PENDAHULUAN Kalau melihat data penduduk dari Biro Pusat Statistik (http://www.biropusatstatistik.org), maka setiap tahun akan terlihat bahwa banyak la

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

Perawan / Menikah / Janda Cerai / Janda Meninggal * Jumlah Anak : Orang * Coret yang tidak perlu C A R A P E N G E R J AAN

BAB 2 Tinjauan Pustaka

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

MASALAH KELUARGA DAN MEKANISME PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembawan diri yang tepat. Kemampuan mahasiswa berbicara di depan umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB V PENUTUP. 1. Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran bina diri bersifat

Pengendalian Emosi. Rerata Empirik (RE) : 124,95. Rerata Hipotetik (RH) : 107,5. Tergolong Tinggi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan semua orang akan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan,

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang

LAMPIRAN KUESIONER. Nama responden : Jenis kelamin : Laki-laki (L)/ Perempuan (P) Usia responden. a) <40. b) c) >60

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

DEWI KUSUMA WARDHANI F

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

Transkripsi:

KECEMASAN SEORANG SINGLE PARENT YANG MEMILIKI ANAK KETERBELAKANGAN MENTAL SHITA TRISTANI Pembimbing: Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, M. Si ABSTRAK Beberapa tahun belakangan ini sering sekali terjadi perceraian dikalangan orang tua yang menikah muda maupun yang tidak; penduduk pada tahun 1990 menunjukkan bahwa kasus perceraian 18%, perpisahan 14% dan kematian 68%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai kecemasan seorang single parent yang memiliki anak keterbelakangan mental, hal-hal apa saja yang menyebabkan kecemasan dan bagaimana cara mengatasi kecemasan tersebut. Pertanyaan yang diajukan adalah apa ciriciri kecemasan yang dialami oleh subjek, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan subjek menjadi cemas dan bagaimana cara mengatasi kecemasan pada subjek. Metode yang digunakan dalam penenlitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik berjenis kelamin perempuan, berusia 53 tahun dan memiliki anak keterbelakangan mental. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penenlitian ini adalah wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ciri-ciri kecemasan seorang single parent yang memiliki anak keterbelakangan mental adalah kecemasan kegelisahan, kegugupan, banyak berkeringat, sulit berbicara, suara yang bergetar, anggota tubuh yang menjadi dingin, sering buang air kecil, mulut terasa kering, kerongkongan terasa kering, anggota tubuh terasa kaku dan dahi berkeringat, tergantung pada orang lain, selalu waspada dan sulit berkonsentrasi. Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan adalah saat mengalami kesulitan untuk memberikan obat, mengalami gugup saat merajuk anaknya untuk makan, melihat adanyan penurunan berat badan pada anaknya, kondisi anaknya yang tidak pulihpulih, kelelahan karena memandikan anaknya, subjek tidak mampu merawat anaknya seorang diri, dan subjek inign memberikan yang terbaik untuk anaknya. Cara mengatasi kecemasan adalah menggerakkan tangannya dengan cepat, berusaha ubtuk menata katakata saat merajuk anaknya, berusaha menggenggam tangannya yang gemetar, membasuh telapak tangannya yang basah, menarik nafas untuk menenangkan diri, membasuh keringat dengan handuk, sering mondar-mandir ke kamar mandi, memijit-mijit tubuhnya sendiri, sering mengawasi anaknya yang berada di kamar, dan subjek banyak meminta pendapat ke saudara kandungnya. Kata Kunci: Kecemasan, Single parent, Keterbelakangan mental

PENDAHULUAN Kalau melihat data penduduk dari Biro Pusat Statistik (http://www.biropusatstatistik.org), maka setiap tahun akan terlihat bahwa banyak laki-laki maupun perempuan yang mengalami perceraian naik, cerai hidup maupun cerai mati, karena suami atau isteri meninggal dunia. Di Indonesia jumlah keluarga orang tua tunggal tidak dapat diketahui dengan pasti, yang ada hanyalah data duda, janda atau wanita yang menjadi kepala rumah tangga (WKRT). Mereka inilah yang besar kemungkinannya menjadi orang tua tunggal atau single parent apabila mereka tinggal bersama anak dan berperan sebagai orang tua tanpa pasangan. Para wanita kepala rumah tangga (WKRT) ini, selain terdiri dari para janda karena kematian pasangan dan bercerai, juga wanita yang tidak menikah ataupun yang bersuami tetapi suaminya tidak dapat berfungsi sebagai kepala rumah tangga bisa disebabkan suami merantau, sakit atau tidak mempunyai penghasilan. Wanita kepala rumah tangga (WKRT) yang suaminya tidak berpenghasilan ini tidak dapat dikatagorikan sebagai orang tua tunggal atau single parent, karena kenyataannya walaupun suami tidak berpenghasilan tetapi masih dapat berfungsi sebagai orang tua bagi anaknya. Dengan demikian yang dimaksud dengan single parent adalah seorang ayah atau ibu yang memiliki anak tanpa kehadiran pasangannya, mereka mengasuh dan juga menjaga anak-anak mereka sendiri tanpa bantuan dari orang lain (http://www.singleparent.org, 2008). Peran sebagai ayah atau ibu tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik jika terjadi perceraian, kematian dan perpisahan. Menurut pandangan anak, ayah merupakan tokoh yang menggambarkan kekuatan, keamanan dan kebijaksanaan, sedangkan Ibu sebagai tokoh yang menggambarkan kasih sayang, pengertian dan melindungi. Disamping itu ayah memiliki pengetahuan dan merupakan kepala keluarga bagi anak serta isterinya. Orang tua tunggal atau single parent yang memiliki anak retardasi mental, seyogyanya lebih memiliki waktu luang untuk mengurus anaknya. Karena anak yang mengalami keterbelakangan mental sangat membutuhkan perawatan khusus dan teratur. Tuna grahita atau retardasi mental adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Menurut Somantri (2006), retardasi mental atau tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata dan ditandai

oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Orang tua tunggal yang memiliki anak retardasi mental akan merasa lebih cemas dalam merawat anak dibandingkan orang tua tunggal yang memliki anak normal. Kecemasan akan kesehatan anak, masa depan anak, kehidupan sosial anak dan juga kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan suatu pola respon yang bersifat defensif dan menolak atau menghindar dari situasi yang dikehendaki dan menyebabkan tidak dapat membuat tindakan yang pasti. Kecemasan adalah ketakutan yang samar-samar dan yang tidak jelas terarah pada suatu realisasi objektif yang di dapat karena pengalaman atau melalui generalisasi rangsangan; seringkali terjadi sebagai akibat frustasi atau kekecewaan. Hal ini merupakan ciri dari berbagai gangguan syaraf dan mental (dalam Hassan, 2003). TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kecemasan Menurut Kaplan, Sadock dan Grebb (1997), kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah kondisi ketidaknyamanan terhadap sesuatu, baik itu orang ataupun suatu keadaan dan ketidaknyamanan terhadap suatu stimulus tertentu (dalam Lauren, B., Joan, A. dan Richard, R., 1996). Sedangkan menurut Freud (dalam Corey, 2005) kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Kecemasan merupakan fungsi dorongan seperti lapar dan seks, hanya saja kecemasan tidak timbul dari kondisi-kondisi jaringan di dalam tubuh, melainkan aslinya ditimbulkan oleh sebabsebab dari luar. Fungsi kecemasan adalah memperingati adanya bahaya, yakni sinyal ego yang terus meningkat jika tindakantindakan yang layak untuk mengatasi ancaman itu tidak diambil. Definisi Retardasi Mental Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang di bawah rata-rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun (dalam Kaplan, dkk, 1997). Pendapat lain dikemukakan oleh Somantri (2006), retardasi mental atau tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Sedangkan menurut Kauffman & Hallahan (1986) keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan. Definisi Single Parent Di dalam suatu keluarga dimana hanya seorang ibu berperan tanpa dukungan atau bantuan figur seorang suami, sering dinamakan dengan single mother. Sebaliknya, bila dalam satu keluarga dimana hanya seoranga ayah berperan tanpa dukungan atau bantuan figur seorang suami, sering disebut dengan single father. Seorang single parent memiliki banyak konsekuensi yang harus dihadapi, seperti membesarkan anak sendiri, mencari nafkah untuk anak-anaknya tanpa adanya bantuan dari pasangan, menghadapi berbagai perkembangan anak menurut usianya dan memberi penjelasan kepada anak tentang keadaan orang tuanya yang hidup terpisah. Orang tua tunggal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu, ketiadaan pasangan karena pasangan meninggal dunia, keadaan yang menuntut untuk hidup sendiri atau telah bercerai. Keadaan seperti ini tentunya sangat tidak diinginkan oleh banyak pasangan, dimana harus hidup sendiri dan membesarkan anak sendiri tanpa didampingi oleh pasangan (dalam Widyarini, 2005). Ciri-Ciri Kecemasan Nevid, dkk (2003) terdapat beberapa ciri kecemasan, antara lain : a. Ciri-ciri fisik 1) Kegelisahan 2) Kegugupan 3) Salah satu anggota tubuh bergetar 4) Banyak berkeringat 5) Sulit berbicara 6) Sulit bernafas 7) Jantung berdetak kencang 8) Suara yang bergetar 9) Anggota tubuh yang menjadi dingin 10) Panas dingin 11) Sering buang air kecil 12) Wajah memerah 13) Mulut terasa kering 14) Kerongkongan terasa kering 15) Anggota tubuh terasa kaku 16) Dahi berkeringat b. Ciri-ciri behavior 1) Perilaku menghindar 2) Tergantung pada orang lain 3) Mudah terkejut c. Ciri-ciri kognitif

1) Sering merasa khawatir 2) Sering merasa takut 3) Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi 4) Selalu waspada 5) Sulit untuk mengontrol diri 6) Tidak dapat mengambil keputusan 7) Merasa tidak mampu untuk mengendalikan situasi 8) Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran negatif 9) Sulit berkonsentrasi METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti mneggunakan pendekatan kualitatif, berupa studi kasus. Menurut Nawawi (2003), studi kasus adalah penelitian yang memusatkan diri terhadap 1 (satu) objek tertentu, dengan mempelajari sebagai suatu kasus. Menurut Heru Basuki (2006), studi kasus adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particulary), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Disamping itu, studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Untuk itu data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang bersangkutan, tetapi dapat juga diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenalnya secara baik. Dengan kata lain, data dalam studi ini dapat dikumpulkan dari beberapa summber (Moleong, 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, subjek penelitian adalah seorang single parent yang memiliki anak keterbelakangan mental dan subjek juga seorang wanita karir. Dari data diatas dapat diketahui ciri-ciri kecemasan yang dialami oleh subjek yaitu subjek mengalami kegelisahan, kegugupan, banyak berkeringat, sulit berbicara, suara yang bergetar, anggota tubuh yang menjadi dingin, sering buang air kecil, mulut terasa kering, kerongkongan terasa kering, anggota tubuh terasa kaku dan dahi berkeringat, yang kesemuanya itu merupakan ciri-ciri kecemasan secara fisik. Kecemasan yang dialami subjek juga terlihat dari perilaku tergantung pada orang lain yang merupakan ciri-ciri kecemasan secara behavior. Selain itu, subjek juga mengalami perasaan yang selalu waspada dan sulit berkonsentrasi yang merupakan ciri-ciri kecemasan secara kognitif. Pada faktor pencetus kecemasan, dalam hal masalah fisik, individu merasa memiliki masalah

terhadap simtom-simtom seperti kegelisahan, kegugupan, banyak berkeringat, sulit berbicara, suara yang bergetar, anggota tubuh yang menjadi dingin, sering buang air kecil, mulut terasa kering, kerongkongan terasa kering, anggota tubuh terasa kaku dan dahi berkeringat. Hal ini dapat dilihat bahwa subjek menjadi gelisah karena anak subjek sulit makan dan minum obat, menjadi gugup karena subjek bingung harus merajuk anaknya, salah satu bagian tubuh bergetar karena tubuh anaknya semakin kurus, sulit berbicara karena bingung merajuk anaknya untuk makan, anggota tubuh menjadi dingin karena lelah menidurkan anaknya,panas dingin karena kelelahan menjaga anak, wajah memerah karena kelelahan saat memandikan anaknya, anggota tubuh menjadi kaku karena harus mengeloni anaknya tidur, dahi berkeringat karena kelelahan setelah memandikan anaknya, tergantung pada orang lain karena selalu meminta tolong untuk merawat anaknya dan selalu waspada karena subjek takut kehilangan anaknya. Selain itu dalam hal stressor eksternal yang berat, individu mengalami kemunculan stressor yang berat seperti perginya seorang yang dicintainya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan subjek yang takut kehilangan akan anaknya. Dan dalam hal stressor eksternal yang berkepanjangan atau kronis, individu mendapat stressor yang terus-menenrus dalam jangka waktu yang lama. Subjek berusaha menggerakkan tubuh dengan cepat, subjek berusaha menata kata-kata saat sedan merajuk anaknya untuk makan. Subjek juga menggenggam tangannya yang bergetar. Subjek juga terlihat sering membasuh telapak tangannya yang basah. Subjek juga sering terlihat menarik nafas untuk menenangkan diri. Subjek terlihat membasuh dahinya yang berkeringat. Subjek sering mondar-mandir ke kamar kecil. Subjek berusaha untuk memijit-mijit badannya sendiri, setelah mengeloni anaknya tidur. Subjek juga meminta bantuan pembantunnya untuk mengurus anaknya. Subjek juga terlihat sering bolakbalik ke kamar anaknya hanya untuk memastikan bahwa anaknya baik-baik saja. KESIMPULAN Subjek memiliki ciri-ciri kecemasan seperti ; subjek mengalami kegelisahan, kegugupan, banyak berkeringat, sulit berbicara, suara yang bergetar, anggota tubuh yang menjadi dingin, sering buang air kecil, mulut terasa kering, kerongkongan terasa kering, anggota tubuh terasa kaku dan dahi berkeringat, yang kesemuanya itu merupakan ciri-ciri kecemasan secara fisik. Kecemasan yang

dialami subjek juga terlihat dari perilaku tergantung pada orang lain yang merupakan ciri-ciri kecemasan secara behavior. Selain itu, subjek juga mengalami perasaan yang selalu waspada dan sulit berkonsentrasi yang merupakan ciri-ciri kecemasan secara kognitif. Faktorfaktor yang menyebabkan sujek cemas yaitu ; merasa sulit untuk memberikan makan dan obat kepada anaknya, subjek merasa gugup saat merajuk anaknya untuk makan, tubuh subjek bergetar karena melihat penurunan berat badan pada anaknya, suara subjek terdengar sedih karena kondisi anaknya yang tidak pulihpulih, subjek juga terlihat kelelahan karena merawat anaknya, subjek merasa tidak mampu merawat anaknya seorang diri, dan subjek selalu inign memberikan yang terbaik untuk anaknya. Cara subjek mengatasi kecemasan ; menenangkan diri dan mencoba untuk menjauh dari masalah yang sedang dihadapinya, tetapi subjek tidak berarti menghindari masalah yang ada. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2008). There is whispered disaggremen to definition for single parent. 12/06/08retrievedfromhttp:/www.si ngleparent.org Basuki, H. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Depok : Universitas Gunadarma. Corey, G. (2005). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT. Refika Aditama Hassan, Fuad. (2003). Kamus istilah psikologi. Jakarta : Progress & Pusat Bahasa. Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (1997). Sinopsis psikiatri : Ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis (7th. ed). Alih Bahasa : Kusuma Widjaja & Wigma. Jakarta : Binarupa Aksara. Moleong, L. J. (2004). Metode penelitian kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nawawi, H. (2003). Metode penelitian bidang sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Nevid, S. J. & Rathus, S. A. (2003). Psikologi abnormal. Jakarta : Erlangga. Somantri, S. (2006). Psikologi anak luar biasa. Bandung : Refika Aditama. Widyarini, N. (2005). Derita anak korban perceraian. http/www.kompas.com.