I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman Pangan merupakan komoditas penting dan strategis, karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia, hal ini terdapat dalam UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Salah satu komoditas tanaman pangan yang penting keberadaannya bagi masyarakat adalah kedelai. Kedelai (Glicine max) adalah tanaman semusim yang termasuk dalam famili Leguminosae, berasal dari Cina dan kemudian dikembangkan ke berbagai Negara seperti Amerika, Amerika Latin dan Asia. Kedelai dapat dibudidayakan di daerah sub tropis dan tropis dengan teknis budidaya yang sederhana. Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar karena merupakan sumber bahan baku utama bagi industri tahu, tempe, dan pakan ternak berupa bungkil kacang kedelai. Peranan komoditas kedelai dalam perekonomian Indonesia, kedudukannya sangat penting dan memiliki nilai strategis yang perlu mendapat perhatian terkait perdagangan internasional, mengingat sebagian dari kebutuhan kedelai domestik masih harus dipenuhi dari impor karena produksi kedelai nasional belum mampu mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri. Untuk mengurangi ketergantungan impor kedelai yang terus meningkat dari tahun ke tahun, diperlukan seperangkat kebijakan baik kebijakan insentif maupun kebijakan protektif dalam memacu peningkatan produksi kedelai dalam negeri untuk menuju swasembada. Pada dasarnya, Indonesia telah mencanangkan program swasembada kedelai sejak pertengahan tahun enam puluhan, akan tetapi keberhasilan swasembada tersebut belum dapat dicapai karena dihadapkan pada berbagai kendala dalam pelaksanaannya (Zakaria, 2010). Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuh kembangkan industri kecil menengah bahkan berpeluang pula sebagai komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai membuka peluang kesempatan kerja dalam sistem produksi, mulai dari budidaya, panen, pengolahan pascapanen, transportasi, pasar hingga industri pengolahan
pangan. Agar produksi kedelai dan produk olahannya mampu bersaing di pasar, maka mutunya perlu ditingkatkan. Oleh karena itu pembinaan terhadap pengembangan proses produksi, pengolahan dan pemasaran, khususnya penerapan jaminan mutu memegang peranan penting dalam peningkatan daya saing komoditas kedelai. Hasil olahan produk berbahan baku kedelai yang sudah melekat di masyarakat Indonesia menyebabkan konsumsi kedelai cukup tinggi. Dengan terus meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan adanya hubungan positif antara peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan kedelai. Peningkatan kebutuhan ini seharusnya diimbangi dengan kemampuan dalam memproduksi kedelai. Namun yang terjadi saat ini produksi kedelai di Indonesia masih relatif rendah. Sehingga untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat diperlukan impor kedelai dari negaranegara penghasil kedelai seperti Amerika dan Argentina. Namun, kedelai yang merupakan tanaman semusim cukup penting ditinjau dari segi ekonomi, kegunaan maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Dari peluang pasar, kedelai mempunyai prospek yang baik karena permintaan dalam negeri menunjukkan peningkatan yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Sulitnya peningkatan dari produksi kedelai dalam 15 tahun terakhir disebabkan karena tidak adanya lahan secara khusus diperuntukkan bagi usaha produksi kedelai. Kedelai diusahakan pada lahan sawah sebagai komponen rotasi tanaman padi sawah, tetapi kedudukan kedelai mudah tergantikan oleh tanaman dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi, seperti jagung, kacang ijo, kacang tanah, sayuran, dan tanaman lainnya. Kedelai pada lahan tegalan pada musim hujan sering tidak diperlakukan sebagai tanaman utama, karena tanaman utama pada lahan tegal adalah jagung atau padi gogo. Sehingga jarang di jumpai hamparan lahan kedelai yang luas (Tahir et al., 2011). Di Kabupaten Bantul sendiri, kedelai merupakan komoditas tanaman pangan yang cukup diperhitungkan. Luas areal tanamnya cukup luas, walaupun belum menjadi produk unggulan. Untuk tanaman pangan yang bukan merupakan komoditas utama, jagung memiliki areal panen yang paling luas dibandingkan dengan kacang tanah maupun kedelai. Hal tersebut dapat diketahui pada tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1. Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Bantul Tahun 2012 Luas Panen Produktivitas Produksi Komoditas (ha) (ku/ha) (ton) Padi Sawah 30.064 68,17 204.959 Padi Ladang 141 28,10 396 Jagung 4.244 54,91 23.304 Kacang Tanah 3.226 12,65 4.082 Kedelai 2.415 16,51 3.987 Sumber: Bantul Dalam Angka, 2013 Tanaman pangan di Kabupaten Bantul tersebar di 17 kecamatan. Untuk komoditas padi sawah, hampir semua kecamatan memberikan hasil yang cukup baik. Namun, untuk padi ladang atau padi gogo tidak semua kecamatan menghasilkan komoditas tersebut. Hal ini karena tidak semua kecamatan memiliki lahan tegalan yang dapat dimanfaatkan untuk menanam padi gogo. Sedangkan untuk komoditas tanaman kedua seperti jagung, kacang tanah dan kedelai hamper semua kecamatan menghasilkan komoditas tersebut. Akan tetapi masih banyak terjadi ketimpangan luas areal panen antar kecamatan. Hal tersebut dapat diketahui pada tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Kecamatan dan Jenisnya di Kabupaten Bantul Tahun 2012 Kecamatan Sumber: Bantul Dalam Angka, 2013 2. Rumusan Masalah Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kacang Tanah Kedelai Srandakan 782 0 55 260 75 Sanden 1.804 0 116 8 78 Kretek 1.740 0 82 24 355 Pundong 1.634 0 103 355 50 Bambanglipuro 2.248 0 105 531 263 Pandak 2.314 0 46 41 216 Bantul 2.496 0 109 63 125 Jetis 2.878 0 340 277 92 Imogiri 1.684 15 241 415 50 Dlingo 1.375 85 1.740 524 789 Pleret 1.450 0 101 25 0 Piyungan 2.243 0 167 527 24 Banguntapan 2.380 0 136 109 0 Sewon 1.541 0 47 35 87 Kasihan 1.194 0 94 31 106 Pajangan 419 36 531 0 0 Sedayu 1.182 0 231 1 105 Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah penghasil kedelai di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi lahan dan iklim yang mendukung bagi berlangsungnya budidaya tanaman kedelai menjadi salah satu faktor pendukung. Akan tetapi, belum terlalu banyak masyarakat di daerah ini yang menjadikan kedelai ini sebagai tanaman utamanya. Padahal saat ini kedelai menjadi salah satu produk pertanian yang sangat penting perannya bagi masyarakat Indonesia. Kebanyakan petani memilih untuk menanam tanaman lain seperti jagung maupun kacang tanah. Pada penelitian ini, tenaman alternatif ditentukan dengan cara memilih tanaman
terbanyak yang ditanam selain kedelai, dimana tanaman tersebut bukan merupakan tanaman utama. Pada dasarnya, prinsip suatu usahatani adalah untuk memperoleh keuntungan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi petani. Akan tetapi, sebagian besar petani kedelai yang ada di Kabupaten Bantul masih berada pada kalangan menengah kebawah. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu: a. Bagaimana produksi kedelai dan tanaman alternatif di Kabupaten Bantul dan apa faktor yang mempengaruhinya? b. Apakah ada perbedaan pendapatan usahatani kedelai dengan tanaman alternatif? c. Apa faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani tanaman kedelai dan usahatani tanaman alternatif di Kabupaten Bantul? d. Bagaimana masing-masing kontribusi pendapatan usahatani kedelai dan tanaman alternatif terhadap pendapatan total rumah tangga petani di Kabupaten Bantul? 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui produksi kedelai dan tanaman alternatif serta faktor-faktor yang mempengaruhi. b. Mengetahui perbedaan pendapatan usahatani tanaman kedelai dan tanaman alternatif c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani tanaman kedelai dan tanaman alternatif. d. Mengetahui masing-masing kontribusi pendapatan usahatani kedelai dan tanaman alternatif terhadap pendapatan total rumah tangga petani.
4. Kegunaan Penelitian a. Bagi peneliti untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Strata 1 (S1) pada program studi Agribisnis jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. b. Bagi petani kedelai dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam mengelola usahataninya. c. Bagi pemerintah dan instansi terkait digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam peningkatan produksi kedelai dan meningkatkan pendapatan petani kedelai. d. Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan untuk mangkaji permasalahan yang sama.