arus searah (DC) yang dialirkan kebelitan medannya. Perputaran rotor diakibatkan karena adanya kopel magnetik antar medan magnet rotor dan medan putar stator. Kecepatan medan putar stator adalah : dimana f = frekwensi tegangan terminal motor P = jumlah kutub motor

Apabila tegangan tiga fasa dihubungkan kekumparan jangkar atau stator akan menghasilkan arus tiga fasa yang mengalir pada kumparan stator tersebut. Jika arus tiga fasa (yang berbentuk sinusoidal murni atau saling berbeda sudut 120 0 listrik) mengalir pada kumparan stator motor sinkron tiga fasa, maka akan menghasilkan intensitas medan magnet (H S ) yang juga saling berbeda sudut 120 0 listrik. Karena kumparan stator mempunyai permeabilitas (μ), maka akan menghasilkan intensitas medan magnet B S = μ.h S Hal inilah yang disebut dengan medan putar yang timbul pada stator. Timbulnya medan putar pada stator ini dapat dijelaskan melalui gambar berikut. Gambar 2.13.a. Kumparan a-a, b-b, cc Gambar 2.13.b. Distribusi i a, i b, i c Sebagai Fungsi Waktu

Gambar 2.13.c. Arah Fluk Secara Vektoris Saat t 1 Gambar 2.13.d. Arah Fluk Secara Vektoris Saat t 2 Gambar 2.13.e. Arah Fluk Secara Vektoris Saat t 3 Gambar 2.13.f. Arah Fluk Secara Vektoris Saat t 4 Saat tegangan tiga fasa dihubungkan ke kumparan a-a, b-b, c-c (gambar 2.13.a) dengan beda fasa masing-masing 120 0. Maka akan timbul timbul 3 buah arus sinusoidal (I a, I b, I c ) berdasarkan fungsi waktu seperti terlihat pada gambar (2.13.b). Pada saat t 1, t 2, t 3, t 4, arah fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing-masing ditunjukkan seperti pada gambar (2.13.c, 2.13.d, 2.13.e, 2.13.f). Pada saat t 1, arah fluks resultannya sama dengan arah fluks yang dihasilkan kumparan a-a (gambar 2.13.c). Pada saat t 2, arah fluks resultannya sama dengan arah fluks yang dihasilkan kumparan b-b (gambar 2.13.d). Pada saat t 3, arah fluks resultannya sama dengan arah fluks yang dihasilkan kumparan c-c (gambar 2.13.e). Pada saat t 4, arah fluks resultannya berlawanan arah dengan arah fluks yang dihasilkan kumparan a-a

(gambar 2.13.f). Perubahan arah fluks ini akan terjadi berulang setiap satu periode yang menyebabkan perputaran medan magnet stator. Kutub medan rotor yang diberi penguatan arus searah mengakibatkan mengalir arus penguat I F motor dan menghasilkan medan magnet B R. Karena motor sinkron tidak dapat melakukan start sendiri (self starting) maka rotor diputar dengan suatu penggerak mula sampai pada kecepatan putar rotor sama dengan kecepatan putar medan stator. Sehingga medan magnet rotor B R akan mendapat tarikan dari kutub medan putar stator dan akan selalu menempel dan mengikuti putaran B S dengan kecepatan yang sama atau sinkron. Interaksi antar kedua medan magnet tersebut akan menghasilkan kopel yang dinyatakan sebagai : T ind = k.b R x B S..........(2.5) Dan hubungannya dengan diagram medan magnetnya adalah sebagai berikut : B R B net B S δ Gambar 2.14. Diagram Medan Magnet Motor Sinkron Keterangan : B S = Medan magnet stator B R = Medan magnet rotor B net = Resultan medan magnet stator dan rotor

Sehingga didapat : B net = B S + B R B S = B net + B R...(2.6) Dengan mensubstitusikan pesamaan (2.6) ke persamaan (2.5), maka diperoleh : T ind = k.b R (B net B R ) Sin δ T ind = k.b R.B net.sin δ k.(b R.B S ) Sin δ B R.B R = 0 Sehingga persamaan kopel induksinya dapat dituliskan : T ind = k.b R.B net. Sin δ Nm...(2.7) 2.7. Daya dan Kopel Yang Dibangkitkan Motor Sinkron Berikut ini akan dijelaskan besar daya yang dibangkitkan oleh motor sinkron: C D B θ Ψ θ o E A φ Ψ I A V ph α θ-α A Gbr. 2.15. Ilustrasi Pembangkitan Daya Listrik Pada Motor Sinkron E Dari gambar 2.15, persamaan daya mekanis per fasa yang dibangkitkan pada poros adalah sebesar : P mek = E A.I A.Cos Ψ...(2.8) Pada segitiga OBD, BD = I A.Z S. Cos Ψ, dimana BD=CD-BC= AE-BC, sehingga : I A.Z S. Cos Ψ = V ph.cos (θ-α) E A.Cos θ, dan didapat : I A.Cos Ψ = (V ph / Z S ). Cos (θ-α) (E A / Z S ).Cos θ...(2.9) Dengan mensubsitusikan nilai persamaan (2.9) ke persamaan (2.8) didapat :

P mek = E A. V Z ph S E. Cos( θ α) Z A S Cosθ P mek = E. V A Z S ph 2 E A Cos( θ α) Cosθ...(2.10) Z S Jika R A diabaikan, maka Z S =X S, dan θ 90 o, maka : P mek = E. A Vph o E 2 A X S. Cos(90 α ) X S. Cos 90 o P E A. V ph = Sinα...(2.11) X mek. S Adapun besarnya kopel yang dibangkitkan (berupa kopel ditambah dengan rugi-rugi mekanisnya, baik berupa rugi gesekan maupun rugi angin) oleh motor sinkron dinyatakan : T = P ω mek S E A. V ph =. Sinδ......(2.12) ω. X S S Adapun hubungan antara kopel dan sudut δ pada persamaan 2.12 ditunjukan pada gambar 2.16 sebagai berikut : Operasi Motor T δ Operasi Generator Gambar 2.16. Kurva Hubungan Antara Kopel Dan Sudut δ Motor sinkron

2.8. Metode Menjalankan Motor Sinkron Sesuai dengan prinsip kerjanya, motor sinkron tidak dapat melakukan start sendiri (self starting). Hal ini disebabkan torsi start motor sinkron adalah nol. Berikut akan dijelaskan keadaan motor sinkron dengan frekuensi 50 Hz saat start. BR BR BR BS ω ω BS ω BS t = 0 detik Tind = 0 (a) t = 1/200 detik Tind = berlawanan arah jarum jam (b) t = 1/100 detik Tind = 0 (c) BR BR BS ω BS ω t = 3/200 detik Tind = Searah jarum jam (d) t = 1/50 detik Tind = 0 (e) Gambar 2.17. Masalah Arah Putaran Motor Sinkron 1. Pada keadaan mula-mula rotor motor dalam keadaan diam, dan karenanya medan magnetnya (B R ) pun dalam keadaan diam. Medan magnet stator (B S ) mulai menyapu sekeliling motor pada kecepatan sinkron. 2. Pada gambar 2.17.a, memperlihatkan motor pada waktu t=0 detik, ketika B R dan B S benar-benar sefasa/segaris, maka dari persamaan kopel induksinya (persamaan 2.5), kopel induksi pada poros rotor sama dengan nol.

3. Pada gambar 2.17.b, menunjukkan situasi rotor pada saat t=1/200 detik, rotor baru saja bergerak, tetapi medan magnet stator sekarang bergerak kekiri. Kembali dengan persamaan 2.5, kopel pada poros rotor sekarang berlawanan dengan arah jarum jam. 4. Pada gambar 2.17.c, menunjukkan situasi pada t=1/100 detik, dimana B R dan B S berada pada arah yang berlawanan sehingga kopel induksi poros rotor sama dengan nol. 5. Pada gambar 2.17.d, menunjukkan situasi start pada saat t=3/200 detik, medan magnet stator sekarang menunjukkan ke kanan, sehingga kopel pada poros rotor searah dengan jarum jam 6. Pada gambar 2.17.e, menunjukkan pada waktu t=1/50 detik, B R dan B S kembali pada posisi segaris dan kopel induksinya sama dengan nol. Jadi selama satu siklus listrik diatas, kopel mula-mula kopel mula-mula berlawanan dengan arah jarum jam dan kemudian searah jarum jam, sehingga kopel rata-rata selamam satu siklus listrik sama dengan nol. Maka rotor tersebut akan terguncang/ bervibrasi dan akan menimbulkan panas berlebihan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka didapatkan 3 cara agar motor sinkron dapat di-start dengan aman, yaitu : 1. Menggunakan penggerak mula (prime mover) eksternal untuk memutar motor sinkron sampai pada kecepatan sinkronnya. 2. Mereduksi putaran dengan mengatur medan stator ke harga yang cukup rendah sampai rotor berputar. 3. Menggunakan kumparan peredam (damper winding).

2.8.1. Starting Motor Sinkron Dengan Penggerak Mula Eksternal Pada metode start motor sinkron dengan penggerak mula, poros rotor motor sinkron dikopel dengan poros rotor penggerak mula (prime mover) eksternal, selanjutnya penggerak mula akan memutar rotor motor sinkron sampai mencapai putaran sinkronnya. Selanjutnya motor sinkron tersebut diparalelkan dengan jala-jala dan bekerja sebagai generator. Setelah hal ini dicapai, penggerak mula dilepas dari poros motor. Ketika penggerak mula dilepas dari poros motor, poros motor akan berputar perlahan (putarannya menurun) sehingga medan magnet B R akan lagging dibelakang B net dan mesin akan start beraksi sebagai motor. Saat paralelnya sudah selesai, maka motor sudah dapat dibebani. 2.8.2. Starting Motor Sinkron Dengan Mereduksi Frekwensi Putaran medan magnet stator yang cepat membuat tidak mungkinnya terjadi interaksi tarik-menarik dan tolak menolak antara kutub medan magnet stator dengan kutub medan magnet rotor yang diam sehingga motor sinkron tidak dapat melakukan start sendiri (self starting). Pada metode start dengan mereduksi frekwensi ini, pada saat start, motor disuplai dengan frekwensi yang rendah sehingga kecepatan putaran medan putar stator juga rendah. Hal ini akan membuat terjadinya interaksi tarik-menarik dan tolak-menolak antara kutub medan magnet stator dan kutub medan magnet rotor. Setelah terjadi interaksi antara kedua kutub medan magnet tersebut, maka frekwensi sistem pun dinaikkan secara perlahan sampai pada frekwensi dan kecepatan sinkron yang diinginkan. Saat ini, pengaturan besar frekwensi yang disuplai dapat dilakukan dengan menggunakan inverter penyearah (rectifier-inverter) dan cycloconverter.

2.8.3. Starting Motor Dengan Kumparan Peredam (Damper Winding) Pada metode start dengan kumparan peredam, rotor dilengkapi dengan kumparan peredam atau kumparan sangkar bajing yang ditempatkan pada permukaan rotor yang dihubung singkat pada kedua ujungnya. Saat kumparan stator dihubungkan dengan tegangan tiga fasa maka akan timbul medan putar pada stator. Kemudian medan putar ini akan menginduksikan ggl kedalam kumparan peredam yang telah terhubung singkat, maka dalam kumparan peredam akan mengalir arus. Arus ini akan menimbulkan kopel antara rotor dan stator secara magnetis sehingga rotor pun berputar. Namun kecepatan putar rotor tidak sama dengan kecepatan sinkronnya. Pada saat ini, motor sinkron bertindak sebagai motor induksi. Setelah putaran rotor hampir mencapai kecepatan sinkronnya, maka kumparan medan penguat yang berada pada rotor dieksitasi dengan sumber DC. Selanjutnya motor akan menuju ke keadaan sinkron. Namun dalam pelaksanaan metode start ini dibutuhkan alat pengaturan sinkronisasi untuk menghindarkan efek yang dapat merusak motor tersebut. 2.9. Sistem Eksitasi Ada dua metode yang umum digunakan untuk aplikasi arus medan DC yang disuplai ke rotor motor sinkron yaitu : 1. Sistem Eksitasi tipe sikat (Brush-Type Exitation System) 2. Sistem Eksitasi Tanpa sikat (Brushless-Type Exitation system) 2.9.1. Sistem Eksitasi Tipe Sikat

2.9.2. Pada metode eksitasi ini arus eksitasi untuk motor sinkron disuplai oleh sebuah generator arus searah (DC) yang dikenal sebagai Exciter. Gambar 2.18. Skema Motor Sinkron Dengan Sistem Eksitasi Tipe Sikat Exciter ini diputar salah satunya oleh motor sinkron itu sendiri (garis putusputus) atau motor lain yang terpisah. Medan Shunt dari exciter dihubungkan ke sebuah control medan statis. Beberapa kontrol eksitasi dibuat manual untuk pengaturan arus medannya, tetapi ada juga yang dibuat otomatis untuk mengatur arus medan motor sinkron dalam sebuah konfigurasi loop tertutup yang didesain untuk mengendalikan besar arus medan untuk variasi beban atau untuk mengatur faktor daya tetap. Keluaran DC dari exciter ini akan di suplaikan ke medan magnet rotor motor sinkron melalui slip ring motor. 2.9.2. Sistem Eksitasi Tanpa Sikat Metode eksitasi ini mengeliminasi kebutuhan akan sikat, antara exciter dan motor. Tegangan DC pada kumparan rotor motor disuplaikan melalui poros yang menghubungkan exciter dan motor sinkron.

Gambar 2.19. Skema Motor Sinkron Dengan Sistem Eksitasi Tanpa Sikat Ketika motor di start kontak A akan tertutup dan tegangan tiga phasa akan disupalikan ke kumparan stator. Motor sinkron di start seperti motor induksi menggunakan kumparan amortisir pada permukaan rotornya. Kontak B juga tertutup dan keluaran DC akan disuplaikan ke kumparan stator exiter. Pada kumparan rotor exciter akan di induksikan tegangan dan tegangan ini akan disearahkan oleh penyearah berputar (rotating rectifier). Ketika putaran rotor mendekati kecepatan sinkronnya, SCR akan bekerja dan tegangan DC dari exciter akan disuplaikan ke kumparan rotor motor sinkron. 2.10. Karakteristik Motor Sinkron Adapun karakteristik yang umum pada motor sinkron yaitu karakteristik torsi-putaran dan pengaruh kenaikan beban dengan eksitasi konstan, serta pengaruh perubahan eksitasi terhadap arus jangkar dan faktor daya akan dibahas pada bab III.

2.10.1. Karakteristik Torsi-Putaran Pada Motor Sinkron Motor sinkron biasanya dihubungkan dengan suatu sistem daya yang besar (infinite buses). Hal ini dimaksudkan agar tegangan terminal dan frekwensi sistem akan selalu konstan. Kecepatan putaran motor terkunci pada frekwensi elektrik yang disuplai, maka kecepatan motor juga akan tetap konstan. Karakteristik Kurva Torsi- Putaran diperlihatkan pada gambar (2.16). Kecepatan steady-state motor adalah konstan dari beban nol sampai torsi maksimum motor. T ind T pullout T rated n SR = SR = 0 no load 0 0 n n full load full load 100 0 0 nsync nm Gambar 2.20. Karakteristik Torsi-Putaran Motor Sinkron Dari persamaan torsi pada motor (persamaan 2.12) diperoleh torsi maksimum atau pull out torque terjadi saat δ = 90 0. Dan torsi normalnya akan lebih kecil dari harga tersebut. Kenyataannya, torsi maksimum dapat mencapai tiga kali dari pull out torque pada mesin. 2.10.2. Pengaruh Kenaikan Beban Dengan Eksitasi Konstan Bila beban dihubungkan ke poros motor sinkron, motor akan berusaha mendapatkan torsi yang cukup agar motor tetap beroperasi memikul beban dengan kecepatan sinkronnya. Jika beban yang ada diubah besarnya maka motor sinkron akan memiliki perilaku sebagai berikut:

Gambar 2.21. Pengaruh Bertambahnya Beban Pada Operasi Motor Sinkron Jika beban pada poros dinaikkan, maka putaran rotor akan melambat (slow down) untuk sesaat, karena sudut kopel δ akan semakin besar dan torsi induksi motor sinkron juga akan bertambah besar. Peningkatan kopel induksi ini akhirnya mempercepat putaran rotor dan motor kembali berputar pada kecepatan sinkronnya, tetapi dengan sudut kopel δ yang lebih besar. Hal ini dapat di ilustrasikan sebagai gandengan / kopling fleksibel yang memikul beban, untuk lebih jelasnya ditunjukkan gambar 2.22. N S N S δ 1 δ 2 S Beban ringan Sudut δ kecil S Beban berat Sudut δ besar Gambar 2.22. Ilustrasi Besarnya Beban Yang Dipikul Motor Sinkron 2.11. Kondensor Sinkron Apabila motor sinkron diberi eksitasi lebih, maka untuk mengkompensasi kelebihan fluks, dari jala-jala akan ditarik arus kapasitif. Karena itu motor sinkron

(tanpa beban) yang diberi eksitasi lebih akan berfungsi sebagai kapasitor dan mempunyai kemampuan untuk memperbaiki faktor daya. Motor sinkron demikian disebut kondensor sinkron. Motor sinkron tanpa beban dalam keadaan eksitasi tertentu dapat menimbulkan daya reaktif. Perhatikan diagram vektor motor sinkron tanpa beban pada gambar di bawah ini. V JIXS I V δ=0 JIXS V I=0 E δ=0 E E δ=0 I (a) (b) (c) Gambar 2.23. Diagram Vektor Daya Reaktif Motor Sinkron Tanpa Pada kondisi ideal dan eksitasi normal dan Tahanan Jangkar R A diabaikan, tanpa rugi-rugi, tegangan induksi akan sama dengan tegangan terminal dan sudut daya akan sama dengan nol karena tidak ada daya output. Pada gambar (a), penguatan normal sehingga V = E. Motor dalam keadaan tidak memberikan ataupun menghasilkan daya reaktif. V berimpit dengan E karena dalam keadaan tanpa beban sudut daya δ = 0. Pada gambar (b), eksitasi lebih sehingga E >V. Arus kapasitif (leading current) ditarik dari jala-jala dimana daya aktif P = VI cos θ = 0. Jadi, motor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif. Pada gambar (c), eksitasi kurang sehingga E < V. Arus magnetisasi (lagging current) ditarik dari jala-jala sehingga motor akan menyerap daya reaktif. Jadi Motor Sinkron dapat dioperasikan sebagai penghasil daya reatif (Kondensor Sinkron) atau sebagai penyerap daya reakif. Dengan sifat tersebut maka motor sinkron diaplikasikan untuk memperbaiki faktor daya jala-jala.

2.12. Keuntungan, Kerugian dan Aplikasi Motor Sinkron Pemilihan motor sinkron untuk berbagai aplikasi secara umum didasari atas kebutuhan beban dan perkiraan ekonomis tertentu. Motor sinkron biasanya dibuat berukuran daya yang besar, karena pada ukuran yang kecil motor sinkron kurang ekonomis dibandingkan motor induksi. 2.12.1. Kerugian dan Kekurangan Motor Sinkron Antara Lain : 1. Pengaturan kecepatan putaran sulit dilakukan karena kecepatan putaran-nya serempak dengan putaran medan statornya, sehingga satu-satunya cara untuk merubah kecepatannya adalah dengan merubah frekuensi jala-jala. 2. Motor sinkron tidak dapat melakukan start sendiri, rotornya harus diputar terlebih dahulu dengan penggerak mula (Prime Mover) sampai putaran sinkronnya, sehingga sangat tidak efesien. 3. Membutuhkan suplai arus searah untuk medan eksitasinya 2.12.2. Keuntungan Motor Sinkron Antara Lain : 1. Faktor daya motor sinkron dapat diatur dengan mudah melalui pengaturan arus eksitasi. 2. Memiliki efisiensi tinggi dan kecepatannya yang konstan. 3. Untuk operasi sistem yang membutuhkan kecepatan dibawah 500 rpm dan untuk beban yang membutuhkan daya (mekanis) yang besar, motor sinkron lebih murah dari motor induksi.

2.12.3. Aplikasi Dan Penggunaan Motor Sinkron Antara Lain : Motor sinkron sering digunakan pada sistem yang membutuhkan kecepatan konstan. Pemakaian yang umum adalah untuk menggerakkan kompressor yang memiliki efisiensi yang tinggi. 1. Aplikasi motor sinkron sebagai motor penggerak (Motor Drive) Karena mempunyai kecepatan yang konstan, tidak terpengaruh oleh perubahan beban serta efesiensinya yang baik, maka motor sinkron sangat baik digunakan untuk melayani beban yang membutuhkan kecepatan konstan seperti pompa sentrifugal, mesin giling karet dan blower mesin, baling-baling, crushers, mills, conveyor belts, grinders. 2. Aplikasi motor sinkron untuk perbaikan faktor daya Dalam hal ini, motor sinkron dengan eksitasi lebih dapat digunakan untuk membangkitkan daya reaktif sehingga dapat meningkatkan faktor daya sistem. Motor sinkron tanpa beban yang khusus digunakan untuk memperbaiki faktor daya sistem dikenal dengan nama kondensor sinkron.

BAB III PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI PADA MOTOR SINKRON 3 FASA 3.1. Umum Karakteristik yang umum dari suatu motor sinkron adalah pengaruh perubahan eksitasi pada motor sinkron. Pengaruh perubahan eksitasi dari suatu motor perlu diketahui untuk memahami perilaku dari motor listrik tersebut dalam berbagai kondisi operasinya. Dalam tugas akhir ini akan dibahas pengaruh perubahan eksitasi terhadap arus jangkar dan faktor daya motor sinkron tiga phasa. Pengaruhnya tersebut dapat dilihat dalam bentuk diagram fasor, kurva v dan kurva v invers motor sinkron. Kurva v motor sinkron menunjukkan hubungan antara variasi arus eksitasi terhadap arus jangkar, sedangkan kurva v invers menunjukkan hubungan antara variasi arus eksitasi terhadap faktor daya 3.2. Pengaruh Perubahan Arus Eksitasi Pengaruh perubahan arus eksitasi pada motor sinkron dapat dilihat dari persamaan tengangan induksi berikut:

E max maka E...(3.1) dimana : E = ggl induksi (volt) f = frekwensi (Hz) C = konstanta n = putaran (rpm) Φ = fluks magnetik (weber) N = jumlah belitan p = jumlah kutub dari persamaan fluksi, yaitu: Ф = B. A maka besarnya fluksi yang dihasilkan pada rotor adalah :

Dimana : B = Fluksi magnet H = Intensitas medan magnet A = Luas penampang konduktor (dalam hal ini stator) i = Arus (dalam hal ini merupakan arus eksitasi) μ 0 = permeabilitas bahan konduktor (rotor) l c = Panjang konduktor (rotor) Nilai arus eksitasi yang diberikan sebanding dengan nilai fluksi yang dihasilkan. Karena besar tegangan induksi yang dihasilkan berbanding lurus dengan fluksi yang diinduksikan rotor maka perubahan eksitasi juga akan berbanding lurus dengan perubahan tegangan induksi. Hal ini dapat dilihat dari persamaan (3.1) dan (3.2), sehingga: Kenaikan I F Kenaikan Ф Kenaikan E Pada gambar 3.1.a ditunjukkan motor sinkron mula-mula beroperasi dengan faktor daya lagging, lalu kemudian arus eksitasinya diperbesar. Bertambahnya arus eksitasi juga mengakibatkan nilai E A bertambah, tetapi tidak mempengaruhi daya nyata yang disuplai oleh motor. Untuk lebih memudahkan analisis, tahanan jangkar R a diabaikan sementara reaktansi sinkron X S dan tegangan terminal V θ tetap konstan. Dari persamaan dibawah dapat dilihat daya perphasa yaitu : E A. Vθ P = sinδ = Vt Xs I A cosθ...(3.3)

Untuk daya keluaran konstan, E sinδ dan I cosθ harus tetap konstan A A karena V θ dan X S juga konstan. Hal ini berarti apabila arus eksitasi divariasikan, tegangan induksi E A juga bervariasi tetapi komponen E A normal terhadap V θ yaitu E A sinδ tetap konstan. Karena E A bervariasi, I A X S dan arus jangkar I A juga bervariasi, dimana I cosθ tetap konstan. A Saat tegangan induksi adalah E A1, motor dalam keadaan eksitasi kurang dan arus jangkar I A1 lagging dari V θ dengan sudut daya θ 1. Ketika arus eksitasi dinaikkan, tegangan induksi meningkat menjadi E A2, sudut kopel akan berkurang dari δ 1 menjadiδ 2 sehingga E A1 sin δ 1 = E A2 sin δ 2 dan fasor arus I A1 akan menjadi I A2, dan motor beroperasi pada faktor daya unity seperti pada gambar 3.1.b. Ketika eksitasi dinaikkan lagi, tegangan induksi E A2 akan bertambah menjadi E A3, sudut kopel beban berkurang dari δ 2 menjadi δ 3 sehingga E A3 Sinδ 3 = E A2 Sinδ2 = E A1 Sinδ 1. Fasor arus I A2 berubah menjadi I A3 yang leading terhadap V θ seperti gambar 3.1.b dan sekarang motor beroperasi pada faktor daya leading. Dengan catatan bahwa komponen daya aktif dari arus jangkar adalah sama yaitu I A1 cosθ 1 = δ Vθ IA EA (a)

IA Cos θ = Konstan IA3 θ3 IA2 Vθ θ1 δ1 δ2 δ3 IA1.XS IA3.XS IA1 IA2.XS EA Sin δ =Konstan EA1 EA2 EA3 (b) Gambar 3.1 (a) Operasi Motor Sinkron Pada Cos θ Lagging (Ra diabaikan) (b) Pengaruh Bertambahnya Arus Eksitasi Pada Operasi Motor Sinkron (Ra diabaikan) Oleh karena itu, dengan mengontrol arus eksitasi pada motor sinkron, daya reaktif yang disuplai atau dikonsumsi dari sistem daya akan dapat dikontrol. Bila proyeksi dari fasor E A ke V θ, (E A cos δ), lebih pendek dari V θ itu sendiri, maka motor akan mempunyai arus lagging dan mengkonsumsi daya reaktif Q. Bila arus eksitasi lebih kecil dari situasi ini, maka motor disebut eksitasi kurang (under excited) atau dengan kata lain bila proyeksi E A terhadap V θ, lebih panjang dari V θ, itu sendiri, motor sinkron memiliki arus leading dan mensuplai daya reaktif Q ke sistem daya. Jadi bila arus medan lebih besar dari situasi ini, maka motor sinkron disebut eksitasi lebih (over excited). Diagram fasor dari konsep ini diilustrasikan oleh gambar berikut:

EA sin δ < Vθ θ δ Vθ IA (a) EA EA sin δ > Vθ IA θ δ Vθ EA (b) Gambar 3.2. (a). Diagram Fasor Motor Sinkron Eksitasi Kurang (b). Diagram Fasor Motor Sinkron Eksitasi Lebih 3.2.1. Karakteristik Kurva V Motor Sinkron (I A = f(i F )) Besarnya arus jangkar untuk suatu beban tertentu bervariasi dengan perubahan arus eksitasi atau I A = f(i F ), ditunjukkan dalam bentuk kurva v pada gambar 3.3. Karena bentuknya menyerupai huruf v, maka dinamakan sebagai kurva v motor sinkron. Pada gambar dibawah dapat digambarkan beberapa kurva v yang dibedakan berdasarkan level daya nyatanya. Untuk arus eksitasi yang lebih kecil dari harga minimum I A, arus jangkar akan lagging dan mengkonsumsi daya reaktif. Untuk arus eksitasi lebih besar dari harga minimum I A, arus jangkar akan leading dan mensuplai daya reaktif ke sistem seperti halnya kapasitor.

Gambar 3.3. Kurva V Motor Sinkron 3.2.2. Karakteristik Kurva V Invers Motor Sinkron (Cos φ = f(i F )) Untuk daya yang konstan, jika faktor daya digambarkan sebagai fungsi arus eksitasi atau Cos φ = f(i F ) maka akan diperoleh kurva. Karena bentuknya terbalik/berlawanan dengan kurva v maka kurva ini dinamakan kurva v invers motor sinkron. Pada gambar 3.4. ditunjukkan beberapa kurva v invers yang dibedakan berdasarkan level daya nyatanya. Kurva mencapai nilai maksimum sama dengan satu pada harga arus eksitai I F tertentu. Cos θ (PF) PF = 1 I F (A) Gambar 3.4. Kurva V Invers Motor Sinkron

BAB IV ANALISA PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP ARUS JANGKAR DAN FAKTOR DAYA MOTOR SINKRON TIGA FASA 4.1. Umum Motor sinkron tiga fasa adalah mesin listrik arus bolak-balik (AC) yang banyak digunakan untuk melayani beban mekanik yang membutuhkan putaran konstan dan perbaikan faktor daya sistem. Dalam berbagai kondisi operasinya, perilaku motor sinkron dipengaruhi oleh pengaturan atau perubahan eksitasi dari medan rotornya. Pengaruh perubahan arus eksitasi terhadap arus jangkar dan faktor daya untuk daya yang konstan dapat ditunjukkan dalam bentuk diagram fasor, kurva v (v curve) serta kurva v invers (inverted v curve) motor sinkron. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian dan mengambil data di Labotatorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara. 4.2. Peralatan Yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Motor sinkron tiga fasa Tipe 72SA P = 5 KW Cos φ = 0,8 Jumlah kutub = 4 Belitan = Y (wye)

Tegangan terminal Arus = 400 Volt = 9 Amp Kelas Isolasi Stator = E Rotor = E Tegangan Eksitasi = 44 Volt DC Arus eksitasi Frekwensi N = 5,7 Amp = 50 Hz = 1500 rpm 2. Motor Induksi Tiga Fasa Tipe VZ 132M4 (Penggerak mula) P = 7,5 KW Cos φ = 0,82 Jumlah Kutub = 4 IP = 44 Kelas rotor Belitan Tegangan Arus = D (rotor sangkar) = Y / = 380 / 220 Volt = 16,5 / 28,5 Amp 3. 2 Unit Power Suplai AC 4. 1 Unit Power Suplai DC 5. Multimeter LCR 6. Amperemeter Tipe 4539-A 7. Portable Polyphase Wattmeter Tipe 2042 8. Portable Power Faktor Meter Tipe 2039 9. 1 Unit Phony Brake