Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang tidak direncanakan dan tidak dapat dijelaskan. Ketertarikan tokoh aku menarik kehadiran sensei bagaikan magnet. Tokoh aku dan sensei yang samasama hidup di Tokyo membuat komunikasi semakin mudah dilakukan. Walaupun dalam beberapa situasi lebih banyak tokoh aku yang memulai dan menunjukan ketertarikan tersebut. Sensei merupakan tipe orang yang apatis dalam menghadapi sesuatu. Ia jarang menanggapi kehadiran tokoh aku, namun tidak pernah secara langsung mengusirnya. Tokoh aku yang terus mendekati sensei dengan mengalahkan rasa diabaikan dengan rasa ketertarikan ini. Sensei tidaklah terlalu tua, memiliki isteri, rumah yang sederhana, seorang pembantu dan tidak bekerja. Untuk masa itu, tidak bekerja pada seseorang seumur sensei bukanlah sesuatu yang wajar, bahkan lebih ke arah memalukan. Padahal ketika berkunjung ke rumah sensei, aku menemukan bahwa sensei seorang yang terpelajar, dan pernah lulus dari suatu universitas terbaik di Tokyo. Pertanyaanpertanyaan tentang diri sensei mulai bermunculan dalam pikiran tokoh aku. Beberapa kali dia menanyakan kepada sensei beberapa hal yang ingin diketahuinya, namun sensei terus bersikap apatis dalam interaksinya. Tokoh aku yang memiliki jiwa muda semakin ingin mengetahui apa isi hati sensei yang paling dalam. Beberapa cara dilakukan untuk menjawab kemisteriusan laki-laki di hadapannya ini, seperti menggali informasi dari sang isteri, mengamati benda-benda di ruangan kerja sensei, namun selalu terhambat oleh hal-hal yang terjadi dalam kehidupannya. Seperti tenggat akhir L 1
pengumpulan tugas akhirnya ketika hendak lulus kuliah, bahkan sakitnya sang ayah yang memaksa dirinya untuk pulang ke desa. Dengan berpulangnya ke desa dan lulusnya dirinya dari universitas tidaklah membantu dirinya untuk melupakan misteri isi hati sensei sebenarnya. Ia makin memikirkan kata-kata sensei yang apatis terhadap dirinya, bahkan ketika dia menyelesaikan kuliahnya, atau ketika dia meminta sensei untuk membawa dirinya setiap kali sensei mengunjungi makam temannya, ketika bercerita tentang sakitnya sang ayah, dan sebagainya. Pada saat genting keadaan ayah di desa, sensei meminta tokoh aku untuk segera kembali ke Tokyo dalam menjawab surat tokoh aku yang meminta dibantu dicarikan pekerjaan. Tentu tokoh aku tidak dapat datang ke tokyo, dan segera menjawab surat itu dan menjelaskan ketidak-mungkinan ia kembali ke tokyo. Tidak disangka, dalam masa kritis ayah, surat yang begitu panjang lebar datang dari Tokyo dengan nama pengirim sensei dibelakangnya, yang menceritakan kisah hidup tragis sensei sejak muda, yang dijelaskannya sebagai isi hati seorang sahabat kepada sahabatnya sebelum ia meninggalkan dunia. Sensei pada awal kehidupannya merupakan anak satu-satunya dari keluarga yang mapan. Sebelum menginjak umur dua puluh tahun, kedua orang tuanya meninggal dunia dalam selang waktu yang begitu dekat. Dalam kesendiriannya, sensei berada dalam naungan keluarga pamannya, yang dititipkan oleh ibunya rumah, harta serta keberadaan dirinya. sensei kemudian melanjutkan sekolah ke Tokyo. Namun dalam beberapa jarak waktu, sikap pamannya dan keluarganya mulai berubah sedikit demi sedikit terhadap sensei. Tali kasih keluarga ini kemudian melonggar dengan kecurangan yang dibuat sang paman untuk merebut harta sensei. Sensei kemudian memutuskan untuk memulai hidup sendiri dimulai dari saat itu. Dia mencari tempat tinggal, dan menemukan tempat dimana okusan dan ojosan tinggal. Merekapun menerima sensei dalam rumah mereka. L 2
Layaknya anak muda, sensei mulai mengalami ketertarikan terhadap ojosan. Sensei yang merupakan orang yang sangat hati-hati, sejak peristiwa dengan pamannya, menjadi kurang percaya diri untuk mendekati ojosan. Disaat yang bersamaan, sensei memiliki hubungan persahabatan yang telah sejak kecil terjalin begitu dekat dengan seseorang laki-laki yang seumurnya yang disebutnya dalam surati itu, K. Mereka berasal dari kampung halaman yang sama, dan tinggal di Tokyo dalam asrama yang sama. Mereka banyak menghabiskan waktu berdua dalam kamar indekos mereka dan memiliki tujuan sama yaitu sukses. K merupakan seseorang yang eksentrik. K tumbuh dalam kuil, yang kemudian diangkat anak oleh sebuah keluarga kaya, dan disekolahkan di Tokyo. Keluarga baru K mengharapkannya untuk meneruskan profesi mereka sebagai dokter. Namun K menolak dalam pemikirannya yang eksentrik tersebut. K begitu meninggikan nilai-nilai rohani dalam hidup, sehingga dalam beberapa hal sensei tidaklah setuju dengan beberapa pemikiran K namun tidak pernah secara langsung mengutarakannya. Hingga suatu hari orang tua angkat K mengetahui kebohongannya dan menghentikan penunjangan biaya kuliahnya. Orang tua asli K pun memintanya pulang kampung, tapi K yang begitu keras kepala tetap ingin meneruskan pendidikan di Tokyo dengan cara sambil bekerja. Sensei mulai mengkhawatirkan keadaan K. Sensei menawarkan bantuan kepada K yang lansung ditolaknya secara langsung. Sensei kemudian mencari akal untuk membantunya. Akhirnya dia berpura-pura ingin diajarkan reliji oleh K, dan mengajak K tinggal di rumah okusan agar permbelajaran reliji semakin mudah dilakukan. K pun menerima tawaran itu, padahal dibalik itu semua, sensei tidak tertarik dengan reliji dan sudah menceritakan keadaan K, tanpa sepengetahuannya kepada okusan. Dan terutama, sensei ingin meringankan beban pengeluaran K dan menyadarkan K bahwa selama ini dia telah salah jalan. Okusan yang semula menolak kemudian menyetujui hal ini. L 3
Konflik-konflik mulai terjadi dengan keberadaan K di rumah itu. Perhatian ojosan yang selama ini hanya tertuju pada sensei kini harus terbagi dengan keberadaan K. Sejak awal sensei mendapati K berbicara berdua saja dengan ojosan, sensei merasa tidak nyaman. Sehingga semakin lama ia makin mencari tahu apakah jangan-jangan K menyukai ojosan. Namun K yang begitu relijius mudah sekali menutupi perasaannya, sehingga sensei tidak menemukan bukti yang jelas. Mereka sempat liburan ke Boshu karena sensei tidak mau meninggalkan K sendiri saja bersama okusan dan ojosan. Dalam liburan itu sensei berharap dirinya dapat menggali apa isi hati K sebenarnya, namun tidak mendapatkan apa-apa. Mereka malah seperti dua orang yang baru saja bertemu, sama sekali tidak membicarakan masalah pribadi. Setelah itu, keadaan di rumah okusan semakin tidak dapat sensei kendalikan. K menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak biasanya ia lakukan. K tertangkap sedang di tempat umum berdua dengan ojosan, menanyakan ojosan secara berlebihan, dan lainnya. Kecurigaan sensei semakin kuat dan mendorongnya untuk segera berbicara pada K, bahwa dia lah yang mencintai ojosan. Dan berharap K akan membunuh benih rasa sukanya terhadap ojosan. Namun dalam suatu kesempatan dimana sensei lengah dan belum sempat mengatakan apa-apa kepada K, K mengaku kepada sensei bahwa K memiliki perasaan terhadap ojosan. Sensei pun merasakan berbagai hal berkecamuk dalam dirinya. Dia mencari-cari kemana K yang selama ini begitu mementingkan reliji, yang berpegang kuat pada yang dikatakan, yang memiliki jalan pikiran sendiri, yang individual, yang keras kepala, yang pandai menyimpan rahasia, yang terlihat tidak mungkin jatuh cinta dan yang sangat disayangi oleh sensei. K yang banyak masalah, yang ingin sensei sadarkan kesalahannya, yang menjadi pusat perhatian sensei selama ini terlihat sebagai seorang saingan bahkan musuh. Sensei kemudian mencari cara untuk meluruskan perasaan kaget, kesal dan sakit ini. L 4
Sensei sebenarnya ingin mengakui pada K bahwa dia juga mencintai ojosan, namun yang dirasakannya saat itu hanyalah kekalahan. Kekalahan mempertahankan persahabatan, kekalahan akan orang yang disayangi, kekalahan dalam segala, hingga satu-satunya yang dia inginkan adalah merebut ojosan dari K. Sensei beberapa hari setelah itu, menunjukkan perasaan yang tidak sebenarnya kepada K, sensei terlihat biasa saja, padalah diam-diam dia langsung melamar ojosan melalui okusan. Tidak disangka, okusan langsung menyetujui hal ini. Sensei saat itu merasa lega, namun dalam beberapa saat langsung menyadari bahwa dia telah mengkhianati K. Kemenangan hanya bertahta sedetik dalam hatinya, sisanya hanyalah rasa bersalah sebagai bayangan gelap yang menyelubungi hidupnya. Dia mencari cara untuk meminta maaf pada K, tetapi kebanggaan terhadap dirinya dan rasa malu lebih besar dari keinginannya memohon maaf pada K. Berhari-hari sensei menyimpan hal ini sebagai rahasia, sampai okusan mengatakannya secara tidak sengaja pada K. Sensei kemudian merasakan ketakutan yang besar dan berjanji pada dirinya akan memberitahu K langsung dari mulutnya sendiri keesokan harinya. Namun semua sudah terlambat, K ditemukan sensei meninggal malam itu. Penyesalan yang begitu mendalam dirasakan sensei tanpa ada habisnya. Bayangan gelap rasa bersalah menghantuinya kemanapun dia pergi. Pernikahannya dengan ojosan tidaklah mampu menghapusnya. Pekerjaan, buku-buku, bahkan menjadi pecandu minuman keras, tidaklah menyingkirkan sedikitpun rasa sakit dalam hatinya yang telah mengkhianati sahabatnya sendiri. Yang lebih menyakitkan adalah dalam surat akhir K yang ditujukan untuk sensei, K tidak menyebut sedikitpun tentang ojosan. Hal ini membuat sensei semakin bertanya-tanya apa yang menyebabkan K bunuh diri. Namun yang terutama adalah sensei tidak memiliki kesempatan untuk meminta maaf, melakukan hal yang seharusnya ia lakukan terhadap K karena K telah L 5
tiada. Sensei menghilangkan perasaan penyesalan ini, sensei memberi label dirinya sebagai seseorang yang tidak baik yang kesalahannya tidak akan pernah bisa diperbaiki dengan apapun. Ia dalam beberapa kesempatan menyebut dirinya pantas mati, dan karena belum mati, lebih baik hidup seperti orang mati. Sensei memutuskan kehidupan sosialnya, dan hanya berteman dengan isterinya yaitu ojosan. Sensei tidak memiliki pekerjaan dan tidak melakukan rutinitas apapun. Setiap bulan sensei mendatangi makam K untuk meminta maaf. Dan sensei tetap diliputi oleh bayangan gelap itu. Dia merasa harus menghukum dirinya sendiri. Sampai suatu saat Kaisar Meiji meninggal dunia, dan diikuti Jenderal Nogi yang membunuh dirinya. Setelah sensei membaca surat terakhir Jenderal Nogi dalam surat kabar, sensei merasakan hal serupa pada dirinya. Yaitu Jenderal Nogi pada masa perang Seinan, merasakan rasa bersalah yang sangat besar, namun tidak pernah diberikan kesempatan untuk menebus rasa bersalahnya yang terus menumpuk dari tahun ke tahun. Dia merasa berdosa sekali dengan keadaannya, hingga ketika Kaisar Meiji meninggal dunia, Jenderal Nogi memutuskan untuk mencabut nyawanya. Sensei pun merasa bahwa dia pun seharusnya melakukannya juga. Pada akhir surat itu, sensei mengatakan bahwa sekarang ini tidak ada lagi yang harus sensei lakukan, semua sudah selesai dengan pengakuannya akan dosa-dosanya terhadap tokoh aku. Sensei juga berharap lewat surat ini, jangan sampai tokoh aku melakukan kesalahan yang sama seperti yang ia lakukan. Sensei juga berpesan agar tokoh aku tidak berkata apapun kepada istri sensei tentang hal ini, membiarkan kenangan istri sensei tetap murni selamanya. L 6