KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN AKTIVITAS FISIK POLISI DALMAS DI POLRES WONOGIRI

ARIS SETYADI J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

RETNO DEWI NOVIYANTI J

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat baik dari segi sosial,

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU MENUR IV KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J 300 060 035 PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADDIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan salah satu agenda dalam Pembangunan Nasional dalam rangka mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif dan mandiri ( Depkes RI, 2003 ). Sejalan dengan hal itu, tujuan dan arah pembangunan pangan dan gizi adalah untuk perbaikan konsumsi pangan menuju pola pangan Indonesia dan status gizi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ( Baliwati, 2004 ). Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah untuk meningkatkan kesadaran, keamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Upaya untuk meningkatkan hidup sehat tersebut tidak dapat tercapai dalam waktu yang sangat singkat tetapi harus melewati sebuah perjalanan yang panjang. Langkah awal dalam upaya ini yaitu dengan melalui pembinaan anak yang mulai sejak dalam kandungan, sehingga sangat wajar apabila kesehatan ibu dan anak ( KIA) mendapat perhatian yang khusus di bidang kesehatan ( Depkes RI, 1999 ). Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang cara penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan layanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan suatu sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, juga menyangkut aspek pengetahuan dan tingkat rumah tangga, juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat ( Depkes RI, 2000 ). Masalah gizi di Indonesia dan di negara-negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kekurangan Energi Protein (KEP), Anemia Zat Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A ( KVA ) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara

masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru lagi ( Supariasa, 2001 ). Gizi merupakan faktor terpenting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Dan apabila tidak terdapat keseimbangan dan keserasian itu seseorang dapat dikatakan kurang gizi ( Winarno, 1995 ). Salah satu penyebab malnutrisi adalah karena daya beli yang rendah dari keluarga yang kurang mampu. Selain itu, masalah gizi lebih banyak terjadi di daerah pedesaan yang mengkonsumsi bahan pangan yang kurang, baik jumlah maupun mutunya. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah gizi tersebut, sejak dini digalakkan pemberian ASI pada bayi yang lahir hingga usia 6 bulan. Setelah ASI tidak dapat diberikan, maka untuk memenuhi seluruh kebutuhan bayi, diberikan makanan pendamping ( Winarno, 1995 ). Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi, pemberian makanan pendamping merupakan suatu proses pendidikan bagi bayi. Jika makanan tidak diberikan pada saat kepandaian mengunyah sedang muncul,maka mengejar kepandaian ini di masa berikutnya akan lebih sulit. Pemberian makanan pendamping ASI mempengaruhi perkembangan kebiasaan makan pada masa-masa berikutnya. Sekitar tahun 1937, Dewan Makanan dari Persatuan Dokter Amerika menganjurkan pengenalan buah-buahan dan sayur-sayuran yang disaring mulai pada umur 4-6 bulan, sehingga pada umur 6 bulan bayi sudah terbiasa dengan makanan pendamping ASI ( Notoatmodjo, 2007 ). Komposisi MP ASI pada bayi disesuaikan dengan perkembangan psikologa dan psikomotorik anak atau disesuaikan dengan umur. Selain itu, faktor-faktor lain seperti sosial budaya, ekonomi, dan kebiasaan, juga turut berperan (Suhardjo, 1989). Oleh karena itu, makanan pendamping ASI atau makanan tambahan umumnya berupa bubur yang mudah dicerna oleh bayi serta mengandung zat-zat gizi dalam keseimbangan yang baik. Bubur tersebut terdiri dari tepung serealia

seperti beras, maizena, terigu dan sebagainya yang pembuatannya bisa dicampur susu dan gula, juga bisa ditambah sayuran (Pujiadi, 2000). Makanan pendamping ASI sebaiknya diberi pada usia 6 bulan, karena pencernaan bayi sebelum usia 6 bulan belum sempurna. Bila dipaksa bisa menyebabkan pencernaan sakit karena pemberian terlalu cepat, lagi pula kekebalan terhadap bakteri masih kecil dan basi tercemar melalui alat makan dan cara pengolahan yang kurang higienis (Sunardi, 2001). Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi kurang selera untuk minum ASI. Sebaliknya pemberian makanan pendamping yang terlambat dapat menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping (Poppy, 2001). Tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan orang tua juga ikut menentukan mudah dan tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh, serta berperan dalam penentu pola penyusunan makanan dan pola pengasuhan anak. Dalam pola penyusunan makanan erat hubungannya dengan pengetahuan ibu mengenai bahan makanan seperti sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Apriadji, 1996). Dari data yang diperoleh dari Posyandu Menur IV, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta pada tahun 2009 menunjukkan bahwa keberhasilan program ASI eksklusif mencapai 45% sedangkan 55% sudah diberi MP-ASI sebelum usia 6 bulan dengan alasan bayi rewel dan menangis serta alasan karena ASI tidak keluar dan tidak mencukupi kebutuhan makanan bayi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu balita dengan pola pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan di Posyandu Menur IV Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Surakarta?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu balita dengan pola pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang MP-ASI c. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan pola pemberian MP-ASI d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan pola pemberian MP-ASI D. Hipotesis 1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pola pemberian MP- ASI 2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan pola pemberian MP-ASI E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat dan peranan MP-ASI. 2. Bagi Peneliti Memberikan wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan gizi yang ada di masyarakat khususnya pada bayi dan balita dengan ilmu pengetahuan yang didapat selama masa studi. 3. Bagi Institusi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya memberikan informasi tentang pentingnya makanan pendamping ASI terhadap pertumbuhan bayi.