BAB 1 PENDAHULUAN. serorang professional bekerja karena integritas moral, intelektual, dan profesional

dokumen-dokumen yang mirip
TULUS IRAWAN C

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Notaris adalah pejabat umum (openbaar ambtenaar) memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. umum berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan dan Informasi, edisi no.2 Vol.1, 2005, hlm.34.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, (Jakarta:Rajawali, 1982), hlm. 23.

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. lagi dalam pembuatan akta otentik yang merupakan perbuatan hukum yang

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Adjie, Habib, 2015, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Notaris sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat terlebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kedudukan notaris dianggap sebagai suatu fungsionaris dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanggungjawabaan profesional adalah pertanggungjawabaan kepada diri sendiri dan masyarakat. Bertanggung jawab kepada diri sendiri berarti serorang professional bekerja karena integritas moral, intelektual, dan profesional sebagai bagian dari kehidupanya. Bertanggung jawab kepada masyarakat artinya kesediaan memberikan pelayanan sebaik mungkin sesuai dengan profesinya. 1 Di Indonesia salah satu profesi yang dituntut professional dalam menjalankan profesinya adalah Notaris. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainya. 2 Notaris sebagai pejabat umum (openbaar ambtenaar) yang berwenang membuat akta otentik dapat dibebani tanggungjawab atas perbuatanya sehubungan dengan pekerjaanya dalam membuat akta tersebut. Ruang lingkup notaris meliputi kebenaran materiil, dapat dibagi menjadi empat poin: 1. Tanggung Jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil dari akta yang dibuatnya 1 Abdul Ghofur, 2009, Lembaga kenotariatan Indonesia; Prespektif Hukum dan Etika, Yogyakarta : UII Press, Hal.29. 2 Supriadi, 2006, Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, Hal.29. 1

2 2. Tanggung Jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil dari akta yang dibuatnya 3. Tanggung Jawab Notaris berdasar Peraturan Jabatan Notaris terhadap kebenaran materiil dalam akta yang dibuatnya 4. Tanggung Jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan Kode Etik Notaris. 3 Mengenai tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum dalam pembahasan ini meliputi tanggung jawab profesi notaris itu sendiri yang berhubungan dengan akta otentik. Tanggung jawab Notaris terhadap akta otentik yang dibuat dan berindikasi pada perbuatan perdata atau pidana terjadi apabila terdapat kesalahan baik disengaja maupun karena kelalaiannya mengakibatkan orang lain (akibat dibuatnya akta) menderita kerugian, yang berarti Notaris telah melakukan perbuatan melanggar hukum dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada Notaris terhadap akta otentik yang memuat keterangan palsu (Pasal 84 UUJN). Menurut R. sugandhi keterangan palsu adalah keterangan yang tidak benar atau bertentangan dengan keterangngan sesungguhnya. 4 Jadi yang dimaksud dengan akta otentik yang memuat keterangan palsu dalam hal ini adalah notaris secara sengaja atau tidak disengaja, notaris bersama-sama dengan para pihak atau penghadap membuat akta yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan maksud dan tujuan untuk menguntungkan 3 Lihat Nico, 2003, Tanggungjawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Yogyakarta: Center for documentation and studies of business law, dikutib dari: Abdul Ghofur A, Op.cit, Hal.34. 4 Lihat Adami Chazawi, 2002, Kejahatan Terhadap Pemalsuan,Jakarta: Rajawali Pers, dikutib dari: R Sugandhi, Op.cit, Hal.7.

3 pihak atau penghadap tertentu saja dimana keterangan itu melanggar kepentingan orang lain. Salah satu contoh kasus yang menimpa notaris seperti dalam pembuatan Akta Pengikatan Jual-Beli dan Akta Jual-Beli beberapa bidang tanah milik dari tuan Novianto Xaverius Palenkahu dengan pembeli tuan Amang Suratman Umar yang dibuat dihadapan notaris Rachman Arie Soetardjo, SH. Yang setelah diperiksa di pengadilan ternyata akta-akta tersebut dibuat secara sepihak oleh tuan Amang Suratman Umar dengan cara memaksa tuan Novianto Xaverius Palenkahu untuk menadatangani blanko-blanko kosong. Dalam kasus ini notaris Rachman Arie Soetardjo,SH, berperan membuat dan mengesahkan blanko-blanko kosong Akta Pengikatan Jual-Beli dan Akta Jual-Beli yang di sodorkan oleh tuan Amang Suratman Umar yang telah ditandatangani kedua belah pihak sebelumnya tanpa sepengetahuan tuan Novianto Xaverius Palenkahu. Berdasarkan pemaparan di atas, Seorang notaris diharapkan selalu berpegang teguh kepada Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris dalam tugas dan tanggung jawabnya melayani masyarakat, namun dalam realisasinya saat ini, keselarasan pelaksanaan hukum dilapangan masih terdapat notaris yang melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun karena kelalaiannya sehingga melanggar Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris tersebut. Pemahaman yang kurang komprehensif dari aparat penegak hukum serta para pihak yang tidak puas terhadap pelayanan notaris dan produk hukum notaris seringkali juga membuat notaris dalam

4 menjalankan jabatan diproses hokum ke ranah pidana. 5 Oleh sebab itu berdasarkan uraian diatas, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian serta menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS TERHADAP AKTA OTENTIK YANG MEMUAT KETERANGAN PALSU DITINJAU DARI UU NO.2 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN NOTARIS. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pertanggungjawaban notaris terhadap akta otentik yang memuat keterangan palsu? 2. Bagaimana keabsahan akta otentik yang dibuat dihadapan notaris jika memuat keterangan palsu? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban notaris terhadap akta otentik yang memuat keterangan palsu. 2. Untuk mengetahui bagaimana keabsahan akta otentik yang dibuat dihadapan notaris jika memuat keterangan palsu. D. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk : 1. Manfaat Teoritis Untuk memberikan sumbangan pemikiran (sebagai informasi ilmiah) dalam kaitanya dengan pertanggungjawaban notaris terhadap akta 5 Mulyoto, 2011, Kriminalisasi Notaris Dalam Pembuatan Akta Perseroan Terbatas, Yogyakarta : Cakrawala Media, Hal.39.

5 otentik yang dibuat dihadapan notaris dan keabsahan akta otentik jika memuat keterangan palsu. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memberi masukan serta tambahan pengetahuan bagi pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti. E. Kerangka Pemikiran Pertanggung jawaban Notaris merupakan hal yang sangat penting dan mendasar mengingat akta yang dibuat di hadapan Notaris merupakan bukti yang kuat sebagai bukti tertulis. Akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris diharapkan mampu menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Menurut Subekti (2005:25) yang dimaksud dengan akta adalah suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani. Apabila dilihat dari pertanggungjawaban pejabat dalam melaksanakan jabatannya. Kranenburg dan Vegtig menyebutkan ada dua landasan dalam pertanggungjawaban pejabat dalam menjalankan jabatannya: 6 1. Teori Fautes Personalis, dalam teori ini menjelaskan bahwa suatu tanggung jawab akan dibebankan pada pejabat itu sendiri jika karena menjalankan jabatannya, pejabat tersebut merugikan pihak ketiga, dengan kata lain pembebanan tanggung jawab ini akan dibebankan kepada manusia selaku pribadi..365. 6 HR.Ridwan, 2006, Hukum Adsminitrasi Negara, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Hal

6 2. Teori Fautes De Service, dalam teori ini menjelaskan bahwa suatu tanggung jawab terhadap kerugian bagi pihak ketiga akan dibebankan kepada instansi dimana pejabat tersebut melaksanakan jabatannya. Kedua perbedaan yang mendasar dalam pertanggungjawaban jabatan diatas adalah, dimana dalam teori Fautes Personalies telah terjadi suatu kesalahan pribadi dalam menjankan jabatannya sebagai bagian dari pemerintah tetapi bukan berkaitan dengan pelayanan publik, dengan kata lain kesalahan tersebut bersumber dari seseorang yang berfungsi sebagai pejabat negara dalam hal kurang hati-hati atau kelalaiannya. Sedangkan dalam teori Fautes De Service dapat dibebankan karena adanya penyalahgunaan wewenang yang berkaitan dengan pelayanan publik. Pertanggungjawaban notaris terhadap akta otentik yang memuat keterangan palsu, apabila ditinjau dari pendapat Kranenburg dan Vegtig, maka dapat digolongkan dalam Teori Fautes Personalis, dimana notaris sebagai pejabat negara atau bagian dari pemerintah karena kurang hatihati atau kelalaiannya menyebabkan tidak terjaganya kerahasiaan suatu minuta akta yang disebabkan oleh penyalahgunaan kerahasiaan minuta akta tersebut oleh pekerjanya. Penelitian tentang pertanggungjawaban Notaris merupakan penelitian dapat dipertanggungjawabkan, penulis telah membandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang juga membahas tentang pertanggungjawaban Notaris. Adapun penelitian yang mirip dengan penelitian ini antara lain : 1. Penelitian yang berjudul Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Yang dibuat Berdasarkan Keterangan dan Dokumen Palsu oleh Steven

7 Winarso, Tesis Universitas Airlangga Surabaya 2009, menggunakan metode yuridis normatif,dengan rumusan masalah Bagaimana tanggung jawab Notaris terhadap akta yang dibuat. 2. Penelitian yang berjudul Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta Berdasarkan Pemalsuan Surat Oleh Para Pihak oleh Putu Vera Purnama Diana Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana Tahun 2015 dengan rumusan masalah Bagaimana tanggung jawab Notaris terhadap akta yang dibuat. 3. Penelitian yang berjudul Pertanggungjawaban Perdata Notaris Akibat Penyalahgunaan Kerahasiaan Minuta Akta Oleh Pekerjanya oleh Mukham Arief Widodo Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang Tahun 2015 dengan rumusan masalah Apakah notaris dapat dipertanggungjawabkan secara perdata akibat penyalahgunaan kerahasiaan minuta akta oleh pekerjanya. F. Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode pendekatan Sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif atau disebut juga dengan penelitian hukum doktrinal yakni berfokus pada peraturan yang tertulis

8 (law in book) 7. Sehingga penelitian hukum normatif diartikan sebagai suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Karena penelitian ini bermaksud menggambarkan fenomenafenomena yang ada, yang berlangsung saat ini sejelas mungkin tentang bagaimana pertanggungjawaban notaris terhadap akta otentik jika memuat keterangan palsu. 3. Bentuk dan jenis Data Bentuk Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan sekunder a. Bahan hukum primer : 1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris 2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Terjemahan Prof. R. Subekti, S.H. dan R. Tjitrosudibio 3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Terjemahan Prof. Moeljatno, S.H. 4) Peraturan Jabatan Notaris (PJN) b. Bahan hukum sekunder: Putusan Pengadilan Negeri Surakarta No: 287/Pdt.G/2014/PN.Skt 4. Metode Pengumpulan Data 7 Amiruddin & H. Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi ke-1 Cet IV, Jakarta:Raja Grafindo Persada, Hal. 118.

9 Metode pengumpulan data yang penulis lakukan adalah studi kepustakaan dan wawancara terhadap Dosen atau Notaris yang ada di kota Karanganyar dan Solo untuk mengetahui pendapat mereka tentang Pertanggungjawaban Notaris apabila melakukan kesalahan dalam pembuatan akta yang dibuatnya berdasarkan UU No.2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. 5. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan penulis adalah dengan menerapkan analisis secara kualitatif, dengan memperhatikan penafsiran gramatikal, yakni mendasarkan pada bunyi ketentuan undang-undang dan kemudian akan dihubungkan dengan teoriteori yang di peroleh dari studi kepustakaan yang berupa dokumendokumen, literature dan yurisprudensi, sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang dikaji dan dapat ditrik kesimpulan G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memahami isi penelitian, maka penulis menyusun sistematika penelitian ini sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Berpikir, Metode Penelitian, Sistematka Penulisan, Daftar pustaka. BAB II: Berupa Tinjauan Pustaka yang didalamnya akan diuraikan mengenai beberapa landasan teoritis sebagai berikut : Landasan Profesi Jabatan Notaris, Kewenangan dan Kewajiban Notaris Membuat Akta Otentik, Teori Pertanggungjawaban, Syarat Akta

10 Notaris Sebagai Akta Otentik. BAB III : Hasil Penelitian Dan Pembahasan. Dan BAB IV : Kesimpulan & Saran, DaftarPustaka