Bab 1. Pendahuluan. Kesusastraan Jepang berupa buku-buku sejarah dan buku-buku legenda telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 1. Pendahuluan. Kesusastraan Jepang berupa buku-buku sejarah dan buku-buku legenda telah"

Transkripsi

1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Jepang berupa buku-buku sejarah dan buku-buku legenda telah ditemukan sejak abad ke-8. Pada abad ke-9, kesusastraan mulai dituliskan secara bebas. Dokumen-dokumen ini berisikan perasaan-perasaan serta pikiran-pikiran rakyat Jepang. Ada yang berbentuk nikki (catatan harian), zuihitsu (essei), monogatari (cerita) dan lainnya. Salah satu yang paling terkenal adalah shosetsu (novel) karya Murasaki Shikibu yang berjudul Genji Monogatari dan Makura no Soshi karya Seishou Nagon. Shosetsu (novel) pun terus berkembang seiring perkembangan jaman. Sampai pada awal kebudayaan modern masuk di Jepang pada restorasi Meiji, bidang kesusastraan di Jepang pun mengalami modernisasi. Dalam Pengantar Sejarah Jepang 1 (2001: ) tulisan-tulisan zaman Meiji memiliki makna yang mandiri yang mengungkapkan kenyataan hidup/realisme. Penulis yang dikenal sebagai pelopor novel modern beraliran naturalis seperti ini adalah Futabatei Shimei dengan karyanya yang berjudul Ukigumo. Salah satu anak zaman Meiji yang mengikuti novel naturalis adalah Natsume Soseki. Karya-karyanya begitu dikenal tidak termakan oleh waktu. Di sini penulis melihat bahwa penulisan novel Natsume Soseki yang realistis ini secara tidak langsung dapat menggambarkan keadaan masyarakat Jepang awal zaman modern pada restorasi Meiji. Sehingga penulis pun dapat melihat individu-individu pada zaman tersebut. Sisi psikologis masyarakat Jepang yang selalu menjadi bahan pembicaraan ahli psikologis dunia mengenai Jepang pun saya pikir, dapat dilihat dari novel-novel karya Natsume Soseki. 1

2 Benedict dalam Doi (1992:45) menyatakan bahwa salah satu perbedaan psikologis Jepang dengan negara lain adalah bahwa Jepang memiliki mentalitas yang berdasar pada rasa malu, sedangkan negara barat merupakan negara yang bermentalitas rasa dosa. Berbagai jurnal internasional mengenai psikologi juga banyak membahas mengenai hal ini, dalam usaha mencoba mengenal bangsa Jepang secara lebih personal lagi walaupun beberapa di antaranya mengalami sanggahan langsung dari ahli psikologi Jepang. Hal ini membuat saya pun bertanya-tanya tentang apakah dasar psikologis dibalik individuindividu negara sakura ini. Bester dalam Doi (1992:ix), seorang penerjemah bahasa Jepang-Inggris asal Amerika mengatakan suatu pendapat yang membuat saya semakin ingin melihat dasar pemikirian dari tingkah laku masyarakat Jepang. Dia menyatakan bahwa hanya mentalitas yang berakar pada Amae saja yang dapat menghasilkan suatu bangsa yang tidak realistis, tetapi memiliki wawasan yang jelas akan kondisi dasar umat manusia dan begitu tenggang rasa sekaligus cinta diri, begitu spiritual, begitu penurut dan juga brutal. Suatu bangsa yang dari sudut pandangnya sendiri sangat normal dan manusiawi dalam segala hal. Hal ini diungkapkan Bester setelah ia menerjemahkan salah satu buku teori psikologi karangan Takeo Doi pada tahun Dalam kalimatnya, Bester seakan-akan mengatakan bahwa Amae adalah kunci dari setiap perilaku masyarakat bangsa Jepang. Dalam bukunya, Doi (1992:9) menjelaskan bahwa Amae merupakan suatu faktor vital dalam memahami mentalitas orang Jepang. Namun keanehan yang saya rasakan adalah walaupun berkali-kali Doi mengatakan bahwa Amae merupakan suatu hal yang universal yang sebenarnya dapat ditemukan di hampir seluruh dunia, namun hingga sekarang ini fakta yang saya temukan adalah hanya bahasa Jepang yang memiliki perbendaharaan kata yang tepat untuk gejala psikologis ini. Yushi seorang dekan fakultas kedokteran 2

3 Universitas Tokyo dalam Doi (1992:6) berpendapat bahwa bahkan seekor anjingpun berperilaku Amae. Pernyataan tersebut ia kemukakan sebagai tanggapannya mengenai fakta bahwa istilah yang menggambarkan gejala universal yang tidak hanya ditemukan dikalangan manusia, tetapi juga pada kalangan binatang ini, tetap tidak dapat ditemukan istilahnya dalam bahasa lain selain bahasa Jepang. Doi menambahkan pernyataan Yushi bahwa Freud yang merupakan bapak dari teori psikoanalisis pernah menyinggung gejala psikologis Amae dalam menjelaskan salah satu teorinya the child s primary objectchoice atau sasaran pilihan primer bayi, namun tidak menyorot detail keberadaan Amae secara langsung. Ia menjelaskan bahwa the child s primary object-choice adalah timbulnya emosi yang mengandung kasih sayang yang dirasakan oleh seorang bayi pada waktu disusui oleh ibunya yang disusul oleh tumbuhnya Oedipus Complex dalam psikoanalisis. Padahal menurut Doi, emosi tersebut timbul karena Amae. Balint dalam salah satu bukunya, menurut Doi (1992:13), menyinggung secara langsung Amae, sebagai passive object love atau sasaran cinta yang pasif. Namun Balint menambahkan bahwa semua bahasa-bahasa Eropa tidak mampu membeda-bedakan antara cinta aktif dan cinta pasif, yang berarti walaupun keberadaan Amae pun dirasakan di eropa, ungkapan khususnya tetap tidak ditemukan. Doi (1992:23) menjelaskan bahwa Amae memiliki akar kata dari kata amaeru yang berarti memanjakan diri, dan amai yang selain manis, arti katanya adalah sifat halus dalam menerima suatu keadaan. Menurut Doi (1999:165), Amae adalah kata yang hanya dapat ditemukan dalam bahasa Jepang, yang berarti pernyataan hasrat akan ketergantungan terhadap orang lain. Menurut Doi, Balint mengungkapkan hasrat ini sebagai cinta objek pasif (Passive object love). Bester dalam Doi (1992:viii) mengibaratkan Amae dengan perasaan dalam setiap bayi dalam pelukan ibunya, ketergantungan dan keinginan untuk dicintai secara pasif, keengganan untuk 3

4 dipisahkan dari kehangatan sang ibu, untuk dilepaskan ke dunia nyata yang objektif yang dimiliki manusia dewasa, yang membuatnya terlihat egois bagi orang lain. Menurut Doi ketergantungan ini tanpa disadari dibawa seseorang hingga ia menginjak usia dewasa. Ketergantungan ini tidak lagi hanya pada ibu atau anggota keluarga, tetapi sasaran cinta pasif pun mulai beragam. Hal ini biasa terjadi antara sahabat sesama kelamin, antara senior dan junior, antara bos dan anak buah, juga antara guru dan murid. Selama ini menurut Doi (1992:124), keberadaan Amae antara dua orang yang berjenis kelamin sama selalu disebut sebagai homoseksual dalam arti kata sempit oleh Freud. Menurut Doi (1992:23), skema Amae yang akan terjadi adalah, bila orang mengatakan bahwa A bersikap amai terhadap B, itu berarti bahwa A membiarkan B berlaku amaeru (manja) terhadap A, yaitu bersikap mengandalkan diri dan mengharapkan sesuatu dari tali perhubungan antara kedua orang itu. Hubungan inilah yang disebut dengan Amae. Dengan demikian, Amae memerlukan persetujuan kedua pihak untuk terjalin, walaupun dalam beberapa kasus tidak demikian adanya. Doi (1992:24) memberikan beberapa kata yang biasa kita gunakan sehari-hari yang digunakan sebagai manifestasi dari Amae yang tidak terwujud dalam kehidupan, yaitu, kigane, toriiru, higamu, uramu dan sumanai. Doi (1992:15) pun berpendapat bahwa bukan lagi keberadaan Amae yang menjadi sorotan, karena jelas sebenarnya gejala ini dirasakan seluruh umat manusia, tetapi bagaimana Jepang, yang sepertinya adalah satu-satunya bangsa yang merasakan secara langsung mentalitas, kepribadian, dan perilaku Amae. Sehingga secara garis besar, yang dapat saya tangkap dari kenyataan-kenyataan ini adalah Amae adalah gejala universal yang sebenarnya secara tidak langsung dirasakan oleh dunia, benar-benar dirasakan dan dihidupi oleh masyarakat Jepang. Dengan kata lain, dalam mengenal Amae, mau tidak 4

5 mau saya harus mengenalnya lewat bangsa Jepang. Karena bangsa inilah yang benarbenar menghidupinya Tinjauan Umum Tentang Novel Kokoro karya Natsume Soseki Salah satu karya sastra yang menjadi novel popular klasik Jepang yang dikenal hampir seluruh penggemar sastra di dunia adalah novel Kokoro karya Natsume Soseki. Novel Kokoro dibagi ke dalam tiga sub-judul yang diawali dengan (1) 先生と私 atau Sensei to Watakushi (sensei dan saya), (2) 両親と私 atau Ryoushin to Watakushi (orang tua dan saya), (3) 先生と遺書 atau Sensei to Isho (sensei dan surat yang terakhir). Berikut pengenalan berapa tokoh dalam novel Kokoro. aku adalah seorang mahasiswa yang tinggal sendiri di Tokyo untuk menempuh pendidikan. Sensei adalah panggilan yang diberikan oleh tokoh aku untuk temannya, yang merupakan seorang laki-laki paruh baya yang tinggal bersama isterinya di Tokyo. K adalah panggilan yang diberikan sensei untuk sahabat seumuran yang dikenalnya sejak kecil hingga mereka sama-sama kuliah di Tokyo. Mereka merupakan teman sekamar dalam asrama di Tokyo, dan ketika mereka harus keluar dari asrama, mereka tinggal di indekos yang sama. K telah lama meninggal dunia ketika sensei berkenalan dengan tokoh aku. Okusan adalah pemilik rumah indekos sensei dan K ketika masih kuliah. Okusan memiliki anak gadis yang dipanggil ojosan, yang juga tinggal bersamanya. Novel Kokoro menggunakan teknik pencerita Akuan sertaan yang menurut Kenney dalam Minderoup (2005:107) berarti teknik pencerita dimana cerita disampaikan oleh seorang tokoh dengan menggunakan atau menyebut dirinya aku. Dalam novel ini pun Soseki tidak menyebutkan nama dari sudut pandang Akuan tokoh utama. Adapun 5

6 sudut pandang orang pertama dalam sub-judul pertama dan kedua berada pada tokoh aku, dan sudut pandang orang kedua berada pada pembaca. Sedangkan dalam subjudul ketiga, sudut pandang orang pertama adalah sensei, sudut pandang orang kedua adalah tokoh aku dalam sub-judul pertama dan kedua. Nurgiyantoro (2005:177) mengungkapkan bahwa tokoh utama terkadang tidak ditunjuk secara langsung dalam tiap bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut tetap berkaitan dengan tokoh utama. Dalam novel Kokoro, sensei tidak muncul dalam sub-judul kedua yaitu Ryoushin to Watakushi, namun kejadiannya tetap berkaitan dengan sensei. Dengan latar belakang kehidupan Jepang pada periode Meiji, Natsume Soseki mengangkat Amae menjadi sesuatu yang dapat dimengerti bila kita mendalami tokoh sensei, K dan tokoh aku. Suatu hari, tokoh aku menerima surat yang begitu panjang dari sensei, yang menjelaskan seluruh masa lalu yang begitu membekas dalam hatinya dan mempengaruhi seluruh kehidupannya di masa depan. Dalam surat terakhir ini, sensei banyak bercerita mengenai penyesalan dan perasaan berdosa yang sensei rasakan terhadap hubungan dengan sahabatnya yang dipanggilnya K. Sensei memiliki hubungan persahabatan yang telah terjalin sejak kecil dengan K. Mereka berasal dari kampung halaman yang sama, dan tinggal di Tokyo dalam asrama yang sama. Mereka banyak menghabiskan waktu berdua dalam kamar asrama mereka dan memiliki tujuan sama yaitu sukses. K merupakan seseorang yang eksentrik. K tumbuh dalam kuil, yang kemudian diangkat anak oleh sebuah keluarga kaya, dan disekolahkan di Tokyo. Keluarga baru K mengharapkannya untuk meneruskan profesi mereka sebagai dokter. Namun K menolak dalam pemikirannya yang eksentrik. K begitu meninggikan nilainilai rohani dalam hidup, sehingga sensei dalam beberapa hal tidak setuju dengan pemikiran K. K dan sensei merupakan dua orang yang berbeda. Sensei tidak begitu 6

7 mementingkan keagamaan, sedangkan K begitu mementingkan keagamaan. K adalah anak yang sangat pintar dalam bidang akademik, sedangkan sensei harus belajar lebih giat untuk mengejar prestasi. K merupakan anak yang berani dan acuh terhadap orang lain, sedangkan sensei adalah seorang yang penuh pertimbangan dan sedikit pemalu. Dengan demikian, walaupun mereka sama-sama pendiam, alasan mereka untuk berdiam jelas berbeda. Dalam hubungan persahabatan mereka, lebih banyak sensei yang mendengar pendapat K daripada K yang mendengar pendapat sensei. K merupakan orang yang begitu menikmati kesendiriannya, sehingga keberadaan sensei tidaklah begitu berperan penting dalam hidupnya. Sedangkan sensei yang merasakan kesepian sejak kehilangan kedua orang tuanya, begitu menikmati kebersamaannya dengan K. Pada akhirnya maut memisahkan dua sahabat ini. K bunuh diri, dan kematiannya sangat mempengaruhi hidup sensei. Ketika sensei sudah dewasa dan menikah, sensei bertemu tokoh aku yang berjenis kelamin pria juga dan menjalin hubungan pertemanan dengannya. Namun beberapa tahun setelah pertemanannya, sensei melakukan bunuh diri dengan mengikuti jejak Jenderal Nogi. Ternyata sebelum bunuh diri, sensei menulis surat yang ditujukannya kepada tokoh aku, dan menjelaskan perasaan yang sesungguhnya yang selama ini dia rahasiakan dari semua orang disekitarnya. Novel ini begitu menggambarkan Amae dalam kehidupan sehari-hari antara dua orang berkelamin sama. Saya melihat suatu celah yang dapat dimanfaatkan untuk mengenal Amae lebih dalam, dalam novel ini. Tragedi bunuh diri yang dilakukan Jenderal Nogi dalam kehidupan nyata pun dicantumkan Soseki dalam novel ini sebagai gambaran nyata Amae dari kehidupan yang memberi saya petunjuk tentang Amae. Doi (1992:125) mengatakan bahwa dirinya belum pernah melihat suatu karya yang melukiskan secara tepat hakikat dari perasaan yang mendasarkan Amae dalam 7

8 emosionalnya, sebaik novel Kokoro yang ditulis oleh Natsume Soseki. Inilah alasan saya memilih novel Kokoro sebagai objek analisis mengenai Amae Riwayat Hidup Singkat Natsume Soseki Brodey dalam My Individualism and The Philosophical Foundations of Literature (2004:9-13) yang merupakan buku kumpulan ceramah Soseki, mengungkapkan bahwa Soseki merupakan salah satu penulis beraliran naturalis yang disebut sebagai anak jaman Meiji. Soseki mendapatkan panggilan ini karena kehidupannya sejak lahir hingga meninggal ( ) hampir sama dengan lamanya pemerintahan Emperor Meiji ( ). Natsume Soseki lahir dengan nama Kinnosuke. Kinnosuke kecil mengalami empat kali penggantian nama keluarga, karena beberapa hal. Sehingga Kinnosuke mengalami yang disebutkan sebagai deskripsi laki-laki zaman Meiji, yaitu menjadi orang lain dalam rumahnya sendiri. Ketika berumur 21 tahun, Kinnosuke mendapatkan nama keluarganya yaitu Natsume, dan ketika berumur 22 tahun, dia mengadopsi nama penulis Soseki. Menurut Rosidi (1989:48), Natsume Soseki telah meraih gelar pendidikan di Universitas Imperial Tokyo yang sekarang adalah Universitas Tokyo, telah bekerja pada beberapa institut pendidikan, dan telah menerbitkan 13 buku roman, 4 cerpen, 7 kritik esai, 5 kumpulan surat dan 5 tulisan tentang rupa-rupa hal yang seluruhnya bejumlah 34 jilid. Makoto dalam Rosidi (1989:47) berpendapat bahwa Natsume Soseki dapat menulis roman realistik, impresionik dan ekspresionik dengan hasil yang memuaskan karena Soseki selalu memberi landasan teoritis terhadap karya-karyanya. Brodey (2004:13) mencatat, bahwa Soseki Natsume berumur 47 tahun ketika menerbitkan novelnya yang berjudul Kokoro. Dua tahun setelah menulis Kokoro, dia 8

9 meninggal dunia. Walaupun mungkin Natsume Soseki akan menolaknya seperti dia menolak beberapa penghargaan yang ditawarkan pemerintah Jepang, wajah Natsume Soseki terpampang di uang lembaran seribu yen setelah dia meninggal. Rosidi (1989:47) mengungkapkan bahwa Kokoro menempati urutan kedua sebagai buku yang paling banyak dibaca setelah Kejahatan dan Hukuman karya Fyodor Dostojewski ketika diadakan pemeriksaan pendapat di antara civitas academica di empat universitas yang paling berpengaruh di Jepang. 1.2 Rumusan Permasalahan Saya ingin menganalisis konsep-konsep mengenai Amae dalam novel Kokoro yang ditulis oleh sastrawan terkenal Jepang yaitu Natsume Soseki. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penelitian akan difokuskan pada lima jenis pengungkapan perasaan yang terdapat dalam konsep Amae, yaitu kigane, toriiru, higamu, uramu dan sumanai yang dilakukan oleh tokoh sensei terhadap K dalam novel Kokoro. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan saya meneliti konsep Amae adalah untuk mengetahui bagaimana konsep Amae yang merupakan konsep psikologis bangsa Jepang diterapkan pada novel Kokoro. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi gambaran yang tepat bagaimana Amae yang sebenarnya ada dalam diri setiap manusia, dalam teladan Amae yang dihidupi oleh bangsa Jepang, melalui novel Kokoro. 9

10 1.5 Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, saya menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu metode penelitian untuk memahami yang didasarkan pada penelitian tentang manusia atau masyarakat dan metode penelitian deskriptif analitis yaitu metode penelitian mengenai gagasan atau produk pemikiran manusia yang tertuang dalam bentuk media cetak. Penelitian ini saya lakukan dengan membaca, meringkas, mengutip dan membuat kesimpulan berdasarkan buku-buku yang menjadi acuan saya dalam penelitian ini. Korpus data penelitian ini adalah novel Kokoro. Sedangkan data-data dari internet, buku-buku teori dan jurnal internasional yang mendukung penelitian, saya dapatkan di perpustakaan Binus University, Universitas Indonesia, Japan Foundation dan beberapa toko buku dan perpustakaan lainnya. 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan Analisis Konsep Amae yang Tercermin pada Tokoh Sensei dalam Novel Kokoro Karya Natsume Soseki adalah agar pembaca dapat mendapatkan gambaran mengenai isi dari penelitian ini. Dalam Bab 1 Pendahuluan diuraikan mengenai latar belakang penelitian mengenai Amae secara umum yang diikuti sedikit ulasan novel Kokoro dan penulisnya, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Pendahuluan ditulis agar pembaca dapat mengerti secara umum hal apa yang akan dibahas dalam skripsi ini. Dalam Bab 2 Landasan Teori menjelaskan teori fiksi, teori penokohan, dan uraian kosep Amae menurut Doi Takeo. 10

11 Dalam Bab 3 Analisis Data memberikan analisis tentang konsep Amae yang ditunjukkan pada tokoh sensei dalam novel Kokoro yang disusun dalam proses penelitian. Dalam Bab 4 Simpulan dan Saran, pada bab ini saya akan memberikan simpulan dari hasil analisis penelitian ini, dan saran untuk pembaca yang juga ingin meneliti novel Kokoro. Dalam Bab 5 Ringkasan, pada bab ini akan diuraikan ringkasan seluruh isi skripsi dimulai dari pendahuluan hingga simpulan sebagai jawaban dari permasalahan dalam skripsi ini. 11

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Di dalam masyarakat Jepang, terdapat suatu istilah yang tidak hanya sebagai budaya

Bab 2. Landasan Teori. Di dalam masyarakat Jepang, terdapat suatu istilah yang tidak hanya sebagai budaya Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Amae Di dalam masyarakat Jepang, terdapat suatu istilah yang tidak hanya sebagai budaya masyarakatnya namun juga merupakan salah satu psikologi masyarakat Jepang yang dikenal

Lebih terperinci

Bab 1. dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam. Novel berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman novelle)

Bab 1. dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam. Novel berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman novelle) Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu karya sastra yang didalamnya terdapat unsurunsur pembangun seperti, plot, tema, penokohan, dan latar belakang. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Shitsurakuen karya Watanabe Jun ichi adalah sebuah karya yang relatif baru dalam dunia kesusastraan Jepang. Meskipun dianggap sebagai novel yang kontroversial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor

BAB 1 PENDAHULUAN. modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pengarang yang mempunyai kedudukan penting dalam kesusastraan modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor Kesusastraan Estetisme,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah

Bab 1. Pendahuluan. di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kesusastraan, atau sastra, dapat ditemukan di berbagai negara, salah satunya adalah di negara Jepang. Menurut Sapardi Joko Damono dalam Prasetyo (2012), sastra adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengapresiasikan pikiran sehingga tercipta pengertian antara individu

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh, juga dapat dijadikan tempat untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik

Bab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik (zaman Heian), sastra pertengahan (zaman Kamakura, zaman Namboku-cho dan zaman Muromachi),

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional Asia. Kehidupan dalam karya sastra dapat diperindah, diejek, atau digambarkan bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra mempunyai beberapa definisi, yaitu karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai ilmu pengetahuan. Badrun mengungkapkan definisi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual BAB 5 Ringkasan Pada bab ini yang juga merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Ada begitu banyak kebudayaan dalam dunia tempat kita tinggal. Mulai dari budaya tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Novel (Inggris: novel) dan cerita pendek (disingkat: cerpen; Inggris: short story)

Bab 1. Pendahuluan. Novel (Inggris: novel) dan cerita pendek (disingkat: cerpen; Inggris: short story) Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian Novel (Inggris: novel) dan cerita pendek (disingkat: cerpen; Inggris: short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. sekarang. Sifat seperti itu dapat dikatakan sebagai salah satu sifat khas dari

Bab 1 Pendahuluan. sekarang. Sifat seperti itu dapat dikatakan sebagai salah satu sifat khas dari Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejarah kesusastraan Jepang dalam bentuk tertulis sudah ada sejak abad ke -8. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, sejarah Jepang bukanlah sejarah yang singkat.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah suatu masa yang pasti dialami oleh semua orang. Pada tahapan ini seorang remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam dunia kesusastraan, banyak sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang

Bab 1. Pendahuluan. Dalam dunia kesusastraan, banyak sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kesusastraan, banyak sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang terkenal dan masih diteliti sampai saat ini, salah satunya adalah sastrawan yang berasal

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. ketat serta pendidikan yang cukup baik. Bagi orang Jepang, dapat masuk ke sekolah

Bab 1. Pendahuluan. ketat serta pendidikan yang cukup baik. Bagi orang Jepang, dapat masuk ke sekolah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang sangat maju, memiliki hukum yang sangat ketat serta pendidikan yang cukup baik. Bagi orang Jepang, dapat masuk ke sekolah yang bagus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Haruki Murakami adalah seorang penulis, novelis, sastrawan, dan penerjemah yang berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

Alfred Adler. Individual Psychology

Alfred Adler. Individual Psychology Alfred Adler Individual Psychology Manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior, suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan kepada orang lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki berbagai macam budaya dan kesenian. Salah satunya adalah budaya sastra, yang dimana menurut Shirane (2013) sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan. Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan pada umumnya selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan kesusastraan Indonesia. Perkembangan kesusastraan Indonesia sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang.

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Sastra yang telah dilahirkan oleh para pengarang ini diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Sastra yang telah dilahirkan oleh para pengarang ini diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia merupakan individu unik yang memiliki karakter, watak, pengalaman, ide, perasaan, tempramen dan pandangan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Sebagai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi akan menghasilkan kebudayaan tersendiri di mana kebudayaan tersebut akan berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra Indonesia telah bermula sejak abad 20 dan menjadi salah satu bagian dari kekayaan kebudayaan Indonesia. Sastra Indonesia telah mengalami perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : DESI DWI WULANDARI F 100 050 064 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Rashomon hasil karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dipublikasikan di majalah sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menulis Deskripsi Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Moeliono, 2005: 707). Menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SILABUS NIHON BUNGAKU (JP 214) SEMESTER 4 GENAP /TINGKAT II

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SILABUS NIHON BUNGAKU (JP 214) SEMESTER 4 GENAP /TINGKAT II SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 SILABUS NIHON BUNGAKU (JP 214) SEMESTER 4 GENAP /TINGKAT II TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

Abstraksi. - Bunuh diri

Abstraksi. - Bunuh diri Abstraksi Noruwei no Mori adalah salah satu karya Haruki Murakami yang banyak mendapatkan perhatian dari banyak orang terutama untuk golongan remajanya karena ceritanya menggambarkan keadaan remaja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia. Ia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Tugas Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Shuji dalam Olson (2006: 197) masyarakat Jepang adalah masyarakat patriarkal. Olson (2006: 125) juga menerangkan bahwa sistem patriarkal adalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai,

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai, dibuat pada tahun 1915 ( 大正四年 ), pada waktu ia berusia 53 tahun. Cerpen ini dimuat dalam buku

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ABSTRAKSI Jigokuhen merupakan salah satu karya terbaik Akutagawa Ryuunosuke yang bercerita mengenai seorang pelukis terkenal yang terobsesi dengan kesempurnaan dalam menyelesaikan lukisan neraka. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sastra adalah sebuah media bagi pengarang untuk menuangkan ide kreatif dan imajinasinya. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seorang pengarang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua macam sifat yaitu, karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non imajinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan pendapat para tokoh mengenai gundik/selir, penulis secara garis

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan pendapat para tokoh mengenai gundik/selir, penulis secara garis BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Secara keseluruhan pendapat para tokoh mengenai gundik/selir, penulis secara garis besar menjabarkannya sebagai berikut. Menurut isi dari novel Sembazuru, keluarga

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan satu dari sekian negara yang tergolong cepat melakukan pembangunan dalam bidang ekonomi, pendidikan dan teknologi di dunia, semenjak dari masa isolasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai yang cukup dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam masyarakat peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah sesuatu bentuk budaya manusia. Sastra secara etimologis

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah sesuatu bentuk budaya manusia. Sastra secara etimologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah sesuatu bentuk budaya manusia. Sastra secara etimologis berasal dari bahasa latin Literatura (litera huruf atau karya tulis ). Istilah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara maju, Jepang mengalami banyak fenomenafenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena yang sedang menjamur di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda, Almarhum Ayahanda dan Ani

Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda, Almarhum Ayahanda dan Ani Just remember, there's a right way and a wrong way to do everything and the wrong way is to keep trying to make everybody else do it the right way (Colonel Potter) Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang tentang hidup. Karya sastra yang diciptakan seorang pengarang adalah gambaran dan kepekaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya satra merupakan sebuah karya seni yang diciptakan seorang sastrawan yang mengandung unsur keindahan untuk dinikmati masyarakat, bukan hanya sekedar dibaca akan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai hiburan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problem kehidupan yang terkadang pengarang sendiri ikut berada

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa

Bab 1. Pendahuluan. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia (2008), kesusastraan adalah sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan

Lebih terperinci