BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora) maupun binatang (fauna) dari yang sederhana sampai yang bertingkat tinggi dan dengan luas sedemikian rupa serta mempunyai kerapatan tertentu dan menutupi areal, sehingga dapat membentuk iklim mikro tertentu (Arief, 2001). Di dalam hutan terdapat berbagai keanekaragaman hayati baik hewan maupun tumbuhan. Keanekaragaman tumbuhan bukan hanya sebatas tanaman tingkat tinggi seperti tanaman berkayu, namun juga adanya tumbuhan bawah. Tidak hanya kayu yang menjadi potensi hutan, namun tumbuhan bawah juga memiliki berbagai potensi. Komunitas tumbuhan bawah merupakan salah satu komponen hutan yang diharapkan dapat menjadi penyangga ekologis. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah dan kecepatan seresah tumbuhan tersebut terdekomposisi merupakan peran fungsional yang cukup diperhitungkan dalam mekanisme kehidupan ekosistem hutan disamping fungsi dan manfaat lain seperti sikus hidrologis, orologis, dan penyediaan hijauan makanan ternak (Marsono, 1986). Menurut Whitmore (1975 dalam Hadi 2013), tumbuhan bawah tediri dari semak, herba, perdu, liana serta tumbuhan penutup tanah seperti rumput-rumputan dan anakan pohon yang menempati lapisan terbawah yang memanfaatkan sinar matahari melalui sela-sela lapisan tajuk diatasnya. Keberadaan tumbuhan bawah merupakan bagian penting dalam ekosistem hutan. 1
Manusia dalam perkembangannya memanfaatkan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Hutan memilik manfaat bagi manusia diantaranya sebagai penghasil kayu bangunan, hasil hutan bukan kayu seperti bahan untuk obat-obatan, sayur-sayuran dan keperluan rumah tangga, sebagai cadangan karbon, sebagai habitat fauna dan sebagai filter (Utami, dkk., 2003). Potensi yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai hasil hutan bukan kayu adalah potensi tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah memiliki potensi dan fungsi yang sangat banyak bagi manusia. Fungsi yang ada pada tumbuhan bawah mulai dari fungsi lindung, konservasi, sosial dan ekonomi. Fungsi lindung dan konservasi merupakan fungsi tak langsung dari tumbuhan bawah, sedangkan fungsi ekonomi dan sosial sering dikatakan sebagai fungsi langsung dari tumbuhan bawah bagi manusia. Sebagai fungsi lindung dan konservasi tumbuhan bawah berfungsi untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan kuantitas tanah. Tumbuhan bawah menjaga kualitas dan kuantitas tanah dengan menahan laju run off dan intersepsi dari air hujan sehingga meminimalkan erosi. Tumbuhan bawah dapat meningkatkan kualitas tanah, yaitu dengan guguran seresahnya sehingga meningkatkan kesuburan. Fungsi tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara langsung. Fungsi langsung dari tumbuhan bawah bagi manusia adalah fungsi sosial dan ekonomi. Tumbuhan bawah memiliki potensi ekonomi jika dapat dikelola dengan baik sesuai manfaatnya. Manfaat ekonomi tumbuhan bawah seperti bahan baku obat, pakan ternak, dan bahan makanan. Tumbuhan memiliki fungsi sosial 2
yaitu beberapa jenis tumbuhan bawah yang digunakan dalam kegiatan kebudayaan. Seiring dengan berkembangnya pengelolaan obat dan obat-obatan tradisional, tumbuhan bawah memiliki potensi sebagai bahan baku dalam pengembangan obat-obatan. Bahan baku obat sering didapatkan dari alam liar yaitu hutan dengan memanfaatkan tumbuhan bawah. Pemanfaatan tumbuhan bawah sebagai obat mulai dikenal sudah lama yaitu mulai peradaban manusia berburu dan meramu. Hingga sekarang masyarakat sekitar hutan sering memanfaatkan tumbuhan bawah sebagai bahan baku obat sesuai dengan pengetahuan lokal mereka. Di era modern, melambungnya harga-harga obat modern menyebabkan masyarakat kesulitan membeli obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Memanfaatkan tanaman obat yang berada di hutan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan akan sangat membantu mengurangi pengeluaran-pengeluaran rumah tangga untuk keperluan obat. Masyarakat sekarang lebih cenderung ingin menggunakan obat-obatan dari bahan alami dari pada menggunakan obat kimia karena lebih aman untuk kesehatan. Kecenderungan menggunakan bahan alami semakin meluas di masyarakat yang sering dikenal dengan gaya hidup kembali ke alam (Back to nature). Interaksi masyarakat sekitar dengan Gunung Tidar dilakukan melalui jalur wisata. Jalur wisata ini membuka akses masyarakat hingga ke puncak gunung. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, baik masyarakat lokal ataupun 3
wisatawan melalui jalur wisata yang ada. Melalui jalur ini pula masyarakat masuk hutan untuk mengambil hasil hutan seperti rumput dan kayu yang sudah lapuk. Keberadaan tumbuhan bawah di Gunung Tidar yang berada di tengah Kota Magelang baik untuk dikaji. Potensi tumbuhan bawah sangat besar untuk di kembangkan, namun penelitian yang menggali informasi pemanfaatannya sebagai bahan obat di Gunung Tidar masih kurang. Penelitian ini perlu dilakukan untuk memberikan informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan bawah dan yang memiliki potensi sebagai bahan obat. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi dan masukan kepada para steak hollder dan masyarakat sekitar dalam pengetahuan potensi tumbuhan bawah sebagai bahan obat. 1.2. Rumusan Masalah Di dalam hutan memiliki keanekaragaman hayati yang menyimpan banyak potensi. Salah satu potensi yang ada adalah tumbuhan bawah. Baik di hutan sejenis ataupun hutan campuran, keberadaan tumbuhan bawah sangat menarik untuk diperhatikan. Hal tersebut tak lepas dari manfaat dan potensi yang ada pada tumbuhan bawah. Di Gunung Tidar pencatatan dan informasi tentang keberadaan tumbuhan bawah masih sangat minim, sehingga pemanfaatan dan perlindungan biodiversitas tumbuhan bawah akan sulit dilakukan. Adanya informasi keanekaragaman tumbuhan bawah, sangat diperlukan terutama bagi masyarakat sekitar hutan dan pengelola Gunung Tidar dalam hal perlindungan dan pemanfaatannya. 4
Tumbuhan bawah merupakan bagian dari ekosisitem hutan yang memiliki berbagai manfaat. Salah satu fungsi tumbuhan bawah adalah sebagai bahan baku obat. Tumbuhan bawah yang memiliki manfaat sebagai bahan baku obat, akan berfungsi bagi masyarakat sebagai sumber ekonomi, fungsi budaya, dan fungsi kesehatan. Terlebih tipe hutan di Indonesia adalah hutan hujan tropis yang terkenal dengan kekayaan biodiversitasnya. Semakin tinggi biodiversitas maka potensi tumbuhan sebagai bahan baku obat dimungkinkan akan semakin tinggi. Setelah dilakukan survai awal di lapangan, Gunung Tidar merupakan salah satu ekosistem hutan yang berada di tengah kota magelang memiliki tutupan tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai bahan baku obat. Sayangnya pustaka tentang tumbuhan bawah Gunung Tidar yang memiliki potensi sebagai bahan baku obat belum ada. Pemanfaatan tumbuhan bawah sebagai bahan baku obat, khususnya obat tradisional hanya dilakukan oleh sebagian kecil warga sekitar Gunung Tidar. Beberapa warga yang ada di sekitar Gunung Tidar belum banyak yang mengetahui tentang tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai bahan baku obat. Salah satu permasalahan rendahnya pemanfaatan tumbuhan bawah sebagai bahan baku obat adalah minimnya pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan potensi obat pada tumbuhan bawah di Gunung Tidar. Pengetahuan mengenai potensi tumbuhan bawah dalam hutan sebagai obat sebenarnya dapat digunakan untuk meningkatkan nilai konservasi sumber plasma nutfah. Sumber plasma nutfah masih berpeluang untuk berevolusi dan beradaptasi secara alami sehingga dapat menimbulkan variasi baru. Konservasi keanekaragaman hayati sebagai 5
sumber plasma nutfah sangat penting karena kita belum tahu kondisi lingkungan yang akan datang, Apabila sumber plasma nutfah tersebut hilang dan ternyata dibutuhkan untuk kesejahteraan manusia maka kita tidak akan dapat menciptakannya. Hal tersebut menjadikan perlu adanya informasi tentang komposisi tumbuhan bawah di Gunung Tidar yang memiliki potensi bahan baku obat. Informasi potensi tumbuhan bawah tersebut dapat berupa pemanfaatan sebagai bahan baku obat. Pengetahuan tentang tumbuhan bawah yang berpotensi obat akan menjadi alternatif bagi masyarakat sekitar dalam pemenuhan kebutuhan obat. Dari uraian diatas diperoleh rumusan masalah : 1. Apa saja komposisi jenis tumbuhan bawah di sekitar jalur wisata Gunung Tidar? 2. Jenis tumbuhan apa saja yang memiliki potensi sebagai obat di sekitar jalur wisata Gunung Tidar? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui komposisi jenis tumbuhan bawah di Jalur Wisata Gunung Tidar, Magelang, Jawa Tengah. 2. Mengetahui tumbuhan bawah yang berpotensi obat pada komunitas tumbuhan bawah di Jalur Wisata Gunung Tidar, Magelang, Jawa Tengah. 6
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Sebagai informasi mengenai komposisi tumbuhan bawah dan tumbuhan bawah yang memiliki potensi obat bagi Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kota Magelang maupun stakeholder lainnya, dalam rangka pengelolaan Kawasan Lindung Gunung Tidar. 2. Sebagai refrensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang tumbuhan bawah dan tumbuhan bawah bepotensi obat. 1.5. Batasan Masalah Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, dalam skripsi ini penulis membatasinya pada ruang lingkup penelitian sebagai berikut: a. Komposisi adalah susunan dan jumlah yang terdapat dalam komunitas tumbuhan. b. Tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, termasuk didalamnya perdu, herba, rumput, liana. c. Jalur wisata Gunung Tidar merupakan jalur yang menghubungkan pintu masuk wisata sampai dengan puncak Gunung Tidar. d. Wisata Gunung Tidar merupakan kawasan Gunung Tidar yang dimanfaatkan sebagai objek wisata yang dikelola oleh Unit Pelaksana 7
Teknis (UPT) Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kota Magelang. e. Tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat mengacu pada literatur Djumidi dan Sutjipto (1997, 1999), Hutapea dkk (1993, 1994, 2000, 2001), Katno (2006), Syamsuhidayat (1991), Syamsulhidayat dan Rodame (2015), Widyaningrum (2011), dan Wijayakusuma (1992, 1993). 8